1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono (2004: 34) “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
2. Pengguna Laporan Keuangan Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan ( SAK) paragraf ke 9 ( Revisi 2009), dinyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaga lainnya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli,
menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja,
Pemberi Pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan
Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
3. Pengertian Analisa Laporan Keuangan Analisa laporan keuangan adalah kegiatan menganalisa laporan keuangan. Yang lahir dari suatu konsep dan sistem akutansi keuangan. Dengan memahami sifat dan konsep akutansi keuangan maka akan lebih mengenal sifat dan konsep laporan keuangan sehingga dapat menjaga kemungkinan salah tafsir terhadap informasi yang diberikan melalui laporan keuangan sehinggakesimpulan yang disapat akan lebih akurat. Menurut Myer (2004:5) definisi analisa laporan keuangan adalah “Analisa laporan keuangan adalah analisa mengenai dua daftar yang disusunoleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan”. Menurut Dwi Prastowo (2008:56) definisi analisis laporan keuangankeuangan adalah: “Analisa laporan keuangan adalah penguraian suatu pokok atas berbagaibagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagianuntuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisa laporan keuangan (financial statement analysis) adalah proses penganalisaan atau penyidikan terhadap laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi beserta lampiran-lampirannya untuk mengetahui posisi keuangan dan tingkat “kesehatan” perusahaan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Tujuan Analisa Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasiyang cukup penting untuk mengambil keputusan yang bersifat ekonomi. Analisa laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisa pada laporan keuangan dan data keuangan dalam rangka untukmemperoleh ukuran-ukuran dan hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Analisa laporan keuangan dilakukan untuk mencapai tujuan: 1. Untuk mengetahui perubahan posisi keuangan perusahaan pada satu periodetertentu baik aktiva, kewajiban, dan harta maupun hasil usaha yang telahdicapai untukbeberapa p 2. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan apa saja yang dimiliki oleh perusahaan. 3. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukankedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan saat ini. 4. Untuk melakukan penilaian atau evaluasi kinerja manajemen kedepan,apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil.
4. Teknik Analisa Laporan Keuangan.
1. Metode Komparatif. Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan keuangan danmembandingkan dengan angka-angka laporan keuangan lainnya. Misalnyaperbandingan dalam beberapa tahun contohnya, laporan keuangan tahun 2001dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2002, atau perbandingan dengan budget (anggaran perusahaan). 2. Metode Analisis. Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberapa tahundan dari sini digambarkan trendnya. Trend analysis ini biasanya dibuat melalui grafik.Dan untuk itu perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya menggunakan linear programming , rumuschi square, rumus y = a + bx. 3. Common Size Financial Statement (Laporan bentuk awam). Metode ini merupakan metode analisis yang menjadikan laporan keuangan dalambentuk presentasi. Presentasi itu biasanya dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilaipenting, misalnya asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi. 4. Metode Index Time Series. Metode ini dihitung dengan indeks dan digunakan untuk mengkonversikan angkaangkalaporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Untuk menghitung indeks maka digunakan rumus sebagai berikut : Indeks 2001 = Angka Laporan Keuangan 2001 X 100% Angka Dasar
Rasio Laporan Keuangan Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Adapun rasio keuangan yang popular adalah 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan semua kebutuhan jangka pendek. Adapun yang termasuk dalam rasiolikuiditas adalah :
a. Rasio Lancar adalah kemampuan untuk membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi denganaktiva lancar. Apabila rasio lancar ini 1 : 1 atau 100 %, berarti aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. b. Rasio Cepat (Quick ratio), Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin baik, rasio ini disebut juga dengan acid test ratio. Angka rasio ini tidak harus 100 % atau 1 : 1. c. Rasio Kas atas Aktiva Lancar, Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. d. Rasio Kas atas Hutang Lancar, Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas yang dapat menutupi hutang lancar. e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva, Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total aktiva. f. Aktiva Lancar dan Total Hutang, Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total kewajiban perusahaan. 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas antara lain : a. Rasio Hutang atas Modal. Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. b. Debt Service Ratio. Rasio ini menggambarkan sejauh mana laba setelah dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya nonkas dapat menutupi kewajiban bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio ini semakin besar perusahaan dapat menutupi semua hutanghutangnya. c. Rasio Hutang atas Aktiva. Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva, lebih besar rasionya maka lebih aman, supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil. 3. Rasio Profitabilitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio. Rasio profitabilitas antaralain : a. Profit Margin Angka ini menunjukan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh
dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. b. Return On Total Assets. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. c. Return On Investment. Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modalpemilik. Semakin besar maka akan semakin baik. d. Operating Ratio. Menunjukan biaya operasi per rupiah penjualan, semakin besar rasio ini berarti semakin buruk. 4. Rasio Aktivitas. Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Rasio ini menunjukan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Yang termasuk dalam rasio ini adalah : a. Receivable Turn Over Rasio ini menunjukan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar semakin baikkarena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. b. Inventory Turn Over. Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksinormal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat. c. Fixed Asset Turn Over. Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar jika diukur dari nilai penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya kemamapuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi. d. Total Asset Turn Over. Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengandengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. e. Periode Penagihan Piutang. Angka ini menunjukkan berapa lama perusahaan melakukan penagihan piut ang. Semakin pendek periodenya semakin baik. Rasio ini sejalan dengan informasi yang digambarkan receivable turn over.
Dasar Pembanding atau Unsur Pembanding. Dalam analisa perbandingan laporan keuangan, diperlukan adanya dasar pembanding, dasar pembanding dapat diambil berdasarkan kebutuhan penganalisa. Adapun dasar pembanding yang biasanya dipakai adalah: 1. Periode atau tahun awal. Misalnya tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005, karena tahun 2002 koperasi dianggap mulai menjalankan operasi usaha dengan lancar dan stabil makatahun 2002 digunakan sebagai tahun dasar (starting point) untuk dasar analisa tahun-tahun selanjutnya. 2. Periode atau tahun sebelumnya. Dengan membandingkan tahun sebelumnya, penganalisa ingin melihat perkembangan dua tahun terakhir. Misalnya tahun 2002, 2003, 2004, dan 2005 maka analisa perbandingan akan membandingkan antara tahun 2002 dengan 2003 atau 2003 dengan 2004 dan 2004 dengan 2005. 3. Tahun yang dianggap normal. Dari tahun-tahun yang telah berjalan, akan diambil tahun yang dianggap koperasi berjalan dengan sangat stabil, dan paling berprestasi sehingga tahun-tahun yang lain akan diukur atau dibandingkan dengan tahun tersebut.
5. Analisis Cross Section Analisis cross section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan atau industi yang sejenis. akan bermanfaaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manjemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri. Definisi industri sejenis adalah kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier, contoh standar klasifikasi industry listing di BEJ, dan kesamaan dari sisi permintaan. Kriteria pengelompokan industry didasarkan atas produk yang di hasilkan .contoh : misal kebutuhan komunikasi, penghasil computer PC dengan mesin fax bisa bersaing, kamera dan HP.
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Analisis cross section ( perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis) akan bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri. Apabila perusahaan memeperoleh untung di atas industri, manajemen perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila terjadi sebaliknya. Mendefinisikan perusahaan sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain : (1) Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier. Perusahaan bisa dikelompokan berdasarkan bahan baku yang dipakai, bisa juga berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial Classification biasanya menggunakan kriteria semacam ini (struktur fisik dan tekhnologi proses produksi dalam homogenitas produksi). (2). Kesamaan dari sisi permintaan. Pendekatan ini menggunakan produk-produk yang dihasilkan sebagai kriteria pengelompokan industri. Apabila produk-produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan produk-produk tersebut merupakan substitusi satu sama lainnya, maka produk-produk tersebut masuk dalam industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon yang pendek yaitu produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga mempunyai horizon jangka panjang yaitu produk-produk yang saling berkompetisi pada beberapa tahun mendatang. (3) kesamaan dalam atribut keuangan. Dari sudut pandang investasi, sahamsaham yang mempunyai berapa kesamaan atribut bisa dimasukan kedalam satu kelompok. Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebai perbandingan, analisis juga bisa menggabungkan ketiga atribut diatas, misalkan perusahaan transportasi dengan asset yang tidak terlalu besar ( misal Rp. 1,5 miliar), maka perbandingan yang tepat adalah perusahaan transportasi lainnya yang mempunyai asset yang hampir sama besarnya. Membandingkan perusahaan tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang yang mempunyai asset Rp. 1 miliar barangkali tidak sepenuhnya tepat. erhitungan rata-rata industri Untuk menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai beberapa alternatif: 1. Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan 2. Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya ( standar devisiasinya) 3. Menghitung nilai untuk presentil tertentu ( misal menghitung nilai untuk perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil.
