MAKALAH SEPSIS PADA NEONATUS
Disusun Oleh Imamah
(201610300511075)
Ummu Latifah
(201610300511078)
Mei Masitah F.H
(201610300511091)
DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “Sepsis Pada Neonatus” hingga selesai . Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, panyusun yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Malang, 12 Oktober 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 2 1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 2 BAB II .................................................................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 3 2.1 Definisi ......................................................................................................................................... 3 2.3 Etiologi ......................................................................................................................................... 3 2.4 Tanda dan Gejala........................................................................................................................ 4 2.5 Patofisiologi ................................................................................................................................. 5 2.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................................. 6 2.7 Penatalaksanaan ......................................................................................................................... 6 BAB III................................................................................................................................................... 8 ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................................................... 8 3.1 Kasus Virtual............................................................................................................................... 8 3.2 Pengkajian ................................................................................................................................... 8 3.3 Asuhan Keperawatan ............................................................................................................... 10 BAB IV ................................................................................................................................................. 14 PENUTUP............................................................................................................................................ 14 4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 14 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sepsis neonatorum merupakan penyebab tersering dari perawatan di rumah sakit dan kematian neonatus baik di negara berkembang maupun negara maju. Mikroba seperti bakteri Gram positif dan negatif, virus, parasit, serta jamur dapat menjadi faktor etiologi. Kami melaporkan kasus seorang bayi perempuan, aterm, yang lahir dengan seksio sesaria oleh karena gawat janin. Setelah lahir, bayi tidak langsung menangis, dan memperlihatkan gejala asfiksia. Faktor risiko sepsis neonatorum ialah ketuban pecah dini dan air ketuban berbau. Selain itu, ibu pasien menderita infeksi saluran kemih dan fluor albus pada saat hamil. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis sedang, trombositopenia ringan, dan C-reaktif protein positif. Foto toraks memperlihatkan adanya infiltrat pada kedua lapangan paru yang mengindikasikan suatu pneumonia. Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup. Sepsis neonatal dapat terjadi secara dini, yaitu pada 5-7 hari pertama dengan organisme penyebab didapat dari intrapartum atau melalui saluran genital ibu (Titut, 2000). Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) terdapat 98% dari 5 juta kematian pada neonatal terjadi di negara berkembang. Sedangkan angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup bayi baru lahir. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare (Putra, 2012). Diperkirakan lebih dari 20% neonatus menderita sepsis yang menyokong 30-50% dari total kematian di negara berkembang. Angka kematian neonatus di Asia Tenggara dilaporkan 39 per 1000 kelahiran hidup (Bredly JS, 2002). Menurut hasil Riskesdas 2007, penyebab kematian bayi baru lahir 0- 6 hari di Indonesia adalah gangguan pernapasan 36,9%, prematuritas 32,4%, 2 sepsis 12%, hipotermi 6,8%, kelainan darah/ikterus 6,6% dan lain-lain. Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalah sepsis 20,5%, kelainan kongenital 18,1%, pneumonia 15,4%, prematuritas dan bayi berat lahir rendah (BBLR) 12,8%, dan respiratory distress syndrome (RDS) 12,8%. Di samping
1
tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum, hal ini terjadi karena banyak faktor infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi. Angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2007).
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi sepsis neonatus? 2. Bagaimana etiologi sepsis pada neonatus? 3. Apa saja tanda dan gejala sepsis pada neonatus? 4. Bagimana patofisiologi dari neonatus? 5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari sepsis neonatus? 6. Bagaimana penatalaksanaan sepsis pada neonatus?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi sepsis neonatus? 2. Untuk mengetahui etiologi sepsis pada neonatus? 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala sepsis pada neonatus? 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari neonatus? 5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari sepsis neonatus? 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan sepsis pada neonatus?
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sepsis neonatorum adalah infeksi sistemik oleh sebab masuknya kuman kedalam tubuh disertai manifestasi klinis yang terjadi pada neonatus. Sepsis neonatorum merupakan salah satu penyebab tersering pada neonatus untuk dirawat di rumah sakit dan kematian neonatus baik di negara berkembang maupun negara maju. Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua, antara lain: 1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. 2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)
2.3 Etiologi Bakteri, virus, jamur, dan protozoa (jarang) dapat menyebabkan sepsis neonatus. Penyebab yang paling sering pada sepsis mulai awal adalah streptokokus group B (SGB) dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis mulai akhir dapat disebabkan oeh SGB, virus herpes simpleks (HSV), entero virus dan ecoli K1. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, candida dan stapilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling umum pada sepsis mulai akhir. Penyebab infeksi lainnya bisa jadi karena faktor lingkungan yang kotor atau infeksi nosokomial di rumah sakit.
