MAKALAH AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI AUDIT ENERGI DI INDUSTRI FARMASI
Disusun oleh :
Miranda Dwi Cendani
(061640411928)
Kelas :6 EGD
Dosen pembimbing : Zurrohaina, S.T,.M.T
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2019
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat – Nya, kekuatan, kesehatan, dan kemudahan yang diberikan – Nya. Atas rahmat dan hidayah – Nya, makalah yang berjudul : “Audit Energi di Perkantoran” dapat terselesaikan.Pada kesempatan ini
penulis
ingin
menyampaikan
terima
kasih
kepada
kedua
Orang
Tua
penulis,Zurrohaina,S.T,.M.T. selaku Dosen mata kuliah Audit dan Manajemen Energi, dan teman-teman 6 EGD yang telah banyak membantu terutama dalam segi moril sekaligus menjadi motivasi lebih bagi penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam kesempatan ini, penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis sebagai penyusun makalah ini semoga segala usaha dalam pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Palembang, April 2019
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………….............……….............i DAFTAR ISI…………………………………........................…...........….....ii BAB I PENDAHULUAN……………….........................…............…….…...3 1.1 Latar Belakang………………………………................................3 1.2 Rumusan Masalah..........................……………..........………....4 1.3 Tujuan ...............................…………….....….…..........………..4 1.4 Manfaat ......................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................………………….…….......6 2.1 Konservasi Energi.............................…………….…..................6 2.2 Kriteria Audit Energi …………………………….…..................6 2.21 Kriteria Umum…………………………………………6 2.22 IKE dan Standar………………………………………..6 2.3 Proses Audit Energi………………………….............................7 2.4Audit Energi Awal……………………………..........................7 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................………..........…...9 3.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................…….....…….......…........9 3.2 Kondisi Kelistrikan Industri Farmasi……………………….....9 3.3 Analisa Sistem Tata Udara……………………………………...13 3.4 Analisa Sistem Tata Cahaya…………………………………….14 3.5 AnalisaPenghematanPeluangSystem TataCahaya……………15 3.6 PeluangSystem TataUdara……………………………………..15 3.7 Konsumsi Energi Paling Besar………………………………….16
BAB IV Hasil dan Analisa........…........................................…...........…….17 4.1 Audit Energi PT.X……………………………………………..17 BAB V PENUTUP……………………………………………………….21 5.1 Kesimpulan…………………………………………………….23 DAFTAR PUSTAKA……….....…………........…………….………….......24
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan energymembuat manusia berfikir untuk mencari sumber energy alternative untuk menggantikan sumber energy bahan bakar fosil. Selain itu yang tidak kalah penting adalah isu-isu penghematan energy. Penggunaan energy di Indonesiakurang begitu memperhatikan aspek keberlangsungan,dimanaenergyhanyadi manfaatkan untuk keperluan sehari-hari atau peningkatan produksi tetapi tidak ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah.Ini menyebabkan terus meningkatnya intensitas energy di Indonesia. Salah satu langkah pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan program effisiensi energy. Melalui Kementrian Energy dan Sumber Daya Mineral, pemeintah melaksanakan program-program tersebut guna mengatasi masalah keterbatasan energy.Upaya penghematan energy dianggap yang paling memiliki peluang besaruntuk dilaksanakan. Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan pemakaian energy nasional pemerintah telah mengeluarkan kebijakan konservasi energi .Sebagai kebijakan energy nasional,program konservasi telah cukup kuat memiliki landasan hukum.Mengacupada Undang-Undang No.30 tentang Energi, yang kemudianditindaklanjuti dengan Peraturan PemerintanNo.70 Tahun 2009tentangkonservasi Energi yangmewajibkan pengguna energy diatasTOE untuk melaksanakan konservasi Energi. Melakukan Audit Enegi secara berkala, melaksanakan rekomendasi
hasil
audit
energy,
dan melaporkan hasil pelaksanaan Manajemen
pelaksanaan energy setiap tahun. Audit energy terdiri dari beberapa jenis yang memiliki fungsi masing-masing. Jenis audit energy terdiri dari beberapa bentuk diantaranya adalah walking audit, prelimentary audit, detailed audit, serta energy management plant and implementation action. (Lybery.MD, 1981) A. Walking audit Audit energy yang dilakukan secara sederhana atau skala kecil. Audit tanpa perhitungan yang rinci, hanya melakukan analisis secara sederhana. Tujuan dari audit ini adalah untuk menemukan peluang penghematan tanpa biaya investasi yang besar.