Untuk menghitung (1) di atas ada beberapa alternative yang bisa dipakai : 1. Menghitung rata-rata aritmatika 2. Menghitung rata- rata tertimbang 3. Menggunakan median
4. Menggunakan modus Misalkan kita mempunyai data suatu industry yang terdiri dari beberapa perusahaan sebagai berikut : Perusahaan A
B
C
D
E
F
G
H
ROA
10% 12% 12% 13%
9%
12% 8%
9%
Nilai buku saham
300
420
250
200
250
210
310 335
Nilai pasar saham
350
400
420
450
460
350
340 400
Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industry bisa di hitung sebagai berikut : 1/8 (10+12+12+13+9+12+8+9) = 10,625 % Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan. Alternative lain adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang. Misalkan analisis menggunakan nilai buku saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa dihitung sebagai berikut : 300/2.275 (10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) + 200/2.275 (13%) + 250/2.275 (9%) + 210/2.275 (12%) + 310/2.275(8%) + 335 /2.275 (9%) = 1,31+2,21 + 1,32 + 1,14 + 0,98 + 1,+11 + 1,09 + 1,33 = 10,50% Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai pembobotnya, industri bisa dihitung sebagai berikut: 350/3.170(10%) + 400/3.170(12%) + 420/3.170(12%) + 450/3.170(13%) + 460/3.170(9%) + 350/3.170(12%) + 340/3.170(8%) + 400/3.170(9%) = 1,1 +1,51 + 1,59 + 1,84 + 1,31 + 1,32 + 1, 14 = 10,67% Perhitungan rata-rata sangat sensitive terhadap nilai-nilai ekstrim. Misalkan ada dua perusahaan dengan nilai ekstrim + 30% (Perusahaan I) dan 10% (perusahaan J). Misalkan perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang mengakibatkan rugi 10% dan perusahaan I baru saja memperoleh lisensi impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka ekstrim tersebut. Dengan cara semacam angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak merusak analis. Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ekstrim adalah dengan menggunakan angka median atau modus. Denagn median ROA perusahaan diurutkan sebagai berikut : 8%, 9%, 9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13% , dan nilai tengahnya atau medianya adalah 11%. Misalkan kita menggunakan modus (nilai yang paling sering keluar), maka angka yang dipilih untuk dijadikan rata-rata industry adalah 12% Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan dengan metode berberda tersebut. ROA Rata-Rata Industri Rata-rata aritmatik Rata-rata tertimbang
10,63%
(dengan bobot nilai buku saham)
10,5%
Rata-rata tertimbang (dengan bobot nilai pasar saham)
10,67%
Median
11,00%
Modus
12,00%
Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung pertimbangan analis. Dari angka-angka diatas, ROA rata-rata industry adalah sekitar 1012%. Perbedaan antara industri Pada waktu analis menggunakan perbandingan industri, analis mempunyai asumsi implisit yaitu ada perberdaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar industri. Kalau asuransi semacam itu tidak pernah terpenuhi maka tidak ada artinya menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis, karena perbandingan dengan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan menghasilkan analis yang sama. Perbandingan antar industri secara implisit juga mengakui bahwa ada perbedaan resiko bisnis antar industri. Apabila asumsi ini benar, maka perbandingan dengan perusahaanperusahaan dalam industri relevan dilakukan karena perusahaan di bandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi apabila resiko bisnis antar industri tidak berlainan, maka perbandingan antar industri tidak punya dasar yang cukup kuat.
6. Analisis Time Series Kegiatan Peramalan adalah suatu kegiatan memprediksi masa depan menggunakan kondisi ataupun data dimasa lalu. Hasil ramalan adalah situasi/kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan dapat diperoleh dengan bermacam‐macam cara yang dikenal dengan metode peramalan. Metode peramalan dapat diklasifikasikan 2 (dua) kelompok yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode peramalan kualitatif lebih mendasarkan kualitatif dimasa lalu yaitu berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat dan pengetahuan serta pengalaman. Metode peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan pada data kuantitatif dimasa lalu. Hasil yang dibuat tergantung dari metode yang digunakan untuk melakukan peramalan. Menurut Australia Bureau of Statistics, data time series adalah sekumpulan data pengamatan yang diperoleh dari perhitungan dari waktu ke waktu. Pada umumnya pengumpulan dan pencatatan itu dilakukan dalam jangka waktu tertentu misalnya tiap bulan, tiap akhir tahun, sepuluh tahun dan sebagainya. Contoh data time series adalah pertumbuhan ekonomi suatu negara pertahun, jumlah produksi minyak perbulan, indeks harga saham perhari. Untuk meramalkan data time series dibutuhkan teknik peramalan yang
baik. Teknik peramalan dapat bermacam-macam tergantung pada pola data yang ada. Menurut Hanke dan Wichern (2005:58), ada empat macam tipe pola data yaitu: 1. Pola Data Horizontal Pola data horizontal terjadi saat data observasi berfluktuasi di sekitaran suatu nilai konstan atau mean yang membentuk garis horizontal. Data ini disebut juga dengan data stasioner. Jumlah penjualan selalu meningkat atau menurun pada suatu nilai konstan secara konsisten dari waktu ke waktu. 2. Pola Data Trend Pola data trend terjadi bilamana data pengamatan mengalami kenaikan atau penurunan selama periode jangka panjang. Suatu data pengamatan yang mempunyaitrend disebut data non stasioner. 3. Pola Data Musiman Pola data musiman terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman. Pola data musiman dapat mempunyai pola musim yang berulang dari periode ke periode berikutnya. Misalnya pola yang berulang setiap bulan tertentu, tahun tertentu atau pada minggu tertentu. 4. Pola Data Siklis Pola data siklis terjadi bilamana deret data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Dalam analisis data keuangan, analisis terhadap data historis diperlukan untuk melihat tren-tren yang mungkin timbul. Kemudian kita bisa menganalisis apa yang terjadi dibalik tren-tren angka tersebut. Data historis perusahaan sebaiknya juga dibandingkan dengan data historis industri untuk melihat apakah tren suatu perusahaan begerak relatif lebih baik terhadap tren industri. Dalam analisis data keuangan, analisis terhadap data historis diperlukan untuk melihat tren-tren yang mungkin timbul. Kemudian kita bisa menganalisis apa yang terjadi dibalik tren-tren angka tersebut. Data historis perusahaan sebaiknya juga dibandingkan dengan data historis industri untuk melihat apakah tren suatu perusahaan begerak relatif lebih baik terhadap tren industri. Perbandingan ROA PT A dengan ROA Industri: Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
ROA PT A 10% 12% 13% 17% 15% 14% 13,50%
ROA Industri 9% 11% 12% 19% 14% 13% 12,50%
Dalam analisis times series, perubahan-perubahan struktural yang akan berpengaruh terhadap angka-angka keuangan harus diperhatikan. Perubahan-perubahan struktural yang akan mempengaruhi tren keuangan suatu perusahaan antara lain: 1. Peraturan Pemerintah 2. Perubahan Kompetisi 3. Perubahan Teknologi 4. Akuisi dan Merger (Penggabungan Perusahaan) Data penjualan PT A & PT B: Penjualan
Tahun
PT A
Gabungan
PT B
2004
Rp
9.000.000.000,00
Rp 5.000.000.000,00
Rp 14.000.000.000,00
2005
Rp 10.000.000.000,00
Rp 6.000.000.000,00
Rp
16.000.000.000,00
2006
Rp 12.000.000.000,00
Rp 7.000.000.000,00
Rp
19.000.000.000,00
2007
Rp 21.000.000.000,00
-
Rp 21.000.000.000,00
2008
Rp 23.000.000.000,00
-
Rp 23.000.000.000,00
2009
Rp 24.000.000.000,00
-
Rp 24.000.000.000,00
Tiga pendekatan dalam analisis time series: 1. Pendekatan Ekonomi 2. Pendekatan Statistik 3. Pendekatan Visual
Analisis Forecasting Teknik peramalan merupakan cara memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang secara sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan pada masa yang lalu, sehingga dengan demikian teknik peramalan diharapkan dapat memberikan objectivitas yang lebih besar. Forecast/Peramalan biasanya dapat diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Berikut ini adalah kategori peramalan berdasarkan horizon waktu: 1. Peramalan jangka pendek Peramalan ini mancakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini biasanya digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, penjualan, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi 2. Peramalan jangka menengah Peramalan ini umumnya mencakup hitungan bulanan hingga waktu 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis bermacam-macam rencana operasi. 3. Peramalan jangka panjang
Umunya untuk waktu perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Permalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang). Sedangakan tipe peramalan berdasarkan aspek strategis dalam perencanaan operasi di masa depan antara lain: a. Peramalan ekonomi (economic forecast), peramalan ini menjelaskan/meramalkan siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indicator perencanaan lainnya. b. Peramalan teknologi (technological forecast), memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. c. Peramalan permintaan (demand forecast), adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga Peramalan Penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Secara umum teknik atau metode peramalan dapat dibagi menjadi dua kategori, yang masing-masing kategori terdiri dari beberapa model. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut (Spyros Makridakis, 1993 hal 8-10) 1. Metode Kualitatif Metode ini lebih menekankan pada keputusan-keputusan hasil diskusi pendapat pribadi seseorang, dan intuisi yang meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Metode ini dibagi menjadi 2 yakni a) Metode eksploritas b) Metode normati 2. Metode kuantitatif Merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-aturan matematis dan statistik dalam menunjukan hububgan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Peramalan kuantitatif mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara variabel-variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang pada masa akan datang. Metode Kuantitatif di kelompokan menjadi dua, yaitu: Time series model Time series model didasarkan pada serangkaian data-data berurutan yang berjarak sama (misalnya: mingguan , bulanan, tahunan, dll). serangkaian data ini yang merupakan serangkaian observasi berbagai variabel menurut waktu, biasanya ditabulasikan dan digambarkan dalam bentuk grafik yang menunjukan perilaku subyek. Time series sangat tepat dipakai untuk meramalkan permintaan yang berpola permintaan dimasa lalunya cukup konsisten dalam periode waktu yang lama, sehingga pola tersebut masih akan teteap berlanjut. Analisa deret waktu didasarkan pada asumsi bahwa deret waktu tersebut terdiri dari komponen-komponen, yaitu: Pola kecenderungan (T), Pola siklus/cycle (C), Pola musim (S), Variasi acak(R)
Seperti yang terlihat pada tabel di atas Time series model mempunya beberapa metode, antara lain yakni : ARIMA, bayesian, Autocorelation, filter kalman, multivariate, smooting dan regresion. Casual model (model sebab akibat) Model casual model adalah model peramalan yang mempertimbangkan variabel-variabel atau vaktor-vaktor yang bisa mempengaruhi jumlah yang sedang diramalkan. Atau lebih mudahnya bahwa Metode ini menggunakan pendekatan sebab-akibat, dan bertujuan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan menemukan dan mengukur beberapa variabel bebas (independen) yang penting beserta pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas yang akan diramalkan. Pada metode kausal terdapat tiga kelompok metode yang sering dipakai : a. Metoda regresi dan korelasi memakai teknik kuadrat terkecil (least square). Metoda ini sering digunakan untuk prediksi jangka pendek. Contohnya: meramalkan hubungan jumlah kredit yang diberikan dengan giro, deposito dan tabungan masyarakat. b. Metoda ekonometri berdasarkan pada persamaan regresi yang didekati secara simultan. Metoda ini sering digunakan untuk perencanaan ekonomi nasional dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Contohnya: meramalkan besarnya indikator moneter buat beberapa tahun ke depan, hal ini sering dilakukan pihak BI tiap tahunnya. c. Metoda input output biasa digunakan untuk perencanaan ekonomi nasional jangka panjang. Contohnya: meramalkan pertumbuhan ekonomi seperti pertumbuhan domestik bruto (PDB) untuk beberapa periode tahun ke depan 5-10 tahun mendatang. Tahapan perancangan peramalan Secara ringkas terdapat tiga tahapan yang harus dilalui dalam perancangan suatu metoda peramalan, yaitu : Melakukan analisa pada data masa lampau. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pola dari data bersangkutan. Memilih metoda yang akan digunakan. Terdapat bermacam-macam metoda yang tersedia dengan keperluannya. Metoda yang berlainan akan menghasilkan sistem prediksi yang berbeda pula untuk data yang sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa metoda yang berhasil adalah metoda yang menghasilkan penyimpangan (error) sekecilkecilnya antara hasil prediksi dengan kenyataan yang terjadi. Proses transformasi dari data masa lampau dengan menggunakan metoda yang dipilih. Kalau diperlukan, diadakan perubahan sesuai kebutuhannya.
