Makalah Kimia Lingkungan Toksiko.docx

  • Uploaded by: sari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kimia Lingkungan Toksiko.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,632
  • Pages: 26
Makalah: Presentasi: Tampilan Slide:

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN Toksikologi Sumber Racun

DISUSUN OLEH: 1. MAYA LESTARI

(06101181621052)

2. SUCI HADI RAHMAWATI (06101181621011)

KELOMPOK 2 DOSEN PENGAMPUH : Rodi Edi, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

1

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan nikmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah tentang “Toksikologi Sumber Racun”. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia lingkungan. Pada kesempatan kali ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah kimia lingkungan bapak Rodi Edi, S.Pd, M.si. yang telah membantu penulis dalam proses pembelajaran selama ini. Juga penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu sehingga tugas makalah ini selesai sesuai waktu yang ditentukan. “Tiada gading yang tak retak, tiada manusia tanpa khilaf”, begitu pula penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang penulis susun ini jauh dari sifat kesempurnaan. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pihak manapun demi upaya mencapai kesempurnaan pada makalah yang selanjutnya. Akhir kata, harapan penulis, semoga makalah ini dapat menjadi media penambah wawasan,

Inderalaya, April 2018

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1 A.

Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

C.

Tujuan pembahasan ................................................................................................. 3

PEMBAHASAN..................................................................................................................... 4 A.

Sumber-Sumber Racun ............................................................................................ 4

a.

Hewan ...................................................................................................................... 4

b.

Tumbuh - Tumbuhan ............................................................................................... 7

c.

Zat Kimia ............................................................................................................... 13

d.

Bakteri .................................................................................................................... 15

B.

Mekanisme Keracunan .......................................................................................... 20

KESIMPULAN .................................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 23

ii

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Salah satu unsur Toksikologi adalah agent-agent kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon pada system biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini. Menurut sejarahnya usaha-usaha pertama untuk menggolong-golongakan agentagent adalah didasarkan sumber-sumber alamnya. Satu dari pelopor dalam bidang ini adalah Discorides yang membagi racun-racun kedalam racun- racun binatang, tumbuhtumbuhan dan mineral. Zat-zat toksin digolongkan dengan cara-cara yang bermacammacam tergantung pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya. Sebagai contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ sasaran dan dikenal sebagai racun-racun liver, racun-racun ginjal penggunaannya dikenal sebagai pestisidapestisida, pelarut-pelarut, bahan-bahan additif pada makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke sumbernya dikenal sebagai toxin-toxin binatang dan tumbuh-tumbuhan kalau dikaitkan dengan efek-efek mereka dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya. Secara umum, racun merupakan zat padat, cair, atau gas, yang dapat mengganggu proses kehidupan sel suatu organisme. Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral (mulut) maupun topikal (permukaan tubuh), biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekul. Bapak Toksikologi, Paracelsus, menyatakan bahwa: Segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun (Dosis solum facit venum). Kata "toksin" didefinisi sebagai racun yang dihasilkan dari proses biologi, atau sering disebut sebagai biotoksin. Sementara, bisa didefinisikan sebagai cairan mengandung racun yang disekresikan atau dihasilkan oleh hewan selama proses

1

pertahanan diri atau menyerang hewan lain dengan gigitan maupun sengatan. Istilah beracun, toksik, dan berbisa juga merupakan kata yang sebanding apabila digunakan untuk menyatakan sifat atau efek dari racun. Namun, tetap terdapat sedikit perbedaan pada ketiga kata tersebut. Beracun digunakan untuk segala sesuatu yang dapat berakibat fatal atau berbahaya apabila dimasukkan dalam jumlah tertentu ke makhluk hidup. Sedangkan toksik menyatakan sifat atau efek dari toksin, dan berbisa mengacu kepada hewan penghasil bisa. Keracunan merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bahan organik ataupun bahan anorganik yang masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan tidak normalnya mekanisme di dalam tubuh. Akibat-akibat dari keracunan dapat menurunkan kesadaran bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat menyebabkan kematian, jika cara penanganan yang salah. Keracunan seperti yang diketahui masyarakat luas, hanya menyerang bagian saluran pencernaan saja. Namun sebenarnya keracunan dapat menyerang saluran pernafasan juga. Misalnya keracunan akibat menghirup gas beracun yang dapat menyebabkan kepala pusing, dan mual. Pada banyak kasus yang ada akibat keracunan sebagai “first stander” dapat melakukan pertolongan pertama bagi setiap orang yang mengalami atau menjadi korban keracunan. Pada makalah ini akan dibahas tentang sumber-sumber racun yang berasal dari binatang, tumbuh-tumbuhan, serta zat kimia. Selain itu akan dibahas pula mekanisme dan gejala klinis keracunan. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja sumber racun dari hewan ? 2. Apa saja sumber racun dari tumbuh-tumbuhan? 3. Apa saja sumber racun dari zat kimia ? 4. Apa saja sumber racun dari bakteri ? 5. Bagaimana mekanisme keracunan ?

