Makalah TES PRESTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Tes tidak asing lagi di berbagai kalangan masyarakat kita. Bisa dikatakan hampir setiap orang pernah mendengar,membicarakan atau bahkan pernah mengalami dikenai tes dalam situasi dan keperluan yang berbeda. Namun apabila ditanya mengenai apakah sebenarnya tes itu,kiranya tidak banyak orang yang bener-benar memahami dan dapat menjelaskannya secara baik. Apa yang terbayang dalam fikiran masing-masing orang apabila mendengar kata “tes” belum tentu merupakan konsep atau gambaran situasi yang kurang lebih serupa. Dalam makalah ini,kita menggunakan istilah tes dalam arti tes nonfisik atau dengan kata lain mengacu pada pengertian tes psikologis,yaitu tes yang dimaksudkan untuk mengungkap aspek-aspek psikologis dalam diri manusia. Sebagian orang menyamakan pergertian tes dengan pengertian ujian,sebagian lagi tidak. Perbedaan itu barangkali lebih banyak disebabkan oleh pemberian konotasi yang tidak sama dari setiap orang pada istilah tes,bukan disebabkan perbedaan pengertian antara tes dan ujian itu sendiri. Samakah sebetulnya tes dan ujian itu? Sebenarnya keduanya tidak memiliki perbedaan arti yang prinsip akan tetapi pada situasi tertentu memang terdapat perbedaan penggunaan. Sebagai bentuk tes,maka tes prestasi(achievement test) tidak akan lepas dari cirri-ciri tes pada umumnya. Dalam dunia pendidikan kita jarang membedakan antara tes dan pengukuran pun sering kita pertukarkan pengertiannya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Tes itu? 2. Apa saja Macam-macam klasifikasi tes dalam psikologi itu? 3. Apa tes belajar itu dan kegunaannya? 4. Berbagai macam keterbatasan tes prestasi itu apa? 5. Apa saja prinsip-prinsip pengukuran prestasi belajar itu? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian tes. 2. Mengetahui berbagai macam tes dalam lingkup psikologi.
3. Mengetahui manfaat tes. 4. Mengamati kekurangan tes prestasi. 5. Mengetahui prinsip-prinsip pengukuran prestasi belajar.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tes Menurut para ahli Tes adalah :
Anne Anastasi(Psychological Testing,1976): Bahwa tes pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku.
Frederick G.Brown(1976): menyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis guna mengukur sampel perilaku seseorang.
Lee J.Cronbach(Essensial of Psychological Testing,1970): …”a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or a category system. Dari Berbagai macam batasan katagori tes diatas dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
1. Tes adalah prosedur yang sistematis. Maksudnya: aitem-aitem dalam tes disusun menurut cara dan aturan tertentu,prosedur administrasi tes dan pemberian angka(scoring) terhadap hasilnya harus jelas dan dipesifikkan secara terperinci,dan setiap orang yang mengambil tes itu harus mendapat aitem-aitem yang sama dalam kondisi yang sebanding. 2.
Tes berisi sampel perilaku. Artinya: seberapapun panjangnya suatu tes,aitem yanga ada di dalamnya tidak akan dapat mencakup seliruh isi materi yang mingkin ditanyakan,dan kelayakan suatu tes tergantung pada sejauhmana aitem-aitem dalam tes itu mewakili secara reprensentatif kawasan(domain) perilaku yang diukur .
3. Tes mengukur perilaku. Artinya aitem-aitem dalam tes mengendaki agar subyek menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang telah dipelajari subyek dengan cara menjawab pertanyaanpertanyaan atau menegrjakan tugas-tugas yang dikehendaki oleh tes.
