A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
(Hidayat,Alimul A. 2012)
Menurut Tarwoto (2010) Saluran pencernaan dilapisi oleh 4 lapisan (tunika) yaitu tunika mukosa, tunika submujkosa, tunika muskulus sirkuler eksterna dan tunika serosa adventia. Tunika mukosa merupakan lapisan terdalam yang terdir dari lipatanlipatan yang membentuk tonjolan (disebut dengan vili). Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam. Tunika submukosa terletak diantara lapisan mukosa dan muskularis, terdapat serat elastin, pembuluh darah, saraf dan sel ganglion. Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus yang dapat mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan mellindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. Tunika muskulus sirkuler eksterna merupakan obat bagian yang memungkinkan organ pencernaan dapat melakukan pergerakan atau kontraksi. Sedangkan tunika serosa adventia terdiri dari jaringan ikat. 1.
Mulut Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk sistem pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan, secara umum, mulut terdiri dari 2 bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan rongga mulut bagian dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang 1
bersambung dengan faring. Palatum terdiri atas palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris dan palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. Mulut mempunyai fungsi sebagai pemecah makanan menjadi zat-zat gizi, sekresi mulut berfungsi untuk meningkatkan pencernaan zat tepung, mengatur pemasukan cairan, mrerangsang nafs makan dengan cara melarutkan bahan makanan sehingga kontak bintik-bintik rasa dilidah dan melicinkan makanan sehingga mudah ditelan (Suratun, 2010) 2.
Faring Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak persimpangan antara jalan nafas dan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut, di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang disebut ismus fausium. Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal yang Berfungsi mencegah makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang terdapat didalam lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi (Suratun, 2010)
3.
Esofagus Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan diameter 2cm. Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang menghubugkan rongga mulut dengan lambung dengan bagian posterior berbatasan dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi cartilage cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae. Ketika seseorang menelan, maka spingter akan relaksasi secara otomatis dan akan membiarkan makanan atau minuman masuk ke dalam lambung. Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung. Fungsi esofagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat ber-jalan menuju lambung.
2
4.
Lambung Lambung merupakan organ pencernan yang paling fleksibel karena dapat menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau kubah dan terletak di kuaran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan kelanjutan dari esophagus bagian superior dan bersambung dengan usus kecil bagian duodenum. Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung). Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).
5.
Usus halus Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara spingter pylorus lambung dengan valve ileosekal yang merupakan bagian awal usus besar, posisinya terletak d sentral bawah abdomen yang disuport dengan lapisan mesenterika (berbentuk seperti kipas) yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan bentuk (seperti berkelok-kelok). Mesenterika ini dilpaisi pembuluh darah, persyarafan dan saluran limfe yang mensuplai kebutuhan dinding usus. Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap orang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Usus halus sering disebut dengan usus kecil karena ukuran diameternya lebih kecil jika dibandingkan dengan usus besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan pangkreas, mengabsorbsi sari pati makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus besar. Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah
Emulsikan lemak, garam empedu
mengemulsi globules lemak besar dalam usus halus g kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim. Absorbsi lemak, garam empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel. Pengeluaran kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang melalui feses.
3
6.
Usus besar Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus, memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden. Fungsi usus besar antara lain adalah Menyerap air selama prose pencernaan. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli. Membentuk massa feses. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
7.
Rectum Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses sebelum dibuang lewat anus feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum. Apabila fese sudah siap di buang maka otot spinkter rektum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Fungsi dari rektum untuk menampung feses terlebih dahulu pada bagian rektum, apabila feses sudah siap dibuang maka oto spinkter rektum mengatur pembukaan dan penutupan anus.
B. DEFINISI Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan dibawah kurang dari 1500 gram (Indrasanto, 2010). Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR) (IDAI, 2010). Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram (Alimul, 2005). Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR) adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram tanpa memandang usia gestasi.
4
C. ETIOLOGI Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur kehamilan antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan (KMK) karena adanya hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat/intra uterine growth retardation) atau kombinasi keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik (Gomella TL, 2013). Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang rendah, usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur, perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi, hipertensi, toksemia, anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2010).
