TUGAS KESENIAN KARYA TULIS
DISUSUN OLEH :
AGUSTUS 2008 SMAN 2 PAHANDUT PALANGKARAYA TUGAS KESENIAN KARYA TULIS
DISUSUN OLEH :
AGUSTUS 2008 SMAN 2 PAHANDUT PALANGKARAYA
Seni Rupa Kalimantan Tengah ii
Salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang universal (ada pada setiap kebudayaan di dunia) adalah kesenian. Kesenian merupakan ekspresi manusia akan keindahan dalam bentuk tarian, musik, nyanyian dan lain sebagainya. Suku bangsa Dayak yang hidup di Pulau Kalimantan pun mengembangkan kesenian, baik seni rupa, seni musik, dan juga seni tari. Kebudayaan yang berwujud dalam suatu keragaman kesenian Dayak nan unik dapat ditemukan di Kalimantan Tengah. Berbagai macam kesenian, serta ke-khasan adat masyarakat dayak seharusnya tetap dipertahankan sebagai warisan dar leluhur. Untuk mempertahankan serta melestarikan kebudayaan Dayak yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman tidaklah mudah. Perlu kesadaran yang tinggi dari masyarakat Dayak sendiri. Oleh karena itulah perlu suatu apresiasi serta pengembangan khusus yang paling tidak dapat mengurangi arus dampak kemajuan atau globalisasi dunia. Oleh karena itulah makalah singkat tentang “ Seni Rupa Kalimantan Tengah” ini disusun. Tujuannya adalah untuk menjelaskan sedikit tentang seni rupa yang ada di Kalimantan Tengah yang dalam hal ini adalah milik suku Dayak Dalam menyusun karya tulis ini, penulis sangat berterima kasih kepada pelbagai sumber informasi dan data yang telah penulis gunakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tentunya yang utama adalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat, pengetahuan, serta kemampuan bagi penulis. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada keluarga, guru dan teman-teman yang telah senantiasa memberikan dukungan dan bantuannya yang sangat berarti dalam penulisan karya tulis ini. Semoga karya tulis sederhana ini dapat memenuhi syarat sebagai tugas dalam bidang kesenian serta dapat berguna, sebagai pengetahuan dan dapat memberikan dukungan terhadap pelestarian kebudayaan di Kalimantan Tengah. Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dalam karya tulis ini. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran yang dapat membangun dan mengembangkan karya tulis ini. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Palangkaraya, Agustus 2008
Penulis
Seni Rupa Kalimantan Tengah iii
Halaman Sampul Depan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i Halaman Sampul Dalam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv BAB I. PENDAHULUAN : SENI RUPA NUSANTARA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 A. Seni Rupa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 B. Unsur Seni Rupa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 C. Prinsip Seni Rupa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 D. Ragam Gagasan Seni Rupa Daerah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 E. Ragam Seni Rupa Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 BAB II. JENIS-JENIS SENI RUPA KALIMANTAN TENGAH. . . . . . . . . . . . . . .8 Lampiran ( Galeri gambar ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 Sumber-Sumber Data dan Informasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 A. Daftar Kepustakaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 B. Sumber Internet. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
Seni Rupa Kalimantan Tengah iv
SENI RUPA NUSANTARA A. Seni Rupa Sadarkah bila di sekitar kita banyak sekali karya seni rupa? Berbagai gambar pada buku, iklan, atau kain, lukisan, anyaman tikar atau kursi rotan, desain kamar dan taman, ataupun patung yang menghiasi rumah dan jalan merupakan hasil gagasan manusia yang dicipta dalam rangka memenuhi kebutuhannya.Seni yang pada kegiatan penciptaannya memerlukan koordinasi antara mata dan tangan ini disebut seni rupa. Seni rupa adalah ungkapan gagasan atau perasaan estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu. Seni rupa yang sering kalian lihat di kehidupan sehari-hari itu, dibagi dua menurut kegunaannya. Yakni seni rupa murni dan seni rupa terapan. Disebut seni rupa murni karena karya seni ini mengutamakan fungsi keindahan atau hanya untuk dinikmati nilai atau mutu seninya dengan indera penglihatan. Sedangkan seni rupa terapan merupakan karya seni rupa yang mengutamakan fungsi pakainya selain juga dinikmati mutu seninya. Seni rupa terapan dapat dibedakan menjadi dua, yakni seni kriya/kerajinan tangan seperti ukiran, anyaman, keramik, topeng, serta batik, dan desain seperti ragam hias, produk, interior, eksterior. Berdasarkan wujud atau dimensinya, karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yakni karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Disebut karya seni rupa dua dimensi (dwimatra) karena wujud karyanya berupa bidang atau memiliki ukuran panjang dan lebar saja. Sehingga, karya seni rupa dua dimensi hanya dapat dilihat dari satu sisi. Contoh karya seni rupa dua dimensi adalah gambar atau lukisan. Sedangkan karya seni rupa tiga dimensi (trimatra) wujud karyanya memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi, atau memiliki ruang (volume). Karya seni rupa tiga dimensi dapat dinikmati dari berbagai sisi.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 1