B. Klasifikasi Tes Dalam Psikologi
Cronbach(1970) membagi tes menjadi dua kelompok besar antara lain: 1. Tes Yang Mengukur Performasi Maksimal Tes jenis ini dirancang untuk mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh seseorang dan seberapa baik ia mampu melakukannya. Stimulus yang disajikan harus jelas struktur dan tujuannya sehingga subyek tahu betul arah jawaban yang dikehendaki. Jawaban subyek akan dipilah sebagai jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Petunjuk pengerjaan harus dibuat sesederhana mungkin. Cara pemberian skornya pun seringkali diberitahukan pada subjek seperti juga waktu batas pengerjaan. Dalam hal ini,hanya pendekatan dan strategi penyelesaian soalnya saja yang tidak diberitahukan pada subjek. Dalam pemyajian tes yang mengukur perfomasi maksimal,individu didorong untuk berusaha sebaik-baiknya agar memperoleh skor setinggi mungkin. Kesiapan,motivasi,keinginan berusaha,dan bahkan kondisi fisik subjek sanagt ,menentukan keberhasilan dalam memghadapi tes jenis ini. Termasuk jenis tes ini adalah: tes intelegensi,tes bakat,tes prestasi belajar,tes profisiensi,dan berbagai tes kemampuan lainnya. 2. Tes Yang Mengukur Performasi Tipikal Tes jenis ini dirancang untuk mengungkap kecenderungan reaksi atau perilaku individu ketika berada dalam situasi-situasi tertentu. Jadi tujuan ukurnya bukanlah untuk mengetahui apa yang mampu dilakukan oleh seseorang melainkan apa yang cenderung ia lakukan. Tentu saja perilaku yang biasanya dilakukan setiap orang dalam situasi tertentu akan berbeda-beda sesuai dengan pola kepribadiannya sendiri. Oleh karena itu jawaban terhadap pertanyaan dalam tes ini tidak dapat dipilah sebagai benar aatau salah melainkan didiagnosis menurut norma-norma tertentu. Tes ini biasanya di buat terstruktur ambiguous,yaitu memungkinkan untuk diinterprestasikan secara subjektif. Subjek tidak mengetahui bagaimana arah jawaban yang diharapkan darinya dan seperti apa jawaban yang yang terbaik. Dengan demikian akan terjadi reaksi projektif dari diri subjek yang dikenai tes kedalam bentuk respons(jawaban) yang diberikan. Tergolong dalam tes ini adalah: tes minat,tes sikap,dan berbagai skala-skala tes kepribadian.
C. Tes Prestasi Belajar Tes ini meliputi: 1. Tes diagnostik,yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid, terutama dalam berhitung dan membaca. 2. Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
3. Tes prestasi belajar yang disusun guru.
D. Tes Prestasi Belajar Dalam Sistem Pendidikan Dalam proses pendidikan dan pengajaran setiap saat akan selalu ada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan,hal ini akan begitu Nampak di sistem pendidikan formal. Diantara keputusan pendidikan itu dapat berupa keputusan didaktik yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan pengajaran seperti misalnya keputusan yang menyangkut ketepatan kurikulum yang berlaku. Keputusan pendidikan dapat berupa keputusan administratif guna memenuhi kebutuhan administrasi seperti misalnya keputusan mengenai nilai yang hendak diberikan pada subjek atau keputusan mengenai kelulusan. Keputusan pendidikan dapat berupa keputusan bimbingan penyuluhan/konseling guna memberikan bimbingan dalam penjurusan dan penentuan karir. Seorang pendidik atau tenaga pengajar merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan. Kartena pendidik langsung face to face dalam penyampaian bahan pelajaran,dan juga merekalah yang paling banyak membuat keputusan-keputusan pendidikan yang akan menentukan arah dan kemajuan belajar anak didiknya. Oleh karena itu tenaga pengajar harus mampu menentukan mana informasi yang relevan dan setiap keputusan harus akurat. Banyak sekalikeputusan pendidikan didasarkan pada tes prestasi belajar. Contohnya,pemberian nilai mata pelajaran,penentu kelulusan,penempatan mahasiswa pada suatu program dll. Berbagai macam keputusan pendidikan itu menempatkan tes prestasi belajar dalam beberapa fungsi,antara lain:
Fungsi Penempatan: penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk klasifikasi individu kedalam bidang jurusan yang sesuai dewngan kemampuan yang telah diperlihatkan pada hasil belajar yang lalu.
Fungsi Formatif: penggunaan tes prestasi belajar untuk melihat sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran.
Fungsi Diagnostik: dilakukan tes prestasi apabila hasil yang tes bersangkutan digunakan untuk mengdiagnosis kesukaran dalam belajar,mendeteksi kelemahan siswa agar segera diperbaiki.