D. MANIFESTASI KLINIS 1. Sebelum bayi baru lahir a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati. b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia menurut yang seharusnya. d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau pendarahan anterpartum. 2. Setelah bayi lahir a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya
5
E. PATOFISIOLOGI Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas. Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi albumin gangguan pengambilan bilirubin. Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya 6
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
7
F. SKEMA PATOFISIOLOGI
(Sumber: Nanda NIC NOC, 2015)
8
G. KLASIFIKASI a.
Menurut masa gestasinya: 1.
Prematuritas Murni Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya (NKB-SMK) dengan gambaran klinis (karakteristik) yang dijumpai : a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm b) Kepala relatif besar dari badannya c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan lengan e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi hipotermi f)
Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis belum turun h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic usus dapat terlihat i)
Rambut tipis, halus dan teranyam
j)
Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun telinga masih kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik l)
Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apneu n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi o) Refleks tonick neck lemah p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum sempurna 2.
Dismaturitas Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil 9
untuk masa kehamilannya (KMK). Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai : a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni b) Aterm dan Post aterm c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis f)
Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: 1.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2.
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3.
Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
C. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin. 2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin. 3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin. (Varney Hellen, 2015)
H. KOMPLIKASI 1. Hipotermi Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah : a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C b. Kurang aktif dan tangis lemah c. Malas minum d. Bayi teraba dingin e. Frekuensi jantung < 100 x/menit f. Nafas pelan dan dalam 2. Hipoglikemia Hipoglikemia ditandai dengan : 10
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3 d. Riwayat ibu dengan diabetes e. Keringat dingin f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten 3. Ikterus/hiperbilirubin Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin di tandai dengan : a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas berwama kuning b. Konjungtiva berwama kuning pucat c. Kejang d. Kemampuan menghisap menurun e. Letargi f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl 4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan : a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui 5. Infeksi/sepsis Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan, terjadinya asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBSLR antara lain : a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau lekositopenia dan trombositopenia b. Bayi malas minum c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi d. Terdapat gangguan nafas e. Letargi f. Kulit ikterus, sklerema g. Kejang 6. Gangguan permafasan : a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat nafas/RDS 11
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek menghisap dan reflek menelan c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah d. Pemafasan tidak teratur
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis 2. Urinalisis 3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta 4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lesitin sfingomielin, surfaktan
J. PENATALAKSANAAN Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi. 1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dilakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan ibunya. 2. Makanan bayi prematur/BBLSR Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju 12
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari. 3. Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. 4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
K. FOKUS PENGKAJIAN 1. Keadaan umum Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik. 2. Tanda-tanda Vital Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur 3. Kulit Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
13
4. Kepala Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial. 5. Mata Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks terhadap cahaya. 6. Hidung Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. 7. Mulut Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak. 8. Telinga Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan 9. Leher Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek 10. Thorax Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit. 11. Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. 12. Umbilikus Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat. 13. Genitalia Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan. 14. Anus Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
14
15. Ekstremitas Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya. 16. Refleks Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356). 17. Tanda Fisiologis a.
Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b.
Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya adalah: pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN Adapun diagnosa menurut NANDA 2013 adalah : 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi paru 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi alveolar
sekunder terhadap defisiensi surfaktan 3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat 5. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan
berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh 6. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
15
M. PERENCANAAN
1
Perencanaan
Diagnosa
No
Keperawatan Pola
nafas
berhubungan
tidak dengan
adekuatnya ekspansi paru
Tujuan
Intervensi
efektif Tujuan :
Rasional
1. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan periode
tidak Pola nafas yang
perhatikan
perputaran pernapasan normal dari serangan
efektif
adanya apnea dan perubahan
apnetik sejati, terutama sering terjadi pad
Kriteria Hasil :
frekwensi jantung
gestasi minggu ke-30
-
Kebutuhan oksigen
2. Isap
menurun -
pernapasan,
jalan
napas
sesuai 2. Menghilangkan mukus yang menyumbat
kebutuhan
jalan napas
Nafas spontan, 3. Posisikan
bayi
adekuat
abdomen
atau
-
Tidak sesak
telentang dengan gulungan
ditemukan
-
Tidak
popok dibawah bahu untuk
metabolik atau hiperkapnea
retraksi
ada
menghasilkan
pada 3. Posisi ini memudahkan pernapasan dan posisi
menurunkan episode apnea, khususnya bila adanya
hipoksia,
asidosis
sedikit 4. Magnesium sulfat dan narkotik menekan
ekstensi
pusat pernapasan dan aktifitas SSP
4. Tinjau ulang riwayat ibu 5. Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea, terhadap obat-obatan yang
hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
akan memperberat depresi 6. Perbaikan pernapasan pada bayi
kadar
oksigen
dan
karbondioksida dapat meningkatkan funsi pernapasan
16
5. Pantau
pemeriksaan 7. Membantu proses penyembuhan
laboratorium sesuai indikasi 6. Berikan
oksigen
sesuai
indikasi
7. Berikan obat sesuai indikasi 2
Gangguan
pertukaran
gas Tujuan :
berhubungan dengan kurangnya Pertukaran ventilasi
alveolar
1. gas
dengan alas
sekunder adekuat
terhadap defisiensi surfaktan
Letakkan bayi terlentang 1. Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi yang data,
kepala lurus, dan leher
Kriteria Hasil :
sedikit
-
Tidak sianosis
dengan meletakkan bantal
-
Analisa
atau selimut diatas bahu
-
gas
flexi
leher
yang
dapat
mengurangi
kelancaran jalan nafas
tengadah/ekstensi
darah normal
bayi
sehingga
Saturasi
terangkat 2-3 cm
oksigen normal 2.