7. Pengertian ROA (Return on Assets) dan Rumus ROA
Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%). Dapat dikatakan bahwa satu-satunya tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan dan tentunya juga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan itu sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat membantu manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonversi investasinya pada aset menjadi keuntungan atau laba (profit). Tingkat Pengembalian Aset atau Return on Assets ini sebenarnya juga dapat dianggap sebagai imbal hasil investasi (return on investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya aset modal (capital assets) seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan. Dengan kata lain, uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat pengembaliannya atau imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang diperolehnya. Tingkat pengembalian Aset atau Return on Assets ini berbeda-beda pada industri yang berbeda. Industri yang padat modal seperti Industri Kereta Api, Industri Pertambangan dan Industri Alat Elektronik berteknologi tinggi akan menghasilkan tingkat pengembalian aset yang rendah, hal ini dikarenakan industri-industri tersebut memerlukan aset-aset berharga mahal untuk melakukan bisnisnya. Sedangkan Industri yang bukan padat modal seperti industri perangkat lunak atau industri jasa akan menghasilkan tingkat pengembalian aset atau rasio ROA yang tinggi karena industri-industri tersebut tidak memerlukan aset-aset yang berharga mahal. Oleh karena itu, Rasio ROA (Return on Assets) ini lebih tepat digunakan untuk membandingkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama atau untuk membandingkan kinerja perusahaan dari satu periode dengan periode berikutnya. Rumus ROA (Return on Assets) ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara membagi laba bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya dan ditampilkan dalam bentuk persentase (%). Ada dua cara umum dalam menghitung ROA yaitu dengan menghitung total aset pada tanggal tertentu atau dengan menghitung rata-rata total aset (average total assets). Berikut ini adalah Rumus ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset. Rumus ROA Return on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset)
Contoh Perhitungan ROA (Return on Assets) Berdasarkan laporan keuangan per tanggal 31/12/2016, Laba bersih atau Net Income PT. Waskita Karya Persero Tbk adalah Rp. 1,713 triliun sedangkan Total Asetnya adalah sebanyak Rp. 61,433 triliun. Berapakah ROA atau Return on Assets (Tingkat pengembalian aset) PT. Waskita Karya Persero Tbk ? Jawaban : ROA = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset) ROA = Rp. 1,713 triliun / Rp. 61,433 triliun ROA = 2,79% Jadi ROA PT. Waskita Karya Persero Tbk dengan kode emiten WSKT ini adalah sebesar 2,79%.
Analisis dan Penilaian ROA (Return on Assets) Seperti yang disebutkan sebelumnya, Rasio Return on Assets ini berguna untuk mengukur seberapa efisiensinya suatu perusahaan untuk dapat mengubah uang yang digunakan untuk membeli aset menjadi laba bersih. Rasio yang lebih tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut lebih efektif dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar. ROA akan sangat bermanfaat apabila dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di industri yang sama, karena industri yang berbeda akan menggunakan aset yang berbeda dalam menjalankan operasionalnya. Misalnya, perusahaan pertambangan harus menggunakan peralatan yang besar dan mahal, sementara perusahaan perangkat lunak (software house) hanya mengunakan komputer dan server dalam menjalankan bisnisnya.
8. Pengertian ROE (Return on Equity) dan Rumus ROE
Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. ROE biasanya dinyatakan dengan persentase (%). Jadi, ROE dengan rasio 100% berarti bahwa setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih. Return on Equity atau ROE ini merupakan
pengukuran penting bagi calon investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan laba bersih. ROE juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya. Berikut ini adalah rumus dan cara untuk menghitung Return on Equity yang dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Rasio Pengembalian Ekuitas beserta contoh kasus perhitungan ROE ini. Rumus ROE (Return on Equity) Rasio Return on Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Berikut ini adalah Rumus ROE : Berikut ini adalah rumus dan cara untuk menghitung Return on Equity yang dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Rasio Pengembalian Ekuitas beserta contoh kasus perhitungan ROE ini. Rumus ROE (Return on Equity) Rasio Return on Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Berikut ini adalah Rumus ROE : ROE = Laba bersih setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham Pada umumnya, Return on Equity atau ROE ini dihitung untuk pemegang saham biasa (common shareholders). Dalam hal ini, dividen preferen tidak termasuk dalam perhitungan karena jenis dividen ini tidak tersedia untuk para pemegang saham biasa. Dividen Preferen biasanya dikeluarkan dari perhitungan Laba Bersih (Net Income). Contoh perhitungan ROE (Return on Equity) Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal 31 Desember 2017, PT. AABB yang bergerak di sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 500 juta, total ekuitas para pemegang saham adalah sebanyak Rp. 800 juta. Berapakah rasio pengembalian ekuitas atau Return of Equity (ROE) PT. AABB ? ROE = Laba bersih setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham ROE = Rp. 500.000.000 / Rp. 800.000.000 ROE = 62,5% Jadi ROE PT. AABB pada tahun 2016 adalah sebesar 62,5%.
Return on equity atau ROE mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan menggunakan uang dari pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan dan menumbuhkan perusahaannya. Tidak seperti rasio pengembalian investasi lainnya, ROE adalah rasio profitabilitas dari sudut pandang investor, bukan dari sudut pandang perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini menghitung berapa banyak uang yang dapat dihasil oleh perusahaan bersangkutan berdasarkan uang yang diinvestasikan pemegang saham, bukan investasi perusahaan dalam bentuk aset atau sesuatu yang lainnya. entunya, setiap investor atau pemegang saham menginginkan tingkat pengembalian ekuitas yang tinggi karena rasio pengembalian Ekuitas (ROE) yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan menggunakan dana investor secara efektif. Pada umumnya, semakin tinggi rasio Return on Equity (ROE) ini, semakin baik. Namun perlu diketahui bahwa rasio ROE ini akan berbeda diantara satu jenis industri dengan jenis industri lainnya. Jadi sebaiknya ROE ini tidak dibandingkan dengan industri yang berbeda karena setiap jenis industri memiliki investasi dan pendapatan yang berbeda-beda. Jika tidak membandingkan dengan perusahaan lainnya, ROE ini sebenarnya dapat digunakan untuk membandingkan antara satu periode dengan periode lainnya. Sebagian besar Investor akan menghitung dan membandingkannya pada awal periode dengan akhir periode untuk melihat perubahaan pada pengembalian ekuitasnya. Dengan perbandingan per periode ini, investor dapat melacak dan mengetahui perkembangan dan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan tren pendapatan yang positif.