Fungsi Sumatif: penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suaty program belajar. Ini adalah tes akhir
dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan kelulusan siswa dalam program itu,dan apakah siswa itu dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
E. Fungsi 1. Tes sebagai pengukur prestasi Robert L.Ebel(1979) mengatakan bahwa fungsi utama tes prestasi dikelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Adalahsuatu kesalahfahaman bila menggangap bahwa apa yang dapat dilakukan oleh tes prestasi semata-mat memberikan angka untuk dimasukkan kedalam rapor murud atau kedalamlaporan hasil study mahasiswa. Sesungguhnya prosedur tes guna mengukur prestasi mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat penting,dimana tes membantu para guru/pendidik memberikan nilai yang valid dan akurat. Terdapat persepsi yang sangat kuat dalam diri siswa maupun mahasiswa dimana nilaiyang baik merupakan tanda keberhasilan belajar yang tinggi sedangkan nilai tes dianggap sebagai satu-satunya indicator yang memppunyai arti penting maka nilai itulah yang biasanya menjadi target usaha meraka dalam belajar. 2. Tes sebagai Motivator dalam Belajar Hampir
semua
ahli
kognitivisme,menekankan
teori
belajar,baik
pentingnya
umpan
pengikut balik
faham
berupa
behaviorisme
nilai
guna
maupun
meningkatkan
belajar(thorndike,et.al.,1991). Pengalaman menunjukkan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program dilakukan tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Robert L.Ebel(1979) mengemukkakan pula bahwa tes kadang-kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik atau motivator dari luar diri. Memperoleh nilai baik adalah suatu rewarding learning experience,yaitu pengalaman belajar yang menyenangkan.
F. Keterbatasan Tes Pretasi Berbeda dengan pengukuran atribut fisik yang dapat dilakukan dengan akurasi dan kecermatan yang tinggi dan dengan alat yang pada umumnya jauh lebih mudah dibuat,pengukuran aspek psikologi tidak pernah dapat mencapai ketepatan yang sangat tinggi. Demikian pula halnya dengan tes prestasi. Objek ukur tes prestasi adalah aspek mental psikologis atau atribut nonfisik dan karenanya kita tidak dapat mengharapkan hasil pengukuran
yang akurat sekali. Pada umumnya,apa yang dapat dicapai oleh tes prestasi adalah semacam estimasi mengenai posisi relative(relative standing) atau jenjang urutan individu menurut tingkat kemampuan atau tingkat perfomasi pada suatu tugas yang kadang-kadang,kita juga dapat membatasi dengan jelas. Dalam hal ini kita tidak dapat menggunakan pengukuran nol secara mutlak dikarenakan pengertian nol dalam tes prestasibelajar bersifat nisbi dan tidak jelas maknanya. Pada pengukuran aspek fisik seperti berat besi,umpamanya kita dapat memahami bahwa berat sebesar 0 kg atau 0gr memeng berarti tidak ada beratnya sama sekali. Yang di indikasikan oleh keadaan setimbang pada alat ukur nya,sehingga kita dapat membandingkan alat ukur benda sesuai alat ukur yang mutlak. Pada tes prestasi hal tersebut tidak berlaku. Nilai 0 yang di peroleh seorang mahasiswa pada suatutes ekologi lingkungan tidak dapat tidak sama sekali memiliki pengetahuan tentang ekologi,walaupun benar untuk mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab dengan betul satupun di antara soal yang ditanyakan. Meskipun untuk interprestasi hasil tes psikolohgi umumnya tes prestasi belajar khususnya digunakan mean,deviasi standard an angka-angka korelasi umum skala pengukuran yang digunakan dalam tes semacam itu biasanya tidak dapat dinyatakan dalam satuan atau unit ukur yang mengandung arti kuantitatif maupun kualitatif yang bermakna pasti.
G. Prinsip-prinsip pengukuran Prestasi belajar Gronlund(1977) dalam bukunya merumuskan beberapa prinsip dalas dalam pengukuran prestasi sebagai berikut:
Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
Tes prestasi harus mengukur satu sampel yang representative dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.
Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil prestasi belajar yang di inginkan.
Tes prestasi belajar harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan pengunaan hasilnya.
Relibilialitas tes prestasi harus di usahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik.