UALLIMUNA JURNAL MADRASAH IBTIDAIYAH MUALLIMUNA : JURNAL MADRASAH IBTIDAIYAH I VOLUME 3, NO. 1, OKTOBER 2017
FAKULTAS STUDI ISLAM UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB BANJARMASIN
ISSN: 2476-9703
Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017
Jurnal MUALLIMUNA berisi artikel tentang hasil penelitian, kajian setara penelitian (ide/gagasan), dan resensi buku baru di bidang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar
Artikel: Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Fiqih (Studi di MIN Sekuduk Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas) Suriadi Pengembangan Media Pembelajaran Matematika berbasis Android untuk Siswa SD/MI Hamdan Husein Batubara Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA untuk Mengembangkan Karakter Siswa di SDN 01 Kota Bangun Purniadi Putra Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru SD/MI (Potret, Faktor-faktor, dan Upaya Meningkatkannya) Delila Sari Batubara Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan Orang Tua (Child Abuse) Lu’luil Maknun Model Kerjasama Tripusat Pendidikan dalam Pendidikan Karakter M. Fahmi Arifin Penggunaan Metode Cerita untuk Mengembangkan Nilai Moral Anak TK/SD Hadisa Putri Strategi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SD/MI Dessy Noor Ariani
Menerima Artikel Ilmiah Bidang Pendidikan SD /MI Homepage Jurnal : http://ojs.uniska-bjm.ac.id Email:
[email protected] Telp. : 0822-7264-1489
ALAMAT REDAKSI: JALAN ADHYAKSA NO. 2 KAYU TANGI BANJARMASIN 70123 Homepage Jurnal: http://ojs.uniska-bjm.ac.id
Memuat: “Artikel hasil penelitian, kajian setara penelitian (ide/gagasan), dan resensi buku baru di bidang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar”
Penerbit: FAKULTAS STUDI ISLAM UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB BANJARMASIN JL. ADHYAKSA NO. 2 BANJARMASIN 70123 Homepage: www.ojs.uniska-bjm.ac.id Telp. 0822-7264-1489
ii
Volume 3, No. 1, Oktober 2017
Pengelola Jurnal
Penanggung Jawab:
Dekan Fakultas Studi Islam UNISKA MAB Banjarmasin Galuh Nashrullah Kartika MR
Tim Penyunting Ketua : Muhammad Iqbal Ansari
Anggota: 1. Hasni Noor 2. Barsihannor 3. Desy Noor Ariani 4. Jumiati
Dewan Redaksi
Ketua : Hamdan Husein Batubara
Anggota: 1. Abdul Hafiz 2. Desy Anindia Rosyida
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah
iii
Daftar Isi Pengelola Jurnal ........................................................................................................
ii
Daftar Isi ....................................................................................................................
iii
1. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Fiqih (Studi di MIN Sekuduk, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas)......
1-11
Suriadi 2. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika berbasis Android untuk Siswa SD/MI ............................................................................................
12-27
Hamdan Husein Batubara 3. Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA untuk Mengembangkan Karakter Siswa di SDN 01 Kota Bangun .........................................................
28-47
Purniadi Putra 4. Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru SD/ MI (Potret, Faktor-faktor, dan Upaya Meningkatkannya) .................................
48-65
Delila Sari Batubara 5. Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan orang tua (Child Abuse) ..........
66-77
Lu’luil Maknun 6. Model Kerjasama Tripusat Pendidikan dalam Pendidikan Karakter Siswa 78-86 M. Fahmi Arifin 7. Penggunaan Metode Cerita untuk Mengembangkan Nilai Moral Anak TK/SD ........................................................................................................
87-95
Hadisa Putri 8. Strategi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SD/MI
96-107
Dessy Noor Ariani Petunjuk Bagi Penulis ..............................................................................................
iv-xv
VOL. 3, NO. 1, OKTOBER 2017
ISSN: 2476-9703 Journal homepage: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua (Child Abuse)
INFORMASI ARTIKEL
ABSTRAK
Penulis:
Indonesia
Lu'luil Maknun Dosen Prodi Penddikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia Email:
[email protected] ___________________________
Pendahuluan: Artikel ini betujuan untuk menjelaskan fenomena kekerasan terhadap anak dalam pengasuhan orang tua yang mengalami stres. Metode: Tulisan ini merupakan hasil dari kajian pustaka yang berkaitan dengan tindakan kekerasan terhadap anak. Hasil: Setiap orang perlu pemahaman tentang jenis-jenis kekerasan terhadap anak, faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya tindakan kekerasan terhadap anak, pemerintah, orang tua, dan masyarakat harus bekerjasama dalam menekan tindakan kekerasan terhadap anak.
