Makalah.docx

  • Uploaded by: Khairul Riza
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,085
  • Pages: 17
MAKALAH Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Pengauditan

Pengampu : Hj. Khristina Sri Prihatin, SE, M.Ak Disusun oleh : Khairul Riza Fauzan

(3201161016)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Banten Jaya Tahun 2018

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khristina Sri Prihatin selaku dosen pembimbing Pengauditan yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dan rekan-rekan mahasiswa Universitas Banten Jaya yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat, wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Serang, 14 Oktober 2018

Kelompok 9

DAFTAR ISI

JUDUL

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1

1.2 Identifikasi Masalah

2

1.3 Tujuan Makalah

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sifat dan Contoh Piutang

4

2.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objective) Piutang

6

2.3 Prosedur pemeriksaan (Audit Procedures) Piutang Usaha yang Disarankan

8

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

14

3.2 Daftar Pustaka

14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.

Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan

penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih. Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara tersendiri.

1.2

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang dapat

diambil sebagai berikut: 1. Apa saja sifat dan contoh piutang? 2. Apa tujuan pemeriksaan (audit objective) piutang? 3. Apa saja prosedur pemeriksaan (audit procedures) piutang usaha yang disarankan?

1.3

Tujuan Pembuatan Makalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat disimpulkan tujuan pembuatan makalah

sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sifat dan contoh piutang. 2. Untuk mengetahui pemeriksaan (audit objective) piutang. 3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan (audit procedures) piutang usaha yang disarankan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Sifat dan Contoh Piutang

Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang menurut sumber terjadinya dalam 2 kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. 

Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit



Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain : 1. Piutang Usaha 2. Wesel Tagih 3. Piutang Pegawai 4. Piutang Bunga 5. Uang Muka 6. Refundable Deposit (uang jaminan) 7. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih) Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca didikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih. Jenis-jenis piutang dalam suatu perusahaan dapat berupa : 1. Piutang Usaha 2. Piutang Pegawai 3. Piutang Direksi 4. Piutang Pemegang Saham 5. Piutang Perusahaan Afiliasi

6. Piutang lain-lain Ciri-Ciri Piutang : 

Adanya Nilai Jatuh Tempo

Nilai jatuh tempo yaitu istilah yang menjelaskan penjumlahan dari nilai transaksi utama lalu ditambah dengan nilai bunga yang dibebankan untuk dibayarkan pada tanggal jatuh tempo. Seorang pembeli yang melakukan transaksi dengan cara kredit bukan hanya membayar sejumlah nilai barang yang telah dibeli, tetapi juga bunganya karena dia meminta waktu untuk membayar barang tersebut dengan tempo. 

Adanya Tanggal Jatuh Tempo

Ciri piutang yang kedua adalah adanya tanggal jatuh tempo. Tanggal jatuh tempo dapat diketahui dari lamanya atau umur piutang. Umumnya, penjual menggunakan dua jenis pengukuran umur, yaitu bulan dan hari. Jika berumur bulanan, maka tanggal jatuh temponya sama dengan tanggal pembeli melakukan transaksi kredit tersebut, hanya saja berbeda bulan. Apabila berumur harian, maka wajib dilakukan perhitungan untuk menentukan kapan tanggal jatuh temponya secara pasti. 

Adanya Bunga yang Berlaku

Piutang dapat terjadi dikarenakan pembeli memutuskan melakukan transaksi secara kredit dan hal ini menimbulkan bunga. Bunga dalam hal ini dibayar sebagai bentuk konsekuensi pembeli yang meminta waktu pembayaran tertentu dan sebagai keuntungan bagi penjual karena sudah bersabar dalam menunggu pelunasan kredit tersebut. Untuk besaran bunga dalam hal ini sesuai kebijakan dari penjual dalam menentukan tingkat bunga yang dipakai.

2.2

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objective) Piutang

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.

Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas adalah: a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan. b. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered), misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjualan), delivery order (surat pengiriman barang), credit memo, official receipt (kwitansi). c. Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list atau setiap discount yang diberikan pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang. d. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable subledger

card)

untuk

masing-masing

pelanggan

yang

selalu

diupdate

(dimutakhirkan). e. Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang). f. Setiap akhir bulan jumlah saldo dari masing-masing pelanggan dibandingkan dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar. g. Setiap akhir bulan dikirim monthly statement of account kepada pelanggan. h. Uang kas, cek atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah seutuhnya (infact) paling lambat keesokan harinya setelah menerima pembayaran tersebut. i. Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. j. Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak. 2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentika) dari pada piutang. Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang mempunyai utang). Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangi oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan , dan faktur penjualan.

3. Untuk memeriksa collectability piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts. 

Collectibility adalah kemungkinan tertagihnya piutang.



Allowance for bad debts adalah jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih.