3
B. Prelimentari audit Proses audit energy dengan memfokuskan pada identifikasi alat-alat atau komponen serta meninjau kondisi actual, mencari nilai actual konsumsi energy, mencari titk pemborosan kemudian mengusulkan beberapa langkah upaya penghematan energi. C. Detail audit Audit
energy total yang dilakukan secara jauh lebih rinci dan detai lterhadap semua
komponen atau system yang mengkonsumsi energy.
Manfaat melakukanAudit energyatauupaya penghematan, bukan saja pada optimalnya penggunaan energy melainkanpadaefek sustainabilityitusendiri. Denganupaya-upaya tersebut, lamakelamaan akan terbentuksuatu sikap mental danbudayauntuk selalumenggunakanenergy dansumberdaya energy secara lebih bijaksana. Karena budaya penghematanini lahyangdalam waktuyangsangat panjangakansangatberpengaruh dalamupayapenghematankonsumsi energy.
4
1.2 Rumusan Masalah Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas selanjutnya pada makalah ini, diantaranya: 1. Apa yang di maksud dengan konservasi energi di bidang audit energi pada industry farmasi dan mengapa perlu dilakukan audit energi di suatu perkantoran? 2. Apa saja tahap-tahap yang harus dilakukan dalam mengaudit energi dan bagaimana caranya? 3. Apa saja yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pada industry farmasi? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui konsumsi energi yang ada di industry farmasi 2. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam mengaudit energi 3. Untuk mengetahui apa saja yang memenuhi kebutuhan listrik, industry farmasi
1.4 Manfaat Dari pembuatan makalah audit energi pada suatu perkantoran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca guna menambah pengetahuan dalam memenuhi bahan pembelajaran mata kuliah Audit dan Manajemen Energi.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konservasi Energi Konservasi energi bidang audit energi pada bangunan gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan gedung dalam rangka peningkatan efisiensi penggunaan energi sehingga dapat menekan pengeluaran biaya energi. Audit energi bertujuan unuk mengetahui potret penggunaan energi danmencari usaha yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan energi.Auditenergipada bangunangedung dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energidanpeluang penghematanenergipada bangunangedung gunameningkatkan efisiensi penggunaanenergi,sehinggabisa lebih efisien dan menghemat biaya. 2.2 Kriteria Audit Energi 2.21 Kriteria Umum Audit energi dianjurkan untuk dilaksanakan terutama pada gedung perkantoran,pusatbelanja, hotel,apartemen, dan rumahsakit. Dengan melaksanakanaudit energi diharapkan : a. Dapat diketahui besarnya intensitas konsumsienergi(IKE)pada bangunan tersebut. b. Dapat dicegah pemborosan energi tanpa harus mengurangitingkatkenyamanan gedungyang berartipulapenghematan biayaenergi. c. Dapat diketahui profil penggunaan energi. d. Dapatdicariupayayangperludilakukan dalam usaha meningkatkan efisiensi penggunaanenergi.
