LAPORAN PENDAHULUAN
Pada klien lansia dengan khasus “DIABETES MILITUS”
Di susun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5.
Laely Q. N. Purwandari Wahyu P.E. Winarsih Zubaidah N.K.
Pembimbing: Kris Fajariyanti, Amd. Keperawatan.
AKADEMI KEPERAWATAN RUSTIDA KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2005 / 2006
Laporan Pendahuluan Pada klien lansia dengan khasus “ DM ”
I . Konsep penyakit A. Definisi DM adalah gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin. (Standar Perawatan Pasien hal 401). DM adalah penyakit karena kekurangan hormon insulin sehinga glukosa tidak dapat diolah oleh badan dan kadar glukosa dalam darah meningkat, lalu dikeluarkan dalam kemih yang menjadi terasa manis. (Kamus Kedokteran Ramali, Ahmad hal 92). DM adalah keadaan, hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan matabolik
akibat
gangguan
hormonal,
yang
menimbulkan
berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Kapita Selekta Kedokteran jilid 1, edisi 3 hal 580). B. Etiologi a. Fungsi saluran pangkreas dan seresi insulin yang kurang. b. Perubahan-perubahan karena usila sendiri yang berkaitan dengan resistensi, insulin, akibat kurangya massa otot dan perubahan vaskuler. c. Aktivitas fisis yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan. d. Keberadaan penyakit lain,sering menderita stress, operasi dan istirahat lain. e. Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan. f. Adanya faktor keturunan (Ilmu Penyakit Dalam, hal 693).
C. Patofisiologi Proses Menua Degeneratif sel otak Anatomi alat-alat pencernaan mengecil Sel pankreas mengecil Penyakit keturunan Iskemik Elastisitas dinding pada usia lanjut menurun Penurunan bahan pembentukan glukosa Vikositas darah ( O2 << adekuat
Hiperglikemi
Hipermetabolik meningkat katabolisme
Tranfer O2 ke otak menurun Otak iskemik
Pembongkaran lemak Berkurang
Sisa pembakaran protein
Cadangan lemak menurun
Fitrasi ginjal berkurang
Gangguan frekuensi / otak Sirkuilasi O2 Diperifer <<
Serangan sinkop mendadak
Kes. Jaringan menurun
Resiko terjadi injuring
Ulkus
Penurunan kesadaran
Gangren Penyembuhan luka menurun Resiko infeksi
S. Optik
S. Sensori
Ketajaman
Pandangan
Pusing
Mental
Kabur
Gx. Rasa
Kardiovaskuler Iskhemik
Nyaman pusing
Pusat autonom Dihipotalamus
Gx. Konsep diri
Hormon epineprin meningkat
Depresi
Palpitasi dan tnemon Kelemahan otot
Kontraksi atrium Intoleransi aktivitas Resiko infark jantung
Aktifitas enzim meningkat
Produksi enzim meningkat
Frekuensi /hibulus menurun
Peningkatan rasa lapar (polivagi)
HCL meningkat
Kalium lolos melalui urin
Mual Output cairan meningkat Input berkurang
D. Gambaran klinis
Kesemutan
Kelemahan
Katarak
Mengantuk
kelelahan
Penyembuha n luka lambat
(Ilmu Penyakit Dalam, 693) E. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resti untuk DM. Dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah seaktu, kadar glukosa darah, lalu diikuti dengan TTGO (tes toleransi glukosa oral). F. Prognosis Prognosis DM usia tergantung pada beberapa hal dan tidak selamanya buruk. Pasien tua dengan tipe II (DMTTI) yang terawat dengan baik prognosisnya baik. Pada pasien DM yang jatuh dalam koma hipoglikemia prognosisnya kurang baik. G. Diagnosis Diagnosis pasti DM usila ditegakkan kalau didapatkan kadar glukosa darah puasa < 140 mg/dl. Apabila kadar glukosa darah puasa< 140 mg/dl dan terdapat gejala atau keluhan DM perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan (TTGO). {Ilmu Penyakit Dalam hal 694} H. Komplikasi Akut a. Koma hipoglikemia b. Ketoasidosis c. Koma hiperosmolar nonketotik Kronik a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. b. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retmopati diabetik, nefropati diabetik. c. Neuropati diabetik. d. Rentan infeksi, seperti : Tb. Paru, gingivitis dan isk. e. Kaki diabetik. ( Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid I halaman 582 ) I. Penata laksanaan DM usila dapat dikendalikan dengan baik, misalnya dengan Tx :
1. Istirahat -
Bila ada komplikasi berat.