9. Analisis Resiko
1. Sumber - Sumber Resiko Secara sederhana, analisis resiko atau risk analysis dapat diartikan sebagai sebuah prosedur untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian menganalisisnya untuk memastikan hasil pembongkaran, dan meyoroti bagaimana dampak-dampak yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau dikurangi. Analisis resiko juga dipahami sebagai sebuah proses untuk menentukan pengamanan macam apa yang cocok atau layak untuk sebuah sistem atau lingkungan (ISO 1779, “An Introduction to Risk Analysis”, 2012). Resiko bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan, ada dari pihak internal maupun ekternal. Berikut sumber-sumber resiko: 1. Internasional: Ketidakstabilan pemerintah lokal (setempat), Ketidakstabilan kebijakan pemerintah setempat, Pengambilalihan perusahaan oleh pemerintah setempat, Resiko perubahan kurs mata uang, dan Resesi dunia. 2. Domestik: Resesi, Inflasi atau deflasi, Perubahan tingkat suku bunga, Perubahan demografis, Perubahan kebijakan dalam negeri, dan Perubahan politik dalam negeri.
3. Industri: Perubahan teknologi, Persaingan, Perubahan kekuatan tawar menawar dalam industri (misal, pembeli semakin kuat), dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan industri. 4. Perusahaan: Perubahan manajemen, Perubahan strategi, Resiko terkena bencana (seperti kebakaran), dan Resiko terkena tuntutan hukum. 2. Kategori Resiko Resiko Jangka Pendek Resiko likuiditas jangka pendek membutuhkan suatu pemahaman tentang siklus operasi perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan menilai Resiko likuiditas jangka pendek adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (Current Ratio). Current Ratio merupakan instrumen untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi current ratio maka semakin likuid suatu perusahaan dan sebaliknya. Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kas yang dipunyai perusahaan ditambah aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun, relatif terhadap besarnya hutang-hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat (tidak lebih dari satu tahun), pada tanggal tertentu seperti tercantum pada neraca. Rasio Cepat (Quick Ratio). Quick Ratio merupakan instrumen untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi quick ratio maka semakin likuid suatu perusahaan dan sebaliknya. Persediaan dikeluarkan karena dianggap sebagai aktiva lancar yang paling tidak likuid. Secara umum, informasi dari quick ratio akan sama (searah) dengan informasi dari rasio lancar. Rasio aliran kas operasional terhadap hutang lancar (operating cah flow to current liabilities). Rasio ini menunjukan sejauhmana kas yang dihasilkan dari operasi dapat menutupi kewajiban lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah resiko yang dihadapi perusahaan. Rumus untuk rasio ini adalah aliran kas dari operasi (sebelum item-item luar biasa) / rata-rata hutang lancar. Studi empiris di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa Rasio aliran kas terhadap hutang lancar untuk kondisi bisnis yang sehat adalah sekitar 0,4 atau lebih. Pada industri yang relatif sudah memasuki tahap kedewasaan, secara umum tidak akan kesulitan memperoleh surplus kas dari operasi mereka. Rasio aktivitas modal kerja. Rasio aktivitas modal kerja menghitung seberapa cepat modal kerja berputar, atau menghitung seberapa lama dana tertanam di modal kerja. Beberapa rasio: Rata-rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, rata-rata umur hutang
- Resiko Jangka Panjang Resiko solvabilitas jangka panjang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga dan angsuran pinjaman atas utang jangka panjang dan untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo.
Rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai resiko solvabilitas jangka panjang adalah:
Rasio utang jangka panjang (long term debt ratio). Rasio ini menunjukan seberapa besar total utang yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai aktivitasnya. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula resiko yang dihadapi perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula resiko yang dihadapi perusahaan. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio). Rasio ini menunjukan seberapa besar total utang yang dimiliki oleh perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula resiko yang dihadapi perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula resiko yang dihadapi perusahaan. Rasio kewajiban terhadap aktiva (liabilities to assets ratio). Rasio ini menunjukan seberapa besar utang yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula resiko yang dihadapi perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio perusahaan maka semakin kecil pula resiko yang dihadapi perusahaan. Rasio cakupan bunga (coverage rasio interest). Rasio ini menunjukan sejauhmana kemampuan perusahaan untuk dapay menutupi atau memenuhi kewajiban bunga atas pinjamannya kepada kreditor. Rasio ini mengukur berapa kali pendapatan sebelum bunga dan pajak bisa menutup bunga (EBIT). Rasio aliran kas operasional terhadap total hutang (operating cash flow to total liabilities ratio). Rasio ini menunjukan sejauhmana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari kegiatan operasi untuk menutupi atau memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini melihat kemampuan perusahaan menghasilkan aliran kas untuk menutup kewajibannya. Aliran kas dari operasi bisa dilihat dari laporan aliran kas, yaitu dalam komponen operasi. Rasio aliran kas operasional terhadap pengeluaran modal ( operating cash flow to capital expenditure). Rasio ini menunjukan seberapa besar pengunaan arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pengeluaran modal. Analisis ini memberi informasi besarnya aliran kas untuk menutup pengeluaran modal yang diperlukan untuk investasi memelihara dan membangun pabrik dan bangunan. Kelebihan kas tersebut bisa dipakai untuk membayar hutang dengan bunganya.
10. Pengertian Analisa Aliran Kas Kas menurut pengertian sempit berarti uang. Di dalam akuntansi, istilah kas mengandung pengertian yang luas karena meliputi juga uang kertas, uang logam, cek, pos wesel, simpanan di bank dan segala sesuatu yang dapat disamakan dengan uang (Al Haryono Yusup, 1995). Kas mempunyai kedudukan sentral dalam usaha menjaga kelancaran operasi perusahaan. Jumlah kas yang memadai sangat penting bagi kelancaran
usaha sehari-hari maupun bagi keperluan menunjang pelaksanaan-pelaksanaan keputusankeputusan strategi jangka panjang. Jumlah uang kas yang berlebihan maupun kurang, keduanya mempunyai akibat negatif bagi perusahaan Kekurangan kas dapat berakibat tidak terbayarnya berbagai kewajiban seperti hutang gaji, bunga bank dan hutang dagang pada rekanan bahan baku dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan produktivitas kerja menurun serta merugikan nama baik perusahaan di mata supplier. Sebaliknya, jika kas berlebihan, berarti menyerap dana modal kerja yang langka dan mahal sehingga menaikkan beban tetap perusahaan. Laporan sumber dan penggunaan kas (aliran kas) adalah perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber dan penggunaan-pengunannya (Munawir, 2000). Perubahan yang efeknya memperbesar kas dan dikatakan sebagai sumber-sumber penerimaan kas adalah sebagai berikut (Bambang Riyanto, 2002): 1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas 2. Berkurangnya aktiva tetap 3. Bertambahnya setiap jenis hutang 4. Bertambahnya modal 5. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan Sedangkan perubahan-perubahan yang efeknya memperkecil kas dan dikatakan sebagai penggunaan kas adalah sebagai berikut (Bambang Riyanto, 2002): 1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas 2. Bertambahnya aktiva tetap 3. Berkurangnya setiap jenis hutang 4. Berkurangnya modal 5. Pembayaran kas deviden 6. Adanya kerugian dari operasi perusahaan Definisi Analisa Aliran Kas Analisis sumber dan penggunaan kas (aliran kas) adalah merupakan alat yang sangat penting bagi manajemen keuangan untuk mengetahui aliran kas, darimana aliran kas tersebut dan kemana kas tersebut digunakan. Sedangkan bagi perusahaan digunakan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan kas sekaligus untuk menilai tingat likuiditasnya agar tetap terjaga. Informasi aliran kas sangat berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi arus kas tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan, karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Pihak manajemen dapat menggunakan laporan sumber dan penggunaan kas untuk menentukan kebijakan deviden, kas yang berasal dari investasi operasi, dan kebijakan investasi dan pendanaan. Sementara pihak luar, seperti investor dan kreditur dapat menggunakan laporan arus kas untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden, kemampuan dalam membayar hutang dan kas yang berasal dari operasi dibandingkan dengan kas yang berasal dari sumber penggunaannya. Pengukuran-pengukuran Dalam Aliran Kas Tujuan Pengukuran Aliran Kas Pengukuran dalam aliran kas bertujuan untuk: 1. Menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup atau memadai dari operasi bisnis untuk memuaskan investor 2. Mengukur hubungan antara aktivitas operasi, investasi dan pendanaan 3. Menetukan apakah perusahaan menghasilkan jenis-jenis kas yang cukup untuk memadai untuk pertumbuhan bisnis Alat Ukur Aliran Kas Pengukuran aliran kas menggunakan alat ukur sebagai berikut : 1. Rasio Kecukupan adalah alat ukur utama dalam rangka memenuhi kegiatan operasi yang bukan merupakan kegiatan investasi atau pembiayaan. Dikatakan cukup bila rasio >1 dan tidak cukup bila <1. Semakin tinggi rasio semakin baik, artinya perusahaan mempunyai kelebihan aliran kas dari operasi yang relatif besar. Rasio kecukupan bisa dibagi menjadi tiga rasio yaitu : • Rasio ini menunjukan bahwa setiap 1 rupiah aliran kas operasi akan digunakan untuk membeli aktiva tetap. • Rasio ini menunjukan bahwa setiap 1 rupiah aliran kas operasi akan digunakan untuk pelunasan hutang jangka panjang. • Rasio ini menunjukan bahwa setiap 1 rupiah aliran kas operasi akan digunakan untuk membayar deviden. 2. Rasio Efisiensi Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan melakukan investasi pada sumber – sumber dana yang produktif. Rasio efisiensi dibagi menjadi tiga yaitu: • Menunjukan berapa aliran kas operasi yang dihasilkan setiap 1 rupiah aktiva. • Menunjukan berapa aliran kas operasi yang dihasilkan setiap 1 rupiah pendapatan. • Menunjukan berapa aliran kas operasi yang dihasilkan setiap 1 rupiah laba operasi. 3. Free Cash Flow Adalah aliran kas operasi yang sudah dikurangi untuk pengeluaran modal dan pembayaran dividen. Free cash flow merupakan aliran kas yang tidak terikat untuk pembayaran yang lain. Free cash flow negatif mengindikasikan bahwa perusahaan tidak bisa menutupi pengeluaran modal dan deviden. Sedangkan free cash flow positif mengidikasikan bahwa rasio kecukupan perusahaan semakin baik.