3
2.4 Tanda dan Gejala Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain: 1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema 2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali 3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis. 4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi. 5. Sistem
syaraf
pusat:
iritabilitas,
tremor,
kejang,
hiporefleksi,
malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol 6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya: a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah darI pusar. b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun. c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena. d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat e.Infeksi pada selaput perut ( peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare (Asrining, 2007).
4
2.5 Patofisiologi
5
2.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal. 2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin. 3. Leukositosis (>34.000×109 /L) 4. Leukopenia (< 4.000x 109 /L). 4. Netrofil muda 10%. 5. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2. 6. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L). 7. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal
2.7 Penatalaksanaan a. Perawatan Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut: 1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur. 2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral. 3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau sianosis 4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai.
6
5) Vitamin
K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk
mencegah
gangguan perdarahan. 6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV. 7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
b. Terapi pengobatan Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).
7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus Virtual Seorang ibu bernama Ny. R ke sebuah Rumah sakit dengan keluhan anak laki-lakinya (10 hari) demam sudah 2 hari, ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami bibir membiru, demam, menangis kurang dan menghisap lemah. Bayinya hanya minum 50 cc ASI/ 24 jam. BAK kurang lebih 2 kali sehari sebanyak ± 300 cc , BAB kurang lebih 1x/ 2 sehari, konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna kuning. Ibu mengatakan saat persalinan bayi ditolong oleh dukun bayi. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB : 2.8 Kg RR: 68x/menit, T: 38 oC, Nadi : 165x/menit, Kesadaran bayi pasien somnolen, kulit terlihat ikterik, CRT > 3 detik, didapatkan tanda-tanda dehidrahi berupa mata cekung, mata tampak anemis, mukosa kering, warna bibir kebiruan dan kering. Dalam pemeriksaan penujang adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri)
3.2 Pengkajian I. IDENTITAS PASIEN 1.
Nama
: An. R
2.
Jenis kelamin : Laki-laki
3.
Usia
: 10 hari
II. KELUHAN UTAMA Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami demam
III. RIWAYAT KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit Sekarang Ny. R ke sebuah Rumah sakit dengan keluhan anak laki-lakinya (10 hari) demam sudah 2 hari, ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami bibir membiru, demam, menangis kurang dan menghisap lemah. Bayinya hanya minum 50 cc ASI/ 24 jam. BAK kurang lebih 2 kali sehari sebanyak ± 300 cc, BAB kurang lebih 1x/ 2 sehari, konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna kuning.
8
2. Riwayat Penyakit Dahulu Ibu mengatakan saat persalinan bayi ditolong oleh dukun bayi. 3. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada dikeluarganya yang bayinya mengalami keadaan seperti ini.
IV. PEMERIKSAAN FISIK a. Pemeriksaan umum Suhu : 38 oC Nadi : 165x/menit RR
: 68x/menit
b. Keadaan umum Kesadaran : somnolen c. Kepala Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema d. Mata Tampak cekung, konjungtiva tampak anemis, sclera ikterik, tidak ada edema e. Hidung Bentuk hidung pasien normal, simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri tekan f. Mulut Mukosa kering, warna bibir kebiruan, menghisap lemah. g. Telinga Bentuk normal, bersih tidak ada nyeri tekan h. Kulit Warna : kekuningan (ikterik) Turgor : kurang elastic (kering/keriput) >3 detik i. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran karotis, dan kelenjar typoid j. Thorax Bentuk dada simetris, dan terlihat tarikan iga saat bernapas. k. Abdomen Saat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan pada abdomen
9
l. Ekstermitas Atas : tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, terdapat sianosis, terpasang infuse pada tangan sebelah kiri m. Genetalia Bersih, tidak ada darah, tidak ada gangguan. n. Eliminasi Urine
: ± 2 kali sehari
BAB
: ± 1 kali/2 hari
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Dalam pemeriksaan penujang adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri).
3.3 Asuhan Keperawatan ANALISA DATA Data
Etiologi
DS:
Peningkatan
Ibu
pasien
mengatakan kapiler plasma
bahwa anaknya mengalami demam sudah 2 hari.
Ibu pasien mengatakan bayi tidak mau minum.
Ibu
pasien
bahwa
mengatakan
bayinya
hanya
minum 50 cc ASI / 24 jam.
Ibu
pasien
mengatakan
bahwa konsistensi
BAK
bayinya cair dan berwarna kekuningan, dan konsistensi BAB
bayinya
berwarna
lembek,
kekuningan,
dengan pola 1x/2 hari.
10
Masalah permeabilitas Defisit cairan
volume
DO:
Kesadaran bayi somnolen.
Turgor : kurang elastic (kering/keriput)
CRT
>3detik.
