Manajemen Pasien Safety2

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manajemen Pasien Safety2 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,742
  • Pages: 26
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DALAM PENANGANAN PATIENT SAFETY DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT UMUM P” Christina, Diah, Ernawati

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN 2008

A.Latar Belakang • Mutu pelayanan di rumah sakit pada saat ini masih belum memadai. • Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. • Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. • Pada pelayanan yang berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD) • RS. P bahwa mutu pelayanan dirumah sakit tersebut sejak 2 tahun mengalami kemunduran dalam hal keselamatan pasien , sekitar 40% ketidakpuasan pasien terhadap mutu pelayanan di RS tersebut.

Lanjutan • Indikator terjadinya ketidakpuasan tersebut jika dikaitkan dengan keselamatan pasien diantaranya didapatkan data kesalahan dalam prosedur pemberian obat; 22,4 %, angka kejadian cidera 34,5 %, Selain itu data yang ditemukan pada tahun 2007 rata-rata BOR di ruang Stroke: 65 %. Pada bulan Januari – Juni 2008 menurun menjadi 58% (Rekam Medik RS P). • Justifikasi  RS.J (Akreditasi International Standart Organization) dan Joint Commission International (JCI)

Pengertian: Mutu merupakan “sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik oleh penyedia jasa atau pelayanan” (Tomey, 2006). Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan, (Lori Di Prete Brown, Wijono, 1999) Kompetensi teknis, Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, Efektifitas, Hubungan antar manusia, Efisiensi, Kelangsungan pelayanan, Keamanan dan kenyamanan klien. Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu input/struktur, proses, dan outcome

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD) Pengertian: Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commision) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena ”underlying disease” atau kondisi pasien (KKP-RS). Penyebab: Masalah komunikasi, Arus informasi yang tidak adekuat, Masalah SDM, Hal-hal yang berhubungan dengan pasien, Transfer pengetahuan di rumah sakit, Pola SDM / alur kerja, Kegagalan-kegagalan teknis, Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat

Patient Safety

PASIENT SAFETY • Sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. • Sistem tersebut meliputi asessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. • Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)

6 Tujuan penanganan patient safety menurut (Joint Commission International): 1. Mengidentifikasi pasien dengan benar 2. Meningkatkan komunikasi secara efektif 3. Meningkatkan keamanan dari high-alert medications 4. Memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan pasien 5. Mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan 6. Mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien

HIGH-ALERT MEDICATIONS 1.Insulin 2.Opiates dan narkotik 3.Penyuntikan potassium chloride/phosphate concentrate 4.Antikoagulan Intravena / Heparin 5.Sodium chlorine solutions di atas 0.9% (Joint Commission International, 2007).

PENCEGAHAN “Look-Alike, Sound Alike Errors” 1. Menuliskan dengan benar dan mengucapkan ketika mengkomunikasikan informasi dalam pengobatan. Buat pendengar tersebut mengulang kembali pengobatan tersebut untuk meyakinkan mereka mengerti dengan benar. 2. Mengingatkan merek tersebut dan nama obat generik yang biasa diucapakan dan seperti terlihat. 3. Memperhatikan potensial untuk kesalahan –kesalahan pembagian ketika menambahkan obat 4. Kelompokkan obat dengan kategori daripada dengan alpabet. 5. Mengingatkan menempatkan dalam sistem komputer dan diatas label pada tempat pengobatan untuk tanda dokter, perawat, dan farmasi pada masalah yang potensial. 6. Meliputi indikasi pada pengobatan dalam menolong farmasi mengidentifikasi masalah potensial. 7. Melakukan check tempat atau label pengobatan selain label pasien sebelum memberikan dosis kepada pasien. (Joint Commission International,2007)

PENANGANAN PASIEN CIDERA Definisi Jatuh Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yan gdapat dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.