B. Unsur Seni Rupa Karya seni rupa, terutama karya seni rupa dua dimensi, terdiri dari unsur-unsur titik, garis, bidang, ruang, warna, tekstur, dan gelap terang. Dari perpaduan selaras unsur-unsur inilah terbentuk karya-karya seni rupa yang indah. 1. Titik Titik merupakan unsur rupa yang paling sederhana. Setiap menyentuhkan pensil untuk pertama kali pada kertas akan menghasilkan titik. Unsur titik akan tampak berarti pada karya seni rupa apabila jumlahnya cukup banyak ayau ukurannya diperbesar hingga menjadi bintik. 2. Garis Garis merupakan unsur rupa yang terbuat dari rangkaian titik yang terjalin memanjang menjadi satu. Ada empat macam garis yaitu garis lurus, garis lengkung, garis patah-patah, dan garis spiral atau pilin. Garis lurus berkesan tegas dan keras, sedangkan garis lengkung berkesan lembut dan lentur. Garis patah-patah berkesan kaku, sedangkan garis spiral berkesan luwes. 3. Bidang Bidang merupakan unsur rupa yang terjadi karena pertemuan dari beberapa garis. Bidang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang geometris dan nongeometris. Bidang geometris adalah bidang yang beraturan dan digunakan dalam ilmu ukur. Bidang nongeometris adalah bidang yang tidak beraturan. Bidang inilah yang seringkali terdapat pada bentuk-bentuk alami. 4. Bentuk Bentuk adalah unsur seni rupa yang terbentuk karena ruang atau volume. Macammacam bentuk dalam seni rupa adalah bentuk kubistis, silindris, bola, limas, prisma, kerucut (geometris), dan nongeometris. Unsur bentuk secara nyata diterapkan pada unsur seni patung, arsitektur, taman, interior, dan kriya. 5. Warna Warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna). Warna dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok warna primer, sekunder, dan tersier. Warna primer (pertama) maksudnya, warna tersebut bukan terbuat dari campuran warna lain mana pun. Kelompok warna sekunder (kedua) terbentuk dari campuran warna primer dan warna primer lain. Warna tersier (ketiga) terjadi dari campuran warna sekunder dengan warna sekunder lain atau dengan warna primer. Kelompok warna primer terdiri dari tiga warna, yaitu merah (magenta), kuning (yellow), dan biru (cyan). Kelompok warna sekunder terdiri dari tiga warna, yaitu hijau, ungu, dan jingga. Kelompok warna tersier merupak warna-warna yang senada dengan warna sekunder namun dengan tingkat warna primer yang berbeda-beda.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 2 6. Tekstur Tekstur merupakan nilai permukaan suatu benda (halus atau kasar). Secara visual, tekstur dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata maksudnya, keadaan suatu benda bila dilihat dan diraba sama nilainya. Sedangkan tekstur semu terjadi bila keadaan suatu benda bila dilihat dan diraba berbeda nilainya. 7. Gelap Terang Gelap terang merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan dengan warna tua untuk gelap dan warna muda untuk terang yang disebabkan oleh perbedaan warna atau karena pengaruh cahaya.
C. Prinsip Seni Rupa Prinsip-prinsip seni rupa disebut juga kaidah-kaidah yang menjadi pedoman dalam berkarya seni rupa. Adapun prinsip-prinsip seni rupa adalah sebagai berikut: 1. Kesatuan (Unity) Unsur-unsur yang ada dalam seni rupa merupakan suatu kesatuan yang saling bertautan sehingga tidak ada lagi bagian yang berdiri sendiri. 2. Keseimbangan (Balance) Yang dimaksud keseimbangan dalam seni rupa adalah kesamaan bobot dari unsur-unsurnya. Secara wujud dan jumlahnya mungkin tidak sama tetapi nilainya dapat seimbang. Adapun jenis-jenis keseimbangan adalah sebagai berikut: • keseimbangan terpusat/sentral, • keseimbangan diagonal, • keseimbangan simetris, • keseimbangan asimetris. 3. Irama (Rhythm) Pada umumnya orang mengenal irama pada seni musik karena irama pada musik mudah dirasakan dan diresapi oleh pendengarnya. Pada karya seni rupa, irama dapat diusahakan lewat penyusunan unsur-unsur yang diatur. 4. Pusat Perhatian (Center of Interest) Pusat perhatian adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsurunsur yang ada disekitarnya. Untuk menciptakan pusat perhatian dalam karya seni rupa, kita dapat menempatkan unsur yang paling dominan.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 3 5. Keselarasan (Harmony) Keselarasan merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan unsur-unsur seni rupa dari berbagaibentuk yang berbeda. Tujuan prinsip keselarasan adalah untuk menciptakan keharmonisan dari unsur-unsur yang berbeda baik bentuk maupun warna. Keselarasan bentuk dapat kita ciptakan melalui penyusunan bentuk-bentuk yang saling berdekatan. Sedangkan keselarasan warna dapat kita peroleh dari memadukan warna baik dari monokromatis (satu keluarga warna dengan berbagai gradasi), analogus (berdekatan dengan lingkaran warna), maupun komplementer (berlawanan dalam lingkaran warna, dari turunan warna primer yang berbeda).