2. Diet -
Sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan atau gizi penderita : o Kurus
: BB x 40 – 60 kalori sehari
o Normal
: BB x 30 kalori sehari
o Gemuk
: BB x 20 kalori sehari
o Obes
: BB x 10 – 15 kalori sehari
3. Medikamentosa -
Insulin dan obat anti diabetik
DM usila untuk tipe II sehingga diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyertai serta ada / tidaknya. Komplikasi DM. Pedoman penatalaksanaan 1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga. 2. Menghilangkan gejala – gejala akibat hiperglikemia seperti rasa haus, sering kencing, lemas, gatal – gatal. 3. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi ( 200 220 mg / dl ). 4. Mengendalikan glukosa darah dan berat badan. II.
Konsep Askep A. Pengkajian a. Identitas DM pada pasien usila umumnya terjadi pada usia > 60 tahun dan umumnya adalah DM tipe II ( non insulin dependen ) atau tipe DMTTI. b. Keluhan utama DM pada usila mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan asimtomatik ( contohnya ; kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingungan akut, atau depresi ). c. Riwayat Penyakit Dahulu Terjadi pada penderita dengan DM yang lama. d. Riwayat Penyakit Sekarang Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot ( neuropati perifer ) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. e. Riwayat Penyakit Keluarga] Dalam anggota keluarga tersebut salah satu anggota keluarga ada yang menderita DM. f. Pemeriksaan fisik pada Lansia
Sel ( perubahan sel ) Sel menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrasel.
Sistem integumen Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan pucat dan terdapat bintik – bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan menurunnya sel – sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis / botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Sistem Muskuler Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot karena menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
Sistem pendengaran Presbiakusis ( menurunnya pendengaran pada lansia ) membran timpani menjadi altrofi menyebabkan austosklerosis, penumpukan
serumen
sehingga
mengeras
karena
meningkatnya keratin.
Sistem Penglihatan Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan ( daya adaptasi terhadap kegegelapan lebih lambat, susah melihat gelap ). Hilangnya daya
akomodasi,
menurunnya
lapang
pandang
karena
berkurangnya luas pandangan. Menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.
Sistem Pernafasan
Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas sillia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti – kemampuan batuk berkurang.
Sistem Kardiovaskuler Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Sistem Gastointestinal Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa
lapar
menurun,
asam
lambung
menurun
waktu
pengosongan lambung, peristaltik lemah sehingga sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
Sistem Perkemihan Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, laju filtrasi glumesulus menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang sehingga kurang mampu memekatkan urine, Dj urin menurun, proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun ( zoome ) karena otot – otot yang lemah, frekwensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat ( 75 % usia diatas 60 tahun ).
Sistem Reproduksi Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payu darah testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur, dorongan sek menetap
sampai usia diatas 70 tahun asal
kondisi kesehatan baik.
Sistem Endokrin Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan
LH,
menurunnya
aktivitas
tiroid
sehingga
laju
metabolisme tubuh ( BMR ) menurun, menurunnya produk
aldusteran, menurunnya sekresi, hormon godad, progesteron, estrogen, testosteron.
