Materi Kuliah Lapangan 1.docx

  • Uploaded by: aprilia dwi astuti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Kuliah Lapangan 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,768
  • Pages: 10
MATERI KULIAH LAPANGAN 1 1. Mineralogi dan Petrologi Setelah didapatkan sample, sample tersebut akan diidentifikasi untuk mendapatkan data berupa warna, struktur, tekstur, komposisi mineral, deskripsi dari komposisi mineral, serta protogenesanya. 1.

Andesit-Breksi 1. Warna

: Abu-abu terang

2. Struktur

: Massif

3. Derajat kristalin

: Holokristalin

4. Granularitas

: Fanerik

5. Bentuk butir

: Euhedral

6. Hubungan antar butir

: Equigranular

7. Komposisi mineral

: Kuarsa, plagioklas feldspar, biotit, piroksen, hornblende.

8. Deskripsi mineral

: Kuarsa memiliki sistem kristal heksagonal, dengan

kekerasan 7 skala Mohs, berwarna putih-putih susu. Biotit memiliki sistem kristal monoklin, dengan belahan sempurna, memiliki warna coklat-hitam kehijauan, dan memiliki kekerasan 2,5-3 skala Mohs. 9. Protogenesa

: Andesit-breksi terbentuk karena terjadinya pelapukan pada

batuan andesit, kemudian tertransportasi ke daerah pembentukan andesit, dan kemudian bergabung dengan batuan breksi. Batuan andesit-breksi ini merupakan tipe endapan porfiri yang di dominasi oleh mineral pirit, kuarsa, dan pirofilit. 2.

Pirofilit 1. Warna

: Putih kehijauan

2. Struktur

: Massif

3. Kilap

: Lemak hingga lilin

4. Derajat kristalin

: Hipokristalin

5. Granularitas

: Afanitik

6. Bentuk butir

: Euhedral

7. Hubungan antar butir

: Equigranular

8. Komposisi mineral

: Plagioklas, piroksen, andalusit

9. Deskripsi mineral

: Plagioklas dengan wrna putih, ukuran 1 – 3 mm (sedang) ,

bentuk Kristal amorf, kilap tanah, kelimpahan 70% sebagai fragmen dalam batuan. Piroksen dengan warna hijau, ukuran Kristal <1 mm (halus), bentuk Kristal amorf, kilap tanah, kelimpahan 30% sebagai matriks dalam batuan. 10.

Protogenesa

: Pirofilit terbentuk karena adanya ubahan dari muskovit,

piroksen, dan olivin. Pembentukan andesit-breksi ini berada di zona argilik (zona paling luar) yang merupakan intrusi dari batuan beku. 3.

Breksi 1. Warna

: Cokelat

2. Struktur

: Massif

3. Derajat pemilahan

: Pemilahan buruk

4. Derajat kebundaran

: Menyudut

5. Granularitas

: Kerakal/64-4mm

6. Kemas

: Terbuka

7. Komposisi mineral

: Fragmen; andesit, matrik; pasir kuarsa, semen; karbonat

8. Deskripsi mineral

: Andesit yang berwarna abu-abu terang

9. Protogenesa

: Batuan breksi terbentuk karena adanya pelapukan dari

batuan beku yang mengalami pengendapan di pinggiran sungai. Dan batuan penyusunnya masih runcing-runcing karena tempat pembentukannya masih dekat dengan batuan induknya. 4.

Clay sisipan Rijang 1. Warna

: Cokelat

2. Struktur

: Massif

3. Derajat pemilahan

: Pemilahan buruk

4. Derajat kebundaran

: Menyudut

5. Granularitas

: Kerakal/64-4mm

6. Kemas

: Terbuka

7. Komposisi mineral

: Fragmen; andesit, matrik; pasir kuarsa, semen; karbonat

8. Deskripsi mineral

: Lempung biasanya mengandung tiga mineral dominan: 20-

80 kaolinit%, mika 10-25%, dan kuarsa 6-65%. Selain itu, ada yang lain ‘aksesori’ mineral dan beberapa bahan karbon (berasal dari tanaman kuno). Variasi yang luas baik dalam komposisi mineral dan ukuran hasil tanah liat partikel dalam karakteristik yang

berbeda untuk lapisan tanah liat individu dalam deposit. 9. Protogenesa

: Batuan clay atau lempung yang memiliki sisipan rijang ini

terbentuk karena adanya kemungkinan terbentuknya batu lempung yang tua terlebih dahulu pada mata air spring, kemudian di atas batuan clay tua tadi terdapat kemungikinan terbentuknya batuan rijang. Setalah meglami pelapukan dan tersedimentasi di tempat yang sama, terbentuklah rijang diatas batuan clay tua, kemudian terbentuk lagi batuan clay yang muda di atas rijang tersbut. Maka terbentuklah batuan clay sisipan rijang. 5.