Tujuan utama dari analisis laporan kas adalah untuk menaksir kemampuan perusahaan menghasilkan kas. Ada beberapa situasi dimana perusahaan yang mempunyai keuntungan yang bagus, ternyata tidak mampu memenuhi kewajibannya karena tidak mempunyai kas yang cukup untuk membayar kewajibannya tersebut. Realisasi arus kas dapat dijadikan sebagai indikator arus kas di masa yang akan datang. Kejadian yang akan datang dapat diperkirakan dari realisasi yang terjadi saat ini. Perkiraan atau prediksi ini akan lebih baik kalau didasarkan pada data masa lalu lebih dari satu. Data lebih dari satu ini dapat disusun dalam bentuk analisis kecenderungan (trend) untuk mendapatkan perkiraan yang lebih tepat. Arus kas dapat digunakan dalam analisis trend untuk memperkirakan arus kas di masa yang akan datang. Arus kas merupakan transaksi penting dalam pemerintahan. Arus kas keluar dan masuk merupakan prediksi sebelum terjadi. Sebuah Laporan Arus Kas menunjukkan realisasi arus kas yang diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu, Laporan Arus Kas yang disusun dapat dijadikan untuk menilai kecermatan taksiran yang telah dibuat sebelumnya. Penerimaan dan penggunaan kas sebenarnya direncanakan dan disepakati dari awal. Jenisjanis penerimaan dan pengeluaran yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran juga merupakan kesepakatan adanya penerimaan dan pengeluaran kas untuk berbagai aktivitas. Oleh karena itu penyajian laporan Arus Kas juga merupakan bentuk pertanggungjawaban. Laporan Arus Kas sebagai pertanggungjawaban terkait juga dengan fungsi yang menyajikannya. Laporan Arus Kas dibuat oleh unit yang memegang fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaharaan yang dimaksud adalah Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah sehingga merupakan bentuk pertanggungjawaban Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah. Informasi mengenai arus kas juga dapat dijadikan bahan evaluasi aktiva bersih atau ekuitas. Peningkatan jumlah kas akan meningkatkan juga ekuitas. Kas di Kas Daerah dan Kas di Bendahara Pengeluaran dalam konteks Pemda akan dapat dilihat dalam rekening kelompok ekuitas yaitu SiLPA. Sementara itu, Kas di Bendahara Penerimaan juga dapat dilihat dalam kelompok ekuitas tetapi dengan nama akun Pendapatan Ditangguhkan. Hal ini merupakan pencerminan konsep rekening yang saling menyeimbangkan (self balancing account). Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan non anggaran memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.
Hubungan Aliran Kas Dengan Siklus Kehidupan Produk Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar . Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk. Konsep ini dipopulerkan oleh levitt (1978) yang kemudian penggunaannya dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya. Ada berbagai pendapatan mengenai tahap – tahap yang ada dalam Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk. Ada yang menggolongkannya menjadi introduction, growth, maturity, decline dan termination. Selama tahap perkenalan dan pertumbuhan, aliran kas dari operasi biasanya negatif. Hal ini mencerminkan investasi perusahaan untuk membangun infrastruktur produk baru, seperti membangun pabrik, melakukan promosi gencar; sementara itu aliran kas masuk dari penjualan produk masih kecil. Pada tahap pertumbuhan, produk mulai diterima oleh konsumen dan permintaan mulai tumbuh pesat. Pada tahap ini aliran kas masuk mulai meningkat, tetapi investasi masih diperlukan terutama untuk investasi pada piutang dan persediaan. Pada tahap pendewasaan, pola aliran kas berubah cukup drastis. Pada tahap ini aliran kas keluar tidak lagi besar seperti pada tahap-tahap sebelumnya, karena pada tahap ini tidak diperlukan lagi investasi pada pembangunan kapasitas; investasi hanya diperlukan untuk memelihara atau merawat pabrik. Pada tahap penurunan , aliran kas yang dihasilkan dari operasi dan investasi akan mengalami penurunan, sementara aliran kas keluar teruama dipakai untuk melunasi hutang, karena adanya kecenderungan aliran kas negatif. Penyusunan Laporan Aliran Kas Salah satu bagian penting dari sebuah laporan keuangan adalah laporan arus kas. Laporan arus kas merupakan laporan yang juga wajib disediakan oleh perusahaan go public, karena tanpa laporan arus kas sebuah laporan keuangan belumlah memberikan informasi keuangan yang cukup bagi para pihak yang berkepentingan. Informasi atas keuangan perusahaan yang cukup dan memadai sangat diperlukan untuk para pemakai seperti investor dan kreditor dalam rangka untuk mengambil keputusan yang tepat. Sehingga menjadi wajar jika perusahaan go public diwajibkan untuk menyediakan/menyusun laporan arus kas. Laporan ini tidak hanya berguna untuk pihak external perusahaan saja, namun bagi internal perusahaan juga akan bermanfaat sekali, seperti memprediksi aliran kas masa depan, mengevaluasi arus kas, dan sebagainya.
Laporan arus kas sebagai salah satu laporan pokok keuangan, haruslah disusun dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, seorang akuntan yang memikul beban untuk menyusunnya harus benar-benar menguasai dan mampu melakukan tugasnya, termasuk juga anda. Nah, bagi anda para akuntan yang mungkin kurang paham atau lupa, atau mungkin anda para calon akuntan yang sedang belajar laporan arus kas, pembahasan berikut ini mungkin akan membantu anda. Pembahasan kali ini akan memfokuskan untuk mengulas tentang pengertian laporan arus kas serta contoh laporan arus kas, berikut pembahasannya. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan. Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli barang dagangan, menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang terkait dengan pembelian dan penjualan barang. Untuk perusahaan jasa, kegiatan operasional antara lain adalah menjual jasa kepada pelanggannya. Misalkan menjual jasa aeronautika dan non aaeronautika. Kegiatan ini akan mengakibatkan terjadinya uang masuk untuk pendapatan dan aliran uang keluar untuk biaya. Baik pendapatan dan biaya yang terjadi telah dilaporkan dalam laporan laba rugi, namun besarnya pendapatan tersebut belum tentu sama dengan uang yang diterima karena perusahaan umumnya menggunakan dasar akrual untuk mengakui pendapatan. Demikian halnya dengan biaya, biaya yang dilaporkan laba rugi belum tentu sama dengan arus keluar untuk biaya tersebut. Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali investasi pada surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan membeli investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika menjual investas/aktiva tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke perusahaan. Kegiatan keuangan atau ada yang menyebutnya kegiatan pendanaan, adalah kegiatan menarik uang dari kreditor jangka panjang dan dari pemilik serta pengembalian uang kepada mereka. Dalam menyusun laporan arus kas itu kita harus mempunyai informasi keuangan yang berasal dari tiga sumber yaitu neraca perbandingan, perhitungan laba rugi periode berjalan dan data transaksi terpilih. Langkah-langkah penyusunan laporan arus kas secara sistematis yang dapat digunakan dalam menganalisis laporan laba – rugi dan neraca komparatif dalam penyusunan laporan arus kas adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menghitung besar perubahan saldo kas selama setahun. Laporan arus kas tidak akan sempurna sampai jumlah kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan betul-betul sama dengan jumlah perubahan pada saldo kas selama tahun tersebut Mengubah operasi dasar akuran menjadi dasar kas. Hal ini dapat dilakukan dengan : a. Menghapus keuntungan dan kerugian yang berhubungan dengan aktifitas investasi dan pendanaan agar tidak dicatat dua kali. b. Menghapus beban non kas seperti penyusutan. c. Menyesuaikan perubahan saldo aktiva lancar dan hutang jangka pendek. Menganalisis pengaruh perubahan aktiva jangka panjang terhadap arus kas dari aktifitas investasi seperti perubahan dalam bangunan, pabrik dan peralatan. Periksa juga perkiraan investasi dalam surat berharga karena pembelian dan penjualan surat berharga juga dikelompokkan dalam aktifitas investasi. Menganalisis pengaruh perubahan hutang jangka panjang dan modal pemegang saham terhadap arus kas dari aktifitas pendanaan. Termasuk dalam transaksitransaksi ini adalah meminjam atau membayar pinjaman, mengeluarkan atau membeli saham dan membayar deviden. Menghitung arus kas bersih dari aktifitas operasi, investasi dan pendanaan yang jumlahnya harus sama dengan peningkatan atau penurunan bersih pada perkiraan seperti yang dihitung dalam langkah pertama. Kemudian susunan laporan arus kas yang formal dengan mengelompokkan seluruh arus kas masuk dan keluar berdasarkan aktifitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas bersih dari masingmasing aktifitas harus diberi penekanan. Menyiapkan pengungkapan tambahan, termasuk transaksi investasi dan pendanaan apa saja yang tidak menggunakan kas. Pengungkapan ini dibuat diluar laporan arus kas. Jenis transaksi yang digunakan termasuk pembelian tanah dengan mengeluarkan saham. Selain itu, pengungkapan tambahan untuk kas yang dibayar untuk beban bunga dan pajak juga diperlukan.