2

C. Tujuan pembahasan 1. Mengetahui sumber racun dari hewan. 2. Mengetahui sumber racun dari tumbuh-tumbuhan. 3. Mengetahui sumber racun dari zat kimia. 4. Mengetahui sumber racun dari bakteri. 5. Mamahami mekanisme klinis keracunan.

3

PEMBAHASAN A. Sumber-Sumber Racun a. Hewan Seperti racun tanaman, racun hewan terdiri dari beragam struktur dan modus tindakan. Sebuah contoh sederhana dan terkenal adalah asam formiat yang ditemukan pada semut. Racun hewan sering menjadi campuran protein kompleks. Sebagian besar pada waktu daam ehidupan kita bahkan jika itu hanya sengatan lebah. Namun, di beberapa negara kematian dan penyakit akibat racun hewan merupakan proporsi penting kasus keracunan dan penyebab signifikan penyakit dan kematian. Dalam penggolongan permulaan ini meliputi bisa dan toxin yang dihasilkan didalam organ-organ khusus dari ular, laba-laba dan binatang-biatang laut. Penggolongan modern yang didasarkan atas pendekatan ini akan melibatkan organisme-organisme laut karena racun ikan seperti toxin ciquatera adalah sebanding dengan organisme-organisme laut yang ada dalam makanan ikan itu dan menurut penelitian mutakhir bahwa zat toksis yang ada dalam organisme laut bisa dipekatkan dalam proses penyediaan makanan atau penyediaan sumber-sumber protein. Giardia, Cryptosporidium, Balantidium, Entamoeba dan protozoa lainnya serta parasit seperti cacing pita, dapat menginfeksi melalui air dan makanan. Beberapa spesies dapat bertahan pada lingkungan untuk beberapa minggu dan dapat klorinasi. Gejala-gejala yang ditimbulkan dapat sama dengan gejala gangguan perut yang ditimbulkan oleh bakteri dan penularannya melalui rute fekal-oral. 1. Ikan Puffer

4

Ikan Puffer memiliki racun yang sangat mematikan, racun ini bahkan tidak dapat hilang walaupun ikan ini sudah di masak. Racun pada ikan ini di kenal sebagai tetrodotoxin (TTX). Racun pada ikan ini di kenal sebagai tetrodotoxin. Tetrodotoxin adalah racun saraf yang sangat kuat, mematikan pada dosis sekitar 10 G kg/ 1 berat badan. Efek awaladalah kesemutan di mulut diikuti dalam 10-45 menit dengan otot inkoordinasi, air liur, kulit mati rasa, muntah, diare dan kejang-kejang. Hasil Kematian dari kelumpuhan otot rangka. 1. Laba-Laba Fiddleback Walaupun hanya memiliki ukuran 1/2 inch (1,27 cm) namun laba-laba ini dapat di katakan sebagai laba-laba paling beracun di dunia. Gigitan oleh laba-laba ini pada umumnya tidak terasa sakit, namun setelah 8 jam, maka korban akan berada dalam kondisi kesakitan maupun sekarat. Gigitannya pada umumnya menyebabkan muntah-muntah, pembengkakan dan nekrosis (Kematian Sel). 2. Stonefish Ikan Stonefish memiliki wajah yang buruk. Dijuluki sebagai ikan yang paling beracun di dunia karena racunnya bisa menyebabkan luka yang sangat buruk sampaisampai bagian tubuh yang tersengat harus diamputasi segera agar racunnya tidak menyebar ke seluruh tubuh. Ikan ini sangat dihindari oleh penyelam-penyelam di perairan laut dangkal Pasifik, lautan India dan daerah the Great Barrier Reef. 3. Stalker Scorpion Ada yang menganggap sengatan kalajengking relatif tidak berbahaya, hanya menyebabkan efek lokal saja (nyeri, mati rasa ataupun bengkak). Namun jenis Stalker Scorpion memiliki racun neurotoksin yang sangat kuat pada ujung ekornya. Racun ini bisa menyebabkan rasa sakit yang diikuti demam, kejang-kejang, lumpuh, dan akhirnya kematian pada setiap hewan yang disengatnya. Manusia yang memiliki kondisi jantung yang kurang kuat akan beresiko pada kematian. Stalker Scorpion banyak ditemukan di daerah Afrika Utara dan Timur Tengah.