Mata tampak cekung dan anemis.
Mukosa kering
Perhitungan cairan intake : 50cc output : 300 cc iwl : 50 cc / BB / hari : 50 cc x 2.8 = 140 cc/hari Keb. Cairan = intake – output = 50 cc – (300 + 140) = -390 cc
DS:
Efek
endotoksin,
perubahan Hipertermi
regulasi
temperature,
bayinya demam sudah 2 hari
dehidrasi,
peningkatan
ibu
metabolisme
Ibu
pasien
pasien
mengatakaan
mengatakan
bahwa anaknya mengalami bibir membiru DO:
Suhu : 38 oC
Nadi : 165x/menit
RR
Keadaan bayi somnolen
: 68x/menit.
11
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler plasma. 2. Hipertermi berhubungan dengan efek endotoksin, perubahan regulasi temperature, dehidrasi, peningkatan metabolisme
INTERVENSI Diagnosa keperawatan
Intervensi Tujuan/Kriteria
Hasil Intervensi (NIC)
(NOC) 1. Defisit
volume
cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
jam
tanda vital setiap dua
dengan peningkatan
deficit volume cairan dapat
jam dan pantau warna
kapiler teratasi dengan kriteria hasil:
plasma.
1. Anak tidak demam
DS:
lagi
Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya
mengalami demam sudah 2 hari.
Ibu pasien mengatakan
2. Anak
sudah
mau
minum
2. Kaji pengisian kapiler
reffil time 3. Monitoring input dan
3. Kesadaran
output.
4. Kulit tidak ikterik lagi.
4. Obserasi
adanya
kejang dan dehidrasi. 5. Berikan
ASI/PASI
Ibu pasien mengatakan
5. CRT < 3 detik
sesuai jadwal dengan
bahwa
hanya
6. Turgor
jumlah
minum 50 cc ASI / 24
normal
bayinya
jam.
kulit.
pasien (CRT/caffilery
composmentis
bayi tidak mau minum.
tanda-
berhubungan
permeabilitas
1x24
1. Monitoring
kembali
pemberian
yang telah ditentukan 6. Berikan pengetahuan
Ibu pasien mengatakan
mengenai pentingnya
bahwa konsistensi BAK
cairan
bayinya
cair
mempertahankan
berwarna
kekuningan,
dan
konsistensi
bayinya
dan
untuk
keseimbangan
BAB
volume
cairan
lembek,
adekuat
kepada
keluarga paien.
12
berwarna
kekuningan,
7. Kolaborasi
dengan pola 1x/2 hari.
tim
DO:
lainnya
untuk pemberian IV
Kesadaran
bayi
dan
somnolen.
medis
dengan
Warna
pemeriksaan
laboratorium
kulit : kuning
(ikterik).
Turgor : kurang elastic (kering/keriput)
CRT
>3detik.
Mata tampak anemis.
Mukosa kering
1. Pantau suhu dan ttv setelah dilakukan perawatan
2. Hipertermi berhubungan selama 1x24jam hipertermi dengan efek endotoksin, teratasi dengan kriteria hasil: perubahan temperature,
regulasi dehidrasi,
peningkatan metabolisme
2. Hipertermia
4. Monitor
3. Dehidrasi
5. Tingkat pernafasan
bayinya demam sudah 2 hari. ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya
mengalami bibir membiru DO:
Suhu : 38 oC Nadi : 165x/menit RR
suhu 3. Dorong konsumsi cairan
4. Denyut nadi
2. Monitor warna kulit dan
1. Penurunan suhu kulit
DS: Ibu pasien mengatakaan
lainnya
: 68x/menit.
Keadaan bayi somnolen
13
asupan
keluaran cairan
dan
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Sepsis neonatorum adalah infeksi sistemik oleh sebab masuknya kuman kedalam tubuh disertai manifestasi klinis yang terjadi pada neonatus. Sepsis pada neonatus merupakan salah satu penyebab tersering kematian pada neonatus. Tanda dan gejalanya dapat berupa demam, gangguan pada sistem kardiovaskuler, sistem pencernaan bahkan pada sistem pernafasan. Penatalaksanaan pada sepsis neonatus dapat diberikan sesuai dengan tanda dan gejala yang di alami. Seperti memantau TTV, memberikan oksigenasi, bahkan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter untuk memberikan terapi obat. Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental.
14
DAFTAR PUSTAKA
Vietha.
2008.
Askep
pada
Sepsi
Neonatorum.
Akses
internet
di
http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsisneonatorum/NET.
Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.
Nanda Internasional. (2015). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2015-2017 (10th ed). Jakarta:EGC
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed), USA: Mosby Elsevier
Manuaba dkk. 2008 .Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
15