MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG
Sejarah Masjid Agung Kauman Semara ng
Prasasti Bahasa Belanda “Pemut kala penjenengane Kanjeng Tuwan Nikolas Harting hedelir gopennar serta sarta Direktur hing tanah Jawi gennipun kangjeng Kyahi Dipati Suradimanggala hayasa sahega dadosse masjid puniki kala Hijrat 1170”
“Tanda peringatan ketika kanjeng Tuan Nicoolass Hartingh, Gubernur serta Direktur tanah Jawa pada saat Kanjeng Kyai Adipati Suramanggala membangun hingga jadinya masjid ini pada tahun 1170 Hijrah”
Prasasti Bahasa Indonesia Ejaan Lama yang Ditulis Latin Adapun di inskripsi berbahasa Indonesia masih bisa terbaca dengan jelas, meski ada perbedaan ejaan dan istilah dengan bahasa Indonesia mutakhir. Di prasasti tersebut tertulis bahwa masjid Kauman ini pernah terbakar pada hari “Djemahat” (Jumat), tanggal 11 April 1885 pada jam setengah sembilan malam akibat tersambar petir. Kemudian “dibikin betul” pada 23 April 1889 atas bantuan Asisten Residen Semarang GJ. Blumme dan Bupati Semarang Raden Tumenggung Tjokrodipoero.
Arsitektur Masjid Agung Kauman Semarang Masjid Agung Semarang tahun 1953
Masjid Agung Semarang dengan latar depan Alun Alun Kota Semarang, tahun 1935 . Alun alun kota Semarang beralih fungsi sejak tahun 1938 menjadi kawasan pertokoan Pasar Yaik, Pasar Johar, gedung BPD dan Hotel Metro
Komplek Masjid Agung Kauman Semarang dengan Pasar Johar, 1953
Komplek Masjid Agung Kauman Semarang, 2019
Permasalahan • Komponen dan bahan bangunan Masjid Agung Kauman Semarang sebagian telah mengalami penambahan komponen dan bahan baru yang menyimpang dari kaidah-kaidah pelestarian benda cagar budaya • Perkembangan lingkungan di sekitar masjid yang tidak terkendali
“Upaya Konservasi Masjid Agung Kauman Semarang” 1.
Revitalisasi terhadap (1) elemen-elemen konstruksi bangunan ruang salat yang rusak; (2) Penutup atas bagian mihrab; (3) Membersihkan cat pada dinding trisik bagian bawah dari dinding luar bangunan ruang salat; (4) Melengkapi elemen-elemen bangunan dan konstruksi yang hilang.
2.
Rekonstruksi, terhadap (1) pilar-pilar kayu struktur utama serambi samping selatan dan utara; (2) Serambi depan dan bangunan kuncung dan pagar/balustrade; (3) Dinding lengan bangunan pintu gerbang utama (4) Dinding lengan barat pintu gerbang samping sisi selatan; (5) Dinding pagar depan dan samping; (6) Sebagian lantai baru agar kelihatan ruang salat aslinya; (7) Bangunan tempat wudlu pria, dilepaskan dari serambi samping sisi utara; (8) Bangunan tempat wudlu wanita, dilepaskan dari serambi samping sisi selatan.
3.
Restorasi, yakni (1) Bangunan kantor Yayasan Masjid, Sebagai bangunan pelengkap dapat diatur kembali penempatannya; (2) Bangunan serambi depan, karena arsitekturnya tidak sesuai, tetapi masih bisa direkayasa bentuk arsitekturnya; (3) Bangunan perluasan serambi samping utara bagian barat; (4) Bangunan dinding pagar depan dan samping; (5) Pelataran/halaman depan yang dipavingperlu ditata ulang.
Langkah-langkah konservasi Langkah-langkah konsevasi, terutama yang menyangkut kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah: (1) Pendataan kondisi eksisting; (2) Penggambaran kondisi eksisting, yang akan berguna bagi langkah kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi; (3) Penggambaran rancangan konservasi yang menggambarkan tentang bentuk bangunan asli yang akan dicapai; (4) Pembangunan fisik.
Daftar Pustaka • Arum, Nola. 2017. “Masjid Besar Kauman Semarang” dalam www.situsbudaya.id. Diunduh pada tanggal 15 Maret 2019. • Hendro, E. P. (2011). KONSERVASI MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA. Paramita: Historical Studies Journal, 21(1). • Kemenag RI. 2014. “Masjid Agung Semarang” dalam http://simas.kemenag.go.id. Diunduh pada tanggal 15 Maret 2019