HADITS TENTANG MENCARI RIZQI DAN KEPEDULIAN SOSIAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar psikologi Dosen Pengampu: Nur
Hidayat, M.Si
Disusun oleh: Nama : Mustofa Abdul Kodir NIM : 09410063 Prodi : Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009
KATA PENGANTAR Segala puji bagu Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah memberikan segala karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “memori” ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda nabi agung Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang mendapatkan syafaat beliau di yaumil hisab. Amin… amin… amin… Ya Robbal’alamin. Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah “memori” ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Penulis yakin bahwa makalah “memori” ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi terpenuhinya tujuan penyusunanan makalah “memori” ini. Yogyakarta, 30 Oktober 2009
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Allah telah mengatur segala sesuatu termasuk rizki manusia satu dengan yang lainnya. Tak bisa dielakkan lagi, kita hidup di dunia memerlukan segala sesuatu termasuk harta. Mencari rizki merupakan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan, dalam pemenuhan kebutuhannya tentu saja dengan cara usaha dengan berbagai cara. Tetapi perlu diingat, sebagai seorang muslim dalam usaha mencari rizki harus dengan cara yang benar, dalam arti dihalalkan hukum Islam baik prosesnya maupun hasilnya. Bekerja dan berusaha dalam kehidupan duniawi merupakan bagian penting dari kehidupan seseorang dalam mempraktekkan Islam, karena Islam sendiri tidak menganjurkan hidup hanya semata-mata hanya untuk beribadah dan berorientasi pada akhirat saja, namun Islam menghendaki terjadi keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi. Dan untuk dapat memahami pentingnya peningkatan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat, secara sistematis terlebih dahulu perlu memahami permasalahan dan urgensinya.
Selanjutnya
memahami
pengertian
kepedulian
sosial,
dimensi
sosial
kemasyarakatan dan bagaimana prakteknya dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial, Artinya hidup menyendiri, tetapi sebagian besar hidupnya saling ketergantungan, yangpada gilirannya tercapainya kondisi keseimbangan relative. Kondisi nyata dalam kehidupan manusia yaitu ada yang kaya – miskin, kuat – lemah, besar – kecil, dll. Kita terbang lima belas abad kebelakang. Di suatu tempat terlihat Rasulullah saw berkumpul bersama para sahabatnya yang kebanyakan orang miskin. Sekedar menyebut beberapa nama sahabat yang hampir semuanya bekas budak, yaitu Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Bilal, Suhayb Khabab bin Al-Arat. Pakaian mereka lusuh, berupa jubah bulu yang kasar. Tetapi mereka adalah sahabat senior Nabi, para perintis perjuangan Islam. Serombongan bangsawan yang baru masuk islam datang ke majelis Nabi. Ketika melihat orang-orang di sekitar Nabi, mereka mencibir dan menunjukkan kebenciannya. Mereka berkata kepada Nabi, "Kami mengusulkan kepada Anda agar Anda menyediakan majelis khusus bagi kami. Orang-orang Arab akan mengenal kemuliaan kita. Para utusan dari berbagai kabilah arab akan datang menemuimu. Kami malu kalau mereka melihat kami duduk dengan budak-budak ini. Apabila kami datang menemui Anda, jauhkanlah mereka dari kami. Apabila urusan kami sudah selesai, bolehlah anda duduk bersama mereka sesuka