Kata Kunci: Child abuse Orang tua stres; Madrasah Ibtidaiyah
Halaman: 66-77
English Introduction: This article aims to explain the phenomenon of child abuse in the care of parents who are experiencing stress. Method: This paper is a literature review related to child abuse. Result: Everyone needs an understanding of the types of child abuse, the factors that influence the emergence of child abuse, the government, parents, and the community should work together in suppressing acts of child abuse.
amanah yang harus dijaga, diasuh, dan
1. PENDAHULUAN yang
dididik oleh orang tua sehingga menjadi
didambakan setiap pasangan suami, bahkan
generasi penerus bangsa yang memberikan
tidak sedikit pasangan suami istri yang rela
manfaat bagi orang lain dan mendoakan
melakukan
orang tuanya.
Anak
adalah
berbagai
anugerah
upaya
untuk
memperoleh anak. Anak juga merupakan
67
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017
Namun,
pada
berbagai
kasus
dewasa yang seharusnya menjadi naungan
ternyata masih ditemukan orang tua yang
ternyaman, keselamatan dan perkembangan
melakukan tindakan kekerasan terhadap
mereka terancam.
anaknya. Anak yang sesungguhnya masih
Perlakuan
tindakan
kekerasan
belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang
terhadap anak yang dilakukan oleh orang
tinggi kerap dianggap anak yang nakal dan
dewasa, yang seharusnya menjaga dan
membangkang.
melindungi keamanan dan kesejahteraanya
Orang
tua
yang
tidak
memiliki pemahaman yang baik tetang fase
disebut
perkembangan anak menyikapi ini dengan
mengemukakan bahwa, U.S Departement of
memberikan hukumkan fisik dan verbal
Health, Education and Wolfare memberikan
pada anak dengan harapan agar anak
definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik
tersebut tidak mengulangi kesalahannya.
atau
Misalnya, Liputan6.com mewartakan tentang
lima
anak
yang
ditelantarkan
child
mental,
sehingga anak tersebut harus menjalani
terhadap
pemeriksaan fisik di Rumah Sakit Polri
keselamatan
Kramat Jati. Mereka diperiksa oleh dokter
terancam.
spesialis anak dan hasilnya, 3 anak terkena memerlukan
terapi
(Liputan6.com, Jakarta 2017). Sungguh
seksual
seharusnya
bertanggung
kesejahteraan dan
anak,
jawab sehingga
kesejahteraan
anak
Sedangkan menurut Fakih M (2003) yang dikutip oleh Widiastuti, pengertian kekerasan terhadap anak (child abuse) adalah
saat
semua
bentuk
perlakuan
menyakitkan
seluruh dunia berupaya membela hak dan
secara
fisik
ataupun
emosional,
menyelamatkan anak dari tindak kekerasan
penyalahgunaan
di luar rumah, seperti kekerasan seksual,
eksploitasi komersial atau eksploitasi lain,
penculikan,
untuk
yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata
bullying,
ataupun potensial terhadap kesehatan anak,
eksploitasi
ironis
kekerasan
(2009)
usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang
dan
Arisandy
dan penelantaran terhadap anak dibawah
pasangan suami istri UP (45) dan NS (42)
infeksi
abuse.
penjualan sampai
sekali,
anak
fenomena
di
seksual,
hidup
ternyata di rumah mereka sendiri; tempat
kelangsungan
yang seharusnya menjadi tempat teraman,
kembang anak, atau martabat anak, yang
dan oleh orang tua mereka sendiri; orang
dilakukan
dalam
anak,
pelalaian,
konteks
tumbuh
hubungan
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77
tanggung
jawab,
kepercayaan,
atau
kekuasaan.
dewasa
yang yang
jawab
mencubit, menjewer buah hatinya hanya karena kesal, misalnya saat anak tidak
Jadi, child abuse adalah suatu tindak kekerasan
68
dilakukan
oleh
seharusnya
terhadap
orang
bertanggung
keamanan
menurut, tantrum, berkelahi dengan teman, dan sebagainya. Padahal yang seharusnya
dihadapi
adalah
emosi
dan
orang tua itu sendiri, bukan anak yang
kesejahteraannya, baik itu kekerasan fisik
masih belajar. Saat dihinggapi rasa
maupun
marah orang tua tidak menyadari akibat
mental
yang
berakibat
pada
kerusakan/ kerugian lahir dan batin, dan
dari
dikhawatirkan
menyebabkan
akan
berpengaruh
pada
tumbuh kembang anak di masa depannya.
perbuatannya.