Tabel 2.2.2 IKE Acuan
6
2.3 Proses Audit Energi
Gambar 2.3 Alur Penelitian 2.4 Audit Energi Awal Kegiatan audit energiawal dilakukan dengan cara mengumpulkandatapemakaian energilistiktotalpada bangunangedungdalam jangka waktutertentu,kemudiandilakukan identifikasikonsumsienergilistrikper satuan luas lantai bangunan. Dengandapat diperkirakan besarnyahargakonsumsi energi listrik padabangunangedungtersebut. Setelah data historis terkumpul dan diolah maka di lakukan proses pengukuran aktual penggunaan energy listrik pada tiap komponen. Pengukuran dilakukan menggunakan peralatan seperti amperemeter dan flow meter. Alat ukur tersebut diperlukan untuk mengukur arus listrik terpakai sehingga daya konsumsi dapat didapatkan. Kemudian flow meter digunakan sebagai alat ukur untuk mendapatkan data yang akan diolah sehingga didapat nilai performance peralatan tertentu. Adapun proses audit atau analysis komsumsi energy secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data historis pemakaian energy listrik pada tahun sebelumnya. 2. Menghitung nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi)
3. Melakukan observasi pola pemakaian energy pada objek 4. Melakukan pengukuran dan perhitungan nilai konsumsi energy listrik harian 5. Menghitung nilai IKE prediksi untuk tahun 2014 berdasarkan data konsumsi harian 6. Membandingkan hasil IKE tahun 2013 dan2014 7. Analisa potensi penghematan energy 7
2.5 Macam-macam Audit Energi Jenis dari audit energi bukan hanya satu jenis saja melainkan audit energi ada bermacammacam jenis dimana tiap jenis memiliki fungsi masing-masing.
2.5.1 Prelimentary Audit Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Analisa didapat dengan melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi, menghitung pemborosan energi dan beberapa usulan. 2.5.2 Detailed Audit Audit energi yang dilakukan secara menyeluruhterhadap seluruh aspek yang mengkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan audit didahului dengan analisis biaya audit energi, identifikasi mesin, analisis kondisi aktual dan menghitung semua konsumsi energi. 2.6 Tingkat Audit Energi Audit energi biasanya dikerjakan dalam dua tingkat yaitu audit pendahuluan (preliminary) dan audit rinci (detailed). 2.6.1 Audit Energi Awal Audit energi awal merupakan pengumpulan data dimana, bagaimana, berapa dan jenis energi apa yang dipergunakan oleh suatu fasilitas. Daya ini diperoleh dari catatan penggunaan energi pada tahun-tahun/bulanbulan sebelumnya pada bangunan dan keseluruhan sistem kelengkapannya. Audit energi awal mempunyai tiga tahap pelaksanaan, yaitu : - Melakukan identifikasi energi menurut jenis energi yang digunakan. - Melakukan identifikasi konsumsi energi per bagian/sistem dari bangunan dan kelengkapannya. - Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung. Hasil dari audit awal berupa langkah-langkah penghematan yang tanpa biaya atau dengan biaya rendah, dan daftar sumber-sumber pemborosan energi yang nyata. 2.6.2 Audit Energi Rinci
8
Audit energi rinci merupakan survey dengan memakai instrumen untuk menyelidiki peralatan-peralatan energi. Yang selanjutnya diteruskan analisa secara rinci terhadap masingmasing komponen peralatan guna mengidentifikasi jumlah energi yang dikonsumsi oleh peralatan. Sehingga pada akhirnya dapat disusun aliran energi keseluruhan bangunan. 2.7 Langkah-langkah Audit Energi Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan suatu audit energi yaitu : [2] 1. Audit penilaian pengelompokan bangunan (Building rating for an audit) Bangunan-bangunan yang akan diaudit dikelompokkan berdasarkan kemungkinanpenghematan energi yang dapat dilakukan. Pengelompokan dilakukan dengan memilih bangunan yang memiliki potensi konservasi energi tertinggi sampai yang terendah. 2. Disagregasi (Disaggregation) Perhatian harus difokuskan pada komponenkomponen bangunan yang memiliki aliran energi dan potensi penghematan energi yang besar atau produktif untuk diaudit. Misalnya sistem penerangan, sistem pendingin atau pemanas dan lain sebagainya. 