Lp Ckd.docx

  • Uploaded by: fikry
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Ckd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,961
  • Pages: 21
LAPORAN PENDAHULUAN CKD / GAGAL GINJAL KRONIK I. Konsep Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) 1.1 Definisi Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk setidaknya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). Gagal ginjal kronik (GGK) didefinisikaan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif dan irreversible

dan

samar

(insidius)

dimana

kemampuan

tubuh

gagal

untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolik, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) atau azotemi (Smeltzer, 2001).

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisteM dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang, dan berat (Mansjoer, 2007). Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Yusuf Fikri, 2012).

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m² dengan rumus Kockroft-Gault sebagai berikut : Derajat Penjelasan 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ 2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 5 Gagal ginjal Sumber : Sudoyo Aru, (2009:1035)

LFG (ml/mn/1,73m² ≥ 90 60 – 89 30 – 59 15 – 29 < 15 atau dialisis

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium : 1. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik. 2. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat. 3. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

1

1.2 Etiologi Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.

a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefroklerosis benigna, nefroklerosis maligna, stenosis arteria renalis c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif d. Gangguan congenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal e. Penyakit metabolic misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesic, nefropati timbale g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli hipertropi prostat, struktur uretra, anomaly congenital pada leher kandung kemih dan uretra h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis.

1.3 Tanda gejala a. Kelainan hemopoesis, dimanisfestasikan dengan anemia 1. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa saluran pencernaan, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal. 2. Defesiensi hormone eritropoetin Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Faktor) → defesiensi eritropoetin → depresi sumsum tulang → sumsung tidak mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer. b. Kelainan saluran cerna 1. Mual, muntah, hithcup Dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) → iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus 2. Stomatitis uremia Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut. 3. Pankreatitis Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase c. Kelainan mata 2

d. Kardiovaskuler 1. Hipertensi 2. Pitting edema 3. Edema pariorbital 4. Pembesaran vena leher 5. Friction Rub Pericardical e. Kelainan kulit 1. Gatal Terutama pada klien dengan dialysis rutin karena : 1) Toksik uremia yang kurang terdialisis 2) Peningkatan kadar kalium phosphor 3) Alergi bahan-bahan dalam proses HD 2. Kering bersisik Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan Kristal urea dibawah kulit. 3. Kulit mudah memar 4. Kulit kering dan bersisik 5. Rambut tipis dan kasar f. Neuropsikiatri g. Kelainan selaput serosa h. Neurologi : 1. Kelemahan dan keletihan 2. Konfusi 3. Disorientasi 4. Kejang 5. Kelemahan pada tungkai 6. Rasa panas pada telapak kaki 7. Perubahan perilaku i. Kardiomegali Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang serupa yang disebabkan oleh destruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut bisanya menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus menerus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut sindrom uremik.

1.4 Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh 3

hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C Long, 1996:368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus kockcroft-gault sebagai berikut : LPG (ml/mnt/1,73 m2) = ( 140-umur ) x berat badan 72 x kreatinin plasma (mg/dl) *Pada perempuan dikalikan 0,85 (Sudoyo Aru, 2009:1035) 1.5 Pemeriksaan Penunjang Dalam memberikan pelayanan

keperawatan

terutama

intervensi

maka perlu

pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain : 1. Pemeriksaan lab.darah a. Hematologi Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit b. RFT ( renal fungsi test ) ureum dan kreatinin c. LFT ( liver fungsi test ) d. Elektrolik Klorida, kalium, kalsium e. koagulasi studi PTT, PTTK 4

f. BGA 2. Urine a. urine rutin b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu 3. Pemeriksaan kardiovaskuler a. ECG b. ECO 4. Radidiagnostik a. USG abdominal b. CT scan abdominal c. BNO/IVP, FPA d. Renogram e. RPG ( retio pielografi )

1.6 Komplikasi -

Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diet berlebih.

-

Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.

-

Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renninangiotensin-aldosteron.

-

Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi

toksin dan kehilangan darah selama

hemodialisa. -

Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah dan metabolism vitamin D abnormal.