Misalnya
anak
luka,
sakit,
menangis bahkan trauma. Jika sudah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
2. PEMBAHASAN
orang tua baru menyesal dan saat itu
Bentuk-bentuk Tindakan Child Abuse
mungkin sudah terlambat.
Jenis-jenis tindak kekerasan yang
b. Kekerasan Psikologis
dikategorikan sebagai child abuse di dalam
Kekerasan psikologis meliputi perilaku
keluarga adalah sebagai berikut.
yang ditujukan untuk mengintimidasi
a. Kekerasan Fisik
dan
menganiaya,
mengancam
atau
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan
menyalahgunakan
yang
membatasi keluar rumah, mengawasi,
mengakibatkan
atau
mungkin
mengakibatkan kerusakan atau sakit
mengambil
fisik
merusak
seperti
menampar,
memukul,
hak
wewenang,
asuh
anak-anak,
benda-benda
anak,
memutar lengan, menusuk, mencekik,
mengisolasi,
membakar,
penghinaan konstan (Unicef, 2000: 2).
dengan
menendang,
benda
atau
ancaman
senjata,
dan
Azevedo
&
agresi
Viviane
verbal
(2008:
dan
68)
pembunuhan (Unicef, 2000: 2).
mengklasifikasikan bentuk kekerasan
Terkadang orang tua tidak mampu
psikologis
menahan emosi saat anak membuat
sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.1
marah.
berikut.
Banyak
orang
tua
yang
pada
anak,
yaitu
69
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017
Tabel 2.1 Klasifikasi Kekerasan Psikologis pada Anak Menurut Azevedo & Viviane KLASIFIKASI
CONTOH PERILAKU
Indifference (tidak peduli)
Tidak berbicara kepada anak kecuali jika perlu, mengabaikan kebutuhan
anak,
tidak
merawat,
tidak
memberi
perlindungan dan kurangnya interaksi dengan anak. Humiliation (penghinaan)
Menghina, mengejek, menyebut nama-nama yang tidak pantas,
membuat
mereka
merasa
kekanak-kanakan,
menentang identitas mereka, martabat dan harga diri anak, mempermalukan dan sebagainya. Isolation (mengisolasi)
Menjauhkan
anak
dari
teman-temannya,
memutuskan
kontak anak dengan orang lain, mengurung anak sendiri dan sebagainya. Rejection (penolakan)
Menolak
atau
mengabaikan
kehadiran
anak,
tidak
menghargai gagasan dan prestasi anak, mendiskriminasi anak. Terror (teror)
Menimbulkan situasi yang menakutkan bagi anak, rasa khawatir dan sebagainya.
Jika kepada
diperhatikan,
tidak
ternyata
termasuk
anak
kekerasan (child abuse).
berbicara pada
Kesibukan orang
Baik itu Humiliation (penghinaan), isolation (mengisolasi), rejection (penolakan), maupun
terrors
(terror),
tua mencapai karir menyita waktu dan
kekerasan
pada
membuat intensitas orang tua dan anak
dihentikan.
Jika
berkurang. Perkembangan teknologi dan
mengungkapkan bahwa angka kekerasan
social media mengalihkan perhatian orang
pada anak di Indonesia lebih kecil daripada
tua
sedang
di Inggirs, bukan berarti wajah parenting di
membutuhkan perhatian. Dari teori di atas,
Indonesia sudah lebih mapan, akan tetapi
kurangnya interaksi dengan anak termasuk
karena masyarakat Inggris sudah berani
pada kekerasan dengan jenis indifference
melapor jika ada temuan orang tua yang
(tidak peduli).