Sistem Sensori Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak menurun sekitar 10 – 20 % )
B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman ( pusing ) berhubungan dengan berkurangnya suplai O2 ditandai dengan pasien menyeringai kesakitan. 2. Gangguan pola pemenuhan nutrisi ( kurang ) berhubungan dengan peningkatan katabolisme ditandai dengan penurunan berat badan. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot ditandai dengan pasien memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari. 4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penurunan keadaan mental ditandai dengan pasien kurang bisa beradaptasi dengan orang lain. 5. Depresi berhubungan dengan gangguan konsep diri yang lama ditandai dengan pasien sering menyendiri. 6. Kram / kekakuan otot berhubungan dengan hilangnya kalium melalui urin berhubungan dengan pasien kadang tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. 7. Pandangan kabur berhubungan dengan penurunan 5 optikus ditandai dengan pasien memakai alat bantu ( kaca mata ) 8. Resiko dehidrasi berhubungan dengan output cairan meningkat input berkurang ditandai dengan poliuri. 9. Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
penurunan
proses
penyembuhan luka ditandai dengan adanya Gangren. 10. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan kesadaran ditandai dengan pasien sering sinkop mendadak. 11. Resiko infark jantung berhubungan dengan kontraksi atrium menurun ditandai dengan nyeri dada. III.
Rencana Askep Gangguan rasa nyaman ( pusing ) berhubungan dengan berkurangnya suplai O2. Tujuan
: ketidaknyamanan hilang / terkontrol
Kriteria hasi
:
o Pasien tampak rilex o Ekpresi wajah tidak menyeringai o Mengungkapkan metode yang mengurangi nyeri Intervensi
:
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut R/ meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaxsasi 2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala R/ tindakan yang menurunkan tekana vaskuler 3. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala R/ aktivitas yang meningkat vasokontriksi menyebabkan sakit kepala 4. Bantu pasien dalam ambulasi sosial R/ pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala . pasien juga mengalami episode hipotensi postural 5. Kolaborasi pemberian O2 R/ memenuhi kebutuhan O2 pada otak sehingga dapat menurunkan nyeri kepala 6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik R/ menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang Gangguan konsep diri berhubungan dengan penurunan keadaan mental Tujuan
: menunjukkan pandangan yang realistis dan pemahaman diri dalam situasi
Kriteria hasil : 1. Mengenali dan memasukkan perubahan kedalam konsep diri yang akurat dan tanpa mengabaikan pemahaman diri. 2. Menunjukkan adanya adaptasi terhadap perubahan. Intervensi
:
1. Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil R/ menunjukkan penghargaan dan pengakuan personal. 2. Identifikasi
orang
terdekat
dari
siapa
pasien
merasakan
kenyamanan R/ memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus. 3. Dengarkan dengan aktif masalah dan kelakuan pasien R/ menyampaikan perhatian dan lebih dan dapat lebih efektif mengidentifikasikan masalah dan keluhan klien.
4. Dorong pengungkapan perasaan menerima apa yang dilakukannya R/ membantu pasien menerima perubahan
dan mengurangi
ansietas mengenai fungsi gaya hidup. 5. Berikan lingkungan yang tidak berbahaya R/ meningkatkan perasaan aman, mendorong verbalisasi. 6. Amati komunikasi non verbal R/ komunikasi non verbal adalah bagian besar dari komunikasi. 7. Kolaborasi, rujuk pada dukungan psikiatri R/ mungkin dibutuhkan untuk membantu pasien mencapai kesehatan optimal. Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan proses penyembuhan luka Tujuan
: Infeksi dapat dicegah
Kriteria hasil : Terjadi penurunan resiko infeksi Intervensi
:
1. Berikan isolasi / pantau pengunjung sesuai indikasi R/ menurunkan resiko infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunakan handscone steril R/ 3. Lakukan inpeksi pada daerah luka ganren, berikan perhatian utama pada jalur hiperalimentasi 4. Gunakan teknik steril pada penggantian balutan 5. Gunakan hanscone untuk merawat luka 6. Kolaborasi pemberian antibiotik