-

Asidosis metabolic

-

Osteodistropi ginjal

-

Sepsis

-

Neuropati perifer

-

Hiperuremia

1.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu : a. Konservatif 1. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin 2. Observasi balance cairan 5

3. Observasi adanya odema 4. Batasi cairan yang masuk b. Dialysis 1. Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis ) 2. Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan : 3. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri 4. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung ) c. Operasi 1. Pengambilan batu 2. Transplantasi ginjal

6

1.8 Pathway DM

Glomelurone fritis kronis

Nefropati Radang pada ginjal

Kerusakan glomelurus

E. coli Inflamasi pelvis ginjal pielonefritis

Hipertensi tidak terkontrol

Obstruksi saluran kemih Refluk urin ketubulus

Arteri renalis Penurunan suplai O2 di ginjal

Lesi herediter

Kelainan Peningkat herediter an tekanan pada struktur kapiler ginjal ginjal

Vasokonstriksi pemb. Darah di ginjal

hidronefrosis Secara progresif

Kelainan nefron

Iskemik jaringan

Agen berbahaya Masuk kevaskuler Menuju ginjal mengendap

Kerusakan nefron Penurunan nefron fungsional progresif dan irefersibel Kerusakan nefron lebih dari 90% GAGAL GINJAL KRONIS

GAGAL GINJAL KRONIS

Penurunan laju filtrasi glomelurus Ginjal tidak mampu mengencerkan urin secara maksimal

Produk urin turun dan kepekaan urin meningkat Dysuria/anuria GANGGUAN ELIMINASI URINE

Peningkatan Na & K

Proteinuria

Penurunan fungsi ginjal

Angiotensin I meningkat

Kadar protein dalam darah turun

Produksi eritropoitin menurun

Angiotensin II meningkat

Penurunan tekanan osmotic

Penurunan pembentukan eritrosit

Vasokontriksi pembeluh darah

Cairan keluar ke ekstravaskuler

anemia

edema

INTOLERANSI AKTIFITAS

Berikatan dengan air

Peningkatan kadar kreatinin dan BUN serum Azotemia

Tekanan darah meningkat

Masuk ke vaskuler

Beban jantung meningkat RESIKO GAGAL JANTUNG

Renin meningkat

Syndrome uremia

Di kulit (pruritus)

Organ GI Mual muntah

Gagguan psikology

KEPUTUSAN ASAAN

KEITDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN

NaOH Peningkatan Vol.vaskuler

Tekanan hidrostatik meningkat

Penatalaksaan : Hemodialisa PENURUNAN CURAH JANTUNG

Sifat semi permeable pembuluh darah meningkat Ekstravasasi edema

KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

Smeltzer, Suzanne. C. (2001)

7

II. Rencana asuhhan klien dengan gangguan 2.1 Pengkajian 2.1.1

Riwayat keperawatan Riwayat penyakit yang diderita sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatioridisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.

2.1.2

Pemeriksaan fisik : data focus 1. Keadaan umum Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitas seperti compos mentis, apatis, samnolen, spoor, koma dan delirium, dan status giinya, GCS (Glasow Coma Scale). 2. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang sakit parah. Pasien juga mengungkapkan telah menghindari larangan dari dokter. Tandanya adalah pasien terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung kenapa kondisinya seperti ini meski segala hal yang telah dilarang telah dihindari. 3. Pola nutrisi dan metabolic Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan berat badan dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik dan turun. 4. Pola eliminasi Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak sinkronnya antara tekanan darah atau suhu. 5. Pola aktivitas dan latihan Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta pasien tidak dapat menolong dirinya sendiri. Tandanya adalah aktifitas dibantu. 6. Pola istirahat dan tidur Gejalanya adlah pasien terlihat mengantu, letih dan terdapat kantung mata. Tandanya adalah pasien terlihat sering menguap. 7. Pola persepsi dan kognitif

8

Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah penurunan kesadaran seperti bicaranya nglantur dan tidak dapat berkomunikasi dengan jelas.