D. Ragam Gagasan Seni Rupa Daerah Karya seni rupa yang diciptakan oleh warga masyarakat di daerah-daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air disebut seni rupa daerah. 1. Objek Seni Rupa Hal yang diwujudkan menjadi karya seni disebut objek karya seni. Berbagai hal yang ada di dunia sekitar kita bahkan dalam dunia imajinasi merupakan sumber ilham atau dapat menjadi objek bagi pembuatan karya seni rupa. Sehingga, objek seni rupa pun menjadi sangat beragam. Manusia, hewan, tumbuhan, benda buatan manusia, benda alam dan gejala alam semuanya dapat menjai objek karya seni rupa. Semua tergantung imajinasi, daya kreasi dan daya cipta pembuat karya. Beragamnya budaya tiap masyarakat akan memberi pengaruh pada gaya penyajian seni rupa ini. Walaupun sama-sama diilhami dari hewan kera, misalnya, patung kera dari bali akan berbeda dengan patung kera dari kalimantan. Perbedaan ini menimbulkan berbagai corak ragam hias di nusantara. Seiring perkembangan jaman, terbentuklah pula corak tradisional ( primitif dan klasik ), modern ( representatif, deformatif dan abstrak ), bahkan ost-modern. Perbedaan alam tempat tinggal juga mempengaruhi perbedaan karya seni. Bagi masyarakat di pedalaman, hutan, persawahan, gunung, beserta hewan-hewan, tumbuhan, kegiatan manusia dan peralatan yang digunakan di sana merupakan objek yang lazim ditemui. Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir, objek yang lebih banyak ditemui misalnya laut, tumbuhan pantai, berbagai hewan laut, perahu, dan kegiatan manusia di laut dan pantai.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 4 2. Tema Seni Rupa Tema di sini maksudnya, apa yang hendak diceritakan oleh karya seni rupa tersebut. Tema tergantung pada hal yang menarik minat perupa untuk kemudian diciptakan menjadi karya seni. Secara tematik, ragam seni rupa dapat diwujudkan berdasarkan tema-tema sebagai berikut. • Manusia dan dirinya sendiri. • Hubungan manusia dengan manusia lain. • Manusia dengan alam sekitarnya. • Manusia dan kegiatannya. • Manusia dengan benda alam. • Manusia dengan alam khayal (supranatural) • Dan sebagainya. 3. Makna Simbolis Seni Rupa Karya seni ibarat mata uang yang memiliki 2 sisi. Sisi pertama merupakan bentuk fisiknya yang berupa gambar atau bentuk (simbol), dan sisi kedua merupakan isi, pesan, atau maknanya. Rupa dari karya tersebut menjadi simbol dari makna yang tersirat di dalamnya. Karya ini menjadi simbol suatu hal. Ragam hias yang terdapat dalam karya ukir, patung, dan motif kain di berbagai daerah juga merupakan simbol tersendiri bagi masyarakat yang bersangkutan. Simbol-simbol ini memiliki arti tertentu sehingga tak bisa sembarangan digunakan. Makna simbolis seni rupa tampak jelas dalam benda yang berhubungan dengan religi/keagamaan dan adat. Berbagai arca dan pahatan relief peninggalan jaman kerajaan hindu-budha merupakan simbolis dari berbagai hal dalam kebudayaan hindu budha. Unsur seni rupa juga membantu membentuk kesan dan simbol dari karya seni. Misalnya dengan warna, maupun garis.