11. Laporan keuangan Performa Laporan keuangan proforma adalah proyeksi kondisi keuangan (prestasi dan posisi keuangan) perusahaan untuk masa datang. A. Penyusunan Laporan Keuangan Proforma Penyusunan laporan keuangan proforma memerlukan banyak asumsi (seperti tingkat pertumbuhan penjualan, perilaku biaya dari sejumlah pos rekening, tingkat investasi pada modal kerja dan aktiva tetap, dll).Manajemen ingin melihat sensitivitas laporan keuangan proforma terhadap perubahan-perubahan asumsi dan pengaruh asumsi-asumsi terhadap laporan keuangan proforma.Penggunaan software seperti Microsoft Excel dapat membantu penyusunan laporan keuangan proforma, sekaligus melihat sensitivitas laporan keuangan terhadap perubahan-perubahan asumsi. Prosedur penyusunan laporan keuangan proforma meliputi beberapa langkah berikut ini: 1. Memproyeksikan penjualan untuk sejumlah periode yang akan datang.
2. Memproyeksikan biaya operasional (harga pokok penjualan, biaya penjualan dan administrasi, biaya pajak di luar bunga) dan kemudian menurunkan proyeksi pendapatan operasional. 3. Memproyeksikan total aset, hutang, dan modal saham yang diperlukan untuk mendukung tingkat operasi yang diproyeksikan pada point 1 dan 2. 4. Menetukan biaya pendanaan (financing cost) dari hutang pada point 3 dan kemudian menurunkan dari pendapatan operasional untuk memperoleh laba bersih proyeksi. 5. Menurunkan laporan aliran kas dari laporan keuangan yang diproyeksikan (laporan labarugi dan neraca).
Proforma Laporan Keuangan adalah laporan proyeksi keuangan secara formal untuk suatu periode tertentu dan dalam format yang konsisten. Pada umumnya bisnis menggunakan proforma laporan keuangan dalam melakukan perencanaan dan control untuk dilaporkan ke pemegang saham, investor dan kreditur. Proforma ini digunakan untuk menjadi dasar untuk membandingkan dan menganalisa informasi yang diperlukan oleh management, investor dan kreditur mengenai nature dari bisnis tersebut. Siapa saja yang tertarik untuk memulai suatu bisnis, persiapan dari laporan keuangan ini, baik untuk penghasilan dan juga cashflow adalah penting sebelum anda menginvestasikan uang, waktu dan tenaga untuk bisnis ini. Sebagai suatu bagian yang penting dalam proses perencanaan, proforma laporan keuangan ini dapat menurunkan risiko seminimal mungkin dalam memulai operasi dari bisnis. Ini juga dapat merupakan dasar yang dapat meyakinkan para kreditur dan investor yang menyediakan dana untuk bisnis yang baru ini. Proforma laporan keuangan ini haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan akurat dan dapat menolong anda memperoleh gambaran yang tepat untuk memulai suatu bisnis. Ini harus didasarkan pada informasi yang dapat memberikan proyeksi yang tepat untuk memperoleh jumlah profit yang diharapkan dari bisnis dan juga kebutuhan keuangan yang diperlukan dalam tahun pertama operasi dan sesudahnya. Satu kali bisnis anda telah mempersiapkan laporan keuangan, maka itu akan di sesuaikan baik secara bulanan ataupun tahunan. Banyak perusahaan yang menggunakan proforma laporan keuangan untuk perencanaan dan kontrol bisnis. Proforma ini digunakan manajemen untuk mengevaluasi dan untuk dapat membandingkan dengan alternatif strategi bisnis yang lain. Dengan mempresentasikan informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan operasional yang satu dengan yang lainnya, manajemen dapat menganalisa hasil yang diharapkan dari berbagai strategi, sehingga akhirnya memperoleh rencana yang paling tepat.
Dalam membuat proforma laporan keuangan, perusahaan harus menyadari bahwa setiap laporan adalah unik dan memiliki keunikan tersendiri. Kegunaan dari proforma ini bagi manajemen adalah :
Mengetahui asumsi yang menyebabkan karakteristik keuangan dan operasional berpengaruh pada perusahaan yang berbeda. Membuat proyeksi penjualan dan budget (biaya dan penghasilan) yang berbeda. Mensummarikan hasilnya dalam proyeksi untung dan rugi. Mengubah data tersebut menjadi proyeksi cash flow • Mengevaluasi dari neraca Menghitung analisa rasio dan membandingkan proyeksi yang satu dengan yang lainnya seperti perusahaan yang kita bandingkan. Memeriksa keputusan yang akan diambil baik mengenai marketing, produk, research dan pengembangan dan membuat penilaian bagaimana pengaruhnya terhadap profit dan juga likuiditas perusahaan melalui simulasi dari rencana tersebut yang akan dievaluasi pengaruhnya terhadap laporan keuangan.
Dengan berbagai asumsi yang mendasari beberapa skenario baik dalam penjualan, biaya produksi, keefektifan dan kepraktisan, proyeksi laporan keuangan setiap skenario memiliki informasi yang cukup untuk mengindikasikan prospek di masa datang, penjualan dan penghasilan yang akan diperoleh, cash flow, neraca, proyeksi kapitalisasi, dan laporan laba rugi. Manajemen perusahaan juga menggunakan data keuangan ini untuk memilih dari berbagai alternatif budget yang ada. Perencana akan menyediakan hasil penjualan, biaya produksi, neraca dan cash flow untuk berbagai rencana dan juga menjelaskan asumsi yang penting untuk setiap rencana ini. Dengan menganalisa data ini, manajemen akan memiliki budget tahunan nya. Setelah memilih rencana yang akan dilakukan, maka yang masih harus dilakukan adalah menemukan penyimpangan yang mungkin terjadi dalam rencana tersebut dan segera diperbaiki.
12.Prediksi Kebangkrutan Analisis terhadap peluang kebangkrutan suatu perusahaan dipandang penting bagi suatu perusahaan. Analisis ini tidak hanya diperuntukkan bagi perusahaan yang sehat saja melainkan untuk perusahaan-perusahaan yang dianggap sehat. Analisis ini dilakukan sebagai tindak preventif bagi perusahaan yang sehat dan merupakan tindakan kuratif bagi perusahaan yang tidak sehat. Analisis ini mencakup penggunaan model-model prediksi kebangkrutan yang meliputi: Model Univariat dan Model Multivariat. Materi ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam melakukan penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan. Perusahaan memungkinkan mengalami risiko kebangkrutan ketika mempunyai ketidakcukupan kas untuk memenuhi klaim dari kreditor yang segera jatuh tempo.Untuk memprediksi peluang kebangkrutan suatu perusahaan yang ditinjau dari aspek keuangan dapat digunakan model univariat dan model multivariat.
Pengukuran atas kinerja perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya dengan mengukur kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan setiap periodenya. Dengan berbagai metode yang telah ditemukan, analisa terhadap laporan keuangan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan suatu perusahaan yang sedang berjalan, juga sebagai alat untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini tentu dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini : Pemberi Pinjaman (seperti pihak Bank), Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan monitor pinjaman yang ada; Investor, Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut; Pihak Pemerintah. Pada beberapa sector usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misalnya pada sektor perbankan); Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemapuan going concern suatu perusahaan; Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya – biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan.
1. Model Univariat Model univariat dalam prediksi kebangkrutan suatu perusahaan digunakan untuk mengkaji hubungan antara rasio keuangan tertentu dengan kebangkrutan suatu perusahaan. Atau dengan kata lain model univariat mengkaji rasio keuangan secara parsial. Menurut Hanafi (2004:655), analisis univariate dilakukan dengan melihat variabel keuangan yang diperkirakan mempengaruhi atau berkaitan dengan kebangkrutan dengan menganalisis terpisah. Sedangkan menurut Bappepam (2005), analisis rasio merupakan salah satu bentuk analisis univariate, cara ini yang pada umumnya digunakan investor untuk menghitung dan menganalisis berbagai macam rasio keuangan seperti modal kerja, rasiorasio profitabilitas, tingkat hutang atau leverage, dan likuiditas untuk mendeteksi tanda-tanda kebangkrutan suatu perusahaan, tetapi timbul suatu permasalahan yaitu masing-masing rasio mempunyai kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Kadang-kadang rasio-rasio tersebut juga terlihat berlawanan satu sama lain. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya.