Beberapa hal untuk mencegah terjadinya pasien jatuh: • • • •

Obat-obatan Penglihatan menurun Perubahan status mental Meletakkan sepatu dan tali sepatu pada tempatnya • Jatuh di lantai • Terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidrasi (Joint Commission International, 2007)

Lanjutan… • Mengidentifikasi resiko jatuh • Mengklasifikasi resiko jatuh, Jatuh dapat dikarenakan faktor intrinsik dan ekstrinsik

Tujuan sistem keselamatan pasien RS • Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS • Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat • Menurunnya KTD di RS • Terlaksananya program2 pencegahan sehingga tidak trjadi pengulangan KTD • (Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)

Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS : 1. MEMBANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP 2. MEMIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA 3. AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO 4. MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN 5. MELIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN 6. MELAKUKAN KEGIATAN BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KP 7. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)

7. Standar Keselamatan Pasien RS 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan keselamatan pasien 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)

Ada 6 sasaran penting dengan total 8 syarat (berdasarkan syarat yang ditetapkan di RS J): Target 1; Syarat 1 :Identifikasi Pasien secara Tepat. Target 2; Syarat 2 : Meningkatkan Komunikasi yang Efektif. Target 3;Syarat 3 : Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang, Membutuhkan Perhatian. Target 4; Syarat 4, 5, & 6 : Mengurangi Salah Lokasi, Salah Pasien dan Salah, Tindakan Operasi. Target 5; Syarat 7 : Mengurangi Risiko Infeksi. Target 6; Syarat 8 : Mengurangi risiko pasien cidera karena jatuh.

GAMBARAN MUTU PELAYANAN DALAM PENANGANAN PATIENT SAFETY DI RUANG STROKE • Ruang stroke RS. P angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) berkisar 17,7% pada tahun 2007, sedangkan bulan JanuariJuni 2008 mengalami peningkatan menjadi 40,5%. Angka ini tentu saja memiliki arti yang sangat riskan bagi rumah sakit. • BOR di ruang stroke 65 %. Pada bulan Januari - Juni 2008 menurun menjadi 58%. Berdasarkan data dari RS.P bahwa mutu pelayanan dirumah sakit tersebut sejak 2 tahun belakangan ini mulai mengalami kemunduran dalam hal kualitas pelayanan yang dikarenakan sekitar 40% ketidakpuasan pasien terhadap mutu pelayanan di rumah sakit tersebut. • Indikator terjadinya ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan 40,4%, kesalahan dalam prosedur pemberian obat 22,4 %, angka kejadian cidera 34,5 %. • Justifikasi  RS.J (Akreditasi ISO & JCI)

ANALISA HASIL KAJIAN MUTU PELAYANAN DALAM PENANGANAN PATIENT SAFETY DI RS.P Analisa SWOT STRENGTH 1. Memiliki visi, misi keperawatan di ruang Stroke 2. SDM terdiri dari : DIII (6 orang), SPK (11 orang) 3. Rumah Sakit Pemerintah Tipe B

WEAKNESS 1. Kualitas tenaga belum memenuhi kualifikasi 2. Metode TIM belum dijalankan secara optimal 3. Belum ada kualifikasi pendidikan S1 keperawatan dan S1 K3 (Kecelakaan Keamanan Kerja). 4. Belum ada pelatihan patient safety 5. Belum terdapat standard penanganan pada patient safety

OPPORTUNITY

THREATENED

1. Terbukanya 1. Persaingan antar kesemptan rumah sakit melanjutkan yang semakin pendidikan pada kuat program yang 2. Adanya tuntutan lebih baik masyarkat 2. Adanya program yang lebih pelatihan/kursus tinggi untuk yang telah dimulai mendapatkan pada Nopember mutu 2008 pelayanan 3. Membuat program yang optimal standar penanganan patient safety 4. Sosialisasi penanganan patient safety ke seluruh karyawan