Anda." Uyainah bin Hishn menegaskan lagi, "Bau Salman al-Farisi mengangguku (Ia menyindir bau jubah bulu yang dipakai sahabat nabi yang miskin). Buatlah majelis khusus bagi kami sehingga kami tidak berkumpul bersama mereka. Buat juga majelis bagi mereka sehingga mereka tidak berkumpul bersama kami." Tiba-tiba turunlah malaikat jibril menyampaikan surat al-An'am [6] ayat 52: "Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka. Begitu pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu,yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasukorang-orang yang zalim." Sejak itu, apabila kaum fukara ini berkumpul bersama Nabi, beliau tidak meninggalkan tempat sebelum orang-orang miskin itu pergi. Apabila beliau masuk ke majelis, beliau memilih duduk dalam kelompok mereka.Seringkali beliau berkata, "Alhamdulillah, terpuji Allah yang menjadikan di antara umatku kelompok yang aku diperintahkan bersabar bersama mereka. Bersama kalianlah hidup dan matiku. Gembirakanlah kaum fukara muslim dengan cahaya paripurna pada hari kiamat. Mereka mendahului masuk surga sebelum orang-orang kaya setengah hari, yang ukurannya 500 tahun. Mereka bersenang-senang di surga sementara orang-orang kaya tengah diperiksa amalnya. - Supaya kita bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pentingnya kepedulian sosial - Biar kita bisa mencontohkan sifat Nabi pada zaman dahulu. BAB II PEMBAHASAN Hadits tentang mencari rizqi Sebelum menelusuri lebih jauh tentang hadits-hadits yang menerangkan tentang rizki yang halal, tidak ada salahnya jika kita mengetahui lebih dahulu tentang arti dari rizki itu sendiri, adapun arti rizki ialah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya oleh makhluk hidup. Hal kedua yang perlu kita ketahui adalah kata halal. Kata halal berasal dari kata kata yang berarti “lepas” dari ikatan atau “tidak terkait”. Sesuatu yang halal adalah lepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrawi. Jadi rizki yang halal adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya dan boleh dikerjakan atau dimakan dengan pengertian bahwa yang melakukannya tidak mendapat
sanksi dari Allah. Selain itu memohon dan berdo’a juga termasuk salah satu bagian dalam usaha mencari rizki. Hadits di bawah ini akan dibahas hadits-hadits mengenai dorongan mencari rizki yang halal. a. Hadits Abdullah bin Umar tentang orang memberi lebih baik dari orang yang menerima
لع ُ يا َ ضع ِ عَمعَر َر ُ ن ِ ن اْبع ْ عع َ ب َناِفٍع َ ن َاّيْو ْع َ ن َزْيٍد ُ حّماُد ْب َ حّدَثَنأ َ ل َ ن َقا ِ حدثنا َاُبوالُنْعَما ٍ ن َماِل ع ك ْ عع َ س عَلَمَة ْ ن َم ُ ل ع ْب ع ِ عْبُد ا َ حّدَثَنا َ سّلَم َو َ عَلْيِه َو َ ل ُ صّلىا َ ي ّ ت الّتِب ُ سِمْع َ ل َ عْنُهَما َقا َ عَلْيِه َ ل ُ صّلى ا َ ل ِ لا َ سو ُ قال ّ َر: عْنُه يقول َ ل ُ يا َض ِ عَمَر َر ُ ن ِ ل ْب ِ عْبِد ا َ ن َناِفٍع عن ْع َ خْي عٌر َ س عَأَلِة اْلَي عُد اْلُعْلَيععا ْ ف ِو اْلَم َ صَدَقَة َوالّتَعّف ّ عَلى اْلِمْنَبِر َوُهَو َوْذُكُر ال َ ل َوُهَو َ سّلَم َقا َ َو سععاِئَلُة }البخععارى فععي كتععاب ّ سعْفَلىهي ال ّ سعْفَلى َفاْلَيعُد اْلُعْلَيععاهي اْلُمْنِفَقعُة َوال ّ ن اْلَيعِد ال َ ِم {الزكاة Artinya : Bercerita kepada kita Abu Nu’man berkata telah bercerita pada kita Khammad bin Zaid dari Ayyub dari Nafi’ bin Umar r.a dia berkata: saya telah mendengar Nabi Saw bercerita kepada kita Abdullah bin Maslamah dari Malik bin Nafi’. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a : di atas mimbar Rasulullah SAW berbicara tentang sedekah, menghindari dari meminta pertolongan (keuangan) kepada orang lain, dan mengemis kepada orang lain, dengan berkata “tangan atas lebih baik dari tangan di bawah. Tangan di atas adalah tangan yang memberi, tangan di bawah adalah tangan yang mengemis”. Pada lafadz
َ صعَدَقَة َوالّتَعّفع ف ّ َوُهعَو َوْذُكعُر ال,
yang dimaksud adalah menyebut keutamaan
shodaqoh dan ta’affuf (menjaga diri dari perbuatan meminta-minta). Dan pada lafadz
سْفَلى ّ ال
اْلَيِد
adalah orang yang mau menerima, maksudnya orang yang tidak mau memberi dan
diartikan pula orang yang meminta-minta.عْلَيا ُ اْل
اْلَيُدdiartikan orang yang memberi shodaqoh.