Konglomerat 1.

Warna

: Cokelat

2.

Struktur

: Massif

3.

Derajat pemilahan

: Pemilahan buruk

4.

Derajat kebundaran

: Membundar sedang

5.

Granularitas

: Kerakal/64-4mm

6.

Kemas

: Terbuka

7.

Komposisi mineral

: Fragmen; basalt, matrik; kuarsit, semen; silika

8.

Deskripsi mineral

: Andesit dengan warna kecoklatan, tekstur berdasarkan

ukuran butir 1-30 mm (sedang-kasar), struktur massif, tekstur berdasarkan kristalinitas holokristalin, tekstur berdasarkan granulitas faneritik, kelimpahan 60% sebagai fragmen dalam batuan. Material ukuran pasir sedang-kasar dengan warna kecoklatan, bentuk butir rounded, ukuran butir <1 mm (pasir sedang). Kilap tanah, kelimpahan 40% sebagai matriks dalam batuan. 9.

Protogenesa

: Batuan konglomerat terbentuk karena adanya pelapukan

dari batuan beku yang mengalami pengendapan di pinggiran sungai. Dan batuan penyusunnya sudah membundar-bundar karena tempat pembentukannya jauh dari batuan induknya. 6.

Rijang 1.

Warna

: Merah hitam-kehijauan

2.

Struktur

: Massif

3.

Derajat pemilahan

: Pemilahan buruk

4.

Derajat kebundaran

: Menyudut

5.

Granularitas

: Kerakal/64-4mm

6.

Kemas

: Terbuka

7. Komposisi mineral

: Fragmen; andesit, matrik; pasir kuarsa, semen; karbonat

8.

: 1.

Deskripsi mineral

Kuarsa

Memiliki warna absorbsi orange warna interverensi putih. Bentuk mineral subhedral – anhedral, Pleokroisme dwikroik, indeks bias Nmin > Ncb. Bias Rangkap pada orde I bawah (0,008). W.I max putih keabu-abuan, sudut gelapan 30 dengan jenis gelapan simetris. Material ini terdapat dalam bentuk mikrolit kuarsa dan vein kuarsa. 2. Semen Memiliki warna arbsorbsi hitam dan warna interverensi hitam , bentuk anhedral. Ukuran 5 x 0,02 = 0,1mm. 9.

Protogenesa

: Batuan rijang terbentuk dari mineral garnet yang berupa

kuarsa dan mengalami pengangkatan ke permukaan. Saat batuan mengalami pengangkatan, batuan mengalami karbonatisasi dan teroksidasi, sehingga terbentuklah batuan rijang. 2.

Geologi Struktur Dari hasil praktikum dan pengukuran geologi struktur di lapangan yang dilakukan didaerah Desa Ringin Kembar dan Desa Argotirto, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur dapat ketahui bahwa daerah tersebut banyak terdapat zona–zona lemah yang ditunjukan dengan adanya sesar dan kekar di lapangan. Hal tersebut dicirikan dengan adanya air terjun, tebing-tebing gawir dan lembah perbukitan yang terjal. Keberadaan zonazona lemah tersebut dapat dilalui larutan hidrothermal, akibat intrusi batuan. Batuan intrusi tersebut menyebabkan batuan-batuan yang ada disamping-sampingnya akan terubah (teralterasi) dan beberapa sebagian dikuti dengan pengendapan mineral-mineral berharga. Kekar merupakan bagian permukaan atau bidang yang memisahkan batuan, dan sepanjang bidang tersebut belum terjadi pergeseran. 1. Kekar jurus (strike joints), bila arah jurus kekar sejajar atau hampir sejajar dengan jurus

bidang lapisan batuan sedimen, struktur schistosity sekis dan struktur gneissic gneiss. 2. Kekar turun (dip joints), bila arah jurus bidang kekar sejajar atau hampir sejajar dengan

arah dip lapisan batuan, schistosity atau dip struktur gneissic. 3. Oblique atau diagonal joints, bila arah jurus bidang kekar terletak antara jurus dan arah dip

batuan yang bersangkutan. 4. Bedding joints, bila bidang kekar sejajar dengan bidang lapisan batuan sedimen.