3. Potensi penghematan energi/Energy Conservation Oppotunities (ECOs) Energy Conservation Opportunities (ECOs) yang ada harus diidentifikasi dan dievaluasi untuk mengetahui apakah potensi-potensi tersebut memungkinkan untuk diaplikasikan atau tidak. Dengan adanya identifikasi dan evaluasi ini, maka berdasarkan implementasinya. 2.7Manajemen Energi Manajemen energi adalah aktifitas dalam menggunakan energi dengan bijaksana danefektif untuk memaksimalkan keuntungan (minimize cost) dan meningkatkan (enhance) kondisi yang kompetitif. Manajemen energi menganalisa dan mengontrol aliran energi yang ada dalam sebuah sistem sehingga efisiensi penggunaan energi yang maksimal dapat tercapai. 2.7.1 Tujuan Manajemen Energi Adapun tujuan dari manajemen energi adalah sebagai berikut : a. Mengurangi penggunaan energi agar dapat menghemat biaya operasional pada bangunan, tanpa melakukan banyak perubahan pada bangunan sehingga tidak mengeluarkan dana investasi yang besar. b. Memelihara lingkungan kerja yang nyaman. c. Mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. 9
d. Meningkatkan efisiensi kerja serta memperpanjang umur peralatan. 2.7.2 Matriks Manajemen Energi Matriks manajemen energi merupakan sebuah tabel yang berfungsi sebagai suatu alat untuk membantu perusahaan dalam menganalisa penggunaan energi. Matriks tersebut mulai dikembangkan pada awal tahun 1990. Melalui matriks ini kelebihan dan kekurangan sistem manajemen energi yang digunakan disebuah perusahaan dapat diketahui. 2.8 Audit Energi Kelistrikan Audit energi listrik adalah suatu metode untuk mengetahui dan mengevaluasi efektifitas dan efisiensi pemakaian energi listrik di suatu tempat. Audit energi listrik didefinisikan sebagai analisa dari perbandingan antara masukan dan keluaran per satuan output dalam suatu sistem pemanfaatan energi listrik. Di dalam melakukan audit energi listrik ada beberapa manfaat yang akan didapatkan, diantaranya adalah sebagai berikut : - Dapat mengetahui besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE). - Dapat mengetahui profil penggunaan energi listrik. - Dapat mencegah pemborosan energi listrik tanpa mengurangi kenyamanan penghuni gedung. - Dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik. - Dapat memberikan masukan tentang peluang penghematan energi listrik.
10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sitem Tenaga Listrik PT. X membutuhkan sumber tenaga listrik yang cukup besar dan tidak hanya berasal dari satu sumber. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listriknya dan juga kelangsungan dalam penyaluran bebannya, maka perusahaan ini menggunakan dua suplai tenaga listrik, yaitu : - Suplai tenaga listrik PLN - Suplai tenaga listrik generator set 3.1.1 Suplai Tenaga Listrik dari PLN Suplai tenaga listrik dari PLN merupakan sumber utama tenaga listrik yang dipakai di PT. X melalui saluran kabel tegangan menengah (SKTM) bawah tanah dengan kapasitas 20 kV dengan daya terpasang 550 KVA. 3.1.2 Suplai Tenaga Listrik dari Genset Sumber daya listrik dari genset yang digunakan di PT. X hanya digunakan sebagai cadangan penyedia daya listrik untuk ke beban-beban yang paling sensitif saja apabila terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba. Karena apabila terjadi pemadaman listrik secara tibatiba akan mengakibatkan kerusakan pada beban-beban listrik. Genset ini akan bekerja secara otomatis ketika terjadi pemadan listrik dari PLN. 3.2 Jenis Beban di PT. X Pada PT. X beban yang digunakan dapat dikelompokan menjadi : - Beban penerangan - Beban stop kontak - Beban tenaga 3.2.1 Beban Penerangan Beban penerangan merupakan beban lampulampu yang terpasang pada perusahaan, baik yang di dalam gedung maupun lampu jalan atau taman. Untuk di dalam gedung menggunakan lampu TL, lampu hemat energi, serta lampu mercury HPL. Untuk lampu jalan menggunakan jenis lampu tiang isi mercury dan PL, dan untuk lampu taman menggunakan lampu jenis hemat energi.
