Lp_morbili.docx.docx

  • Uploaded by: tania hidayat
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp_morbili.docx.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,666
  • Pages: 18
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MORBILI PADA ANAK A. PENGERTIAN Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 2009) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 2007: 90). Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2008:2443) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno, 2007:624) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 2007:351) Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2009:95). Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 2009:451) Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2010:153). Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2010:211). Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer, 2009 : 47).

1

B. ETIOLOGI Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercakbercak. Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 2007). Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 2011 : 90-91). Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 2007:351) Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 2010 : 198). C. EPIDEMOLOGI Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara, antara lain : 1. Percikan ludah yang mengandung virus 2. Kontak langsung dengan penderita 2

3. Penggunaan peralatan makan & minum bersama. Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah : 1) Bayi berumur lebih dari 1 tahun 2) Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi 3) Daya tahan tubuh yang lemah 4) Belum pernah terkena campak 5) Belum pernah mendapat vaksinasi campak. 6) Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

3

D. PATOFISIOLOGI Paramyxiviridae morbili virus

Mengendap pada organ

Ditangkap oleh makrofag

v

Epital saluran napas

Kulit

Masuk sal nafas

Poliferasi sel endotel kapiler dalam korium

Menyebar ke kelenjar limfa regional

Eksudasi serum/eritrosit dalam epidermis

Mengalami replikasi

Ruam

Virus dilepas ke dalam aliran darah (viremia primer)

Gangguan citra diri

Virus sampai ke multiple tissue site (viremia sekunder) Reaksi radang

Penurunan fungsi silia

Hiperplasi jaringan limfoid Iritasi mukosa usus

Sekret Sekresi Reflek Batuk Peristaltik

Gangguan Integritas Kulit

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Diare

Dehidrasi

Virus sampai RES Replikasi Kembali

Saluran cerna

Histamin

Gatal (nyeri ringan) Gangguan rasa nyaman Nyeri

Set point meningkat

Peningkatan suhu tubuh Hipertermi Nafsu makan

Pengeluaran mediator kimia

Intake nutrisi

Mempengaruhi termostat dalam hipotalamus

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebtuhan tubuh

4

E. KLASIFIKASI MORBILI Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3 stadium yaitu: 1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut: a. Panas b. Malaise c. Batuk d. Fotofobia e. Konjungtivitis f. Koriza Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir. 2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah: a. Koriza dan Batuk bertambah b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole c. Kadang terlehat bercak koplik d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan. e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening f. Splenomegali g. Diare dan muntah Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalensensi a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi) b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume 2,2006). F. MANIFESTASI KLINIS Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1. Stadium Kataral (prodromal). Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik 5

berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah 2 Stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mulamula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak. 3. Stadium Konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 20011 : 625) Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2009 : 179). G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 1. Gambaran klinis yang khas 2. Pemeriksaan laboratorium 3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni 4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas 5. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 2011 : 94). 6. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas. 7. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 minggu kemudian. 6

H. PENATALAKSANAAN Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita campak tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar selalu mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit bertambah berat. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : 1. Isolasi untuk mencegah penularan 2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan) 3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman 4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent). 5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi 6. Kompres hangat bila panas badan tinggi 7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.. 8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain: a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen b. Pengurang batuk (antitusif) c. Vitamin A dosis tunggal : 1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit 2) Di atas 1 tahun: 200.000 unit d. Antibiotika Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia). e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita morbili dengan ensefalitis. f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.

7

I. KOMPLIKASI 1. Pneumoni Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus, pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela. 2. Gastroenteritis Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4% 3. Ensefalitis Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi. 4. Otitis media Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis media 5.

Gangguan gizi Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 2011 : 95)

8

BAB 2 KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MORBILI A. Pengkajian Data Dasar 1. Biodata Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab. 2. Proses keperawatan a. Keluhan utama Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terusmenerus berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2008 : 96) b. Riwayat keperawatan sekarang Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96) Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2010 : 213) c. Riwayat keperawatan dahulu Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 208 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak (Wong, 2007 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2009 : 213). d. Riwayat Keluarga Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2009 : 185). 3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual a. Bernafas Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas. b. Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS . Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit. c. Eliminasi 1) BAK Kebiasaan : frekuensi, warna, bau. Perubahan setelah saki. 9

2) BAB Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi. Perubahan setelah sakit. d. Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS. e. Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien. Perubahan setelah sakit. f. Kebersihan Diri. Kaji bagaimana toiletingnya pasien. g. Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal (36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C. h. Rasa Nyaman, Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Observasi nyeri yang di keluhkan pasien. i. Rasa Aman. Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan j. Sosialisasi dan Komunikasi Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji apakan pasien mampu bercanda dengan keluarganya. k. Bekerja Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan keluarganya. l. Ibadah Ketahui agama apa yang dianut pasien. m. Rekreasi. Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat depresi. n. Pengetahuan atau belajar. Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai cara pencegahan diare pada anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan HE kepada keluarga pasien mengenai cara pencegahan diare pada anak. 4. Pemeriksaan Fisik Kulit : a. Timbul rash. Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular ( penonjolan pada kulit yang berwarna merah ). Timbul dari belakang telinga pada batas rambut dan menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah, leher, lengan bagian atas dan dada bagian atas dalam 24 jam I. Dalam 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen, seluruh lengan dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2 – 3, maka rash pada wajah mulai menghilang. Proses menghilangnya 10