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang memberi lebih baik daripada orang yang meminta-minta. Karena perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan yang mengakibatkan seseorang menjadi tercela dan hina. Sebenarnya meminta-minta itu boleh dan halal, tetapi boleh disini diartikan bila seseorang dalam keadaan tidak mempunyai apa-apa pada saat itu, dengan kata lain yaitu dalam keadaan mendesak atau sangat terpaksa sekali. Jadi perbuatan meminta-minta itu dikatakan hina jika pekerjaan itu dalam keadaan serba cukup, sehingga akan merendahkan dirinya sendiri baik di mata manusia maupun dalam pandangan Allah SWT di akhirat nanti. Orang yang dermawan lebih utama dari pada orang yang kerjanya hanya meminta-minta saja.
Jadi bagi mereka yang memperoleh banyak harta harus diamalkan orang yang membutuhkan, sebab Islam telah memberi tanggung jawab kepada orang muslim untuk memelihara orangorang yang karena alasan tertentu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu melalui zakat dan shadaqah dan Islam tidak menganjurkan hidup dari belas kasihan orang lain atau dengan kata lain Islam tidak menyukai pengangguran dan mendorong manusia untuk berusaha. Dalam hadits ini juga berkaitan dengan kisah Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim dari Ibnu Khizam yang mana terjadi dialog antara Nabi dengan sahabat yang bernama Hakim, di situ dalam percakapannya hakim meminta sesuatu dari Rasulullah, maka di situ beliau memberikannya hingga dua kali, yang mana terakhir disertai dengan sabdanya : “Hai Hakim, sesungguhnya harta itu sesuatu yang manis dan menyenangkan, maka barang siapa yang mengambilnya dengan sikap kedermawanan diri tentu diberkati Allah apa yang diperolehnya, barang siapa mengambilnya dengan sikap diri yang menghambur-hamburkan tidaklah harta itu diberkati dan dinamakan tiada menyenangkan. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. b. Hadits Abu Hurairah tentang menjual kayu bakar lebih baik dari pada meminta-minta
ب عن أبي عبيد مععولى عبععد ٍ حدثنا يحي بن بكير حدثنا الليث عن عقيل عن ابن شها الرحمن بن عوف أنه سمع ابا هريرة رضي ال عنه يقول قال رسول ال صلى الع عليه وسلم لن يحتطب احدكم حزمة على ظهره خير له من ان يسععال احععد فيعطيععه {او يمنعه }اخرجه البخارى في كتاب المساقة Artinya : Bercerita kepada kita Yahya bin Bakir bercerita kepada kita Laits dari Uqail dari Ibnu Syihab dari Abi Ubaid Maula Abdurrahman bin Auf sesungguhnya telah mendengar dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah bersabda “Mencari kayu bakar seberkas lalu dipikul di atas punggungnya terus dijual itu lebih baik bagi seseorang dari pada mengemis kepada orang lain yang kadang-kadang diberinya atau tidak”. Makna hadits tersebut adalah bahwasanya Rasulullah SAW menganjurkan untuk kerja dan berusaha serta makan dari hasil keringatnya sendiri, bekerja dan berusaha dalam Islam adalah wajib, maka setiap muslim dituntut bekerja dan berusaha dalam memakmurkan hidup ini. Selain itu jika mengandung anjuran untuk memelihara kehormatan diri dan menghindarkan diri dari perbuatan meminta-minta karena Islam sebagai agama yang mulia telah memerintahkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang hina. Dalam menari rizki harus mengenal ketekunan dan keuletan. Rasulullah memerintah mereka bekerja dengan kemampuan kerja dan memberinya dorongan agar tidak merasa lemah dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Dalam al-Qur’an menyatakan bahwa pertolongan Allah hanya datang kepada mereka yang berusaha dengan komitmen dan kesungguhan. Dalam surat al-Isra’ ayat 84 menyatakan bahwa seseorang harus bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuan :
Artinya : Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing." Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (al-Isra’ : 84) c. Hadits Miqdam bin Ma’dikariba tentang Nabi Daud makan dari usahanya sendiri