E. Ragam Seni Rupa Daerah
Seni rupa nusantara memang terdiri dari berbagai benda seni. Namun, seperti seni rupa pada umumnya, karya seni nusantara ini juga bisa dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu : seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi. Yang termasuk seni rupa 2 dimensi adalah gambar, lukisan, dan grafis. Karya seni rupa 3 dimensi terdiri atas seni patung, kriya, dan desain. 1. Gambar. Menggambar merupakan proses perekaman objek di atas bidang 2 dimensi melalui media dengan kriteria antara lain : ketepatan/kemiripan bentuk dan
Seni Rupa Kalimantan Tengah 5 warna dengan memperhatikan persepektif, proporsi, komposisi, gelap terang serta bayang-bayang benda atau objek yang digambar. Dengan kata lain, menggambar lebih bersifat objektif. Karya gambar antara lain gambar bentuk, gambar model, gambar ilustrasi, dan ragam hias. 2. Lukisan. Lukisan juga menggambarkan karya seni rupa 2 dimensi. Melukis lebih cenderung mengekspresikan gagasan atau mengungkapkan jiwa pelukis melalui media ungkap; dan teknik penggarapannya berdasarkan prinsip-prinsip seni rupa. Kemampuan penggarapan dan penguasaan bahan dan alat merupaka aspek yang utama di dalam melukis. Melukis lebih bebas dalam menafsirkan objek, sesuai keinginan pelukisnya. Dengan perkataan lain melukislebih bersifat subjektif. Karya seni lukis dapat dibedakan dengan beberapa corak, antara lain: representatif ( nyata ), dekoratif, ekspresif, dan non-representatif (abstrak). 3. Grafis. Grafis atau seni grafik sebenarnya termasuk ke dalam desain, namun menurut dimensinya seni ini termasuk karya seni rupa 2 dimensi. Grafis diproduksi dengan teknik cetak. Namun pada proses awalnya, sang perupa membuat desain/rancangan gambar dan tata letaknya dengan memperhitungkan pada bahan apa grafis ini akan dicetak. Zaman sekarang, proses merancang gambar dapat dilakukan dengan bantuan komputer. Grafis banyak digunakan untuk membuat iklan di media cetak, papan reklame, desain logo, poster, sampul kaset, dan sebagainya. 4. Seni Patung. Patung, dalam perkembangannya disebut juga sebagai plastic art/seni plastis/seni bentuk, maksudnya bentuk-bentuk yang memiliki nilai keindahan. Patung sebagai seni plastis memiliki arti luas karena tak hanya meniru bentuk manusia dan hewan, tetapi bentuk apapun bisa asalkan memiliki nilai keindahan.
Patung sebagai seni sudah ada semenjak peradaban awal manusia, yang kebanyakan dibuat dari batu atau kayu. Patung-patung ini berukuran besar dan kecil dan sebagaian besar bersifat religius atau digunakan untuk keperluan adat. Namun ada juga yang berfungsi sebagai hiasan. Patung zaman sekarang dibuat dengan berbagai bahan dan lebih bersifat estetis ( mengutamakan keindahan bentuk ).
Seni Rupa Kalimantan Tengah 6 5. Seni Kriya. Seni kriya termasuk seni rupa terapan. Seni kriya atau kerajinan adalah suatu usaha membuat barang-barang hasil pekerjaan tangan, atau dapat pula berarti pekerjaan tangan. Benda-benda ini biasanya dibuat untuk dipergunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sekaligus melestarikan tradisi kesenirupaan suatu daerah. Oleh karena itu, karya seni kriya dibuat oleh masyarakat daerah tertentu sebagai ciri khas daerahnya. Pada umumnya pembuatan seni kriya terikat pada aturan-aturan tertentu yang dianut oleh suatu daerah. Motif-motif dan warna-warna yang dipakai pun melambangkan makna-makna tertentu dari daerah tersebut. Karya seni kriya adalah seni rupa yang paling banyak ragamnya di indonesia. Contohnya anyaman, yang bisa saja terbuat dari rotan, bambu, daun pandan, serta berbagai macam lainnya, dari keperluan rumah tangga, seperti tempatanasi, nyiru, bubu, kap lampu, tas, dinding rumah, tikar, lampit, dan kursi. Tak hanya anyaman banyak lagi benda-benda yang memiliki keragaman disamping kegunaannya masing-masing. Banyak seni kerajinan daerah ini yang hampir punah karena sedikit sekali yang tertatrik untuk melestarikan tradisinya. Padahal pengetahuan corak dan cara pengerjaannya merupakan warisan budaya nusantara yang tak ternilai harganya. 6. Desain Daerah Desain juga merupakan ragam seni rupa terapan. Karya desain dapat dikatakan karya seni rupa murni apabila hasil karyanya dimaksudkan untuk dinikmati keindahannya saja, bukan fungsi lainnya. Desain diciptakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan produk seni. Prosedur pembuatannya cenderung lebih rumit, karena selain sebagai sarana berekspresi bagi desainer juga merupakan upaya menjembatani antara harapan pemakai desain/konsumen dengan kenyataan yang ada/pasar.
