MAKALAH POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
NAVALIA ARDHANA 1816028
AKADEMI KEBIDANAN PANCA BHAKTI BANDAR LAMPUNG 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa AKBID PANCA BHAKTI maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dengan judul “POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Bandar Lampung,
Penulis
ii
Desember 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur .................................................................. 3 2.2 Fisiologi Tidur .......................................................................................... 3 2.3 Jenis Tidur ................................................................................................ 6 2.4. Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Perkembangan / Usia ......................... 9 2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Dan Tidur ................................. 10
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 12 3.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola istirahat dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasnya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien. Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu yang sakit sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur.
1.2 Rumusan Masalah Adapun makalah yang berjudul “Istirahat dan Tidur” adalah untuk mendeskripsikan tentang: 1. Apa yang dimaksud dengan istirahat dan tidur? 2. Apa tujuan istirahat dan tidur? 3. Bagaimana konsep fisiologis tidur? 4. Apa saja tahapan tidur? 5. Bagaimana pola normal tidur? 6. Apa saja gangguan-gangguan dalam pemenuhan istirahat dan tidur? 7. Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan gangguan istirahat dan tidur sesuai dengan tumbuh dan kembang?
1
1.3 Tujuan Penulisan Adapun makalah yang berjudul “Istirahat dan Tidur” adalah untuk menjelaskan tentang: 1. Pengertian istirahat dan tidur 2. Tujuan istirahat dan tidur 3. Konsep fisiologis istirahat dan tidur 4. Tahapan tidur 5. Pola normal tidur 6. Gangguan dalam pemenuhan istirahat dan tidur 7. Askep pada pasien dengan gangguan istirahat dan tidur sesuai dengan tumbuh dan kembang
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Istirahat Dan Tidur Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2008). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Asmadi, 2008).
2.2. Fisiologi Tidur Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat, 2008). Pusat
pengaturan
aktivitas
kewaspadaan
dan
tidur
terletak
dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS) berlokasi pada batang otak teratas. RAS dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan tidur. Selain itu, RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
3
katekolamin
seperti
norepineprin.
Demikian
juga
pada
saat
tidur,
kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008). Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi RAS selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian BSR mengambil alih yang menyebabkan tidur (Potter&Perry, 2006).
Hasil Riset Mengenai Manfaat Tidur Apa yang Anda rasakan setelah semalam suntuk tidak tidur sedetik pun? Sebagian besar orang mengatakan “mengantuk” keesokan harinya. Keadaan mengantuk karena kurang tidur ini ternyata berefek pada emosi, mood, mudah tersinggung, letih, dan malas beraktivitas. Jika mengetahui manfaat tidur yang benar, Anda tentu tidak akan mengabaikan masalah tidur. Beberapa orang yang mengalami kurang tidur berhari-hari menunjukkan kepekaannya terhadap rasa sakit, jari jemari yang gemetar, sulit memusatkan mata, dan kelopak mata ingin mengatup terus. Setelah 5 hari tidak tidur secara terus-menerus, jantung dan sistem pernapasan menjadi sedikit lamban. Penelitian Mengenai Manfaat Tidur John Pappenheimer dari Fakultas Kedokteran Harvard dan peneliti lain dari Italia yang meneliti manfaat tidur, mengungkapkan bahwa setelah kekurangan tidur selama sehari, otak tikus atau kambing akan mengeluarkan semacam “sirup tidur”. Bila cairan ini diberikan kepada kelinci atau hewan lain, hewan tersebut tidurnya akan lebih lama dan lebih sering. Komposisi cairan dan manfaatnya terhadap tubuh secara pasti belum diketahui. Awalnya, para ilmuwan percaya bahwa penelitian mengenai kekurangan tidur ini akan menjawab mengapa tidur bermanfaat bagi manusia.
4
Manfaat Tidur Berikut hasil hipotesis sementara mengenai manfaat tidur bagi kesehatan. 1. Selama tidur NREM (Non Rapid Eye Movement), ada kemungkinan tubuh mengadakan penggantian jaringan lapuk secara kimia. Tidur NREM memiliki 4 tahap dalam prosesnya. Masing-masing bertandakan jenis pola gelombang otak tertentu dan dikaitkan dengan sejumlah tanda fisiologis serta perilaku. Empat tahapan tersebut antara lain tidur ringan (manusia tertidur tetapi masih mudah dibangunkan), tidur antara (tidur dalam keadaan masih rileks tetapi lebih sulit dibangunkan dibanding yang pertama), tidur dalam (tidur dalam keadaan pulas dan susah dibangunkan), tidur pulas (tidur yang menunjukkan gejala tubuh yang tidak bergerak, sangat pulas, bahkan pada tahapan terakhir inilah seseorang biasanya mengalami ngelindur, tidur sambil berjalan, mengompol, dan mimpi yang menyeramkan). 2. Tidur NREM memungkinkan sistem saraf untuk terlibat dalam proses yang lebih tinggi, seperti belajar. 3. Sel-sel tubuh mengalami regenerasi, sel yang rusak menjadi baru lagi selama tidur. 4. Produksi hormon pertumbuhan menjadi lancar. 5. Memberi kesempatan pada tubuh untuk beristirahat. 6. Kekebalan tubuh dalam melawan penyakit terus meningkat. 7. Kemampuan fisik dan konsentrasi bertambah. 8. Cukup tidur juga membuat kulit lebih cerah. Penelitian yang dilakukan oleh The Journal American Health Association menunjukkan bahwa kurang tidur membuat pembuluh darah mengkerut sehingga darah yang dipompakan ke seluruh tubuh menjadi berkurang. Darah yang melalui pembuluh kulit di wajah juga berkurang. Inilah yang menyebabkan warna kulit kurang sehat. Dalam waktu semalam saja, kurang tidur akan membuat kulit tidak mampu menghasilkan sel-sel baru yang membuatnya tetap sehat dan kencang. Jika Anda termasuk orang yang peduli dengan kecantikan, sudah saatnya mencukupi kebutuhan tidur agar kulit wajah dapat menjaga stabilitas dan kelembapannya.