melakukan
justru
di
saat
anak
tindak
anak
merupakan
Kak
yang Seto
kekerasan
harus Mulyadi
kepada
70
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77
anaknya. Namun di Indonesia, masyarakat
Sinclair (1998) juga mengklasifikasi-
enggan melapor terlebih lagi jika orang tua
kan kekerasan psikologis pada anak yang
tersebut merasa berhak mendidik anaknya
dipaparkan pada tabel berikut ini:
dengan
gaya
pengasuhannya
sendiri
Klasifikasi
Kekerasan
Psikologis
dengan dalih menegakkan disiplin dan lain
pada Anak Menurut Sinclair (1998) adalah
sebagainya.
sebagai berikut. Tabel 2.2 Klasifikasi Kekerasan Psikologis
KLASIFIKASI Ancaman dan Teror
CONTOH PERILAKU : Mengancam untuk membunuh atau melukai anak, mengatakan masa lalu anak yang buruk dan mengancam untuk merusak barang-barang yang disenangi anak dan sebagainya.
Verbal
: Mengatakan kata-kata kasar atau kata-kata yang tidak anak sukai, membentak, dan mencaci maki. Seperti bodoh, nakal, anak tak berguna dan sebagainya.
Pemaksaan
: Memaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan anak, melakukan tindakan yang tidak pantas, mencuci piring dengan lidah dan sebagainya.
Emosi
: Menyangkal emosi anak, tidak memberi perhatian, menciptakan rasa takut dan khawatir.
Kontrol
: Membatasi kegiatan anak, menghilangkan kesenangan anak, merampas kebutuhan dasar anak seperti tidur, makan, bermain dan sebagainya.
Penyalahgunaan : Menyalahgunakan kepercayaan, menyembunyikan informasi, merasa dan Pengabaian
selalu benar, tidak mendengarkan, tidak menghormati, tidak menanggapi dan sebagainya.
Ancaman dan teror, membentak
menciptakan
rasa
takut,
merampas
(verbal), memaksakan kehendak orang tua
kebutuhan anak, dan tidak mendengarkan
kepada anak, tidak memberi perhatian,
anak
adalalah
tindakan-tindakan
yang
71
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017
berakibat pada psikologis anak. Anak akan
secarapa psikis anak akan trauma,
mengalami semacam depresi, merasa cemas
minder dan tentu saja akan berakibat
(anxiety), merasa takut seolah ada yang
pada menurunnya rasa percaya diri
selalu mengancam, PTSD (Post Trumatic
anak. Hal ini kan sangat berpengaruh
Syndrome),
pada
memiliki
kepercayaan
diri
rendah (Self-Esteem) dan lain sebagainya. c. Kekerasan Seksual
motivasi,
minat
belajar
dan
prestasi anak. d. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan seksual seperti aktifitas seks
Kekerasan ekonomi meliputi tindakan
yang
seperti
dipaksa
melalui
ancaman,
penolakan
dana,
penolakan
intimidasi atau kekuatan fisik, memaksa
untuk berkontribusi finansial, penolakan
perbuatan
makanan dan kebutuhan dasar, serta
seksual
yang
tidak
diinginkan atau memaksa berhubungan
mengontrol
seks dengan orang lain (Unicef, 2000: 2)
kesehatan dan pekerjaan (Unicef, 2000).
Kekerasan seksual mungkin saja dialami
Kekerasan
oleh anak di dalam lingkungan keluarga
dipenuhinya kebutuhan makanan dan
sendiri.
gizi
ke
ekonomi
baik,
perawatan
seperti
tidak
hemat
saya,
ketika
anak
mengenal
seks
tanpa
edukasi
dan
pengoptimalan tumbuh kembang anak,
otaknya
menjadi
karena
anak menderita gizi buruk, dan sulit
rusak
yang
akses
menghambat
kecanduan pornografi, juga termasuk
fokus.
kekerasan. Jika kekerasan seksual yang
Dalam
dialami
perkembangan anak, Unicef meneliti
hingga
terjadi
pelecehan
kaitannya
fase-fase
seksual, maka secara fisik anak akan
keumuman
mengalami gangguan fungsi reproduksi,
terjadi pada anak sesuai
berpotensi
usianya. Berikut adalah bentuk-bentuk
mengidap
sex disorder, gangguan
HIV/AIDS, rahim,
dan
bentuk
dengan
kekerasan
yang
tingkatan
kekerasan yang ditampilkan pada tabel
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77
72
Tabel 2.3 Bentuk-Bentuk Kekerasan pada setiap Fase Anak (Unicef. 2000) FASE
BENTUK KEKERASAN
Pralahir
Aborsi dan risiko janin ketika mengalami pemukulan fisik.