Sesar (fault) merupakan bidang rekahan atau zona rekahan pada batuan yang sudah mengalami pergeseran (Williams, 2004). 1. Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan bidang sesar dengan bidang

horisontal dan biasanya diukur dari arah utara. 2. Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan

bidang horisontal, diukur tegak lurus strike. 3. Net slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit pada bidang sesar akibat

adanya sesar. 4. Rake adalah sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip (pergeseran horisontal

searah jurus) pada bidang sesar. Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat didalam lipatan adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan terbentuk bila mana unsur yang telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk bidang lengkung atau garis lengkung.

3.

Geomorfologi

Dalam kuliah lapangan kali ini dilaksanakan di desa Ringinkembar, desa argotirto, dan desa klepu, didesa tersebut terdapat beberapa kenampakan geomorfologi. Geomorfologi sendiri terbentuk dari 2 tenaga, tenaga tersebut adalah tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi, sedangkan tenaga eksogen merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi (permukaan bumi). Tenaga endogen memiliki sifat utama yaitu sebagai pembentuk dibumi, sedangkan eksogen memiliki sifat utama sebagai penghancur. Berikut data–data kenampakan geomorfologi dari daerah penelitian tersebut : 1.

Desa Ringinkembar

Di Desa Ringin Kembar, yang membahas lebih dalam mengenai geomorfologi daerah penelitian adalah kelompok 3. Jadi, data yang diolah merupakan data yang di dapat dari kelompok 3. 1.

Keadaan topografi didesa ini memiliki kontur yang renggang, dan rapat. Pola kontur tersebut tergantung dari kenampakan morfologinya, jika morfologinya berbukit maka kemungkinan pola konturnya rapat, jika morfologinya lembah atau landai maka kemungkinan pola konturnya renggang. Pada tiap titik yang disekitarnya memiliki lereng, praktikan selalu mengambil data. Data yang diambil jika berada disekitar lereng yaitu data slope (kemiringan lereng). Data slope yang diambil hanya di 2 titik, yaitu titik 1 dengan kemiringan lereng 31o dan di titik 3 dengan kemiringan lereng 32o.

2.

Struktur geologi didesa ringin kembar dipengaruhi oleh dua tenaga, yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Contoh dari pengaruh tenaga endogen yaitu terbentuknya lipatan dan patahan. Hasil bentukan dari lipatan yang terdapat didesa Ringin Kembar yaitu terbentuknya bukit–bukit yang biasa diberi nama bukit teletubies dan patahan yang terbentuk yaitu berada di antara dua bukit yang arah perlipatannya berbeda. Contoh lain dari pengaruh tenaga endogen yaitu terbentuknya beberapa aliran sungai yang ditemukan dibeberapa titik. Jenis aliran sungai yang terbentuk yaitu jenis pola aliran sungai paralel. Contoh dari pengaruh tenaga eksogen yaitu pelapukan dari beberapa batuan. Batuan hasil pelapukannya yaitu batuan lempung yang bersisipan rijang dan batuan konglomerat.

3.

Di Desa Ringin Kembar terbentuk beberapa bentukan lahan morfologi. Bentukan lahan yang terdapat didesa Ringinkembar kembar berupa bentukan lahan fluvial, bentuk lahan karst, dan bentuk lahan struktural. Bentuk lahan tersebut terbentuk tidak lepas dari kontrol geologi daerah dan kontrol litologi, yang berupa endapan hasil pelapukan dari aliran sungai dan terbentuknya patahan serta lipatan.

2.

Desa Klepu Bentukan lahan yang terbentuk didesa klepu yaitu bentukan lahan karst. Bentukan topografi lahan karst disetiap daerah sangat beragam tergantung litologi atau susunan batu gampingnya. Untuk didesa klepu memiliki keadaan topografi karst yang berbentuk seperti menara. Pada lahan karst tersebut terdapat gua – gua yang dibentuk oleh air tanah. Pada bentuk lahan yang berada di desa Klepu memiliki kontur yang sangat rapat, dikarenakan terdapat lahan karst.