5
Ternyata, tidak semua ilmuwan sependapat mengenai hal ini. Wilse Webb misalnya, berpendapat bahwa tidur sebenarnya sudah diprogram di dalam tubuh setiap makhluk melalui gen-gennya secara seleksi ilmiah. Biasanya, seseorang yang mudah sekali tidur akan menurunkan gen yang juga bersifat sama. Jadi, tidur sebenarnya bukan kebutuhan, melainkan efek samping dari perilaku genetik yang diturunkan. Apakah Anda sependapat dengan Wilse Webb? Bagaimanapun, agar kehidupan berkualitas dan senantiasa energik, sebaiknya Anda mencukupi kebutuhan tidur harian. Cukup tidur juga membuat Anda merasa lebih baik dan emosi cenderung stabil (tidak uring-uringan).
2.3. JENIS TIDUR Pada hakikatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement – REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement – NREM) (Asmadi, 2008). a. Tidur REM Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot – otot kendur, tekanan darah bertambah, garakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki – laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat. Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut: 1. Cenderung Hiperaktif. 2. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil). 3. Nafsu makan bertambah. 4. Bingung dan curiga.
6
b. Tidur NREM Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sabar atau tidak tidur. Tanda – tanda tidur NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat. Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing – masing tahap ditandai dengan pola perubahan aktivitas gelombang otak. Keempat tahap tersebut yaitu : 1). Tahap I Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan voltasi gelombang – gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah. 2). Tahap II Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot berlahan – lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14 – 18 siklus/detik. Gelombang – gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Tahap II berlangsung sekitar 10 – 15 menit. 3). Tahap III Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut
mengalami
penurunan
akibat
dominasi
sistem
saraf
parasimpatis. Pada EEG memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 1 – 2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan.
7
4). Tahap IV Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai dan sulit dibangunkan. Pada EEG tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1 – 2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20 – 30%. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh. Selain keempat tahap tersebut, ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V. Hal tersebut ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi dari tahap – tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit, dapat pula terjadi mimpi. Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut : 1.
Menarik diri, apatis dan respons menurun.
2.
Merasa tidak enak badan.
3.
Ekspresi wajah layu.
4.
Malas bicara.
5.
Kantuk yang berlebihan.
Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur kedua – duanya, yakni tidur REM dan NREM maka akan menunjukkan manifestasi sebagai berikut : 1.
Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.
2.
Tidak mampu untuk konsentrasi ( kurang perhatian ).
3.
Terlihat tanda – tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
4.
Sulit melakukan aktivitas sehari – hari.
8
5.
Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran.(Asmadi, 2008)
2.4. Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Perkembangan / Usia Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan (Asmadi, 2008). Pola Tidur Normal Berdasarkan Tingkat Perkembangan / Usia Tingkat Perkembangan / Usia Pola Tidur Normal Bayi Baru Lahir Tidur 14–18 jam sehari, pernapasan teratur, gerak tubuh sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-60 menit. Bayi Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar. Toddler Tidur sekitar 10-11 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun. Pra Sekolah Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5 tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari. Usia Sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu tidur relatif konstan. Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, 20% tidur REM Dewasa Muda Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur tahap I, 50% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III – IV. 9
Dewasa Pertengahan Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur. Dewasa Tua Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang – kadang tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari. (Asmadi, 2008)
2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Dan Tidur Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda – beda. Ada yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut : a. Status Kesehatan Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur (Asmadi, 2008). b. Lingkungan Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur. Keadaan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayat, 2008). c. Stres Psikologis Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin
10
darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi, 2008). d. Diet / Nutrisi Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi seperti pada keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat mempercepat proses tidur, karena adanya triptofan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna (Hidayat, 2008). Sebaliknya minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008). e.
Gaya Hidup Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi, 2008).
f. Obat – Obatan Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk (Hidayat, 2008). g. Motivasi Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Hidayat, 2008).
11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Sedangkan tidut adalah Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, ratarata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur.
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivitasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termaksuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Ada dua jenis tidur yaitu tidur REM dan tidur NREM. Tidur REM (rapideye movement) terjadi disaat kita bermimpi hal tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik. Sedangkan, Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan terdalam berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak lebih malam, status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa menyegarkan/
12
meguatkan. Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan menggunakan hormon yang dinamakan somastostatin.
3.2 Saran
Menjaga pola istirahat dan tidur dapat membantu terpenuhnya kebutuhan dasar manusia, maka mulai dari sekarang mari ita mengatur waktu agar kebutuhan istirahat dan tidur dapat terpenuhi dan sesuai dengan kebutuhan setiap individu.
13
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. Efendi, Ferry dan Makhfludli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A. aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A. aziz. 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Iskandar, Yul. 2009. Pustaka Kesehatan Populer : Psikologi. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
14