Proses pembuatan desain biasanya mellui tahapan panjang, dengan tujuan agar diminati konsumen. Desain juga bisa dibuat sebagai pesanan seseorang atau pihak tertentu. Karena itu, terciptanya karya desain dapat bersifat tunggal atau massal.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 7
URAIAN-URAIAN Sosial Budaya Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak, suku ini merupakan masyarakat terbesar yang mendiami Propinsi Kalimantan Tengah bersama dengan berbagai suku lain di Indonesia. Suku Dayak terbagi atas beberapa sub etnis yang masing-masing memiliki satu kesatuan bahasa, adat istiadat dan budaya. Sub-sub etnis tersebut antara lain Suku Dayak Ngaju (termasuk Bakumpai dan Mendawai), Ot Danum, Ma’anyan, Lawangan, Siang dan lain-lain. Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempunyai sifat keterbukaan dan toleransi yang tinggi yang tercermin dalam falsafah Huma Betang. Huma Betang adalah rumah khas Kalteng, berupa rumah besar, dimana dalam satu rumah besar adat (Huma Betang) Dayak Kalimantan Tengah tersebut tinggal bersama-sama bebera pa keluarga dengan segala perbedaannya seperti status sosial, ekonomi maupun agama namun
tetap hidup secara harmonis. Sifat gotong royong dalam masyarakat suku Dayak masih tetap terpelihara terutama dalam gerak hidup bermasyarakat yang tercermin dari tradisi kerja Habaring Hurung, Handep dan Harubuh. Berbagai ragam dan jenis kesenian tradisional yang masih terpelihara dalam kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah antara lain : Seni Tari, Seni Suara, Seni Rupa, Seni Ukir, dan Seni Anyam-anyaman. Seni Suara berupa lagu -lagu Daerah dikenal dengan istilah : Karungut, Kandan, Parung, Karinci Seni anyaman yang memiliki beragam corak terus dikembang oleh masyarakat sebagai kerajinan rakyat. Kerajinan anyaman tersebut antara lain yang terbuat dari rotan, bambu, pandan dan purun. Disamping itu juga berkembang berbagai kerajinan etnik (tradisional) yang terbuat purun, getah nyatu serta bahan kayu. Seni ukir dapat disaksikan pada pembuatan benda-benda seperti Talawang (Peri- sai), bangunan Sandung, hulu dan
Seni Rupa Kalimantan Tengah 8 sarung senjata khas Dayak Mandau, patung (Sapundu) dan bangunan pada rumah rumah adat. Disamping berbagai kerajinan Kalimantan Tengah juga kaya akan berbagai kegiatan upacara adat / ritual seperti Tiwah, Manyanggar, Mamapas Lewu (bersih desa), Mampakanan Sahur Parapah.Tiwah merupakan upacara ritual agama Kaharingan, yaitu mengantarkan arwah orang yang telah meninggal ke Lewu Tatau (sorga). Acara ini memakan waktu yang cukup lama sekitar satu bulan atau lebih. Sumpit yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut ’sipet’ merupakan senjata tradisional yang sudah dikenal sejak jaman dahoeloe kala. Sipet terbuat dari kayu ulin yang dibentuk dan dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus, dengan ukuran diameter bagian luar sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan panjang sekitar 200 cm. Setelah diraut dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin tersebut menjadi berwarna hitam mengkilat sehingga permukaannya mirip seperti logam. Pada bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua macam aksesori yang terbuat dari besi, yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang tajam, dan pada sisi sebelah atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata api, yang berguna sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut dilekatkan pada batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, kuat dan artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang dihiasi dengan ukiran relief atau ornamen dengan motif khas Dayak. Kegunaan utama sipet adalah sebagai senjata atau alat berburu, walaupun bisa juga digunakan sebagai senjata pada saat berperang. Sebagai senjata, ia dilengkapi dengan peluru yang dimasukkan ke dalam lobang laras dan dilontarkan ke arah sasaran dengan cara ditiup menggunakan mulut. Jenis pelurunya ada 2 macam. Jenis pertama terbuat dari tanah liat dalam keadaan setengah basah dibentuk berupa bola-bola kecil sebesar ukuran lubang laras, biasanya digunakan untuk jarak dekat (sekitar 5 meter) untuk berburu binatang kecil misalnya tupai dan burung-burung yang terbang rendah.