Bayi
Pembunuhan anak, kekerasan fisik, psikologis dan seksual. Pernikahan dini, kekerasan alat genital, inses, kekerasan fisik, psikologis dan
Anak
seksual. Pemerkosaan, inses, pelecehan seksual di lingkungan sosial, dijadikan
Remaja
wanita penghibur, kehamilan paksa, perdagangan remaja, pembunuhan, pelecehan psikologis.
Anak-anak
terancam
tindak
syndrome,
trauma
kekerasan sejak pra lahir, masa bayi, masa
kehilangan,
anak-anak hingga masa remaja. Orang yang
bersosialisasi,
seharusnya
sebagainya.
melindungi
justru
menjadi
pelaku. Walaupun tidak dapat dibayangkan
faktor
Orang
karena
perceraian,
ekonomi,
kegagalan
korban
tua
KDRT
yang
dan
tidak
lain
dapat
bagaimana mungkin orang tua sendiri
mengontrol dan mengendalikan emosi saat
melakukan jenis-jenis kekerasan di atas,
memarahi
namun pada kenyataannya banyak terjadi.
memiliki luka batin, gangguan kejiwaan
Tindakan ini dipicu oleh stress, beban
dan mengalami stress, oleh karena itu
mental dan ketidak mampuan orang tua
mereka disebut juga parental produced stresss.
mengendalikan emosi.
anak
adalah
mereka
yang
Anak yang mendapat perlakuan
Parental produced stress dan faktor yang
kasar
dari
orang
tua
yang
stress
melandasinya
kemungkinan besar akan tumbuh menjadi
Parental produced stress adalah orang
orang tua yang stress pula. Mata rantai ini
tua yang memiliki gangguan kejiwaaan atau
harus diputus. Baik anak yang mengalami
tekanan mental, bisa dikarenakan kekerasan
child abuse maupun orang tua yang menjadi
yang dialami pada masa lalu, memiliki
parental
tingkat
perfeksionis,
membutuhkan bantuan. Sampai saat ini,
postpartum
fenomena yang terjadi adalah masyarakat
kecemasan
mengalami
tinggi,
babyblues
atau
produced
stress
sama-sama
73
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017
menyalahkan orang tua yang stress dan
pengasuhan orang tua, peran orang tua,
bersamaan dengan itu masyarakat juga
masyarakat
membiarkan
menyikapi permasalahan ini.
kekerasan
terhadap
anak
seolah tabu mencampuri urusan rumah tangga orang lain.
dan
dalam
Beberapa faktor penyebab orang tua memproduksi
Orang tua yang menjadi parental
pemerintah
stress
akan
dipaparkan
sebagai berikut :
produced stress sendiri malu untuk mencari
a. Pernikahan dini; menikah terlalu muda
bantuan. Melampiaskan emosi pada anak
membuat pasangan suami istri tidak
atau sebaliknya; mengabaikan kebutuhan
memiliki
anak merupakan tindak kekerasan yang
pernikahan. Biasanya karena pergaulan
harus dihentikan. Pencegahan kekerasan
bebas dan hamil diluar nikah, mereka
terhadap anak merupakan tugas bersama,
dipaksa
bukan hanya orang tua, namun juga seluruh
immature.
Terlebih
elemen masyarakat dan pemerintah.
masyarakat
terlanjur
Komisi
perlindungan
anak
kemantapan
dalam
biduk
menjadi orang tua yang jika
stigma
memberi
label
2016
buruk pada orang tua dan anak itu
mencatat 4.494 atau sekitar 19,4 % kasus
sendiri. orang tua yang belum matang
kekerasan anak dalam pengasuhan. 1.881
masih
atau sekitar 8,5% kasus kesehatan dan
sehingga
Napza. 958 atau sekitar 3,4 % kasus agama
jawab terhadap kesejahteraan anak.