Lahan karst dicirikan dengan memiliki kontur yang sangat rapat. Karena bentuk dari karst itu sendiri sangat curam. Disekitar lingkungan karst didesa Klepu terdapat aliran sungai. Aliran sungai tersebut hasil dari tenaga endogen (dari dalam). 3.

Desa Argotirto Keadaan topografi didesa Argotirto yaitu berbukit yang tersusun dari batuan pirofilt, rijang dan lempung. Daerah Argotirto lebih dominan dengan batuan pirofilit. Struktur geologi yang terbentuk didaearh Argotirto yaitu rekahan (kekar). Rekahan tersebut terdapat pada singkapan – singkapan pirofilit yang terdapat didaerah tersebut. Pola kontur didesa tersebut cukup rapat, karena wilayahnya yang perbukitan. Untuk satuan morfologinya yaitu perbukitan yang tersusun dari batuan–batuan diatas. Dilokasi tempat penelitian terdapat tambang rakyat golongan C, yaitu tambang yang bergerak untuk mengeksploitasi galian pirofilit dan rijang yang cukup melimpah keterdapatannya dilokasi tersebut.

Geologi Regional Secara geologi Pegunungan Malang Selatan tersusun atas endapan gunung api, batuan terobosan dan batuan sedimen. Dari Tua ke muda batuan penyusunnya antara lain: 1. Formasi Mandalika

Formasi Mandalika ini terdiri dari endapan lava andesit, basal, trakit, dasit, dan breksi andesit 2. Formasi Wuni

Formasi Wuni ini terdiri dari breksi dan lava berkomposisi andesit dan basal, breksi tuf, lahar, dan tuf pasiran.Formasi ini menindih tak selaras dengan formasi mandalika. 3. Formasi Nampol

Formasi Nampol ini terdiri dari endapan sedimen dan tak selaras dengan Formasi Mandalika Formasi ini terdiri dari endapan batupasir tufaan, batulempung, napal pasiran, batupasir gampingan, dan batulempung hitam.Formasi ini menjemari dengan Formasi Wonosari 4. Formasi Wonosari

Formasi Wonosari ini trdiri dari terumbu gamping,gamping kristalin, napal pasiran,batulempung kebiruan, dan batugamping pasiran. 1.

Batuan Terobosan (Intrusi) Batuan terobosan yang ditemui di Malang selatan antara lain : 1.

Diorit Kuarsa, batuan ini menerobos Formasi Mandalika dan ditemukan dalam keadaan terekahkan atau terdapat kekar yang tak teratur di Kampung wediawu dan

kampung Purwodadi. 2.

Granodiorit, batuan ini menerobos Formasi Mandalika sehingga terkersikan dan terpropilitkan dan terdapat di Kali Sat, Kali Tundo, Anak kali Purwo dan tebing tebing bagian selatan Kampung Pujiharjo, dan Kampung Purwodadi. Batuan Granodiorit ini dijumpai mineral pirit dan mineral bijih.

3.

Dasit , Batuan ini diperkirakan menerobos Formasi Mandalika. terdapat di sebelah Utara Kampung Purwodadi dan umumnya telah lapuk.

Zona Alterasi Alterasi adalah perubahan mineralogi maupun komposisi kimia karena batuan berinteraksi dengan fluida hidrothermal. Alterasi ini akan menghasilkan berbagai jenis mineral baru yang kemungkinan bernilai ekonomis. 5 Zona

Alterasi

hidrotermal berdasarkan

kumpulan

mineral

ubahannya,

yaitu

:

1. Zona Potasik ("Potassic Zone”) Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Mineral logam sulfida berupa pirit dan kalkopirit dengan perbandingan 1:1 hingga 3:1, bentuk endapan dapat juga dijumpai dalam bentuk mikroveinlet serta dalam bentuk menyebar (“disseminated”). Pembentukkan biotiti sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksin. Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini. Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin, hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas mineral piroksin tersebut telah mengalami ubahan menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksin dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit. Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis dan disertai dengan banyak atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang

sedikit. Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana mineral tersebut merupakan mineral – mineral sulfida yang terdiri atas pyrite maupun kalkopirit

dengan

pertimbangan

yang

relatif

sama.

Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan hidrotermal) melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan batuan. 2. Zona Alterasi Serisit (“Phlic Zone”) Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang pada intrusi. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai mineral utama dengan mineral pyrite yang melimpah serta sejumlah anhidrit. Mineral serisit terbentuk pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan unsur H+, menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Dominasi endapan dalam bentuk veinlet dibandingkan dengan endapan yang berbentuk hamburan kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya pengaruh metasomatik yang lebih mengarah ke proses hidrotermal. Hal ini disebabkan karena zona ini semakin menjauh dari pusat intrusi serta berkurangnya kedalaman sehingga interaksi membesar dan juga diakibatkan oleh banyaknya rekahan pada batuan sehingga larutan dengan mudah mengisinya dan mengkristal pada rekahan tersebut, mineralisasi yang intensif dijumpai pada vein kuarsa adalah logam sulfida berupa pirit, kalkopirit dan galena. 3. Zona Alterasi Propilitik (“Prophylitic Zone”) Zona ini berkembang pada bagian luar dari zona alterasi yang dicirikan oleh kumpulan meneral epidot maupun karbonat dan juga mineral klorit. Alterasi ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H+ dan CO2. Mineral logam sulfida berupa pyrite mendominasi zona ini dimana keterdapatannya dijumpai mengganti fenokris piroksin maupun hornblende, sedangkan kalkopirit jarang dijumpai. Karakteristik dari zona ubahan ini yaitu dijumpai kumpulan mineral ubahan yang umumnya berupa klorit dan epidot serta dijumpainya mineral ubahan serisit dan kuarsa, lempung dan karbonat dalam jumlah yang sedikit. Mineral karbonat dijumpai sebagai mineral ubahan yang berasal dari ubahan mineral mafik maupun ubahan mineral plagoklas yang kaya akan unsur Ca, bentuk endapan umumnya dijumpai dalam bentuk veinlet disebabkan pengisian rekahan oleh

larutan sisa magma yang melewati batuan tersebut, dimana rekahannya merupakan zona yang lemah yang merupakan media tempat larutan tersebut mengalir yang kemudian mengalami pembekuan dan pengkristalan. 4. Zona Argilik (“Argillic Zone”) Zona ini terbentuk karena rusaknya unsur potasium, kalsium dan magnesium menjadi mineral lempung. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral lempung, kuarsa, dan karbonat. Unsur potasium, kalsium dan magnesium dalam batuan terubah menjadi monmorilonit, illit, hidromika dan klorit. Diatas zona argillic kadang terbentuk advanced argillit yang tersusun atas mineral diaspore, kuarsa atau silika amorf korondum dan alunit yang terbentuk pada kondisi asam yang tinggi. Logam sulfida yang biasanya terbentuk pada zona ini berupa pirit namun kehadirannya tidak seintensif pada zona serisit dimana bentuk veinlet ini hadir pada bagian luar dalam suatu sistem alterasi hidrotermal. 5. Zona Alterasi Skarn Alterasi ini terbentukl akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat, zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan mineral karbonat. Pada kondisi yang kurang akan air, zona ini dicirikan oleh pembentukan mineral garnet, klinopiroksin dan wollastonit serta mineral magnetit dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang kaya akan air, zona ini dicirikan oleh mineral klorit., tremolit – aktinolit dan kalsit dan larutan hidrotermal. Proses pembentukkan skarn akibat urutan kejadian Isokimia – metasomatisme – retrogradasi. Dijelaskan sebagai berikut :  Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan samping, prosesnya H2O dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping yang karbonat. Proses ini sangat dipengaruhi oleh temperatur,komposisi dan tekstur host rocknya (sifat konduktif).  Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan samping yang karbonat sehingga terbentuk kristalisasi pada bukaan – bukaan yang dilewati larutan magma.  Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar pada batuan samping dan mencapai zona kontak dengan water falk sehingga air tanah turun dan bercampur dengan larutan.

Related Documents


More Documents from "Ardy Utomo"

Proposal Kwu.docx
November 2019 11
Contoh Artikel.docx
November 2019 18
Metode Penambangan.docx
November 2019 21
Sambutan Ketua Panita.docx
November 2019 24