5

Chlorotoxin (Cltx) adalah senyawa aktif yang ditemukan di racun kalajengking. Memiliki kemampuan untukmenghambat konduktansi saluran klorida. Terkena Cltx dalam dosis yang banyak dapat mengakibatkan kelumpuhan melalui gangguan saluran ion. Mirip dengan toksin botulinum, Cltx telah terbukti memiliki nilai terapeutik yang signifikan. Bukti

menunjukkan

glioma untukmenyusup

bahwa Cltx dapat menghambat kemampuan untuk

jaringan saraf

yang

sehat di

otak,

secara

signifikan

mengurangi kerugian invasif potensial yang disebabkan oleh tumor. 4. Ubur-ubur Jellyfish Sejak tahun 1954, sudah tercatat angkat kematian sedikitnya 5.567 orang akibat terkena racunnya. Jellyfish banyak ditemukan di perairan Asia dan Australia. Ada baiknya ketika menyelam menggunakan jaket selam dan cuka untuk pertolongan pertama ketika terkena racun Jellyfish. Butuh waktu tidak lebih dari 5 menit saja untuk racun ini menyerang jantung dan sistem saraf. 5. Bisa Ular Gigitan ular adalah salah satu bentuk yang paling umum dari keracunan oleh racun alami di

seluruh

dunia.

Banyak bisa

ular serupa,

menjadi campuran protein

atau polipeptida. Racun campuran dan akibatnya menimbulkan berbagai efek. Misalnya, adanya protein asing dapat menyebabkan reaksi anafilaksis, meskipun hal ini jarang terjadi, dan reaksi alergi tersebut dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Komponen enzim dapat mencernaberbagai konstituen jaringan baik di

lokasi aksi,

menyebabkan nekrosis lokal. Misalnya, gigitan ular Diamondback, ular yang Serikat, memproduksi

edema

yang

sangat

paling

menyakitkan

beracun di dalam

Amerika

beberapa

menit.

Mual, muntah dan diare dapat terjadi dan efek jantung, sepertipenurunan tekanan darah arteri sistemik dan lemah serta nadi menyebabkan

cepat. Sistem

kelumpuhan pernapasan.

Banyak

saraf

pusat dapat

fosfolipase ditemukan

dipengaruhi, dalam racun

ular kadang kadangmenyebabkan intravaskular. Sebagian besar bisa ular mengandung phosphodiesterase yang menyerang polinukleotida. 6. Conotoxin 6

Conotoxin mewakili kategori racun yang dihasilkan oleh siput kerucut yang hidup di

laut, dan

mampu

menghambat

aktivitas sejumlah

saluran ion seperti

kalsium, natrium, kalium atau saluran. Dalam

banyak kasus,

racun

yang

dikeluarkan oleh berbagai

jenis siput

kerucut mencakup berbagai jenis conotoxins, yang mungkin khusus untuk saluran ion yang berbeda, sehingga menciptakan racun yang mampu meluas gangguan fungsi saraf. Salah satu bentuk unik conotoxins, ω-conotoxin (. ω-CgTx) sangat spesifik untuk saluran Ca dan telah menunjukkan kegunaan dalam mengisolasi racun dari sistem. Secara signifikan, ωCgTx mampu

mengikat dan

menghambat saluran

kalsium yang terletak

di membran

neuron tapi bukan dari sel-sel otot. 7. Apitoxin Apitoxin atau madu racun lebah, adalah cairan tak berwarna dan pahit. Bagian aktif dari racun adalah campuran kompleks protein, yang menyebabkan peradangan lokal dan bertindak sebagai antikoagulan. Racun ini diproduksi dalam perut lebah pekerja dari campuran sekresi asam dan basa. Apitoxin bersifat asam (pH 4,5-5,5). Sebuah lebah madu dapat menyuntikkan 0,1 mg racun melalui penyengat nya. Apitoxin mirip dengan jelatang toksin. Diperkirakan bahwa 1% dari populasi alergi terhadap sengatan lebah. Racun lebah terapi digunakan oleh beberapa sebagai pengobatan untuk rematik dan penyakit sendi karena antikoagulan dan sifat anti-inflamasi. Hal ini juga digunakan untuk menurunkan rasa mudah terpengaruh orang alergi terhadap sengatan serangga. Terapi racun lebah juga dapat disampaikan dalam bentuk Bee Venom Balm meskipun ini mungkin kurang ampuh daripada menggunakan sengatan lebah hidup. b. Tumbuh - Tumbuhan Banyak spesies tumbuhan di dunia tidak dapat dimakan karena kandungan racun yang dihasilkannya. Proses domestikasi atau pembudidayaan secara berangsur-angsur dapat menurunkan kadar zat racun yang dikandung oleh suatu tanaman sehingga tanaman pangan