8. Pola hubungan dengan orang lain Gejalanya pasien sering menghindari pergaulan, penurunan harga diri sampai terjadinya HDR (harga diri rendah). Tandanya lebih menyendiri, tertutup, komunikasi tidak jelas. 9. Pola reproduksi dan seksual Gejalanya penurunan keharmonisan pasien, dan adanya penurunan kepuasan dalam hubungan. Tandanya terjadi penurunan libido, keletihan saat berhubungan, penurunan kualitas hubungan. 10. Pola persepi diri Gejalanya konsep diri pasien tidak terpenuhi. Tandanya kaki menjadi edema, citra diri jauh dari keinginan, terjadinya perubahan fisik, perubahan peran, dan percaya diri. 11. Pola mekanisme koping Gejalanya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat, mudah terpancing emosi. 12. Pola kepercayaan Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa bersalah meninggalkan perintah agama. Tandanya pasien tidak dapat melakukan kegiatan agama seperti biasanya.

2.1.3

Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan lab.darah a. Hematologi Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit b. RFT ( renal fungsi test ) ureum dan kreatinin c. LFT ( liver fungsi test ) d. Elektrolik Klorida, kalium, kalsium e. koagulasi studi PTT, PTTK f. BGA 9

2. Urine a. urine rutin b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu 3. Pemeriksaan kardiovaskuler a. ECG b. ECO

4. Radiagnostik a. USG abdominal b. CT scan abdominal c. BNO/IVP, FPA d. Renogram e. RPG ( retio pielografi )

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1 : Gangguan eliminasi urine (00016) 2.2.1

Definisi Disfungsi eliminasi urine

2.2.2

Batasan karakteristik Anyang-anyangan

Disturia

Dorongan berkemih

Intontinensia

Inkontinensia urine

Retensi urine

Sering berkemih 2.2.3

Faktor yang berhubungan Gangguan sensori berkemih

Infkesi saluran kemih

Obstruksi anatomic

Penyebab multiple

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) 2.2.4

Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

2.2.5

Batasan karakteristik Berat badan 20 % atau lebih dibawah rentang berat badan ideal ideal Bising usus hiperaktif Cepat kenyang setelah makan Diare Gangguan sensasi rasa Kehilangan rambut berlebihan 10

Kelemahan otot pengunyah Kelemahan otot untuk menelan Kerapuhan kapiler Kesalahan informasi Kesalahan persepsi Ketidakmampuan memakan makanan Kram abdomen Kurang informasi Kurang minat pada makanan Membrane mukosa pucat Nyeri abdomen Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat Sariawan rongga mulut Tonus otot menurun 2.2.6

Faktor yang berhubungan Factor biologis Factor ekonomi Gangguan psikososial Ketidakmampuan makan Ketidakmampuan mencerna makanan Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient Kurang asupan makanan

Diagnosa 3 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haliran urin dengan retensi cairan dan natrium (00026) 2.2.7

Definisi Peningkatan retensi cairan isotonik

2.2.8

Batasan Karakteristik Ada bunyi jantung S3

Anasarka

Ansietas

Asupan melebihi haluaran

Azotemia

Bunyi napas tambahan

Dyspnea nocturnal paroksismal

Distensi vena jugularis

Edema

Efusi pleura

Gangguan pola napas

Gangguan tekanan darah

Gelisah

Hepatomegaly

Ketidakseimbangan eletrolit

Kongesti pulmonal 11

2.2.9

Oliguria

Ortopenea

Penambahan BB dalam waktu sangat singkat

pe↑ tekanan vena sentral

Penurunan hemotokrit

Penurunan hemoglobin

Perubahan berat jenis urine

Perubahan status mental

Perubahan tekanan arteri pulmonal

Reflex hepatojugularis positif

Faktor yang berhubungan Gangguan mekanisme regulasi Kelebihan asupan cairan Kelebihan asupan natrium