11
3.2.2 Beban Stop Kontak Banyak peralatan yang digunakan di PT. Promed Rahardjo Farmasi Industri selama proses produksi maupun peralatan yang mendukung proses produksi tersebut. Peralatan tersebut merupakan beban stop kontak yang digunakan untuk melayani peralatan listrik 1 phase dan 3 phase. Beban 1 phase meliputi peralatan listrik dan peralatan elektronik seperti Air Conditioner (AC), komputer, printer, mesin photocopy, dispenser dan lain sebagainya. Dan untuk beban 3 phase seperti charger forklift, mesin bor, mesin las, dan lain sebagainya. 3.2.3 Beban Tenaga Beban tenaga merupakan beban yang memerlukan daya cukup besar, karena pada beban ini menggunakan motor-motor listrik. Beban tenaga yang terpasang di PT. X seperti Chiller, Heating Ventilating Air Conditioning (HVAC), Air Handling Unit (AHU), lift barang dan motor listrik. 3.3 Sistem Distribusi Daya Listrik Suplai daya listrik PT. X disuplai dari jaringan tegangan menengah PLN 20 kV masuk ke panel utama tegangan menengah (kubikel). Dari kubikel ini masuk ke transformator step downuntuk diturunkan tegangannya menjadi 380/220 V. Dari trafo tersebut kemudian masuk ke Main Distribution Panel (MDP) yang kemudian dibagi lagi masuk ke Sub Distribution Panel (SDP). Dari panel-panel tersebut yang kemudian mensuplai ke bebanbeban yang ada di seluruh perusahaan tersebut, baik beban untuk penerangan, beban stop kontak maupun beban tenaga.Untuk sistem penyaluran daya listrik dapat dilihat seperti pada gambar 3.1 berikut :
Gambar 3.1 Single Line Diagram PT. X
12
3.4
Konsumsi dan Biaya Energi Listrik
Bulanan pada PT. Promed Rahardjo Farmasi Industri PT. Promed Rahardjo Farmasi Industri dikelompokkan sebagai pelanggan bisnis B3 dengan kontrak daya 550 kVA dengan dua kategori tarif, yaitu waktu pemakaian Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dengan tariff Rp. 800,-/kWh. Waktu Beban Puncak (WBP) dengan tarif RP. 1.200,-/kWh dan pajak sebesar 10%. Meskipun konsumsi kVArh tercatat namun belum pada tingkat pemakaian untuk dikenankan tarif konsumsi daya reaktif.Untuk data konsumsi energi listrik di PT. X selama satu tahun (periode bulan Januari 2015 – Desember 2015) dapat dilihat seperti pada tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Data Penggunan kWh LWBP dan
Pada tabel 3.1 diatas dapat dilihat bahwa konsumsi energi listrik minimum terjadi pada bulan Maret 2015 yaitu sebesar 116,26 kWh dan maksimum pada bulan Desember 2015 yaitu sebesar 227,06 kWh. Biaya listrik bulanan rata-rata sebesar Rp. 135.528.523,00 paling rendah terjadi pada bulan Maret 2015 yaitu sebesar Rp. 100.753.833,00 dan paling tinggi terjadi pada bulan Desember 2015 yaitu sebesar Rp. 196.773.188,00.
13
3.5 Sistem Pencahayaan pada PT. X Sistem pencahayaan pada PT. X terdiri dari pencahayaan luar ruangan dan dalam ruangan. Pencahayaan di dalam ruangan memanfaatkan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pada ruang office siang hari yang merupakan waktu kerja, sistem pencahayaannya menggunakan pencahayaan alami dan pencahyaan buatan. Pencahayaan alami dilakukan dengan memanfaatkan pembukaan jendela dan pencahayaan buatannya dihasilkan dari lampu TL 1 x 25 W dan lampu LED 10 W.