Pendekatan tunggal (univariate) bisa dipakai untuk memprediksi kesulitan keuangan dengan asumsi bahwa distribusi variable keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan distribusi variable keuangan untuk perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan. Penggunaan metode tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan contoh berikut pada tahun 1970, beberapa perusahaan kereta api AS yang cukup besar mengalami kebangkrutan. Apakah rasio–rasio keuangan pada tahun – tahun sebelumnya bisa memperkirakan kebangkrutan tersebut? Berikut ini dua rasio keuangan yang dipilih untuk melihat apakah kebangkrutan perusahaan kereta api tersebut bisa dilihat melalui rasio–rasio keuangan pada tahun–tahun sebelumnya. (1) Rasio biaya transportasi terhadap pendapatan operasional (BT/ PO). Biaya transportasi merupakan komponen biaya yang terbesar yang terjadi pada perusahaan kereta api , yang meliputi biaya operasional angkutan kerta, biaya gaji pegawai kereta dan biaya bahan baker. Pendapatan operasional terutama berasal dari karcis kereta yang terjual dan juga pendapatan dari beberapa sumber yang lain seperti pendapatan angkutan barang dan surat pos. (2) Rasio timed interst earned (TIE) yang merupakan rasio EBIT (Earning Before Taxes)/Interst. Bunga atau interest disini adalah bunga dari kewajiban obligasi. Apabila diperoleh angka negatif, berarti perusahaan mempunyai earning atau pendapatan yang negatif. Teknik penelitian titik cut off mengandung bahaya bahwa karakteristik spesifik perusahaan–perusahaan dalam sample akan sanagat mempengaruhi nilai cut off, dan dengan demikian titik cut off tersebut tidak representaif untuk perusahaan–perusahan lainnya. Untuk menghindari kemungkinan semacam tersebut, akuirisititik cut off bisa menggunakan perusahaan – perusahaan diluar sampel. Empat variable yang menunjukkan perbedaaan antara perusahaan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut secara konsisten adalah: Tingkat retun (rate of return),Perusahaan yang bangkrut mempunyai tingkat return yang lebih rendah.
Penggunaan hutang. Perusahaan yang bangkrut menggunakan hutang yang lebih tinggi.
Perhintungan terhadap biaya tetap (fixed payment coverage), perusahaan yang bangkrut mempunyai perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil.
Fluktuasi retun saham, perusahaan yang bangkrut mempunyai rata–rata return yang lebih rendah dan mempinyai fluktuasi return saham yang lebih tinggi. Salah satu kelemahan model univariate adalah kemungkinan terjadinya konflik antara variabel–variabel yang dijadikan prediksi. Untuk mengatasi masalah tersebut model multivariate dikembangkan. Variable bebas dalam model ini adalah rasio–rasio keuangan yang diperkirakan memprediksi kebangkrutan, sedangkan variable tidak bebas adalah prediksi kebangkrutan (bangkrut dengan nilai 0 dan tidak bangkrut dengan nilai 1 ) atau profitabilitas kebangktutan (0 sampai 1, inklusif). Dengan menggunakan kasus kebangkrutan perusahaan kereta api, kita akan menggunakan dua variable untuk persamaan deskriminasi, yaitu variable rasio BT/PO
(variable bebas X1) dan variable TIE (sebagai variable X2). Diasumsikan bahwa rasio–rasio yang dipakai berasal dari populasi dengan distribusi normal dan matriks varians kovarians kedua kelompok tersebut sama. Persamaan diskriminan linear bisa ditulis sebagai berikut ini: Zi = a X1 + b X2 Skor Z yang rendah berarti semakin besar kemungkinan untuk bangkrut. Koefisien negative variable X1 menandakan hubungan negative antara variable tersebut dengan skor Zi. Semakin tinggi nilai X1, semakin rendah nilai Zi dan semakin tinnggi kemungkina kebangkrutan. Nilai koefisien yang positif pada variable X2 menandakan bahwa semakin tinngi rasio TIE, semakin tinggi nilai skor Zi dan semakin kecil kemungkinan bangkrut. Banyak bukti yang cukup kuat mengatakan bahwa kebangkrutan tidak hanya dipengaryhi oleh variabel–variabel intern saja (dari perusahaan), tetapi juga oleh variabel–variabel eksternal seperti perubahan tingkat bunga, turunnya kondisi perekonomian, atau perubahan tingkat pengganguran. Dengan bukti semacam ini multivariate bisa memasukkan variabel– variabel ekonomi makro untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan. Model ini dikembangkan oleh William Beaver yang mulanya meneliti 29 rasio keuangan perusahaan selama lima tahun dengan menggunakan sample perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Dari hasil penelitian tersebut, Beaver menemukan enam rasio keuangan yang dianggap mempunyai daya pembeda (discriminating power) yang sangat baik yang dapat membedakan perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Keenam rasio keuangan tersebut adalah: 2. Model Multivariate: Model Z-Score/ALTMAN/Multiple Discriminate Analysis Model multivariat merupakan suatu model yang mengkombinasikan beberapa rasio keuangan secara bersama-sama (simultan) memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Model Z-Score merupakan salah satu model multivariat telah dikembangkan oleh Edward Altman. Model ini dikembangkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Altman. Pada penelitian ini, Altman memilih sampel beberapa perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang sehat pada ukuran dan industri yang sama. Kemudian menghitung sejumlah besar rasio keuangan yang diperkirakan secara apriori menjelaskan kebangkrutan. Dengan menggunakan rasio keuangan sebagai input, kemudian Model Multiple Discriminant Analysis (MDA) memilih serangkaian rasio keuangan yang paling baik membedakan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Hasil Model MDA meliputi serangkaian koefisien yang kemudian dikalikan dengan rasio keuangan sebagai variabel prediktor kemudian dijumlahlkan dan menghasilkan multivariate score (Z-Score). Ketentuan hasil temuan sebagai berikut: 1. Skor di bawah cut off point menunjukkan peluang bangkrut besar 2. Skor di atas cut off point menunjukkan peluang bangkrut kecil Analisis multivariate menggunakan dua variabel atau lebih secara bersama-sama dalam satu persamaan (Hanafi 2004:656). Di bagian lain Bappepam (2005: 19) mengatakan analisis ini dapat mempermudah analisis atas kondisi keuangan perusahaan daripada menghitung
sekian banyak rasio keuangan secara individual lalu menginterpretasi masing-masing rasio satu per satu. Salah satu contoh analisis multivariate yang cukup terkenal adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edward Altman seorang professor of finance dari New York University School of Business pada akhir 1960-an yang dikenal dengan Altman Z-score. Model ini menggunakan analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda, yaitu (Rasio Modal Kerja/Total Aktiva, Laba Ditahan/Total Aktiva, Earning Before Income and Tax/Total Aktiva, Nilai Pasar Modal/Nilai Buku Hutang, Penjualan/Total Aktiva) untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Dari nilai Z-nya, berdasarkan titik cut-off yang dilaporkan Altman. Multiple Discriminant Analysis Altman atau yang biasa disebut Z-score Model Altman menggunakan rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas perusahaan seperti rasio lancar, rasio leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya, rasio profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi laba ditahan. Dengan mendasarkan rasio kepada rasio keuangan tersebut, Z-score Model Altman berhasil dipergunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang kemungkinan mengalami bangkrut rendah. Z-score Model Altman memungkinkan untuk memperkirakan kebangkrutan sampai dua tahun sebelum tiba saatnya.
3. Model Multivariat: Model Logit Salah satu Model Multivariat yang lain adalah Model Analisis Logit (logit analysis) yang dikembangkan oleh James A. Ohlson. Model ini dikembangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ohlson. Prosedur penelitian yang dilakukan oleh Ohlson adalah: 1. Menghitung serangkaian rasio keuangan 2. Mereduksi sejumlah rasio keuangan kemudian memilih rasio yang paling baik membedakan perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. 3. Menetapkan koefisien untuk setiap variabel prediktor yang dilibatkan. Pada model ini, Ohlson menemukan sembilan rasio keuangan sebagai variabel prediktor yang dianggap paling baik yaitu: 1. Logaritma alam (ln) total aktiva terhadap Deflator GNP (natural log of total assets to GNP implicit Price Deflator Index = SIZE) 2. Total kewajiban terhadap total aktiva (total liabilities to total assets = TLTA) 3. Aktiva lancar kurang kewajiban lancar terhadap total aktiva (current assets – current liabilities to total assets = WCTA) 4. Kewajiban lancar terhadap aktiva lancar (current liabilities to current assets = CLCA) 5. Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets = NITA) 6. Dana dari operasi terhadap total kewajiban (funds from operations to total liabilities = FUTL)
7. Variabel dummy yaitu bernilai satu jika laba bersih negatif selama dua tahun terakhir dan bernilai nol jika tidak demikian (one if net income was negative for the last two years and zero otherwise = INTWO) 8. Variabel dummy yaitu bernilai satu jika total kewajiban melebih total aktiva dan bernilai nol jika tidak demikian (one if total liabilities exceed total asset and zero otherwise = OENEG) 9. (Laba bersiht – Laba bersiht-1)/(│Laba bersiht│ +│Laba bersiht-1│) = CHIN Kriteria penilaian: Cut off point = 3,8%, jadi jika p > 3,8% berarti perusahaan berpeluang bangkrut Berdasarkan kesembilan variabel prediktor tersebut, Ohlson menetapkan fungsi multivariat sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 9.2.
Selanjutnya untuk menghitung peluang kebangkrutan dapat digunakan formulasi sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 9.3.