ingin
merasakan
belum
dapat
kebebasan, bertanggung
dan budaya, 2.435 atau sekitar 11 % kasus
b. Kurangnya ilmu parenting; orang tua
pendidikan. 1.709 atau sekitar 7,7 % kasus
yang tidak siap menjadi ‘orang tua’
pornografi dan cyber crime. 1.306 atau
adalah mereka yang tidak memahami
sekitar
dan
fase perkembangan anak, kebutuhan
eksploitasi dan sisanya 7.698 atau sekitar
anak, pola tingkah laku anak dan tidak
34%
dapat mengendalikan emosi saat anak
5,9
kasus
%
kasus
anak
trafficking
berhadapan
dengan
hukum. (KOMNAS ANAK, 2017).
membuat marah. pola asuh yang salah,
Berdasarkan data di atas, penulis
memungkinkan
penegakkan
disiplin
merasa perlu melakukan sebuah kajian
dan internalisasi nilai-nilai dilakukan
guna
tanpa memerhatikan psikologis anak.
mengetahui
penyebab
terjadinya
kasus kekerasan terhadap anak dalam
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77
c. Masalah
ekonomi,
orang
tua
yang
orang
dari
kehidupan
mereka
memeliki beban ekonomi cenderung
adalah suatu penyiksaan. Orang tua
mengabaikan kebutuhan anak, bahkan
single parent memiliki tanggung jawab
banyak
yang
sekaligus luka batin yang sangat besar.
mengksploitasi anak untuk memenuhi
Anak broken home biasanya mencari jati
kebutuhan keluarga.
diri melalui pergaulan, minuman keras
d. Konflik
pula
orang
keluarga;
tua
konflik
keluarga
menyisakan beban mental tersendiri
dan narkoba. h. Kegagalan
bersosialisasi,
berkomunikasi
konflik dalam keluarga istri atau suami
hingga menghambat sosialisasi dengan
merasa
psikologis
sekitar membuat orang tua merasa
sehingga tidak dapat mengendalikan
terisolasi. Anak menjadi korban dengan
emosi, termasuk saat menghadapi anak.
tidak boleh berteman, bermain, keluar
terbebani
secara
kekerasan
akan
berbuah
kekerasan, istri yang dianiaya oleh
dengan
kegagalan
bagi orang tua, bisanya karena ada
e. KDRT,
lingkungan
rumah dan lain sebagainya. i.
Sakit
fisik,
sakit
fisik
terkadang
suami akan sulit merasa bahagia, dan
membuat orang tua mudah marah.
juga
Apalagi jika penyakit tersebut telah
akan
sulit
memberikan
kebahagiaan bagi anak-anaknya. f.
tua
74
dialami cukup lama.
Trauma/luka batin, jika salah satu dari
j.
Sakit psikis, seperti baby blues syndrome,
orang tua mengalami musibah atau
post partum depression, bipolar dan lain
kehilangan,
sebagainya membuat orangtua tidak
belum
bisa
berdamai
dengan kenyataan, maka kemungkinan
dapat
orang tua tersebut akan lebih emosional
Sehingga
dan irrasional. Sehingga akan sulit
seorang ibu tega membunuh anak-
membedakan
anaknya.
benar
dan
mana mana
tindakan
yang
tindakan
yang
berlebihan. g. Perceraian, perceraian adalah neraka bagi anak-anak. Memisahkan salah satu
mencintai banyak
anak
seutuhnya.
juga
diberitakan
75
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017
Hukuman bagi Pelaku Child Abuse di
melanggar
Indonesia
kekerasan/peganiayaan) ditentukan dalam
Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(“UU
sebagaimana
Perlindungan yang
telah
Anak”)
diubah
oleh
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU 35/2014”) yang menyatakan bahwa
setiap
anak
selama
dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak
mendapat
perlindungan dari perlakuan: a. diskriminasi; b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran; d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
di
atas
(pelaku
Pasal 80 UU 35/2014: (1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). (2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). (4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya. Undang-undang dan pasal yang menjelaskan tentang kekerasan pada anak
e. ketidakadilan; dan f.
pasal
diakhiri dengan penjelasan yang sangat jelas
perlakuan salah lainnya.
yakni ; hukuman ditambah sepertiga dari Selanjutnya,
pasal
tentang
penganiayaan anak ini diatur khusus dalam Pasal 76C UU 35/2014 yang berbunyi: Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak. Sementara, sanksi bagi orang yang
ketentuan
apabila
yang
melakukan
kekerasan adalah orang tuanya sendiri.