3.6 Sistem Pengkondisian Udara pada PT.X Untuk memperoleh kenyamanan dalam ruangan, maka diperlukan sistem pengkondisian udara yaitu yang berupa AC. AC ini akan mengatur suhu pada suatu ruangan sesuai dengan temperatur yang ditentukan pengguna. Untuk masing-masing ruangan digunakan jenis dan kemampuan pendinginan AC yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya agar tidak terjadi pemborosan. Besarnya. tingkat konsumsi energi listrik untuk sistem pengkondisisan udara dipengaruhi oleh total daya AC, jumlah dan lama waktu beroperasi dari AC untuk tiap ruangan.
14
BAB IV HASIL DAN ANALISA
4.1 Audit Energi Listrik pada PT. X Untuk standar audit pada bangunan gedung, Indonesia telah memiliki standar yaitu SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. Standar tersebut memuat prosedur audit energi pada bangunan gedung diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengolahan gedung. Pada pelaksanaan di lapangan banyak bangunan yang tidak siap untuk di audit karena tidak tersedianya kelengkapan-kelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan teknik audit energi awal dan hal-hal yang terkait dengan manajemen energi pada bangunan tersebut. 4.2 Konsumsi dan Biaya Energi Bulanan di PT. X Dari data history pemakaian energi listrik pada PT. X, maka dapat dihitung jumlah kWh total yang dikonsumsi selama tahun 2015 dan juga jumlah total biaya yang harus dibayar untuk pengadaan energi listrik pada periode tersebut. Total kWh adalah 1.876.693,141 kWh/tahun dan ini senilai dengan Rp. 1.626.342.276,00. Berikut perhitungan tarif ratarata yang dikenakan PLN dengan golongan tarif B-3/TM (200 kVA keatas). Biaya pemakaian listrik : 1. Tarif WBP (Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN Harga Rp. 1200,00/kWh jam berlaku pukul 18.00 s/d 22.00 (4 Jam) 2. Tarif LWBP (Luar Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN Harga Rp. 800,00/kWh jam berlaku pukul 22.00 s/d 18.00 (20 Jam) Untuk mengetahui nilai tarif rata-rata listrik yang berlaku di PT. Promed Rahardjo Farmasi Industri adalah sebagai berikut : - WBP = Rp. 1.200,00/kWh x 4 jam = Rp. 4.800,00 jam/kWh - LWBP = Rp. 800,00/kWh x 20 jam = Rp. 16.000,00 jam/kWh Total = Rp. 20.800,00 jam/kWh Sehingga tarif rata-rat per kWh per jam didapatkan sebesar : Rp.20.800,00 jam/kWh 24 jam = Rp. 866,666 per kWh. Sebagai contoh perhitungan menggunakan data pemakaian energi listrik pada bulan januari 2015. Untuk menghitung total biaya penggunaan rekening listrik pada bulan Januari 2015, diketahui :
15
- LWBP = 65.87 kWh - WBP = 57.48 kWh Penyelesaian : Total kWh = LWBP + WBP = 65.87 + 57.48 = 123.35 kWh. Total biaya = 123.35 kWh x Rp. 866,6 = Rp. 106.897.146,00 Jadi total biaya penggunaan energi listrik pada bulan Januari 2015 adalah sebesar Rp.106.897.146,00. Untuk jumlah total kWh dan total biaya penggunaan energi listrik pada periode tahun 2015, dapat dilihat seperti pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Jumlah Total Pemakaian dan Biaya
4.3 Penggunaan Energi Listrik Sebelum 4.3.1 Penggunaan Energi Listrik pada Panel SDP 1.2 Sebelum Penghematan Energi Listrik Panel SDP 1.2 ini merupakan panel yang menyuplai beban untuk mesin-mesin produksi dan AC pada ruang produksi. AC yang digunakan di ruang produksi ini berjumlah 18 unit dengan daya terpasang sebesar 520 W. Apabila AC ini bekerja selama 24 jam dengan suhu sebesar 18 °C maka akan didapatkan total 16
daya terpasang sebesar 9.360 W. Adapun beban listrik terpasang sebelum penghematan pada panel SDP 1.2, dapat dilihat seperti pada tabel
