Ludwig.docx

  • Uploaded by: Shifa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ludwig.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,625
  • Pages: 10
LUDWIG ANGINA

1.

Definisi Angina Ludwig ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon

yang progresif dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula. Ruang suprahioid berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada os. Hyoid dan m. mylohyoideus. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dengan demikian dapat menyebabkan obstruksi jalan napas secara potensial.

2.

Epidemiologi Kebanyakan kasus angina Ludwig dapat terjadi pada orang sehat secara dini.

Dengan terdapat faktor predisposisi berupa diabetes mellitus, neutropenia, alkoholik, anemia aplastik, glomerulonefritis, dermatomyositis, dan sistemik lupus eritematosus. Penderita terbanyak berkisar antara umur 20-60 tahun, Kasus ini dominan terjadi pada laki-laki.

3.

Anatomi Pengetahuan tentang ruang-ruang di leher dan hubungannya dengan fasia penting

untuk mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang dibentuk oleh berbagai fasia pada leher ini adalah merupakan area yang berpotensi untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri akan menghasilkan selulitis atau abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk melalui saluran limfe. Ruang submandibular merupakan ruang di atas tulang hyoid (suprahyoid) dan otot mylohyoid. Di bagian anterior otot mylohyoid memisahkan ruang ini menjadi dua yaitu di

bagian superior adalah ruang sublingualis dan di bagian inferior yaitu otot submaksilaris. Adapula yang membaginya menjadi tiga diantaranya yaitu ruang sublingualis, ruang submentalis dan submaksillaris. Ruang submandibularis dipisahkan dengan ruang sublingualis di bagian superiornya oleh otot mylohyoid dan otot hyoglossus, di bagian medialnya oleh styloglossus dan di bagian lateralnya oleh korpus mandibula. Batas lateralnya berupa kulit, fasia superfisial, otot platysma lapisan superfisial pada fasia servikal bagian dalam. Di bagian inferiornya dibentuk oleh otot digastricus. Di bagian anteriornya, ruang ini berhubungan secara bebas dengan ruang submental, dan di bagian posteriornya terhubung dengan ruang pharyngeal. Ruang submandibular ini mengandung kelenjar submaxillaris, duktus Wharton, nervus lingualis dan hypoglassal, arteri fasialis, dan sebagian nodus limfe dan lemak. Ruang submental merupakan ruang yang berbentuk segitiga yang terletak di garis tengah di bawah mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi bagian anterior dari otot digastricus. Dasar pada ruangan ini adalah otot mylohyoid sedangkan atapnya adalah kulit, fasia superficial, dan otot platysma. Ruang submental mengandung beberapa nodus limfe dan jaringan lemak fibrous. Ruang submaxillaris berada di bawah otot myelohyoid, dan ruang sublingual berada di atasnya tetapi masih di bawah lidah Ruang-ruang yang sering terkontaminasi adalah leher bagian depan, ruang faringomaksilaris (parafaringeal), retrofarings dan mediastinum superior.

4.

Etiologi Dilaporkan sekitar 50%-90% angina Ludwig berawal dari infeksi odontogenik,

khususnya dari molar dua atau tiga bawah. Gigi-gigi ini mempunyai akar yang terletak pada tingkat otot myohyloid, dan abses di sini akan menyebar ke ruang submandibula. Ada

juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan antara lain adalah sialadenitis, abses peritonsilar, fraktur mandibula terbuka, infeksi kista duktus thyroglossus, epiglotitis, injeksi obat intravena melalui leher, trauma oleh karena bronkoskopi, intubasi endotrakeal, laserasi oral, luka tembus di lidah, infeksi saluran pernafasan atas, dan trauma pada dasar atau lantai mulut. Organisme yang paling banyak ditemukan pada penderita angina Ludwig melalui isolasi adalah Streptococcus viridians dan Staphylococcus aureus. Bakteri anaerob seringkali juga diisolasi meliputi Bacteroides, Peptostreptococci, dan Peptococci. Bakteri gram positif yang telah diisolasi adalah Fusobacterium nucleatum, Aerobacter aeruginosa, Spirochetes, dan Veillonella, Candida, Eubacteria, dan spesies Clostridium. Bakteri Gram negatif yang diisolasi antara lain spesies Neisseria, Escherichia coli, spesies Pseudomonas, Haemophillus influenza dan spesies Klebsiella.