حدثناإبراهيم ابن موسى أخبرنا عيسى بن يو نس عن ثوٍر عن خالععدبن معععدان عععن المقدام رضي ال عنه عن رسول ال صلى ال عليه وسلم قال مععا اكععل احععد طعامععا قط خيرا من ان ياءكل من عمل يده وان نبي ال داوودعليه السلم كان ياء كل مععن {عمل يده }اخرجه البخارى في كتاب المساقة Artinya : Telah bercerita Ibrahim bin Musa dikabarkan pada kita Isa bin Yunus dari Tsaurin dari Khalid bin Ma’dan Diriwayatkan dari al-Miqdam ra : Nabi Saw pernah bersabda, “tidak ada makanan yang lebih baik dari seseorang kecuali makanan yang ia peroleh dari uang hasil keringatnya sendiri. Nabi Allah, Daud as, makan dari hasil keringatnya sendiri”. Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa rizki yang paling baik adalah rizki yang di dapat dari jalan yang dihalalkan Allah SWT, serta dari usaha diri sendiri. Dengan mengambil contoh, bahwasanya Nabi Daud as adalah seorang Nabi, akan tetapi beliau makan dari hasil tangannya sendiri. Dengan cara membuat pakaian (rompi/baju perang) dari besi dan diperjual belikan kepada kaumnya. d. Hadits Abu Hurairah r.a tentang Nabi Zakariya seorang tukang kayu
عن ابى هريععرة، عن أبي رافٍع، حدثنا حمادبن سلمة عن ثابت.حدثناهّداب بن خالٍد جععارا ّ رضي ال عنه يقول قال رسول ال صلىال عليععه وسععلم قععال كععان زكريععاء ن {}اخرجه مسلم في كتاب الفضائل Artinya : Telah bercerita pada kita Haddab bin Kholid telah bercerita pada kita Khammad bin Salamah dari Tsabit dari Abi Raafi’ dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Bahwa Nabi Zakariya as, adalah seorang tukang kayu” Dalam hadits di atas memberi ketegasan bahwa pekerjaan apapun tidak dipandang rendah oleh Islam, hanya perlu ditekankan bahwa dalam berusaha harus memperhatikan prosesnya yang terkait dengan halal dan haram. Firman Allah SWT :
{168 : ن }البقرة ِ طا َ شْي ّ ت ال ِ طَوا ُخ ُ ل َتّتِبُعوْا َ طّيبًا َو َ ل ًل َح َ ض ِ لْر َ س ُكُلوْا ِمّما ِفي ا ُ َيا َأّيَها الّنا Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;” (QS. Al-Baqarah : 168) Nabi adalah contoh dan suritauladan bagi umatnya seperti yang tertera pada hadits ini bahwa Nabi pun mengajarkan kita bahwa bekerja apapun asalkan halal, maka kita boleh melakukannya. Nabi Muhammad sendiri pun pernah menggembala kambing milik penduduk Makkah sebelum menjadi Nabi. Hal ini menunjukkan bahwa prosesi Nabi dan Rasul itu tidak merintangi tugasnya sebagai pembawa risalah kebenaran dari Allah SWT. Hadits tentang kepedulian sosial
Memperhatikan Kesusahan Orang Lain Dalam setiap agama, peduli pada kesusahan orang lain adalah sebuah kewajiban. Apalagi dalam agama Islam diwajibkan untuk membantu saudara sesama manusia, sesama makhluk Tuhan, apalagi bila itu adalah umat muslim, dengan apa pun yang dapat kita lakukan. Karena menurut Islam umat adalah bagai sebuah bangunan, bila satu bagian rusak atau sakit maka bagian lain akan goyah. Perhatikan nasib orang yang lemah : Yang artinya : Tiadalah kalian di Bantu dan di beri rezeki kecuali oleh orang-orang yang lemah di antara kalian. “Riwayat Said bin Abi Waqqash”. Hadis ini mengajarkan agar memperhatikan nasib kaum lemah karena sesungguhnya kita mendapat bantuan dan rezeki berkat peranan mereka. Seandainya di dunia ini semua orang menjadi kuat, maka tak dapat kita bayangkan apa yang terjadi. Dalam hadis lain di sebutkan sekira-kiranya artinya : Bersedekahlah sebelum dating suatu masa yang pada saat itu seorang berjalan dengan membawa harta zakatnya untuk diberikan kepada mustahaqqin, akan tetapi ia tidak dapat menemukannya. Jawaban mereka sama, yaitu seandainya kamu dating kemarin niscaya kami mau menerimanya. Bermurah hati, berdermawan dan berinjak dalam kebaikan yang artinya sebagai berikut : “Allah Ta’ala berfirman dan terhadap apa saja yang kami nafkahkan aka Allah menggantinya” (Saba’ 34 : 34) Manfaat yang dapat diambil dari memperhatikan kesusahan orang lain :