Jenis peluru yang kedua disebut damek atau lahes, terbuat dari bilah bambu yang diruncingkan seperti anak panah dan di bagian belakangnya dipasang potongan kayu gabus untuk mengatur arah, kurang lebih berfungsi sama dengan bulu angsa yang dipasang pada shuttlecock (bola badminton). Lahes tersebut dibuat dalam jumlah banyak, disimpan di dalam tabung bambu yang sudah diisi dengan cairan ‘bisa atau racun’ dari binatang liar, sehingga apabila melukai sedikit saja tubuh hewan sasaran akan langsung mematikan. Biasanya lahes digunakan untuk berburu hewan yang lebih besar, misalnya kancil, kijang atau hewan primata (misalnya monyet dll) yang tinggal di atas pohon-pohon tinggi. Suatu hal yang unik pada sumpit ialah ketika pelurunya dilontarkan menuju sasaran, tidak akan terdengar bunyi apapun yang membuat sasarannya mengetahui dari mana sumber asal serangan. Hal ini berbeda dengan senapan atau senjata api. Konon hal ini jugalah yang membuat Belanda kewalahan dalam perang gerilya melawan suku Dayak di Kalimantan. Kita tahu bahwa sebagai bangsa Eropa, orang Belanda itu mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi terhadap setiap hal yang belum dimengerti olehnya.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 9 Suatu ketika pasukan serdadu Belanda melintasi hutan. Kebetulan tidak jauh dari situ ada beberapa orang suku Dayak sedang mengintai. Mereka pun melontarkan peluru sumpit dari tanah liat yang sengaja diarahkan pada sebatang pohon di depan salah seorang serdadu Belanda. Para serdadu tadi langsung berkerumun meneliti benda apakah gerangan yang tiba-tiba melesat di depan hidungnya. Ketika mereka asyik berkerumun itulah mereka diserang dengan peluru beneran, yaitu lahes yang mengandung racun. Pada masa kini, anak-anak Dayak di daerah pedalaman Kalimantan masing sering bermain perang-perangan menggunakan ’sumpit-sumpitan’ yang terbuat dari ruas bambu kecil dengan peluru tanah liat. Meskipun maksudnya cuma sekedar main-main tapi sesekali peluru tanah tersebut sering juga tanpa disengaja mengenai tubuh lawan. •
•
•
Seni Rupa/Ukir Seni Rupa/Ukir Kalimantan Tengah memiliki corak khas dan unik. Hal ini bisa dilihat dari topeng, perisai, bangunan sandung (tempat menyimpan tulang belulang), hulu dan sarung mandau, patung sapundu dan lain-lain. Seni Anyaman/Kerajinan Kalimantan Tengah memiliki beragam jenis kerajinan rakyat yang berbahan rotan, pandan, purun, getah nyatu serta perhiasan dari batu alam Kalimantan Tengah lain yang sangat menarik untuk dijadikan Souvenir (Cenderamata). Senjata Khas/Tradisional Suku Dayak memiliki senjata khas/tradisional seperti : Mandau, Sipet (Sumpitan), Lunjo (Lembang), Duhung (sejenis keris), semua memiliki bentuk dan artistik yang cukup tinggi.
•
Transportasi Tradisional Sesuai kondisi alamnya, Suku Dayak banyak menggunakan perahu sebagai jenis transportasi. Jenis-jenis perahu tradisional Suku Dayak : Jukung Rangkan dan Banama (perahu besar).
Seni Rupa Kalimantan Tengah 10 # Beberapa macam seni rupa khas Kalimantan Tengah, antara lain : Sipet
Sumpitan (sipet) merupakan pula salah satu senjata etnik Dayak di Kalimantan. Senjata ini umumnya digunakan sebagai alat berburu, menyerang musuh dan melawan segala mara bahaya. Menurut kepercayaan Etnik Dayak sumpitan (sipet) tidak boleh digunakan untuk membunuh sesama umat manusia. Peluru atau anak sumpitan yang tajam seperti panah disebut domek. Untuk menambah ampuh, lazimnya, domek diberikan suatu zat racun yang diperoleh dari getah sejenis
akar yang diolah sedemikian rupa disebut ipu. Ipu ditaruh (digosok) pada ujung anak sumpitan. Karena itu manusia atau binatang yang terkena ipu akan keracunan. Sebelum digunakan domek disimpan dalam suatu tempat khusus, disebut telep. Cara melepaskan domek dari sumpitan ialah dengan meniup sekeras mungkin melalui lobang sumpitan yang lurus. Jarak capai anak sumpitan ini cukup jauh sehingga ia merupakan senjata yang praktis untuk berburu. Menurut bentuknya itu, nenek moyang Etnik Dayak mengharapkan bahwa setiap orang harus jujur, lurus seperti lobang sumpitan sehingga dapat tercipta ketulusan dan perdamaian.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 11 Mandau
Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya. Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari
pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan, dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara. Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya sebagian digunakan untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 12 Struktur Mandau 1. Bilah Mandau Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipihpanjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas, perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu. Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin. Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili
banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda. 2. Gagang (Hulu Mandau) Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya. 3. Sarung Mandau. Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 13 Nilai Budaya Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna. Mandau adalah salah satu senjata yang diciptakan oleh nenek moyang Etnik Dayak di Kalimantan umumnya. Terbuat dari besi yang kuat dan baik. Oleh Etnik Dayak, mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan sesuai kesaktian besinya. Dalam kaitan itu, besi Montallat paling terkenal diantara bahan-bahan lainnya untuk membuat senjata mandau. Oleh masyarakat Dayak, selain untuk merantas hutan dan bertani, mandau juga digunakan untuk menghadapi musuh. Para pahlawan dulu menggunakan mandau sebagai senjata yang tidak dapat terpisah dari tubuhnya, kemanapun pergi selalu dibawa.Umumnya mandau memiliki hulu (pegangan) terbuat dari tanduk atau kayu terpilih dan dihiasi ukiran. Bentuk ukiran pada hulu mandau ini dapat membedakan tempat asal usul mandau dibuat, suku dan derajat pemakainya. Itu