4.3.2 Penggunaan Energi Listrik pada Panel SDP 1.7 Sebelum Penghematan Energi Listrik Panel SDP 1.7 ini merupakan panel yang menyuplai beban lampu penerangan, stop kontak, AC dan mesin-mesin quality control ruang QC. Adapun beban listrik terpasang sebelum penghematan pada panel SDP 1.7, dapat dilihat seperti pada tabel 4.3. 4.4 Langkah-langkah Penghematan Energi Listrik 4.4.1 Langkah-langkah Penghematan Energi Listrik pada Panel SDP 1.2 Beban listrik di ruang produksi panel SDP 1.2 ini terdiri daro mesin-mesin produksi dan Air Conditioning (AC). Jam operasi mesin-mesin produksi dan AC adalah 24 jam, yaitu dari jam 08.00 sampai dengan jam 08.00. pada ruang produksi ini memiliki AC dengan suhu sebesar 18 °C. Berdasarkan pengamatan di lapangan, dengan suhu 18 °C ruangan terasa nyaman dan sangat dingin, seperti yang terlihat pada tabel 3.16. alangkah baiknya suhu AC tersebut di naikkan menjadi 22 °C, karena dengan suhu 22°C ruangan sudah terasa nyaman dan dingin. Dengan menaikkan temperatur suhu AC ini dapat menghemat konsumsi penggunaan energi listrik
17
18
4.4.2 Langkah-langkah Penghematan Energi Listrik pada Panel SDP 1.7 Beban listrik di ruang QC SDP 1.7 ini terdiri dari mesin-mesin quality control, penerangan dan Air Conditioning (AC). Jam operasi mesinmesin quality control, penerangan dan Air Conditioning (AC) adalah 24 jam, yaitu dari jam 08.00 sampai dengan jam 08.00. Pa 18 °C. Berdasarkan pengamatan di lapangan, dengan suhu 18°C ruagan terasa nyaman dan sangat dingin, seperti yang terlihat pada tabel 3.16. Alangkah baiknya suhu AC tersebut di naikkan menjadi 22 °C, karena dengan suhu 22 °C ruangan sudah terasa nyaman dan dingin. Dengan menaikkan temperatur suhu AC ini dapat menghemat konsumsi penggunaan energi listrik. 4.5 Penggunaan Energi Listrik Setelah Penghematan Energi Listrik 4.5.1 Penggunaan Energi Listrik pada Panel SDP 1.2 Setelah Penghematan Energi Listrik Panel SDP 1.2 ini merupakan panel yang menyuplai beban untuk mesin-mesin produksi dan AC pada ruang produksi. Penghematan yang dapat dilakukan pada panel SDP 1.2 ini adalah dengan melakukan pengaturan suhu AC. Suhu AC di ruang produksi ini dinaikk sebesar 2.842,4 W. Adapun beban listrik terpasang
setelah penghematan pada panel SDP 1.2, dapat dilihat seperti pada tabel 4.5. 19
4.5.2 Penggunaan Energi Listrik pada Panel SDP 1.7 Setelah Penghematan Energi Listrik Panel SDP 1.7 ini merupakan panel yang menyuplai beban lampu penerangan, stop kontak, AC dan mesin-mesin quality control ruang QC. Penghematan yang dapat dilakukan pada panel SDP 1.7 ini adalah dengan melakukan pangaturan suhu AC. Adapun beban listrik terpasang setelah penghematan pada panel SDP 1.7 dapat dilihat seperti pada tabel 4.6. 4.6 Analisa Penghematan Energi Listrik Analisa penghematan energi listrik ini dilakukan dengan beberapa langkah penghematan energi listrik, yaitu melakukan pengaturan suhu AC, pengurangan jam kerja AC, pengurangan jam kerja lampu dan pensaklaran ulang. Untuk analisa penghematan energi listrik dapat dilihat seperti pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 Analisa Penghematan Energi Listrik
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan program penghematan energi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengaturan suhu AC, pengurangan jam kerja lampu dan pensaklaran ulang. Dengan hasil total penghematan energi listrik sebesar 44.760,24 kWh/tahun dan hasil totalpenghematan biaya energi listrik sebesar Rp.41.285.026,00 /tahun. Untuk persentase hasil analisa penghematan energi listrik pertahun pada PT. X dapat dilihat seperti pada gambar 4.1 berikut :
20
Gambar 4.1 Persentase Analisa Penghematan Energi Listrik Pertahun pada PT. X Dari hasil persentase yang terlihat pada gambar 4.1 di atas diketahui bahwa total penghematan energi listrik sebesar 44.760,24 kWh/tahun dan menghemat biaya pemakaian energi listrik sebesar Rp. 41.285.026,00/tahun.