Memperhatikan kesusahan orang lain memperoleh balasan yang amat besar. Dalam hadits Arba'in terdapat hadits yang berbunyi, Dari Abu Hurairah ra., Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa melepaskan kesusahan hidup seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesusahan di hari kiamat darinya. Barangsiapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. ………..Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya." (HR Muslim) Seseorang baru dapat meringankan atau bahkan melepaskan kesulitan orang lain, setelah dia memperhatikan kesulitan orang itu. Memperhatikan kesusahan orang lain menyelamatkan orang banyak Di dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda, "Perumpamaan orang yang menjaga dan menerapkan peraturan Allah seperti kelompok penempang kapal yang mengundi tempat duduk mereka. Sebagian mereka mendapat tempat di bagian atas, dan sebagian yang lain di bagian bawah. Penumpang bagian bawah, jika mereka membutuhkan air, maka harus berjalan melewati bagian atas kapal. Maka merekapun berujar, ":Bagaimana jika kami lobangi saja bagian bawah kapal ini (untuk mendapat air), toh hal itu tidak menyakiti orang yang berada di bagian atas." Jika kalian biarkan mereka berbuat menurut keinginan mereka itu, maka binasalah mereka dan seluruh penumpang kapal itu. Tetapi jika kalian cegah mereka, maka selamatlah mereka dan seluruh penumpang yang lain." Kapal tidak akan ditenggelam, tidak akan dilubangi oleh orang yang berada di bagian bawah kapal, jika orang yang di bagian atas kapal mengetahui kebutuhan orang yang berada di bagian bawah kapal. Kebutuhan orang yang berada di bagian bawah kapal adalah air. Memperhatikan kesusahan orang lain merupakan langkah awal menjadi politikus Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa tidak memperhatikan perkara kaum muslimin, maka dia bukan termasuk bagian dari mereka (kaum muslimin)." Kita mungkin sama-sama maklum, bila mendengar cerita bahwa kepala negara
berlangganan koran amat banyak. Mengapa? Karena dia mengetahui kesulitan, kebutuhan dan kesusahan yang dialami rakyatnya. Mulai dari masalah perumahan, pangan, pakaian, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, keamanan (harta, kehormatan, akal dan nyawa). Orang yang senantiasa memperhatikan permasalahan rakyat banyak, berpotensi menjadi seorang politikus. Meringankan penderitaan orang lain Untuk dapat memahami pentingnya peningkatan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat, secara sistematis terlebih dahulu perlu memahami permasalahan dan urgensinya. Selanjutnya memahami pengertian kepedulian sosial, dimensi sosial kemasyarakatan dan bagaimana prakteknya dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Kepedulian sosial merupakan suatu rangkaian ibadah, ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW,dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Tabroni dari Anas bin Malik yang Artinya: Budi pekerti yang luhur adalah termasuk amalan ahli surga. Selanjutnya kepedulian sosial yang menjadi ibadah itu tidak lepas dari budi pekerti yang luhur/baik sesuai dengan norma-norma agama, adat istiadat serta norma-norma yang diatur oleh UUD/Peraturan Pemerintah. Dalam konteks ini kita harus peka dan proaktif untuk mewujudkan rasa solidaritas kita dengan membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, misalnya bencana alam di NAD dan Sum-ut atau kepedulian kita terhadap masyarakat dalam bidang pendidikan dengan memberikan pengajaranpengajaran yang bisa bermanfaat bagi masyarakat luas secara umum dan bagi anak turun kita pada khususnya. Contoh yang dapat kita ambil dari salah satu sifat manusia dalam meringankan penderitaan orang lain : Palang Merah Indonesia (PMI) bertujuan meringankan penderitaan sesama manusia, tanpa membedakan agama, suka, bangsa, golongan, warna kulit, jenis kelamin , dan bahasa. Melihat tujuan mulia PMI, maka sosialisasi keberadaan PMI sangat diperlukan, di antaranya melalui media massa, termasuk Pikiran Rakyat. "PMI Jabar siap siaga membantu dan meringankan beban penderitaan korban akibat bencana alam dan lainnya. PMI juga melakukan pengelolaan transfusi darah di setiap kota/kabupaten,". Dimensi sosial kemasyarakatan.