Bersihkan
jalan
bahu
nafas, 2. Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas
mulut, hidung bila perlu
dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna
3.
Observasi gejala kardinal 3. Deteksi dini adanya kelainan dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
17
4. Kolaborasi
dengan
team 4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri 3
Resiko
tinggi
keseimbangan cairan
gangguan Tujuan :
1. Bandingkan
keseimbangan Hidrasi baik
dan
berhubungan ketidakmampuan
elektrolit Kriteria Hasil : dengan ginjal
Turgor
kulit
elastik
dan 1.
Pengeluaran
harus
1-3
ml/kg/jam,
pengeluaran urine setiap shift
sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira
dan keseimbangan kumulatif
80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,
setiap periodik 24 jam
meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada
2. Pantau
berat
jenis
urine
hari ketiga postpartum. Pengambilan darah
setiap selesai berkemih atau
untuk tes menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht
mempertahankan keseimbangan -
Tidak
cairan dan elektrolit
edema
setiap
Produksi urin
menginspirasi
1-2
popok bayi bila bayi tidak
ketidaknyamanan untuk mengonsentrasikan
cc/kgbb/jam
tahan
urine biasanya mengakibatkan berat jenis
Elektrolit
penampung urine
-
-
darah
ada
masukan
2-4
dalam 3. Evaluasi
batas normal
membran
jam
dengan
urine
dengan
dari 2.
kantong
turgor
ginjal
dan
kulit,
norma1,006-1,013). Kadar yang rendah
dan
menandakan volume cairan berlebihan dan
mukosa,
infus
imaturitas
yang rendah pada bayi preterm (rentang
keadaan fontanel anterior. 4. Berikan
Meskipun
parenteral
kadar lebih besar dari 1,013 menandakan ketidakmampuan
masukan
cairan
dan
dalam jumlah lebih besar dari
dehidrasi.
180 ml/kg, khususnya pada 3.
Kehilangan atau perpindahan cairan yang
18
PDA,
displasia
minimal dapat dengan cepat menimbulkan
bronkopulmonal (BPD), atau
dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang
entero
buruk, membran mukosa kering, dan
coltis
nekrotisan
(NEC)
fontanel cekung. 4.
Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-53% kalium serum
4
Perubahan nutrisi kurang dari Tujuan :
1.
Kaji
maturitas
refleks 1. Menentukan
kebutuhan tubuh berhubungan Nutrisi adekuat
berkenaan dengan pemberian
dengan
makan (misalnya: mengisap,
tidak
adekuatnya
persediaan zat besi, kalsium, Kriteria Hasil : Berat
badan 2. Auskultasi
intake yang kurang adekuat
naik
10-30
-
Tidak
adanya
Protein
usus, kaji status fisik dan 2. Pemberian makan pertama bayi status pernapasan
stabil memiliki peristaltik dapat
ada
dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres pernapasan ada cairan
dan
parenteral di indikasikan dan cairan
albumin darah 3. Kaji berat badan dengan dalam normal
makan yang tepat untuk bayi
bising
edema -
pemberian
menelan, dan batuk)
metabolisme yang tinggi dan -
gram / hari
metode
batas
menimbang setiap
berat
hari,
peroral harus ditunda
badan 3. Mengidentifikasikan adanya resiko
kemudian
dokumentasikan pada grafik
derajat dan resiko terhadap pola pertumbuhan.