7

yang kita konsumsi mengandung racun dengan kadar yang jauh lebih rendah daripada kerabatnya yang bertipe liar (wild type). Penurunan kadar senyawa racun pada tanaman yang telah dibudidaya antara lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Karena racun yang dihasilkan oleh tanaman merupakan salah satu cara untuk melawan predator, maka tidak mengherankan bila tanaman pangan modern jauh lebih rentan terhadap penyakit. Beberapa kelompok racun yang ditemukan pada tanaman yang biasa kita konsumsi, ada beberapa yang larut lemak dan dapat bersifat bioakumulatif. Ini berarti bila tanaman tersebut dikonsumsi, maka racun tersebut akan tersimpan pada jaringan tubuh, misalnya solanin pada kentang. Kadar racun pada tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh (kekeringan, suhu, kadar mineral, dll) serta penyakit. Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya. 1. Kacang Merah Racun alami yang dikandung oleh kacang merah disebut fitohemaglutinin (phytohaemagglutinin), yang termasuk golongan lektin. Keracunan makanan oleh racun ini biasanya disebabkan karena konsumsi kacang merah dalam keadaan mentah atau yang dimasak kurang sempurna. Gejala keracunan yang ditimbulkan antara lain adalah mual, muntah, dan nyeri perut yang diikuti oleh diare. Telah dilaporkan bahwa pemasakan yang kurang sempurna dapat meningkatkan toksisitas sehingga jenis pangan ini menjadi lebih toksik daripada jika dimakan mentah. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akibat konsumsi kacang merah, sebaiknya kacang merah mentah direndam dalam air bersih selama minimal 5 jam, air rendamannya dibuang, lalu direbus dalam air bersih sampai mendidih selama 10 menit, lalu didiamkan selama 45-60 menit sampai teksturnya lembut. 2. Singkong Singkong mengandung senyawa yang berpotensi racun yaitu linamarin dan lotaustralin. Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong dibedakan 8

atas dua tipe, yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak kurang sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut akan berubah menjadi senyawa kimia yang dinamakan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram, sedangkan yang pahit mengandung sianida lebih dari 50 mg per kilogram. Meskipun sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari. Gejala keracunan sianida antara lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian. Untuk mencegah keracunan singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong dicuci untuk menghilangkan tanah yang menempel, kulitnya dikupas, dipotong-potong, direndam dalam air bersih yang hangat selama beberapa hari, dicuci, lalu dimasak sempurna, baik itu dibakar atau direbus. Singkong tipe manis hanya memerlukan pengupasan dan pemasakan untuk mengurangi kadar sianida ke tingkat non toksik. Singkong yang umum dijual di pasaran adalah singkong tipe manis. 3. Pujuk Bambu ( Rebung ) Racun alami pada pucuk bambu termasuk dalam golongan glikosida sianogenik. Untuk mencegah keracunan akibat mengkonsumsi pucuk bambu, maka sebaiknya pucuk bambu yang akan dimasak terlebih dahulu dibuang daun terluarnya, diiris tipis, lalu direbus dalam air mendidih dengan penambahan sedikit garam selama 8-10 menit. Gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong, antara lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, dan sakit kepala. 4. Biji Buah-Buahan Contoh biji buah-buahan yang mengandung racun glikosida sianogenik adalah apel, aprikot, pir, plum, ceri, dan peach. Walaupun bijinya mengandung racun, tetapi daging buahnya tidak beracun. Secara normal, kehadiran glikosida sianogenik itu sendiri tidak membahayakan. Namun, ketika biji segar buah-buahan tersebut terkunyah, maka zat tersebut dapat berubah menjadi hidrogen sianida, yang bersifat racun. Gejala keracunannya 9

mirip dengan gejala keracunan singkong dan pucuk bambu. Dosis letal sianida berkisar antara 0,5-3,0 mg per kilogram berat badan. Sebaiknya tidak dibiasakan mengkonsumsi biji dari buah-buahan tersebut di atas. Bila anak-anak menelan sejumlah kecil saja biji buahbuahan tersebut, maka dapat timbul gejala keracunan dan pada sejumlah kasus dapat berakibat fatal. 5. Kentang Racun alami yang dikandung oleh kentang termasuk dalam golongan glikoalkaloid, dengan dua macam racun utamanya, yaitu solanin dan chaconine. Biasanya racun yang dikandung oleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi manusia.Meskipun demikian, kentang yang berwarna hijau, bertunas, dan secara fisik telah rusak atau membusuk dapat mengandung kadar glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi. Racun tersebut terutama terdapat pada daerah yang berwarna hijau, kulit, atau daerah di bawah kulit. Kadar glikoalkaloid yang tinggi dapat menimbulkan rasa pahit dan gejala keracunan berupa rasa seperti terbakar di mulut, sakit perut, mual, dan muntah. Sebaiknya kentang disimpan di tempat yang sejuk, gelap, dan kering, serta dihindarkan dari paparan sinar matahari atau sinar lampu. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya kentang dikupas kulitnya dan dimasak sebelum dikonsumsi. 6. Tomat Hijau Tomat mengandung racun alami yang termasuk golongan glikoalkaloid. Racun ini menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya hindari mengkonsumsi tomat hijau dan jangan pernah mengkonsumsi daun dan batang tanaman tomat. 7. Parsnip (Semacam Wortel) Parsnip mengandung racun alami yang disebut furokumarin (furocoumarin). Senyawa ini dihasilkan sebagai salah satu cara tanaman mempertahankan diri dari hama serangga. Kadar racun tertinggi biasanya terdapat pada kulit atau lapisan permukaan tanaman atau di sekitar area yang rusak. Racun tersebut antara lain dapat menyebabkan sakit perut dan nyeri pada kulit jika terkena sinar matahari. Kadar racun dapat berkurang