PENANGANAN PATIENT SAFETY DI RS J • 1 Juni 2005 RS J mulai membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) dibentuk PERSI. • Menteri Kesehatan bersama PERSI & KKP-RS telah mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada Seminar Nasional PERSI tanggal 21 Agustus 2005, di JCC (Jakarta Convetion Center) • (PERSI KARS KKP-RS, 2006). • Menerapkan Enam tujuan penanganan patient safety menurut (Joint Commission International) • Penerapan International Patient Safety Goals (IPSG)

PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH •Penanganan pasien safety di area Pelayanan RS adalah pelayanan  kompleks sehingga risiko terjadinya kesalahan maupun kekhilafan cukup besar.  harapan masyarakat terhadap pelayanan di rumah sakit semakin tinggi. •Data yang didapat dari RS P bahwa 40,4% ketidakpuasan pasien akan pelayanan keperawatan, kesalahan dalam prosedur pemberian obat; 22,4 %, angka kejadian cidera; 34,5 %, selain itu data yang ditemukan pada tahun 2007 rata-rata BOR di Ruang Stroke : 65 %. Pada bulan Januari – Juni 2008 menurun menjadi 58%. Di rumah sakit P belum ada standar untuk penanganan patient safety, serta belum pernah dilakukan pelatihan khusus untuk patient safety.

a. Penanganan Pemberian obat pada pasien • Angka kejadian kesalahan dalam prosedur pemberian obat; 22,4% di RS P dimana angka ini menunjukkan kelalaian dari kerja perawat yang dapat merugikan pasien. • Pemberian obat yang benar berdasarkan JCI (Joint Comission International) bahwa sebagai perawat dalam pemberian obat harus memiliki aturan-aturan yang tepat yaitu enam benar dalam pemberian obat. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . • High Allert Medication, Mengajarkan perawat untuk pemberian obat dengan istilah “Look-Alike, Sound Alike Errors” • Memperhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (NORUM)

b. Penanganan Pasien Cidera (Jatuh) Jadi selain standar yang ditetapkan di Rumah Sakit J, penyediaan fasilitas juga perlu diperhatikan. Pemasangan pengaman tempat tidur sangat penting disediakan terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas. Mencegah terjadinya jatuh; obat-obatan (perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan terjadinya jatuh), penglihatan menurun (perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat menyebabkan jatuh, menggunakan kaca mata, sehingga pasien dapat berjalan sendiri misalnya pada malam hari), (perubahan status mental) perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien, (meletakkan sepatu dan tali sepatu pada tempatnya) perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh (misal sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya), (Jatuh di lantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh., terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi (perawat menganjurkan untuk minum 6-8 gelas per hari).

KESIMPULAN Peningkatan mutu pelayanan berdasarkan dimensi mutu berupa kompetensi tekhnis dimana perawat memiliki kemampuan, ketrampilan, dan penampilan perawat. Kompetensi tehnis yang tidak sesuai stándar akan merugikan pasien. Dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di RS.P masih belum maksimal dalam penanganan pasien safety khususnya dalam pemberian obat-obatan dan penanganan pasien cidera. Disisi lain RS.J sudah menerapkan penanganan pasien safety dengan standar international. Dalam hal ini hendaknya perawat memberi pelayanan secara efektif dan efisien, menjalin hubungan antar manusia, dan memberi kenyamanan dalam memberikan perawatan kepada pasien.

SARAN • Rumah Sakit diharapkan dapat menetapkan suatu unit kerja keselamatan pasien rumah sakit dengan fungsi unit kerja mengelola program keselamatan pasien dan pusat informasi keselamatan pasien. Dalam hal ini RS menetapkan program dan kerangka acuannya, menetapkan alur dan tatalaksana pencatatan dan pelaporan KTD, melakukan analisis tentang masalah cidera dan kesalahan dalam pemebrian obat. • Selain itu RS dapat menyelenggarakan pelatihan KPRS yang merata untuk seluruh karyawan sehingga dapat mengatasi cara penanganan patient safety dalam unit kerja.

Related Documents