Piutang harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Karena itu jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup. Selain itu piutang yang sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan dengan mendebit perkiraan penyisihan piutang (jika sebelumnya sudah pernah dibuat penyisihan piutang) atau biaya penyisihan piutang (jika belum pernah dibuat penyisihan piutang) dan mengkredit perkiraan piutang. Auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debts, karena: a. Jika allowance yang dibuat terlalu besar, maka akibatnya piutang yang disajikan terlalu kecil (understated), biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated) dan laba rugi terlalu kecil (understated). b. Jila allowance yang dibuat terlalu kecil, maka akibatnya piutang yang disajikan terlalu besar (overstated), biaya penyisihan terlalu kecil (understated) dan laba rugi terlalu besar (overstated). 4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable). Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh tempo, maka pada tanggal neraca harus diungkapkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut. Karena jika pada tanggal jatuh tempo si penarik wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank, maka perusahaan yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang harus melunasi wesel berikut bunganya ke bank. 5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Menurut Standar Akuntansi Keuangan: a. Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas.

b. Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. c. Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban. d. Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. e. Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali (sale of receivable / notes receivable discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya.

2.3

Prosedur pemeriksaan (Audit Procedures) Piutang Usaha yang Disarankan

1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas. Proses memahami dan mengevaluasi internal control merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Karena hasil dari evaluasi internal control atas piutang berupa kesimpulan apakah internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dari penerimaan kas berjalan efektif atau tidak. Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control berjalan efektif, berarti luasnya pengujian atas kewajaran saldo piutang per tanggal neraca dan saldo penjualan untuk periode yang diperiksa bisa dipersempit. Jika internal control baik atau berjalan efektif, berarti kemungkinan terjadinya kesalahan kecil dan jika kesalahan terjadi akan bisa segera ditemukan oleh pihak perusahaan. Untuk mempelajari internal control yang terdapat di perusahaan, auditor bisa melakukan tanya jawab dengan klien menggunakan internal control questionnaires. Kemudian hasil tanya jawab digambarkan lebih lanjut dalam flow chart dan (jika dianggap perlu) dalam bentuk cerita (narrative). Berdasarkan ICQ (Internal Control Questionnaires), flow chart dan penjelasan narrative (jika ada), auditor bisa mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan sementara bahwa internal control perusahaan baik, sedang atau lemah. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang, auditor harus melakukan compliance test atau test of recorded transactions, untuk membuktikan apakah internal

control berjalan efektif atau tidak. Yang diambil sebagai sampel biasanya sales invoice atau delivery order. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu melakukan compliance test, tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas. Karena jika auditor tetap melakukan compliance test, kesimpulan akhir pasti menyatakan bahwa internal control lemah. Setelah melakukan compliance test, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah internal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru auditor melakukan substantive sest. 2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang per tanggal neraca. Untuk menghemat waktu pemeriksaan, auditor harus meminta rincian-rincian dari piutang usaha, piutang pegawai, wesel tagih, uang muka, piutang bunga, piutang afiliasi, piutang pemegang saham dan piutang lain-lain. rincian-rincian yang berasal dari klien dicantumkan tanggal terimanya dan dituliskan PBC (prepared by client). Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa kewajaran laporan keuangan, bukan menyiapkan rincian-rincian atau menyusun laporan keuangan, karena laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. 3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collectionsnya. Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang muka dan lain-lain, per tanggal neraca. Perlu dijelaskan pada klien bahwa yang dicantumkan di kolom subsequent collections haruslah penagihan dari piutang usaha per tanggal neraca, jangan tercampur dengan penagihan dari piutang usaha yang berasal dari penjualan setelah tanggal neraca. Untuk rincian piutang pegawai dan piutang pemegang saham harus dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak dan bagaimana pembayaran kembalinya. 4.

Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu

totalnya ke general ledger. Auditor harus mengecek penjumlahan dan rincian-rincian yang diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan atau pegawai harus dicocokkan dengan saldo menurut subledger piutang usaha, lalu total dari masing-masing rincian dicocokkan dengan saldo general ledgernya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan kesalahan penjumlahan, beritahu

kepada klien dan minta mereka memperbaikinya, bukan tugas auditor untuk memperbaiki rincian-rincian tersebut. 5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice. Pengecekan umur piutang merupakan prosedur audit yang penting, karena akan mempengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang tak tertagih. Prinsipnya adalah bahwa semakin tua umur piutang usaha, semakin besar pula kemungkinan piutang usaha tersebut tidak tertagih, karena auditor harus yakin bahwa tidak terjadi pergeseran umur piutang usaha. Pengecekan umur piutang usaha dilakukan dengan memeriksa subledger piutang dan faktur penjualan. Perhatikan apakah tanggal faktur penjualan dicatat dengan benar di subledger tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara tanggal faktur dengan tanggal neraca. Selain itu harus diperhatikan jangka waktu kredit (term of credit) yang diberikan perusahaan kepada para pelanggan yang biasanya dicantumkan di masing-masing invoice. Untuk pelanggan lama biasanya diberikan jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan untuk pelanggan baru. 6. Kirimkan konfirmasi piutang a. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat konfirmasi. Konfirmasi piutang usaha adalah surat yang ditandatangani klien, ditujukan ke pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang pelanggan tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal neraca). Pelanggan diminta menandatangani surat tersebut dan mengembalikan langsung ke KAP dengan menggunakan amplop yang sudah dibubuhi perangko dan mencantumkan alamat KAP. Surat tersebut harus dikirim oleh KAP untuk mencegah jangan sampai surat tersebut lupa atau tidak dikirim oleh klien.

b. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif. Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Pada konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik saldonya cocok maupun tidak cocok. Pada konfirmasi negatif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban hanya jika saldonya tidak cocok sehingga jika pelanggan tidak menjawab akan dianggap bahwa saldonya cocok.

c. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi. Surat konfirmasi piutang usaha harus diberi nomor, dan nomor tersebut dicantumkan juga di kertas kerja, sehingga pada waktu jawaban konfirmasi diterima kembali bisa diketahui untuk klien yang mana dan untuk perkiraan apa. d. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya. Jawaban konfirmasi bisa digolongkan dalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Confirmed Balance (CB), berarti saldo menurut pelanggan cocok dengan surat konfirmasi. 2. Reporting Difference (RD), berarti saldo menurut pelanggan berbeda dengan surat konfirmasi. Jika saldo berbeda, auditor harus memberitahukan klien dan meminta mereka untuk mencari tahu alasan perbedaannya. Perbedaan tersebut mungkin bisa direkonsiliasi sehingga bisa diketahui saldo mana yang benar. 3. Dikembalikan oleh Kantor Pos (Returned by Post Office-RPO) 4. Tidak jawab (No Reply-NR)

e. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak konfirmasi piutang yang dijawab dengan saldo yang sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kewajaran saldo piutang.

7. Pemeriksa subsequent collections. Caranya adalah periksa buku penerimaan kas/bank awal periode akuntansi misalnya bulan Januari sampai dengan mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan. Catat nomor bukti penerimaan kas/bank dan jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit periode yang diaudit (saldo piutang per tanggal neraca). Kemudian periksa kelengkapan bukti penerimaan kas/bank tersebut beserta otorisasinya. 8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.

Caranya dengan menanyakan kepada klien apakah ada pendiskontoan wesel tagih, jika ada periksa pencatatan transaksi pendiskontoan tersebut. Periksa buku besar wesel tagih, jika ada pengkreditan di perkiraan wesel tagih, periksa bukti pendukungnya untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel tagih yang jatuh tempo atau pendiskontoan wesel tagih. Lihat jawaban konfirmasi bank, apakah ada penjelasan mengenai pendiskontoan wesel tagih. 9.

Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang

disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Jika allowance terlalu besar berarti laba perusahaan terlalu kecil, jika allowance terlalu kecil berarti laba perusahaan akan terlalu besar. Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance yang digunakan klien, apakah berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kredit, apakah berdasarkan analisis umur piutang, apakah berdasarkan persentase tertentu dari saldo piutang, apakah dasar penentuan allowance dan perhitungan klien sudah masuk akal dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya. 10. Test sales cut-off Pemeriksaan cut-off penjualan sangat penting, untuk meyakinkan auditor bahwa penjualan sudah dicatat pada periode terjadinya, untuk kepentingan proper matching cost against revenue (penandingan beban dengan pendapatan), dan tidak ada pergeseran waktu pencatatan. Cut-off penjualan dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barangbarang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum dikirim cari tau alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya. 11.

Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan

correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan. Piutang bisa dijadikan salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh perusahaan dari bank, jika hal tersebut terjadi, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements). Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi bank, bisa dilihat seandainya perusahaan mendapat kredit dari bank dan bentuk jaminannya. 12. Periksa apakah penyajian piutang dineraca dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri terpisah dari piutang usaha. Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan, dikurangi penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih. Perusahaan menggunakan allowance method dalam mencatat piutang usaha yang diperkirakan tidak bisa ditagih, yang jumlahnya didasarkan pada persentase tertentu dari saldo piutang per tanggal neraca. Piutang usaha dalam valuta asing per tanggal neraca dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca, selisih kurs yang terjadi dibebankan / dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan. 13. Tarik keimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Disamping itu, perusahaan tetap harus melakukan pemeriksaan terhadap piutang sesuai dengan prosedur pemeriksaan piutang yang berlaku. Dimana tujuan dari pemeriksaan piutang adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas 2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) daripada piutang. 3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih) 4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih. 5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

3.2

Daftar Pustaka 

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing, edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.



http://yana-anggraini.blogspot.com/2012/09/pemeriksaan-piutang.html



https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-ciri-ciri-dan-jenis-piutang-dalamakuntansi/

More Documents from "Khairul Riza"