21
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan 2. Dari hasil analisa pada bab IV sesuai judul yang dibahas yaitu audit energi listrik pada PT. X, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 3. 1. Penghematan energi listrik yang dapat dilakukan pada PT. X dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu : 4. a. Penghematan energi listrik dengan tanpa biaya, yaitu : 5. - Menerapkan prosedur operasional sederhana dalam penggunaan beban listrik, misalnya mematikan lampu dan AC jika meninggalkan ruangan. 6. - Pengurangan operasional jam kerja lampu pada area office yang awalnya bekerja selama 20 jam menjadi 6 jam, pada area musholla yang awalnya bekerja 10 jam menjadi 5 jam, pada area WWT yang awalnya bekerja 14 jam menjadi 12 jam, pada area P. jalan yang awalnya bekerja 14 jam menjadi 12 jam, pada area pos security yang awalnya bekerja 14 jam menjadi 12 jam. 7. - Pengurangan operasional jam kerja AC pada area WWT dan office yang awalnya bekerja selama 10 jam menjadi 7 jam saja. 8. - Pengaturan suhu AC pada area produksidan QC yang awalnya memiliki suhu sebesar 18°C menjadi 22°C, pada area WWT yang awalnya memiliki suhu sebesar 22°C menjadi 26°C, pada area Gudang foil yang awalnya memiliki suhu sebesar 18°C menjadi 22°C, pada area office yang awalnya memiliki suhu rata-rata sebesar 22°C menjadi 26°C. 9. b. Penghematan energi listrik dengan biaya tinggi, yaitu : 10. -Mengoptimalkan penggunaan cahaya alami dengan cara adanya penambahan atap penerangan fiberglass pada area musholla. 11. - Penggantian lampu TL fluorescent 25 Watt ke lampu hemat energi LED 10 Watt pada ruang office. 12. 2. Jumlah penggunaan energi yang dapat di hemat yaitu : 13. - Dengan pengurangan jam kerja lampu dan pensaklaran ulang yaitu sebesar 7.480,08 kWh/tahun dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp. 8.978.040,00/tahun. 14. - Dengan melakukan pengaturan suhu AC yaitu sebesar 37.280,16 kWh/tahun dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp.32.306.98,00/tahun. 15. 3. Langkah penghematan energi listrik ini akan berhasil jika semua pihak (staff, karyawan, operator) disiplin dalam mengikuti aturan penggunaan energi listrik yang ditetapkan oleh PT. X.
22
DAFTAR PUSTAKA
Wayne C. Turner, Steve Doty, Energy Management Handbook Sixth Edition, 2007.
Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi, BPPT, Tangerang, 2012. Dr.L.M. Panggabean, Audit Energi, BPPT, Tangerang, 1991. Dokumen file PT. PROMED RAHARJO FARMASI
PT. PLN (persero), UBS, P3B, 2007.
23