bisa terlihat dari gaya serta motif ukirannya. Selain itu, di bagian hulu mandau disisipi rambut, yang berfungi menambah keangkeran dan keampuhannya. Telawang
TELAWANG atau KELABET adalah alat pertahanan diri dari serangan musuh yang menggunakan senjata tajam yang terkenal dan digunakan di seluruh Kalimantan. Terbuat dari kayu yang kuat, begian depannya diberi ukiran khas dayak.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 14 Gong
Gong dalam etnik Dayak, berfungsi sebagai alat komunikasi yang vital dan alat seni budaya. Sebagai alat komunikasi gong juga dibunyikan untuk pemberitahuan, baik adanya bahaya, musuh datang dari luar, kebakaran atau panggilan untuk sesuatu pekerjaan gotong royong. Dalam peristiwa
kematian, misalnya, gong dibunyikan tiga kali berturut-turut dalam waktu tertentu selama mayat masih belum dimakamkan. Bunyi itu terdengar sampai kampung-kampung yang jauh sehingga kaum kerabat dari tempat jauh datang untuk menghadiri upacara pemakaman. Dalam acara seni budaya, gong juga mempunyai peranan penting, seperti pada upacara-upacara "BOKAS", "TIWAH", upacara penyambutan tamu-tamu yang dihormati, perkawinan dan acara kesenian lainnya. Jukung Sudur
Jukung Sudur Perahu ini bahannya dibuat dari sebatang pohon yang kuat, dibelah dua kemudian dibentuk menjadi semacam badan perahu dengan lambung yang rendah. Dengan bentuk seperti itu, jukung sudur terlihat sangat surut dan mengkhawatirkan bagi yang tidak pernah menaikinya. Sebenarnya bentuk seperti ini sangat praktis, karena tahan gelombang, mudah untuk melintasi riam-riam serta praktis jika harus diangkat. Sebagai alat angkutan, perahu (jukung sudur) inipun dapat pula diberi dinding-dinding papan yang kuat (tambit bahasa daerah). Sesuai dengan keadaan geografis daerah Kalimantan, yang banyak memiliki anak sungai dan hutan rimbanya, perahu ini dibuat dari bahan alam yang tersedia. Sebagai
Seni Rupa Kalimantan Tengah 15 hasil kultural asli masyarakatnya, jukung sudur menjadi alat angkutan untuk pergi berhuma dan alat komunikasi antar desa. Di masa perjuangan, perahu (jukung sudur) ini digunakan pahlawan-pahlawan, seperti Panglima Batur dan lainnya sebagai alat transportasi menghadapi tentara Belanda.
Rumah betang
A. Selayang Pandang
Di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah, masih banyak terlihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah betang. Rumah betang adalah rumah tradisional Suku Dayak di Kalimantan, berbentuk rumah panggung yang memanjang ke belakang dengan kayu ulin sebagai bahan utama bangunannya. Rumahrumah betang yang ada di Kecamatan Delang rata-rata berumur ratusan tahun dan masih terpelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu menandakan bahwa penduduk di Kecamatan Delang sampai saat ini masih melestarikan adat-istiadat dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Salah satu rumah betang di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan sering dikunjungi oleh banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. Yang membedakan Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya adalah di dalamnya terdapat banyak tajau. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal sebagai tempat kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya yang memiliki ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan yang oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang.
Tajau juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat membawa rejeki bagi orang yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau bukanlah orang sembarangan, karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum membuatnya. Namun sayang, jumlah tajau yang ada di rumah betang ini sekarang sudah jauh berkurang, menjadi ratusan saja. Saat ini, rumah betang yang sudah berumur hampir 1.000 tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah satu tetua adat di Kecamatan Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang Ojung Batu ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 16
B. Keistimewaan Rumah Betang Ojung Batu memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bentuknya memanjang ke belakang sekitar dua ratus meter, bertiang panggung dari kayu ulin dengan diameter di atas 50 sentimeter dan tinggi 1,5 meter, serta beratap sirap yang juga terbuat dari kayu ulin. Di dalam rumah betang ini terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni oleh satu keluarga. Setiap keluarga penghuni bilik memiliki koleksi barangbarang antik berupa piring keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga, dan berbagai bentuk perhiasan Cina dan Belanda yang sudah sangat jarang dijumpai. Para penghuni Rumah Betang Ojung Batu dikenal pula memiliki seni budaya cukup tinggi, yang dapat dilihat dari berbagai bentuk ukiran yang menghiasi hampir di seluruh bagian rumah, mandau (senjata khas Suku Dayak) yang menempel di dinding rumah, tombak, dan berbagai bentuk anyaman yang terbuat dari rotan.