Pada intinya ada 2 aspek yang perlu dikembangkan dalam sikap kepedulian sosial horizontal yaitu: 1. aspek sosial (Ruang waktu) Dalam menjalani kehidupan sosial, manusia senantiasa dibatasi dan dipengaruhi adanya ruang dan waktu, ini juga merupakan suatu bukti nyata keterbatasan manusia yang hakikatnya sebagai makhluk ciptaan. Berkaitan dengan ruang dan waktu ini, maka kehidupan manusia akan dikondisikan oleh pluralisme, yaitu adanya keberagaman ruang dalam kehidupan manusia. Dengan adanya ruang ini, seluruh manusia tidak mungkin berada dalam dua tempat dalam waktu yang sama, maka peran alat komunikasi dan transportasi menjadi sangat penting. 2. aspek kepedulian Siapa saja yangmenjadi objek/sasaran kepedulian kita..? masyarakat umum tentunya dengan tidak memandang status masyarakat tersebut. Mestinya kita penuhi hati kita dengan pertanyaan “Apa yang dapat kita lakukan untuk masyarakat, apa yang dapat kita lakukan Negara atau Daerah kita?” bukan “apa yang kita dapat dari Negara atau Daerah kita?”. Melalui peningkatan kepekaan kepeduliaan horizontal ini, seseorang memerlukan kemampuan kepekaan sosial, kapan dan dimana kita harus melakukan action. Kemudian kepekaan, kejadian dan kecepatan untuk memperoleh informasi tentang adanya suatu hal yang memerlukan bantuan kita. Melalui peningkatan kepekaan kepedulian sosial ini, dihatapkan kesenjangan sosial atau jarak sosial dapat dipersempit, dan kita dapat memberikan kontribusi dalam bentuk upaya perawatan dan peningkatan modal sosial (social capital) bangsa Indonesia dalam langka menuju kenyamanan dan ketentaraman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. BAB III PENUTUP Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mencari rizki yang halal itu wajib. Sedangkan rizki yang halal adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya baik diri sendiri
maupun keluarganya. Dan dalam mencari rizki yang halal, Islam mendorong umatnya untuk tidak memperhatikan jenis pekerjaan, asalkan pekerjaan itu halal. Dalam artinya bahwa yang melakukannya tidak mendapat sanksi dari Allah SWT. Melakukan kegiatan sosial adalah hal yang positif. Memberi sumbangan kepada korban bencana gempa misalnya, akan membantu meringankan penderitaan korban, dan tentunya itu adalah hal yang baik. Tetapi kegiatan sosial jika dipublikasikan juga memberikan efek lain. Disadari atau tidak, diinginkan atau tidak, dilakukan secara ikhlas maupun tidak, kegiatan sosial akan meningkatkan citra di mata masyarakat. Dengan melihat sebuah kegiatan sosial, masyarakat cenderung untuk menilai kegiatan lain dari entitas yang melakukannya hanya dari aksi kegiatan sosial tersebut. Perintah Alquran menyangkut distribusi harta di antaranya adalah mengeluarkan zakat. Firman-Nya dalam Qs. al-Tawbah, 9 yang artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka…”
Daftar Pustaka M. Ali Usman, dkk., Hadits Qudsy, CV. Diponegoro, Bandung, 1995, hlm. 263 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Mizan, Bandung, 2000, hlm. 148 Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, Daarul Fikr, Beirut Libanon, 1981, hlm. 117-118 Usman as-Sakir al-Khaubawiyi, Butir-butir Mutiara Hikmah, Durratun Nasihin, Alih Bahasa Dr. Abdul Ghani, Wicaksana, Semarang, 1985, hlm. 214 Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz 3, Daarul Kutub al-Ilmiyah, Beirut Libanon, 1992, hlm. 112. Hadits tersebut dibahas dalam bab 14, hadits ini merupakan hadits ke 2074 yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari. Musthoya Muhammad Imaroh, Jawahir al-Bukhari dan Syekh al-Qostholani, Sarah an-Nur, Asia, 1271 H, hlm. 233 Imam Muslim, Shohih Muslim Juz 8, Daarul Kutub al-Ilmiyah, Beirut Libanon, t.th, hlm. 142. Hadits ini dibahas dalam bab 45 yang merupakan hadits ke 237 Muhammad Rasyid Ridla, Tafsir al-Quran al-Hakîm (Tafsir al-Manar), Dar al-Ma’rifah li alThiba’ah wa al-Nasyr: Beirut, cet. II, vol. XI, h. 23-24. file:///D:/data/Mustofa/hadits/makalahQ/96-agar-rizki-mendapat-keberkahan.html http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/dorongan-mencari-rizki-yang-halal.html http://kulimijit.blogspot.com/2009/06/kepedulian-sosial.html http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg00142.html