pertumbuhan bayi
19
4. Pantau masukan dan dan pengeluaran. konsumsi
Hitung kalori
dan 4. Memberikan
elektrolit setiap hari 5. Kaji
tingkat
berat
tentang
masukan aktual dalam hubungannya hidrasi,
perhatikan fontanel, turgor kulit,
informasi
jenis
dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian diet
urine, 5. Peningkatan kebutuhan metabolik
kondisi membran mukosa,
dari bayi SGA dapat meningkatkan
fruktuasi berat badan.
kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi
6. Kaji
tanda-tanda
hipoglikemia; takipnea dan pernapasan
tidak
apnea,
letargi,
suhu,
dan
Pemberian gugup,
ditangani
diaphoresis. makan
buruk,
menangis,
nada
dengan
untuk
hati-hati
menghindari
kelebihan cairan
teratur, 6. Karena fruktuasi
harus
glukosa
adalah
sumber
utama dari bahan bakar untuk otak, kekurangan
dapat
menyebabkan
kerusakan permanen.hipoglikemia
SSP secara
20
tinggi,
mata
bermakna meningkatkan mobilitas
terbalik, dan aktifitas kejang.
mortalitas serta efek berat yang lama
7. Pantau
gemetar,
pemeriksaan
bergantung pada durasi masing-
laboratorium sesuai indikasi
masing episode. 7. Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA saat cadangan glikogen dengan cepat berkurang
8. Kolaborasi dalam pemberian
dan
glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan
nutrisi parenteral
simpanan protein obat dan lemak 8. Upaya pemenuhan nutrisi bayi
5
Hipotermi berhubungan dengan Tujuan :
1. Tempatkan
bayi
pada 1.
imaturitas control dan pengatur Klien
inkubator, penghangat rsian,
suhu tubuh dan berkurangnya mempertahankan
atau pakaian hangat dalam
lemak subcutan di dalam tubuh
keranjang terbuka
suhu tubuh Kriteria Hasil :
2. Atur unit servokontrol atau 2.
Suhu aksila bayi
kontrol suhu udara sesuai
tetap
kebutuhan
dalam
rentang normal
3. Monitor suhu minimal tiap 2 3.
Menjaga suhu tubuh bayi tetap dalam kondisi normal
Menjaga suhu tubuh bayi tetap dalam kondisi stabil
Mengetahui kondisi bayi
jam
21
6
Resiko
infeksi
berhubungan Tujuan :
dengan penurunan daya tahan Klien tubuh
1. Pastikan tidak
bahwa
semua 1. Menjauhkan bayi dari kontaminasi kuman
pemberi perawatan mencuci
menunjukkan
tangan sebelum dan setelah
infeksi nosokomial
mengurus bayi
Kriteria Hasil : bayi menunjukkan
tidak
2. Pastikan bahwa semua alat 2. Menjaga kebersihan area sekitar bayi kontak dengan bayi sudah bersih atau steril
tanda-tanda infeksi 3. Isolasi nosokomial
bayi
mengalami
lain
yang 3. Bayi yang terkena infeksi kemungkinan
infeksi
sesuai
kebijakan institusional 4. Instruksikan perawatan orangtua
besar bisa menularkan ke bayi yang tidak infeksi
pekerja kesehatan
dalam
dan 4. Jika kebersihan dijaga kontaminasi terhadap
prosedur
infeksi berkurang
kontrol infeksi 5. Beri terapi antibiotik sesuai instruksi
5. Membunuh bakteri, jika terjadi infeksi
22
DAFTAR PUSTAKA Aris., Tarwoto., dan Wartonah. 2015. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media Carpenito, L.J. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta Gomella
TL.
2013.
Neonatology
:
management,
procedures,
on-call
problems,
diseases, and drugs. Edisi ke-5. United States of America: McGraw-Hill Companies; Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA Hidayat,Alimul A. 2012. PengantarIlmuKeperawatan Anak1.Penerbit SalembaMedica : Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2010. Indonesian Pediatric Society. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017 Pukul 16.30 WIB Indrasanto, Effendi SH. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI Kiess N, Chernausek SD, Hokken-Koelega ACS. 2009. Small for gestational age. Karger AG, Basel. Switzerland NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sitohang ,Nur Asnah.2016. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir Rendah. USU Repository Suratun, Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media Varney, Helen. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC
23