10

karena proses pemanggangan atau perebusan. Lebih baik bila sebelum dimasak, parsnip dikupas terlebih dahulu. 8. Seledri Seledri mengandung senyawa psoralen, yang termasuk ke dalam golongan kumarin. Senyawa ini dapat menimbulkan sensitivitas pada kulit jika terkena sinar matahari. Untuk menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya hindari terlalu banyak mengkonsumsi seledri mentah, dan akan lebih aman jika seledri dimasak sebelum dikonsumsi karena psoralen dapat terurai melalui proses pemasakan. 9. Zucchini (Semacam Ketimun) Zucchini mengandung racun alami yang disebut kukurbitasin (cucurbitacin). Racun ini menyebabkan zucchini berasa pahit. Namun, zucchini yang telah dibudidayakan (bukan wild type) jarang yang berasa pahit. Gejala keracunan zucchini meliputi muntah, kram perut, diare, dan pingsan. Sebaiknya hindari mengkonsumsi zucchini yang berbau tajam dan berasa pahit. 10. Bayam Asam oksalat secara alami terkandung dalam kebanyakan tumbuhan, termasuk bayam. Namun, karena asam oksalat dapat mengikat nutrien yang penting bagi tubuh, maka konsumsi makanan yang banyak mengandung asam oksalat dalam jumlah besar dapat mengakibatkan defisiensi nutrien, terutama kalsium. Asam oksalat merupakan asam kuat sehingga dapat mengiritasi saluran pencernaan, terutama lambung. Asam oksalat juga berperan dalam pembentukan batu ginjal. Untuk menghindari pengaruh buruk akibat asam oksalat, sebaiknya kita tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa ini terlalu banyak. Fitoaleksin adalah zat toksin yang dihasilkan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup hanya setelah dirangsang oleh berbagai mikroorganisme patogenik atau oleh kerusakan mekanis dan kimia. Fitoaleksin dihasilkan oleh sel sehat yang berdekatan dengan sel-sel rusak dan nekrotik sebagai jawaban terhadap zat yang berdifusi dari sel yang rusak. Fitoaleksin terakumulasi mengelilingi jaringan nekrosis yang rentan dan resisten.

11

Ketahanan terjadi apabila satu jenis fitoaleksin atau lebih mencapai konsentrasi yang cukup untuk mencegah patogen berkembang 11. Strychnine Tumbuhan ini walau terlihat indah dan menarik, baik buahnya yang seperti bisa di konsumsi, namun Strychnine memiliki racun yang menyerang saraf pusat dan mengakibatkan kejang-kejang. Dengan Dosis yang tepat maka korban dapat mengalami kematian dalam waktu 10 - 20 menit. Racun ini membunuh secara perlahan-lahan dan membuat korban menderita hingga meninggal. 12. Monkshood Atau Wolfsbane Tanaman disebut juga wolfsbane karena sering digunakan oleh para petani untuk membasmi serangga. Racun yang dikandung dalam tumbuhan ini disebut alkaloid pseudaconitine. Monkshood dapat ditemukan tumbuh di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Karena semua bagian tanaman beracun, maka penanganannyapun ekstra hati-hati. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan mati rasa sementara dan anak-anak yang memegang umbi untuk jangka waktu yang panjang dapat menyerap alkaloid beracun dan mati. Menelan atau penyerapan tanaman dapat menyebabkan gejala jantung dan kelumpuhan. Jika tertelan, gejala meliputi terbakar pada tungkai dan perut. Dalam kasus dosis besar, kematian dapat terjadi dalam 2-6 jam dan 20ml cukup untuk membunuh manusia dewasa. 13. Angel’s Trumpet (Terompet Malaikat) Bunga terompet mengandung zat hallucinogen, yakni zat yang dapat menyebabkan seseoarang mengalami halusinasi. Karena hal inilah bunga terompet termasuk salah satu NARKOTIKA. Kandungan aktifnya dalam bunga terompet adalah atropine, hyoscyamine dan scopolamine yang diklasifikasikan sebagai zat penghilang kesadaran atau anticholinergics. Tanaman ini kadang-kadang dibuat menjadi teh dan dicerna sebagai obat halusinogen. Tingkat toksisitas yang bervariasi tergantung lokasi tanaman, dan bagian ke bagian, hampir tidak mungkin untuk mengetahui berapa banyak racun yang Anda telan. Karena hal inilah banyak pengguna yang overdosis dan meninggal.