5.

Patogenesis Berawal dari etiologi di atas seperti infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena karies

dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam yang merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan tubuh. Odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat (perkontinuitatum), pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous). Yang paling sering terjadi adalah penjalaran secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan yang berpotensi sebagai tempat berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal, abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses fasial. Penjalaran

infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses subingual, abses submental, abses submandibular, abses submaseter, dan angina Ludwig. Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. mylohyoideus) yang terletak di aspek dalam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringeal.(1) Abses pada akar gigi yang menyebar ke ruang submandibula akan menyebabkan sedikit ketidaknyamanan pada gigi, nyeri terjadi jika terjadi ketegangan antara tulang. Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang keras dari fasia servikal profunda dengan m. digastricus anterior dan tulang hyoid. Edema dagu dapat terbentuk dengan jelas. Infeksi pada ruang submaksilar biasanya terbatas di dalam ruang itu sendiri, tetapi dapat pula menyusuri sepanjang duktus submaksilar Whartoni dan mengikutistruktur kelenjar menuju ruang sublingual, atau dapat juga meluas ke bawah sepanjang m. hyoglossus menuju ruang- ruang fasia leher. Pada infeksi ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah dibagian superior dan posterior, sehingga mendorong supraglotic larynx dan lidah ke belakang akhirnya mempersempit saluran dan menghambat jalan nafas. Penyebaran infeksi berakhir di bagian anterior yaitu mandibula dan di bagian inferior yaitu otot mylohyoid. Proses infeksi kemudian berjalan di bagian superior dan posterior, meluas ke dasar lantai mulut dan lidah. Tulang hyoid membatasi terjadinya proses ini di bagian inferior, dan pembengkakan menyebar di daerah depan leher yang menyebabkan perubahan bentuk dan gambaran “Bull neck”.

6.

Gejala klinis Penderita angina Ludwig yang mempunyai riwayat hygiene mulut atau baru saja

malakukan ekstraksi gigi dan sakit gigi.yang buruk gejala yang timbul dapat bersamaan dengan sepsis seperti demam, takipne dan takikardi. Gejala yang lain adalah nyeri tenggorokan dan leher, disertai pembengkakan di daerah submandibula, yang tampak hiperemis, nyeri tekan dan keras pada perabaan (seperti kayu), drooling, dan trismus. Ada juga yang mengalami disfonia (a hot potato voice),dikarenakan edema pada organ vokal. Pada pemeriksaan mulut didapatkan dasar mulut dan leher depan membengkak secara bilateral berwarna kecoklatan, dapat mendorong lidah ke atas dan belakang sehingga menimbulkan sesak nafas. Pada palpasi teraba tegang dan kadangkala ada emfisema subkutan serta tidak ada fluktuasi atau adenopati. Meskipun banyak pasien sembuh tanpa komplikasi, angina Ludwig dapat berakibat fatal dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas belakang, sehingga menimbulkan sesak napas dan atau stridor karena sumbatan jalan napas kemudian sianosis.

7.

Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. a. Anamnesis Dari anamnesis didapatkan gejala berupa nyeri pada leher, kesulitan makan dan menelan. Dari anamnesis juga didapatkan adanya riwayat sakit gigi, mengorek atau mencabut gigi atau adanya riwayat higien gigi yang buruk.

b. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan tanda-tanda sepsis seperti demam, takipnea, dan takikardi. Selain itu juga ditemukan adanya edema bilateral, nyeri tekan dan perabaan keras seperti kayu pada leher, trismus, drooling, disfonia, dan pada pemeriksaan mulut didapatkan elevasi lidah, tetapi biasanya tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe. c. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa foto polos leher dan dada, yang mana sering memberikan gambaran pembengkakan jaringan lunak, adanya gas, dan penyempitan jalan napas. Pemeriksaan CT-Scan memberikan gambaran pembengkakan jaringan lunak, adanya gas, akumulasi cairan, dan juga dapat sangat membantu untuk memutuskan kapan dibutuhkannya pernapasan bantuan. Selain itu foto panoramik rahang dapat membantu untuk menentukan tempat fokal infeksinya. Pemeriksaan Penunjang.  Pemeriksaan Laboratorium darah tampak leukositosis yang mengindikasikan adanya infeksi akut. Pemeriksaan waktu bekuan darah penting untuk dilakukan tindakan insisi drainase.  Pemeriksaan kultur dan sensitivitas untuk menentukan pemilihan antibiotik dalam terapi.  Foto x-ray posisi lateral untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan jaringan lunak dan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain adanya obstruksi jalan nafas.  Foto panoramik berguna untuk mengidentifikasi lokasi abses serta struktur tulang yang terlibat infeksi.

 CT-scan

8.

Diagnosis Banding Diagnosa banding dari Angina Ludwig adalah: karsinoma lingua, sublingual

hematoma, limfadenitis, dan peritonsilar abses. Untuk dapat menegakkan diagnosis Angina Ludwig ada empat kriteria yang dikemukakan oleh Grodinsky yaitu: 1. Terjadi secara bilateral pada lebih dari satu rongga 2. Menghasilkan infiltrasi yang gangren-serosanguineous dengan atau tanpa pus 3. Mencakup fasia jaringan ikat dan otot namun tidak melibatkan kelenjar 4. Penyebaran secara perkontinuitatum dan bukan secara limfatik

9.

Penatalaksanaan Setelah diagnosis angina Ludwig ditegakkan, maka penanganan yang utama adalah

menjamin jalan napas yang stabil melalui trakeostomi yang dilakukan dengan anastesi lokal. Selain itu, untuk mengurangi pembengkakan mukosa dapat diberikan nebulisasi epinefrin. Kemudian diberikan antibiotik dosis tinggi dan berspektrum luas secara intravena untuk organisme gram positif dan gram negatif, aerob maupun anaerob. Antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil kultur dan hasil sensitifitas pus. Antibiotik yang diberikan misalnya penicillin-G dengan metronidazole, clindamicin, cefoxitin, piperacilin-tazobactam, amoksisilin-clavulanate. Walaupun masih merupakan suatu kontroversial, tetapi pemberian dexamethason secara intravena untuk mengurangi edema pada jalan napas masih sering diterapkan. Drainase dipertimbangkan apabila terdapat infeksi supuratif, adanya penemuan radiologis berupa akumulasi cairan atau udara pada jaringan lunak, krepitus, atau needle aspirate yang purulen. Drainase juga dipertimbangkan bila tidak ada perbaikan klinik setelah pemberian terapi antibiotik.

Penatalaksanaan 4 Prinsip utama 1. Proteksi dan kontrol jalan napas 2. Pemeberian antibiotik yang adekuat 3. Insisi dan drainase abses 4. Hidrasi dan nutrisi adekuat

10. Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada angina Ludwig yang tidak diterapi secara tepat adalah sebagai berikut: 1. Obstruksi jalan napas 2. Infeksi carotid sheath 3. Tromboplebitis supuratif pada vena jugular interna 4. Mediastenitis 5. Empiema 6. Efusi pleura 7. Osteomielitis mandibula 8. Pneumonia aspirasi

11. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi ke dokter secara rutin dan teratur, penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat dapat mencegah kondisi yang akan meningkatkan terjadinya angina Ludwig.

12. Prognosis Prognosis Angina Ludwig tergantung pada kecepatan proteksi jalan napas dan kemudian pemberian antibiotik. Angina Ludwig dapat berakibat fatal karena

membahayakan jiwa. Kematian pada era preantibiotik adalah sekitar 50%. Namun dengan diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani, pemberian antibiotik intravena yang adekuat, penanganan dalam ICU, penyakit ini dapat sembuh tanpa mengakibatkan komplikasi. Dengan begitu angka mortalitas juga menurun hingga kurang dari5%.

More Documents from "Shifa"