Keterangan: p adalah peluang kebangkrutan e adalah bilangan logaritma bernilai 2,718282 y adalah fungsi multivariat
13. Pengertian Risiko Keuangan
Resiko keuangan adalah segala macam resiko yang berkaitan dengan keuangan, biasanya diperbandingkan dengan resiko non keuangan, seperti resiko operasional. Jenis resiko keuangan misalnya adalah resiko nilai tukar, resiko suku bunga, dan resiko likuiditas. Resiko keuangan adalah resiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan sebuah usaha atau ukuran keuangan usaha. Target keuangan usaha adalah besaran target yang ditetapkan oleh wirausaha dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan ukuran keuangan usaha adalah kondisi keuangan usaha yang bisa berupa arus kas, laba usaha, dan pertumbuhan penjelasan (Bramantyo Djohamputera). Tujuan Manajemen Risiko Keuangan
Tujuan utama manajemenrisiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas dan ekuitas. Risiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal sebagai risiko pasar. Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta pasar memberikan respons dengan menciptakan produk keuangan yang memungkinkan seorang pelaku pasa untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak lawan. Risiko pasar terdapat dalam berbagai bentuk, risiko-risiko lainnya :
Risiko likuiditas timbul karena tidak semua produk manajemen risiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas. Pasar yang sangat tidak likuid ini misalnya real estate dan saham dengan kapasitas kecil Diskontinuitas pasar mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara bertahan, kejatuhan pasar saham pada tahun 2000 merupakan suatu contoh kasus. Risiko kredit merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya. Sebagai contoh pihak lawan yang menyepakati penukaran euro Prancis menjadi dolar Kanada mungkin gagal untuk menyerahkan euro pada tanggal yang dijanjikan. Risiko regulasi adalah risiko yang timbul karena pihak otomatis public melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh bursa efek Kuala lumpur tidak mengizinkan penggunaan short sales sebagai alat lindung nilai terhadap penurunan harga ekuitas. Risiko pajak merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. Sebagai contoh, perlakuan kerugian valuta asing sebagai keuntungan modal ketika laba disukai. Risiko akuntansi adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai. Contohnya adalah ketika keuntungan atas lindung nilai terhadap komitmen pembelian diperlakukan sebagai “laba lain-lain” dan bukan sebagai pengurang biaya pembelian. Pentingnya Manajemen Resiko Keuangan : Pertumbuhan jasa manajemen resiko yang cepat menunjukan bahwa manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan resiko keuangan. Adanya harapan yang besar dari investor pihak-pihak berkepentingan lainya, agar manajer keuangan mampu mengidentifikasikan dan mengelola resiko pasar yang dihadapi secara aktif. Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensial resiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan : Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspetasi arus kas perusahaan. Aliran arus kas yang stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan resiko gagal bayar dan kebangkrutan atau resiko bahwa laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perushaan untuk berkonsentrasi pada resiko bisnisnya yang utama. Dengan demikian, suatu perusahaan manufaktur dapat melakukan lindung nilai resiko suku bunga dan mata uang dan berkonsentrasi pada prosuksi dan pemasaran. Para pemberi pinjaman, karyawan dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana pensiun yang dikelolah pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan memberi kesempatan untuk berinvestasi dalam instrumen tertentu tanpa harus membeli atau menjual instrument terkait secara nyata. Akhirnya, karena kerugian yang ditimbulkan oleh resiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi resiko yang dihadapi oleh konsumen.
Jenis – Jenis Resiko Keuangan Resiko nilai tukar Resiko nilai tukar atau resiko mata uang adalah suatu bentuk resiko yang muncul karena perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang yang lain. Suatu perusahaan atau pemodal yang memiliki aktiva atau operasi bisnis lintas Negara akan memperoleh risiko ini jika tidak menerapkan lindung nilai (hedging). Resiko nilai tukar yang terkait dengan instrument mata uang asing penting dalam investasi asing. Resiko ini muncul karena perbedaan kebijakan moneter dan pertumbuhan produktivitas nyata, yang akan mengakibatkan perbedaan laju inflasi. Resiko suku bunga Resiko suku bunga adalah resiko yang timbul karena nilai relative aktiva berbunga, seperti pinjaman atau obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Secara umum, jika suku bunga meningkat, harga obligasi berbunga tetap akan turun, demikian juga sebaliknya. Resiko suku bunga umumnya diukur dengan jangka waktu obligasi, teknik paling tua yang sekarang digunakan untuk mengelola resiko suku bunga. Pengelolaan harta dan kewajiban adalah suatu nama umum yang digunakan untuk rangkaian lengkap teknik-teknik yang digunakan untuk mengelola resiko dalam suatu kerangka kerja manajemen resiko perusahaan. Resiko likuiditas Resiko likuiditas adalah resiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai meskipun pihak tersebut memiliki asset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika asset tersebut dikatakan tidak likuid. Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya pihak lain di pasar yang berminat membelinya; hal ini berbeda dengan penurunan
drastis harga aktiva, karena pada kasus penurunan harga, pasar berpendapat bahwa aktiva tersebut tak bernilai. Tidak adanya pihak yang berminat menukar aktiva kemungkinan hanya disebabkan karena kesulitan mempertemukan kedua belah pihak. Karenanya, resiko likuiditas biasanya lebih besar kemungkinan terjadi pada pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil. Resiko likuiditas merupakan suatu resiko keuangan karena adanya ketidakpastian likuiditas. Suatu lembaga dapat berkurang likuiditasnya jika peringkat kreditnya turun, mengalami pengeluaran kas yang tak terduga, atau peristiwa lainnya yang menyebabkan pihak lain menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke lembaga tersebut, suatu perusahaan juga dapat terpapar terhadap resiko likuiditas jika pasar yanga diiuktinya mengalami penurunan likuiditas. Beberapa sebab yang melatar belakangi terjadinya risiko likuiditas pada perusahaan, yaitu : a. Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage. yang artinya utang perusahaan sudah berada dalam kategori yang membahayakan perusahaan itu sendiri. b. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang saat jatuh tempo sudah begitu besar, baik utang diperbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang, baik utang diperbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang, utang dalam bentuk bunga obligasi yang sudah jatuh tempo harus secepatnya dibayar, dan berbagai bentuk tagihan lainnya. c. Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan panjang. d. Kepemilikan asset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan, yaitu sudah terlalu banyak asset yang dijual sehingga jika asset yang tersisa tersebut masih ingin dijual maka itu tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan. e. Penjualan dan hasil keuntungan yang diperoleh adalah terjadi penurunan yang sistematis serta fluktuatif, jika penjualan dan keuntungan diperoleh bersifat fluktuatif, maka artinya perusahaan harus melakukan perubahan konsep sebelum terlambat. Karena jika keterlambatan akan menyebabkan perusahaan memperoleh profit secara fluktuatif, sementara kondisi profit yang baik adalah yang bersifat “konstan bertumbuh”. Konstan bertumbuh artinya penjualan dan keuntungan perusahaan mengalami pertumbuhan yang stabil dari waktu ke waktu tanpa mengalami fluktuatif yang membahayakan.
jenis – Jenis Resiko Keuangan Menurut Bramantyo Djohamputera Resiko likuiditas. Resiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahan tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendek atau pengeluaran tak terduga. Resiko ini terjadi bila
perusahaan kekurangan yang tunai, karena semua modal berbentuk : surat berharga, bangunan, dll. Resiko ini menimbulkan kebangkrutan bagi usaha. Resiko kredit Resiko kredit adalah resiko bahwa pembeli secara kredit tidak mampu membayar hutang dan memenuhi kewajiban seperti yang tertuang dalam kesepakatan. Risiko kredit atau sering pula disebut dengan default risk merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya dengan sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.
14. PENGERTIAN RISK AND RETURN Risk (Risiko) Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar. Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, risiko adalah uncertainty about future event, adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan risiko pada 3 hal: 1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan 2. Variasi dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya 3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan ketidakpastian (uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan mendorong investor untuk melakukan strategi yang harus diterapkan untuk tetap memperoleh return
Return (Tingkat Pengembalian) Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J. Shook, return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden. Beberapa pengertian return yang lain :
Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih dibagi ekuitas pemegang saham. Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang diinvestasikan dan bukan distribusi deviden. Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan hubungan antara investasi dan laba. Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return on network atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham yang dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan kekayaan bersihnya. Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk menentukan efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan presentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelun pajak terhadap variable yang sama dari periode sebelumnya. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Total return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return realisasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Return ekspektasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
Hubungan Pengertian Risiko dan Tingkat Pengembalian Risk and return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi. Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
Bersifat linear atau searah Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.
Sumber – Sumber Risiko Menurut Eduardus Tandelilin, sumber-sumber risiko adalah :
Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan keputusannya. Jika suku bunga naik maka publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika turun maka publik akan menggunakan dananya untuk membeli saham. Risiko pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar, krisis moneter, dan resesi ekonomi. Risiko Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal daya beli masyarakat naik. Risiko Bisnis. Risiko Finansial. Risiko Likuiditas. Risiko Nilai tukar mata uang Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik.
Perhitungan Risk dan return 1. Rate of Return Solusi untuk masalah skala dan waktu adalah untuk mengekspresikan hasil investasi sebagai tingkat keuntungan, atau kembali persentase. 2. Expected Rate of Return Tidak ada investasi yang akan dilakukan kecuali tingkat pengembalian yang diharapkan cukup tinggi untuk mengkompensasi investor untuk risiko dianggap investasi. Misalnya, investor akan bersedia untuk membeli saham perusahaan jika pengembalian yang diharapkan lebih tinggi dari tingkat bunga deposito bank 3. Variance Varian (nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah : Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari penyebaran probabilitas. Hal ini merupakan pangkat dua deviasi standar. Misalnya, bila standar deviasinya 20, maka variannya adalah 400. Selisih pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah yang direncanakan. Varian dihitung pada pusat pertanggungjawaban, penganalisisan. Dan varian yang tidak menguntungkan, diselidiki untuk mencari kemungkinan perbaikan. 4. Standard Deviation Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbedaan return nyata dari return yang diharapkan.