12

c. Zat Kimia 1.

Sianida Racun ini sangat berbahaya apalagi dalam jumlah yang sangat kecil, sianida

membunuh dengan mencegah sel-sel darah merah dalam penyerapan oksigen mengakibatkan "Sesak Napas Internal", menghasilkan daya membunuh yang sangat cepat dan seketika dalam hitungan menit hingga jam. Sianida bahkan di gunakan pada perang dunia ke-2 bahkan hingga sekarang dimana di gunakan untuk metode eksekusi. 2.

Arsenic Arsenik merupakan racun yang paling populer dalam dunia misteri pembunuhan.

Pada abad ke-15 dan 16, keluarga itali dari Borgias menggunakan arsenik sebagai racun dalam pembunuhan politik, Bahkan di katakan bahwa napoleon di racuni dengan Arsenik yang di campuri anggur. Di United Kingdom arsenik di jual secara bebas di apotik untuk digunakan dalam pembasmian hama tikus. 3.

Hidrokarbon Hidrokarbon menyebabkan perubahan paru paru dan susunan saraf pusat. Menekan

zat ini akan menyebabkan iritasi mukosa, muntah dan diare. Kadang timbul distres pernapasan, sianosis, takikardi, demam dan kematian. Bensin, minyak tanah, pengencer cat, gasolin, karosen dan minyak polish sangat bahaya. Diagnosis dibantu dengan foto thorak adanya pneumonia hidrokarbon. 4.

Sulfur Dioxida Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SOx). Gas ini

sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau namun tidak berwarna. Sebagaimana O3, pencemar sekunder yang terbentuk dari SO2, seperti partikel sulfat, dapat berpindah dan terdeposisi jauh dari sumbernya. Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida

13

lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx menjadi asam sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam. Meskipun sumber alami (gunung berapi atau panas bumi) mungkin hadir pada beberapa tempat, sumber antropogenik, pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur, mendominasi daerah perkotaan. Ini termasuk: 

Sumber pokok (pembangkit tenaga listrik, pabrik pembakaran, pertambangan dan pengolahan logam)



Sumber daerah (pemanasan domestik dan distrik)



Sumber bergerak (mesin diesel). SO2 dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran bahan

bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam hampir semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu bara, dan bijih-bijih yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga,seng,timbal dan besi. Di daerah perkotaan, yang menjadi sumper sulfur utama adalah kegiatan pemangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan batu bara ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, juga gas buang dari kendaraan yang menggunakan diesel dan industri-industri yang menggunakan bahan bakar batu bara dan minyak mentah. Sulfur dioxida, disemburkan ke udara oleh pabrik-pabrik berbahan bakar batu bara, menyumbang pada formasi hujan asam yang telah merusak ekosistem laut, serta meningkatkan penyakit pernapasan, terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut,

14

yang dapat memicu gejala asma yang parah, serta memperparah penyakit paru-paru dan jantung. 5.

Methylene Chloride (Dichloromethane) Methylene chloride secara luas digunakan dalam banyak proses industri dan

merupakan bagian dari kandungan dari banyak produk rumah tangga, termasuk semir sepatu semprot, cat anti bocor, penghilang noda, pewarna kayu, vernis, termasuk juga lem, minyak pelumas serta penghilang karat. Diakui oleh para ilmuwan di bidang kesehatan zat ini merupakan penyebab kanker dan mampu menyebabkan kerusakan pada janin yang sedang bertumbuh, system reproduksi serta system syaraf. d. Bakteri Beberapa

peneliti

menyarankan

penyakit

yang

disebabkan

oleh

Clostridium perfringens dan Bacillus cereus dikategorikan sebagai intoksikasi karena kedua jenis bakteri dapat memproduksi toksin. Akan tetapi untuk menimbulkan efek keracunan, sejumlah besar sel hidup harus terkonsumsi. Demikian juga Salmonella dapat menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin didalam saluran pencernaan. SebaliknyaS. aereus yang tergolong ke dalam intoksikasi, dapat mengkolonikasi mukosa dalam saluran pencernaan dan menyebabkan diare kronis. Dengan demikian klasifikasi keracunan makanan ini harus digunakan secara hati-hati. Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah: 1. Bacillus cereus Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri Grampositif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis). Gejala keracunan: 15



Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa mual, nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan.



Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar. Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa mencemari pangan berbahan beras,

kentang tumbuk, pangan yang mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan bakteri penghasil toksin penyebab diare bisa mencemari sayuran dan daging. Tindakan pengendalian khusus bagi rumah tangga atau penjual makanan terkait bakteri ini adalah pengendalian suhu yang efektif untuk mencegah pertunasan dan pertumbuhan spora. Bila tidak tersedia lemari pendingin, disarankan untuk memasak pangan dalam jumlah yang sesuai untuk segera dikonsumsi. Toksin yang berkaitan dengan sindrom muntah bersifat resisten terhadap panas dan pemanasan berulang, proses penggorengan pangan juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut. 2. Clostridium botulinum Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan paralisis. Toksin botulinum bersifat termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 800 C selama 30 menit cukup untuk merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan pembekuan. Gejala keracunan: Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada

16

beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari. Penanganan : Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali mengganti cairan tubuh yang hilang. Kebanyakan keracunan dapat terjadi akibat cara pengawetan pangan yang keliru (khususnya di rumah atau industri rumah tangga), misalnya pengalengan, fermentasi, pengawetan dengan garam, pengasapan, pengawetan dengan asam atau minyak. Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam kaleng yang berkadar asam rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan madu. Tindakan pengendalian khusus bagi industri terkait bakteri ini adalah penerapan sterilisasi panas dan penggunaan nitrit pada daging yang dipasteurisasi. Sedangkan bagi rumah tangga atau pusat penjualan makanan antara lain dengan memasak pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk selama 15 menit), simpan pangan dalam lemari pendingin terutama untuk pangan yang dikemas hampa udara dan pangan segar atau yang diasap. Hindari pula mengkonsumsi pangan kaleng yang kemasannnya telah menggembung. 3. Staphylococcus aureus Terdapat 23 spesies Staphylococcus, tetapi Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling banyak menyebabkan keracunan pangan. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat rusak secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit. Pangan yang dapat tercemar bakteri ini adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang. Gejala keracunan : 17

Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah. Penanganan : Penanganan keracunannya adalah dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah atau diare. Pengobatan antidiare biasanya tidak diperlukan. Untuk penanganan leboih lanjut, hubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat. Beberapa bakteri patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui pangan sehingga menimbulkan sakit adalah: 8. Salmonella Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, dan tidak menghasilkan spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna. Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis. Cara penularan yang utama adalah dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi. Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yanng terinfeksi, binatang peliharaan dan hama, atau melalui kontaminasi silang akibat higiene yang buruk. Penularan dari satu orang ke orang lain juga dapat terjadi selama infeksi. Gejala keracunan: Pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi adalah diare, kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat berlangsung selama lebih dari 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh. Penanganan: Untuk pertolongan dapat diberikan cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Lalu segera bawa korban ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. 18

9. Clostridium perfringens Clostridium perfringens merupakan bekteri Gram-positif yang dapat membentuk endospora serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging mentah, unggas, dan bahan pangan kering.Clostridium perfringens dapat menghasilkan enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam usus. Gejala keracunan: Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah besar. Di dalam usus, sel-sel vegetatif bakteri akan menghasilkan enterotoksin yang tahan panas dan dapat menyebabkan sakit. Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala dapat berlanjut selama 12-48 jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu (terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia). Penanganan: Tidak ada penanganan spesifik, kecuali mengganti cairan tubuh yang hilang. Tindakan pengendalian khusus terkait keracunan pangan akibat bakteri ini bagi rumah tangga atau pusat penjual makanan antara lain dengan melakukan pendinginan dan penyimpanan dingin produk pangan matang yang cukup dan pemanasan ulang yang benar dari masakan yang disimpan sebelum dikonsumsi. 10. Escherichia coli Bakteri Escherichia coli merupakan mikroflora normal pada usus kebanyakan hewan berdarah panas. Escherichia coli O157:H7 merupakan tipe EHEC yang terpenting dan berbahaya terkait dengan kesehatan masyarakat. E. coli dapat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar, misalnya daging mentah, daging yang dimasak setengah matang, susu mentah, dan cemaran fekal pada air dan pangan. Gejala keracunan:

19

Gejala penyakit yang disebabkan oleh EHEC adalah kram perut, diare (pada beberapa kasus dapat timbul diare berdarah), demam, mual, dan muntah. Masa inkubasi berkisar 3-8 hari, sedangkan pada kasus sedang berkisar antara 3-4 hari. B. Mekanisme Keracunan Bahan-bahan racun seperti preservatif, pestisida dsb. masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup) melalui: 1. Kulit luar 2. Mulut dan saluran makanan 3. Saluran pernapasan Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar). Melalui mulut, racun dapat terserap seperti halnya makanan, langsung masuk peredaran darah. Melalui saluran pernapasan racun dapat terserap ke dalam sistem tubuh dan dapat langsung mempengaruhi sistem pernapasan (pengambilan oksigen dan pembuangan CO2). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun (acute toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat pula terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun – dan di bahan racun penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity). Sebaliknya, racun akut yang sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa larut dalam air bekerja sangat cepat tapi tidak bersifat akumulatif dan mudah tercuci serta terurai menjadi komponen yang tidak beracun. Pada umumnya bahan pengawet yang beracun dapat digolongkan dalam tiga golongan besar yaitu: a. Pengawet yang bersifat minyak, b. Pengawet larut minyak dan c. Pengawet larut air. Di antara pengawet minyak terdapat kreosost yang merupakan campuran bermacam-macam senyawa organik yang berasal dari residu destilasi minyak bumi. Bahan pengawet larut minyak biasanya terdiri atas senyawa-senyawa organik yang bersifat racun 20

kronis, memliki afinitas terhadap lemak tubuh sehingga bersifat akumulatif dalam tubuh jasad hidup. Bahan pengawet larut air sebagian besar merupakan racun akut. Racun Kronis Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah waktu yang relatif lama karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Racun ini juga apabila mencemari lingkungan (air, tanah) akan meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan kimianya. Ada di antara racun ini yang dapat dirombak oleh kondisi tanah tapi hasil rombakan masih juga merupakan racun. Demikian pula halnya, ada yang dapat terurai di dalam tubuh manusia atau hewan tapi menghasilkan metabolit yang juga masih beracun. Misalnya sejenis insektisida organoklorin, Dieldrin yang disemprotkan dipermukaan tanah untuk menghindari serangan rayap tidak akan berubah selama 50 tahun sehingga praktis tanah tersebut menjadi tercemar untuk berpuluh-puluh tahun. Dieldrin ini bisa diserap oleh tumbuhan yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh ternak misalnya sapi perah maka dieldrin dapat menumpuk dalam sapi tersebut yang kemudian dikeluarkan dalam susu perah. Manusia yang minum susu ini selanjutnya akan menumpuk dieldrin dalam lemak tubuhnya dan kemudian akan keracunan. Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak akan hilang dari lingkungan, mungkin untuk waktu yang sangat lama. Racun Akut Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang larut air dan dapat enimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup. Contoh yang paling nyata dari racun akut adalah “Baygon” yang terdiri dari senyawa organofosfat (insektisida atau racun serangga) yang seringkali disalah gunakan untuk meracuni manusia, yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit setelah racun masuk ke dalam tubuh. Walaupun semua racun akut ini dapat menyebabkan gejala sakit atau kematian hanya dalam waktu beberapa saat setelah masuk ke dalam tubuh, namun sifatnya yang sangat mudah dirombak oleh suhu yang tinggi, pencucian oleh air hujan dan sungai serta 21

faktor-faktor fisik dan biologis lainnya menyebabkan racun ini tidak memegang peranan penting dalam pencemaran lingkungan.

KESIMPULAN Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Racun adalah Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain, ditentukan oleh 3 faktor yaitu: Agent (penyebab penyakit), Host (induk semang), Environment (lingkungan). Menurut sejarahnya usaha-usaha pertama untuk menggolong-golongakan agentagent adalah didasarkan sumber-sumber alamnya. Satu dari pelopor dalam bidang ini adalah Discorides yang membagi racun-racun kedalam racun- racun binatang, tumbuhtumbuhan dan mineral. Zat-zat toksin digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam tergantung pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya. Sebagai contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ sasaran dan dikenal sebagai racun-racun liver, racun-racun ginjal penggunaannya dikenal sebagai pestisida-pestisida, pelarut-pelarut, bahan-bahan additif pada makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke sumbernya dikenal sebagai toxin-toxin binatang dan tumbuh-tumbuhan kalau dikaitkan dengan efekefek mereka dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya.

22

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI. http://www.academia.edu/9349831/MAKALAH. Diakses pada tanggal 2 April 2018 http://nightray13-kuro.blogspot.com/2013/09/toksikologi-makalahtoksikologi-hewan.html. Diakses pada tanggal 2 April 2018 http://healthylife-link.blogspot.com/2009/11/sumber-utama-racun_26.html. Diakses pada tanggal 2 April 2018

23

Related Documents


More Documents from ""

Pedoman Wawancara.docx
October 2019 36
Pedoman Dokumentasi.docx
October 2019 38
Hukum Bisnis 1.docx
July 2020 27
51.daftar Tabel.docx
November 2019 27
Silabus Fix.docx
November 2019 26