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas (00092) 2.2.10 Definisi Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan 2.2.11 Batasan karakteristik Dyspnea setelah beraktifitas Keletihan Ketidaknyamanan setelah beraktivitas Perubahan elektrokardiogram (EKG) mis., aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia) Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktifitas Respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas 2.2.12 Faktor yang berhubungan Gaya hidup kurang gerak Imobilitas Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tirah baring

Diagnosa 5 : Penurunan curah jantung (00029) 2.2.14 Definisi Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh 2.2.15 Batasan karakteristik Perubahan frekuensi/irama jantung Bradikardia

Palpitasi jantung

Perubahan EKG

Takikardia 12

(mis., aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia) Perubahan preload Distensi vena jugularis

Edema

Keletihan

Murmur jantung

Peningkatan berat badan

Peningkatan CVP

Peningkatan PAWP Penurunan pulmonary artery wedge pressure (PAWP) Penurunan tekanan vena sentral (central venous pressure) Perubahan afterload Dyspnea

Kulit lembap

Oliguria

Pengisian kapiler memanjang

Peningkatan PVR

Peningkatan SVR

Penurunan nadi perifer

Penurunan resistensi vascular paru

Penurunan resistensi vaskuler sistemik

Perubahan tekanan darah

Perubahan warna kulit (mis., pucat, abu-abu, sianosis) Perubahan kontraktilitas Batuh bunyi napas tambahan

Bunyi S3

Banyi S4

Dyspnea paroksimal nocturnal

Ortopnea

Penurunan fraksi ejeksi

Penurunan indeks jantung Penurunan left ventricular stroke work index (LVSWI) Penurunan stroke volume index (SVI) Perilaku/emosi Ansietas

Gelisah

2.2.16 Faktor yang berhubungan Perubahan afterload Perubahan frekuensi jantung Perubahan irama jantung Perubahan kontraktilitas Perubahan preload Perubahan volume sekuncup

Diagnosa 6 : Keputusasaan (00124) 2.2.17 Definisi Kondisi subjektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi serta tidak mampu memobilisasi energy demi kepentingan sendiri. 13

2.2.18 Batasan karakteristik Gangguan pola tidur Isyarat verbal (mis., isi putus asa, menghela napas) Kurang inisiatif Kurang keterlibatan dalam asuhan Kurang kontak mata Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang mengajak bicara Meninggalkan orang yang mengajak bicara Pasif Penurunan afek Penurunan respons terhadap stimulus Penurunan selera makan Penurunan vertabilisasi

2.2.19 Faktor yang berhubungan Isolasi social Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual Kehilangan kepercayaaan pada nilai penting Pembatasan aktifitas jangka panjang Penurunan kondisi fisiologis Riwayat diabaikan Stress jangka panjang

Diagnosa 7 : Hambatan religiositas (00169) 2.2.20 Definisi Gangguan kemampuan untuk melatih kebergantungan pada keyakinan dan atau berpartisipasi dalam ritual tradisi kepercayaan tertentu. 2.2.21 Batasan karakteristik Distress tentang perpisahan dari komuitas kepercayaan Keinginan untuk berhubungan kembali dengan pola keyakinan sebelumnya Keinginan untuk berhubungan lagi dengan adat istiadat sebelumnya Kesulitan mematuhi keyakinan agama yang dianut Kesulitan mematuhi ritual keagamaan yang di anut (mis., perayaan keagamaan, peraturan, pakaian, doa, pelayanan, hari libur keagamaan) Mempertanyakan kebiasaan keagamaan Mempertanyakan pola keyakinan agama 14

2.2.22 Faktor yang berhubungan Perkembangan dan situasi Nyeri Penyakit / sakit Psikologis Ansietas Dukungan social tidak cukup Krisis personal Riwayat memanipulasi religiositas Strategi koping tidak efektif Takut mati Tidak ama

2.3 Perencanaan Diagnosa 1 : Gangguan eliminasi urine (00016) 2.3.1

Tujuan dan kriteria hasil Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ganggguan eliminasi urine berkurang dengan kriteria hasil:

2.3.2

-

Kontinensia urina : pengendalian eliminasi urine dari kandung kemih

-

Eliminasi urine : pengumpulan dan pengeluargan urine

Intervensi keperawatan dan rasional. -

Pelatihan kandung kemih : Meningkatkan fungsi kandung kemih

pada

individu yang mengalami inkontinensia urine dengan meningkatkan kemampuan kandung kemih untuk menahan urine dan kemampuan pasien untuk menekan urinasi -

Manajemen eliminasi urine : mempertahankan pola eliminasi urine yang optimum.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (000022) 2.3.3

Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi teratasi dengan kriteria hasil : -

Intake makanan dan cairan

-

Energy

-

Berat badan

Data subjekti : klien mengatakan nafsu makan meingkat Data objektif : tidak terjadi mual dan muntah, turgor kulit baik 15

2.3.4

Intervensi keperawatan dan rasional -

Kaji kebutuhan nutrisi pasien : sebagai informasi dasar untuk perencanaan awal dan palidasi data

-

Atur posisi semi fowler selama pemberian nutrisi : menghindari terjadinya muntah

-

Tingkatkan intake pemberian nutrisi dan sajikan dalam kondisi hangat : untuk meningkatkan intake dan menghindari mual

-

Tingkatkan intake nutrisi, sedikit tapi sering : meningkatkan intake makanan

-

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetic : menurunkan mual/muntah yang dapat meningkatkan tekanan / nyeri intra abdomen

-

Kalaborasi dengan ahli gizi dalam diet : agar dapat memberikan nutrisi yang tepat pada klien.

Diagnosa 3 : Kelebihan volume cairan (00026) 2.3.5

Tujuan dan kriteria hasil Tujuan : Setelah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kelebihan cairan / edema tidak terjadi dengan kriteria hasil : Data subjektif : Klien merasa nyaman Data objektif : Tercipta kepatuhan pembatasan diet dan cairan, turgor kulit normal tanpa edema, dan tanda-tanda vital normal.

2.3.6

Intervensi keperawatan dan rasional -

Monitor status cairan, timbang berat badan harian, keseimbangan input dan output, turgor kulit dan adanya edema, tekanan darah, denyut dan irama nadi: Pengkajian merupakan dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.

-

Batasi masukan cairan : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, keluaran urine dan respons terhadap terapi.

-

Identifikasi sumber potensial cairan, medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan, oral dan intravena : Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.

-

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.

-

Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan : Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.

-

Kolaborasi pada medis dalam pembatasan cairan intravena antara 5-10 tetes permenit, dan pembatasan obat-obatan cair : dengan pembatasan cairan intravena dapat membantu menurunkan resiko kelebian cairan. 16

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas (00092) 2.3.7

Tujuan dan kriteria hasil Setelah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi dengan kriteria hasil: Data Subjektif Klien mengatakan / melaporkan bahwa klien mampu melakukan aktivitas Data Objektif Klien ikut berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan, melaporkan peningkatan rasa segar dan bugar, melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian, berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih.

2.3.8

Intervensi keperawatan dan rasional -

Kaji faktor yang menyebabkan keletihan, anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk sampah, dan depresi : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.

-

Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi : Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri.

-

Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat : Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.

-

Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis : Dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan.

Diagnosa 5 : Penurunan curah jantung (00029) 2.3.9

Tujuan dan kriteri hasil Setelah dilakukan tindakan kolaboratif selama 1 jam penurunan curah jantung klien membaik dengan kriteria hasil: -

Penunjukan curah jantung yang memuaskan

-

Menunjukan status sirkulasi

-

Menunjukan status sirkulasi

2.3.10 Intervensi keperawatan dan rasional -

Reduksi perdarahan : membatasi kehilangan volume darah selama episode perdarahan

-

Perawatan jantung : membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokord pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fungsi jantung 17

-

Perawatan jantung. Akut :membatasi komplikasi untuk pasien yang sedang mengalami episode ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen moikord yang mengakibatkan kerusakan fungsi jantung

