A. Definisi Bronkiektasis adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan dilatasi bronkus dan bronkiolus yang bersifat menetap serta penebalan dinding bronkus. Keadaan ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang kronis, dan inflamasi yang diikuti dengan pelepasan mediator (Nataprawira, 2012). B. Etiologi 1. Infeksi 2. Kelainan heriditer atau kelainan konginental 3. Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi 4. Mempunyai riwayat penyakit pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan, atau penyakit menular semasa kanak-kanak C. Patofisiologi Infeksi yang masuk ke tubuh merusak dinding bronchial, menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum yang kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki dinding bronchial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat. Infeksi meluas kejaringan peribronkial sehingga dalam kasus bronkiaktasis sakular, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus. Bronkiektasis biasanya setempat, menyerang lobus atau segmen paru. Lobus yang paling bawah lebih sering terkena. Penumpukan secret dan timbulnya obstruksi pada akhirnya menyebabkan alveoli distal menjadi terobstruksi dan kolaps (atelektasis). Jaringan parut akibat peradangan atau fibrosis akan menggantikan fungsi dari jaringan paruparu. Pada saat ini kondisi pasien berkembang kea rah insufisensi pernapasan dengan tanda menurunya kapasitas vital, penururnan ventilasi, dan peningkatan rasioresidual volume terhadap kapasitas total paru-paru. Adanya kerusakan akan menyebabkan bercampurnya gas inspirasi (ventilasi-perfusi imbalance) dan terjadi hipoksemia. D. Tanda gejala a. Batuk kronik yang berkepanjangan b. Batuk dengan sputum dengan jumlah yang banyak c. Sebagian besar pasien mengalami hemoptisis d. Pasien megalami infeksi paru berulang e. Nyeri pleura f. Sputumlapisan atas berbusa,sputum lapisan tengah berlapis bening, lapisan terakhir berpartikel tebal
E. Pathway
F. Komplikasi 1. Bronkitis kronik 2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis 3. Pleuritis 4. Efusi pleura atau epiema 5. Abses metastasis di otak 6. Hemoptisis 7. Sinusitis 8. Korpulmonal kronik 9. Kegagalan pernafasan 10. Amiloidosis G. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan sputum meliputi volume sputum, warna sputum sel – sel dan bakteri dalam sputum. bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Apabila di temukan sputum berbau busuk menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob. b. Pemeriksaan darah tepi biasanya di temukan dalam batas normal. Kadang di temukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun. c. Pemeriksaan urindi temukan dalam batas normal, kadang di temukan adanya proteinuria yang bermakna yang di sebabkan oleh amiloidosis, namun immunoglobulin serum biasanya dalam batas normal kadang bisa meningkat atau menurun. d. Biopsi bronkus dan mukosanasal (bronkopulmonal berulang) 2.
Pemeriksaan Radiologi a. Foto dada PA dan Lateral Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas – batas corakan menjadi kabur, mengelompok, paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum, segmen lingual lobus atas kiri dan lobus medius paru kanan. b. Pemeriksaan Bronkografi bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi di mana untuk mengevaluasi penderita yang akan di operasi Bronkografi dilakukan stelah keadaan stabil stelah pemberian antibiotic dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari secret.
H. Penatalaksaan Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage secret dan mengobati infeksi - pemberian antibiotic dengan spekrum luas (Ampisilin, Kotrimoksasol atau amoksilin) selama 5-7 hari pemberian. - drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan secret secara maksimal. daerah paru-paru yang mengalami sekresi berlebihan.
-
Meningkatkan drainase bronkial untuk membersihkan bagian paru Bronkodilator dapat diberikan bagi pasien yg mengalami obstruksi jalan nafas. Pasien dengan bronkiektasis selalu berkaitan dengan bronchitis. Reseksi segmental yaitu pengangkatan subdivisi anantomi dari lobus paru. Megangkat bagian jaringan paru yang sakit.
I. Focus pengkajian A. Pengkajian data dasar 1. Riwayat atau adanya factor – factor penunjang a. Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama b. Tinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara berat c. Riwayat alergi pada keluarga d. Ada riwayat asam pada masa anak – anak 2. Riwayat atau adanya factor – factor pencetus eksaserbasi seperti a. Stress emosional b. Aktifitas fisik yang berlebihan c. Polusi udara 3. Pemeriksaan fisik berdasarkan focus pada system pernapasan yang meliputi a. Kaji frekuensi dan irama pernafasan b. Auskultasi bunyi nafas c. Kaji bila nyeri dada pada pernafasan d. Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif) bila produktif tentukan warna sputum e. Kaji tingkat kesadaran 4. Pemeriksaan diagnostic meliputi a. Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi. b. Sinar X dada menunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume cadangan. c. klutur sputum posistif bila ada infeksi d. Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi abnormal paru (obstruksi atau restriksi) J. Diagnose keperawatan a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret atau sekresi kental b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli c. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi, kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan di laksanakan.
K. Rencana tindakan No Diagnosa
NOC
NIC
1
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret atau sekresi kental
Setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan suplai aliran darah keotak lancar dengan kriteria hasil: - menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas (batuk yang efektif, dan mengeluarkan secret)
2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli
Setelah dilakukan tindakankeperawatan, diharapkan klien mampuuntuk berkomunikasi lagi dengankriteria hasil: -GDA dalam batas normal, -warna kulit membaik, -frekuensi nafas 12-24x/mnt, - tidak dispneu
3
Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi, kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan di laksanakan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatanselama, diharapkan klien dapatmelakukan pergerakan fisik dengankriteria hasil : -ekspresi wajah rileks, -frekuensi nafas antar 12-
1. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi 2.Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas 3.kaji pasien untuk posisi yang nyaman, tinggi kepala tempat tidur dan duduk sandaran tempat tidur. 4.bantu latihan nafas abdomen atau bibir 5.observasi karakteristik batuk dan bantu tindakan untuk batuk efektif 6.tingkatkan intake cairan air hangat 7.berikan obat sesuai indikasi 1.Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan otot aksesori. 2.Tinggikan kepala tempat tidur dan bantu untuk memilihb posisi yang mudah untuk bernafas 3.Dorong untuk pengeluaran sputum/penghisapan bila ada indikasi. 4. Awasi tingkat kesadaran/status mental 5.Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan bantu intubasi. 1. Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung 2. Mulai berikan oksigen kanula sebanyak 2ltr/mnt 3. Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang 4. berikan informasi
24x/mnt, -frekuensi nadi 60-100x/mnt
sesederhana mungkin, lakukan pendekatan pada pasien 5. Gunakan obat sedatif sesuai dengan yang diresepkan