rash berlangsung dari atas ke bawah dengan urutan sama dengan urutan proses pemunculannya. Dalam waktu 4 – 5 hari menjadi kehitam – hitaman ( hiperpigmentasi ) & pengelupasan (desquamasi). b. Kepala 1) Mata Konjungtivitis & fotofobia. Tampak adanya suatu garis melintang dari peradangan konjungtiva yang dibatasi pada sepanjang tepi kelopak mata (Transverse Marginal Line Injectio) pada palpebrae inferior, rasa panas di dalam mata & mata akan tampak merah, berair, mengandung eksudat pada kantong konjungtiva. 2) Hidung Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas. 3) Mulut Didapatkan koplik's spot. Merupakan gambaran bercak – bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang dan bagian tengahnya berwarma putih kelabu. Berada pada mukosa pipi berhadapan dengan molar ke – 2 , tetapi kadang – kadang menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke – 2 setelah erupsi kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas pada morbili. 4) Leher Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas jaringan limphoid untuk menghancurkan agen penyerang (virus morbili). 5) Dada a) Paru : Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot bantu pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk yang disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran nafas bersifat batuk kering. Intensitas batuk meningkat mencapai

11

puncak pada saat erupsi. Bertahan lama & menghilang secara bertahap dalam 5 – 10 hari. b) Jantung : Terdengar suara jantung I & II. 6) Abdomen : Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat menurun. 7) Anus & genetalia Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak t.erpengaruh. 8) Ekstremitas atas dan bawah : Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu timbulnya. 5. Pemeriksaan penunjang Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia ringan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi. 4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise 5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya. 6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus. 7. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit. C. INTERVENSI 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum Hasil yang diharapkan : a. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas. b. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal : batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Intervensi: 1) Auskultasi bunyi napas 12

Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. 2) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses infeksi akut. 3) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. 4) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut. 5) Observasi karakteristik batuk Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan. Hasil yang diharapkan : a. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. b. Tidak mengalami tanda malnutrisi. c. Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. Intervensi : 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. 2. Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. 3. Timbang berat badan tiap hari

13

Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. 4. Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 5. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan. Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi. Hasil yang diharapkan : a. Anak yang rentan tidak mengalami penyakit. b. Infeksi tidak menyebar c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan dehidrasi. Intervensi: 1. Identifikasi anak beresiko tinggi Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan 2. Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah. 3. Pantau suhu Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi. 4. Pertahankan higiene tubuh yang baik. Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi. 5. Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus atau lunak. Rasional : - Untuk menjamin hidrasi yang adekuat Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit. 4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise Hasil yang diharapkan : a. Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi. b. Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum. 14

Intervensi : 1. Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap. Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab. 2. Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta 3. Jaga agar anak tetap dingin. Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal 4. Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin Rasional : untuk menurunkan rasa gatal. 5. Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan ketentuan. Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal. 5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya. Hasil yang diharapkan : a. Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan b. Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi. Intervensi : 1. Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus. Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan. 2. Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker Rasional : untuk memfasilitasi koping positif. 3. Berikan aktivitas pengalihan Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi. 4. Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi. Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan. 5. Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

15

6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritu Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh Intervensi: 1. Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder. 2. Pakailah sarung tangan atau restrein siku Rasional : untuk mencegah penggarukan 3. Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi. Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal. 4. Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis). Rasional : untuk mencegah penggarukan 5. Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka). Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus. Hindari pemajanan panas atau sinar matahari. Rasional : menimbulkan ruam (Doenges, 2000 : 156, 157 dan 575). 7. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit. Hasil yang diharapkan : Klien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal. Kriteria hasil : a. Suhu tubuh 36,5º – 37,5º C ( bayi ) , suhu tubuh 36º –37,5ºC(anak) b. Frekuensi pernafasan : Bayi ; 30-60 x/mnt, anak ; 15-30 x/mnt. c. Frekuensi nadi : Bayi ; 120-140 x/mnt, anak ; 100-120 x/mnt. Intervensi : 1. Monitor temperatur suhu R/ Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut. 2. Monitor suhu lingkungan. R/ Temperatur lingkungan dipertahankan mendekati suhu normal. 3. Berikan kompres dingin. R/ Menurunkan panas lewat konduksi. 4. Berikan antipiretik sesuai program tim medis. R/ Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.

16

D. IMPLEMENTASI Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2010,4). E. EVALUASI Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 2011).

17

DAFTAR PUSTAKA Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA NIC-NOC.Jakarta : Med Action Publishing Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;2010 Doenges, E. Marilynn. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC Price, Sylvia A. Dkk.2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses PenyakitEdisi 6 Volume 1. EGC, Jakarta Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta. Markum.AH. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

18

More Documents from "tania hidayat"