-

Promosi perfusi serebral : meingkatkan perfusi yang adekuat dan membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko mengalami ketidakadekuatan perfusi serebral

-

Perawatan sirkulasi : insufisensi vena : meningkatkan sirkulasi vena

-

Perawatan embolus : perifer : membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami, atau beresiko mengalami sumbatan sirkulasi perifer

-

Perawatan embolus : paru : membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami, atau beresiko mengalami sumbatan sirkulasi paru

-

Regulasi hemodinamik : mengoptimalkan frekuensi jantung, preload, afterload dan kontraktilitas

-

Pengendalian hemoragi : menurunkan atau meniadakan kehilangan darah yang cepat dan dalam jumlah banyak

-

Terapi intravena (IV) : memberi dan memantau cairan dan obat intravena

-

Pemantauan neurologis : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis

-

Manajemen syok : jantung : meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami gangguan volume intravascular berat

-

Pemantauan TTV : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernapasan, suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi

Diagnosa 6 : Keputusasaan (00124) 2.3.11 Tujuan dan kriteri hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam keputusasaan akan berkurang dengan kriteria hasil : -

Konsistensi pengendalian diri terhadap depresi

-

Tingkat depresi

-

Adanya harapan

-

Keseimbangan alam perasaan

-

4Energy psikomotor

-

Ungkapan kepuasan terhadap kualitas hidup dan keinginan hidup

18

2.3.12 Intervensi keperawatan dan rasional Keputusasaan -

Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan, atau ancaman yang menganggu pemenuhan tuntutan dan peran dalam kehidupan

-

Konseling : Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekatnya untuk meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian masalah, dan hubungan interpersonal

-

Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan kepada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan

Kesiapan untuk meningkatkan harapan -

Dukungan pengambilan keputusan : memberikan informasi dan dukungan bagi pasien yang membuat keputusan mengenai perawatan kesehatannya

-

Penumbuhan harapan : memfasilitasi perkembangan cara pandang yang positif terhadap situasi tertentu

-

Promosi daya tahan : membantu individu, keluarga, dan komunitas dalam mengembangkan, menggunakan, dan memperkuat factor protektif yang dapat digunakan dalam berkoping menghadapi stressor lingkungan dan social

-

Bantuan modifikasi diri : memberi penguatan terhadap perubahan diri sendiri yang dimulai oleh pasien untuk mencapai tujuan penting individu

-

Fasilitasi perkembangan spiritual : memfasilitasi pertumbuhan dalam kapasitas pasien untuk mengdentifikasi, berhubungan dengan, dan mencari sumber makna, tujuan, kenyamanan, kekuatan dan harapan dalam hidupnya

-

Klasifikasi nilai : membantu individu untuk mengklasifikasi nilainya sendiri untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif

Diagnosa 7 : Hambatan religiositas (00169) 2.3.13 Tujuan dan kriteri hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam dapat memperlihatkan kesehatan spiritual berkurang dengan kriteria hasil : -

Kemampuan untuk berdoa

-

Kemampuan untuk beribadah

-

Partisipasi dalam upacara dan ritual agama

-

Interaksi dengan pemimpin spiritual

-

Kualitas keimanan 19

2.3.14 Intervensi keperawatan dan rasional -

Fasilitas perkembangan spiritual : memfasilitasi pertumbuhan kapasitas pasien untuk mengidentifikasi, berhubungan dengan, dan meminta sumber makna, tujuan, kenyamana, kekuatan, dan pengharapan dalam hidupnya.

-

Bantuan spiritual : membantu pasien untuk merasa seimbang dan berhubungan dengan yang maha kuasa

-

Klasifikasi nilai : membantu individu untuk mengklasifikasi nilainya sendiri dengan tujuan memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif

20

III.

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasiann Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 20152017. Edisi ke 10. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:EGC. Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3, Jakarta:Media Aesculapius Nahas, Megiud El & Adeera Levin. (2010). Chronic Kidney disease: APractice Guide to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.Edisi 8. Jakarta : EGC Suyono, Slamet. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I,II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

21

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"