76
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77
Peran
orang
tua,
masyarakat,
dan
kekerasan terhadap anak di lingkungan
Pemerintah
sekitar.
Orang tua sebagai orang yang paling
Adapun peran pemerintah dalam
bertanggung jawab terhadap anaknya harus
menekan
melakukan beberapa hal berikut untuk
terhadap anak adalah sebagai berikut:
menghindari tindakan child abuse, yaitu:
a. Memberikan
a. Orang tua harus selalu belajar dan mengupdate ilmu parenting. b. Orang tua harus belajar menerima taqdir/kenyataan
hidup,
kasus
kekerasan
penyuluhan
pasangan
suami
menikah
tentang
komunikasi
memaafkan
masa lalu dan optimis pada masa depan
terjadinya
istri
bagi
yang
akan
pentingnya
ilmu
dengan
pasangan
dan
edukasi tentang ilmu parenting. b. Menindak
c. Membuat link-community untuk terus
tegas
pelaku
kekerasan
terhadap anak melalui jalur hukum.
saling menggali dan memperdalam ilmu pengasuhan anak yang baik d. Mencintai
anak
mendukung,
3. PENUTUP
sepenuhnya,
melindungi,
menjadi
sahabat bagi anak Masyarakat
keluarga kerap dilakukan oleh orang tua yang sedang mengalami stres. Bentuk
sebagai
lingkungan
yang dekat dengan diri siswa juga harus berperan serta dalam menciptakan suasana dan kawasan yang kondusif terhadap anak, yaitu: a. Peka
Kekerasan terhadap anak dalam
kekerasan terhadap anak dapat dibagi menjadi
lingkungan
jika
menemukan kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri. b. Melaporkan berwajib
yaitu:
kekerasan
fisik,
kekerasan psikologis, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi. Faktor penyebab orang tua
terhadap
empat
memproduksi
stres
antara
lain,
pernikahan dini; kurangnya ilmu parenting; masalah ekonomi, konflik keluarga; KDRT, trauma/luka batin, perceraian, kegagalan bersosialisasi, sakit fisik, sakit psikis, seperti
kepada jika
pihak
mendapati
yang kasus
baby blues syndrome, post partum depression, bipolar,
dan
hal
lain
yang
membuat
77
MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017
orangtua
tidak
dapat
mencintai
anak
seutuhnya. Hukum bagi pelaku Child Abuse di Indonesia Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(“UU
sebagaimana
Perlindungan yang
telah
Anak”)
diubah
oleh
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
RUJUKAN [1] Arisandy, Takesi, dkk, 2009, Asuhan Keperawatan Anak Dengan Child Abuse, Departemen Kesehatan r. Ipoltekkes depkes palangka raya jurusan keperawatan (online) . (https://www.pdfcoke.com/doc/175485413/ Askep-Anak-Dengan-Child-Abuse) diakses pada 12 Agustus 2016 [2] Fakih M, penyunting. Buku panduan pelatihan deteksi dini dan penatalaksanaan korban child abuse and neglect. Jakarta: IDI-UNICEF, 2003. h. 177 [3] Unicef. Domestic Violence Againts Women and Girl, 2000. [4] Purnama Rozak, Kekerasan Anak dalam Rumah Tangga Persfektif Hukum Islam, Jurnal, Studi Gender “SAWWA” volue 9 no 1, oktober 2013, Online, (http://journal.walisongo.ac.id/index.ph p/sawwa/article/view/665/603) diakses pada 13 Oktober 2017
[5] Komisi Perlindungan Anak, 2017, online, (http://bankdata.kpai.go.id/tabulasidata/data-kasus-per-tahun/data-kasusberdasarkan-klaster-perlindungan-anak2011-2016), diakses pada 13 Oktober 2017 [6] Komisi Perlindungan Anak, online, (http://www.kpai.go.id/hukum/undangundang-republik-indonesia-nomor-35tahun-2014-tentang-perubahan-atasundang-undang-nomor-23-tahun-2002tentang-perlindungan-anak/) diakases pada 12 Agustus 2016 [7] Berita online. http://news.liputan6.com/ read/2235214/3-dari-5-anak-yangditelantarkan-di-cibubur-terkena-infeksi. Diakses pada 27 oktober 2017.