Meskipun ukuran rumah ini terbilang luas dan besar, namun hanya ada satu pintu masuk utama untuk memasuki rumah ini. Hal ini menyiratkan makna filosofis yang luhur, yaitu agar semua anggota keluarga yang menghuni rumah ini memiliki persamaan persepsi dan tujuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apapun aktivitas yang dilakukan oleh para penghuni rumah, mereka tetap masuk dan keluar dari pintu yang sama. Di samping itu, dengan hanya memiliki satu pintu utama, diharapkan penghuni rumah dapat lebih mampu mengenal antara penghuni yang satu dengan penghuni lainnya secara lebih dekat. Untuk memasukinya, penghuni rumah harus melewati anak tangga yang berada di bawah kolong rumah. Selain memiliki keistimewaan dari sisi arsitekturnya, Rumah Betang Ojung Batu juga memiliki sisi keistimewaan lainnya, yaitu keramahan para penghuninya. Setiap pengunjung yang datang akan disambut dengan ramah, tidak dipungut biaya, dan cukup mengisi buku tamu sebagai media perkenalan. Apabila berkenan, pengunjung akan diajak untuk minum tuak (minuman tradisional dari beras ketan) dan makan sirih karena dianggap menghargai budaya masyarakat lokal. Pemandangan bersahaja lainnya juga dapat dilihat dari ekspresi kebersamaan dan persaudaraan di antara para penghuni rumah, terutama ketika ada permasalahan yang menimpa salah satu penghuni. Misalnya, jika salah satu anggota keluarga ada yang meninggal dunia maka masa berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi semua penghuni dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak, dan tidak menghidupkan peralatan elektronik.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 17
Kebudayaan suku Dayak
Tudung
Balanga
Pot dari Rotan
Berbagai jenis Kain dan pakaian
Seni Rupa Kalimantan Tengah 18 Anyaman :
Topi
Lampit/Amak/Tikar
Tas
Tempat Tisu
Motif-motif :
Motif batang garing
Motif talawang
Motif tanaman
Motif Sulur
Motif Perhiasan
Seni Rupa Kalimantan Tengah 19
Motif campuran
Motif campuran
Motif Sulur
Penjelasan mengenai pola dan motif-motif khas Kalimantan Tengah : Pola-pola serta motif-motif yang umumnya digunakan oleh suku Dayak terinspirasi secara keseluruhan dari alam. Hal ini disebabkan karena kehidupan suku Dayak sangat bergantung dan dekat dengan alam. Sehingga rupanya hal tersebut juga mempengaruhi keseniannya, khusus dalam hal ini adalah seni rupa. Dapat kita lihat bahwa pola suku Dayak memiliki bentuk yang dinamis, berupa bentuk-bentuk yang asimetris, zig-zag, atau gelombang-gelombang spiral. Hal ini menandakan kehidupan masyarakat suku Dayak yang sangat aktif mengelola hidup mereka, namun tetap dengan wawasan alam. Motif yang paling sering kita temukan adalah motif batang garing, motif sulur, motif talawang, motif tanaman, motif perhiasan, atau motif dengan kombinasi dari beberapa motif yang ada sekaligus. Batang garing bagi suku dayak berarti hierarki dalam kehidupan. Semua manusia diibaratkan hidup dalam satu pohon yang kompleks, dengan Tuhan pada puncaknya, dan masyarakata dayak pada urutan-urutannya masingmasing. Walaupun terdapat kelas sosial khusus, tetapi antar masyarakat selalu tercipta hubungan yang harmoni dan saling bergotong-royong. Motif-motif lain juga kebanyakan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di daerah kalimantan. Contohnya motif tanaman dan motif sulur yang terinspirasi dari tanaman-tanaman sulur rawa yang banyak tumbuh di daerah pedalaman dan hutan kalimantan. Selain itu ada pula mitf bulu burung enggang, dimana bagi masyarakat dayak, burung enggangmemberikan pengaruh kedamaian, kekuasaan, kekuatan, serta kecerdasan. Begitu pula dengan berbagai macam motif-motif lainnya.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 20
A. Daftar Kepustakaan ___________.2004. Ensiklopedi Populer Anak Jilid ke-4. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Riwut.Tjilik ( disunting oleh Nila Riwut ).2003. Maneser Panatau Tatu Hiang (Menyelami Kekayaan Leluhur). Palangkaraya : Indonesia Publishing House. Tim Abdi Guru. 1978. Kesenian untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
B. Sumber Internet www.Melayu Online.com www.wisatamelayu.com http://balekkampong.multiply.com http://id.wikipedia.org http://www.sinarharapan.co.id http://noesantara.com www.hupelita.com www.kalteng.go.id
Seni Rupa Kalimantan Tengah 21