A. Defenisi Persalinan adalah proses dimulai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta (Asuhan Intrapartum, 2003). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan dimana janin dan ketuban turun ke dalam jalan lahir dan didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono Prawirohardjo, 2005). Secara umum persalinan adalah serangkaian kajadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan 37-42 minggu lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Menurut tuanya kehamilan : 1. Abortus Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr. 2. Partus immaturus Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gr dan 999 gr. 3. Partus trematurus Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gr dan 2499 gr 4. Partus maturus atau partus aterm Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih 5. Partus postmaturus atau partus serotinus Pengeluaran buah kehamilan adalah kehamila 42 minggu Menurut cara persalinan 1. Partus spontan/Biasa Persalinan yang berlangsung, dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir 2. Partus buatan
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi vakum dan sectio caesarea (SC) 3. Partus anjuran Persalinan bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi menimbulkan kesulitan dalam persalinan dan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin B. Etiologi (Penyebab) Persalinan Yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui dengan jelas, tetapi banyak fakta yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan. Mulanya berupa kombinasi dari faktor hormon dan faktor mekanis. Beberapa teori yang dikemukakan ialah : 1. Teori penurunan kadar progesteron Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sedangkan estrogen meninggikan
kerentanan
otot
rahim.
Selama
kehamilan
terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. 2. Teori oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu, timbul kontraksi otot-otot rahim. 3. Keregangan otot-otot rahim Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang karena isinya maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan tinja. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim sehingga otot-otot makin rentan. 4. Pengaruh janin Hypofisis dan kelanjar suprenal janin ternyata memegang peranan juga, selain itu, di belakang serviks terletak ganglion servikale. Bila ganglion ini digeser dan ditekan, oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi uterus 5. Teori prostagladin
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan prostagladin dari F2 atau E2 yang diberikan secara intravena dan extra abdominal menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Proses Persalinan Normal Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu ; 1. Kala I atau kala pembukaan Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap (10 cm) 2. Kala II atau kala pengeluaran Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi 3. Kala III atau kala uri Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta 4. Kala IV atau kala pengawasan Dimulai setelah placenta lahir dean berakhir 2 jam setelah selesai kala III persalinan ( Asuhan Intrapartum, 2003).
Kala I (kala pembukaan) Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effecement) kala I dibagi dalam 2 fase yaitu : a. fase laten berlangsung dalam 7-8 jam pembukaan berlangsung lambat pembukaan 3 cm. b. Fase aktif Berlangsung dalam 6 jam dan dibagi menjadi 3 fase : 1) Fase akselerasi Dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm 2) Fase dilatasi maksimal Dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm 3) Fase deselerasi Dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung lambat menjadi 10 cm atau lengkap ( Sarwono Prawirohardjp, 2005). Kala II (kala pengeluaran) Pada kala pengeluaran janin, his menjadi kuat dan lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali, karena kepala janin sudah masuk keruang panggaul, sehingga pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflekstoris menimbulkan rasa mengedan. Karena ada tekanan pada rektum, ibu juga merasa ingin buang air besar (BAB) dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan dalam vulva yang membuka dan perineum meregang. Dengan his dan kekuatan mengedan yang terpimpin, maka lahirlah kepala yang diikuti oleh seluruh badan janin. Pada primigravida, kala II berlangsung rata-rata 1,5 – 2 jam dan pada multigravida ½ - 1 jam. Kala III (kala pengeluaran uri) Setelah bayi lahir, uterus keras dengan fundus uteri setinggi pusat. Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 20-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran placenta disertai dengan pengeluaran darah. Kala IV (kala pengawasan) Merupakan kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir. Kala IV sangat bermanfaat karena berguna untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. C. Patofisilogi Kehamilan (37-42 minggu) Tanda-tanda permulaan persalinan (kala pendahuluan) Tanda-tanda inpartu Proses persalinan
Kala I
Kala II
Kala III
Fase Laten (bukaan 3cm)
Fase aktif (bukaan 3 – lengkap)
Penurunan Hormon Tuanya placenta Penekanan kpl janin Estrogen & progesteron 1-2 mgg prepartus Penurunan estrogen & progesTeron
Pergeseran ganglion servikal
Kekejangan pembuluh darah Nyeri Gg.rasa nyaman
Kala IV
His/Kontraksi rahim
Distensi rahim
Iskemia otot rahim
Gg.sirkulasi Utero placenta
Partus
Kerja jantung ↑
Respirasi ↑
Kelelahan
lelah
Co ↓
Pola napas tak efektif
Post Partum Nyeri perineum post Episiotomi
Perdarahan
Ketuban Keruh
Resiko gg keseimbangan
Resiko terjadi
infeksi. Cairan & elektrolit
D. Gejala (Tanda-tanda Persalinan) 1. Tanda-tanda permulaan terjadinya persalinan a. Turunnya kepala masuk pintu atas panggul pada primigravida minggu ke- 36. b. Timbul perasaan sesak dibagian bawah, di atas simpisis pubis dan sering-sering ingin kencing atau susah kencing (polaisuria) kare kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. c. Parut kelihatan lebih melebar karena fundus uteri turun. d. Terjadinya perasaan sakit di daerah perut dan pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus yang terletak disekitar serviks (tanda persalinan palsu fase labour). e. Terjadinya perlukaan serviks yang mulai mendatar dan sekresinya bila bertambah bercampur darah (bloody show). 2. Tanda-tanda inpartu a. Rasa sakit karena adanya his yang menjadi lebih kuat, sering teratur. b. Pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. c. Dapat disertai pecahnya ketuban dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mengalami perubahan dengan terjadi perlukaan serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah : 1. Kekuatan mendorong keluar/power Power dibagi menjadi 2 yaitu: a. Kekuatan primer Kontraksi uterus involunter yang memadai dari menandai dimulainya persalinan (his) His ada 2 yaitu : 1) His pendahuluan/his palsu Merupakan peningkatan dari kontraksi dari Braxton hicks 2) His persalinan Merupakan his yang bersifat nyeri yang mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot-otot saat kontraksi, tekanan pada ganglia dalam cerviks dan segmen bawah rahim oleh serabutserabut otot yang berkontraksi, cerviks yang meregang lurus atau regangan dan tarikan ada peritoneum saat kontraksi, kontraksi rahim bersifat berkala dan yang diperhatikan dalam his adalah: a) Lamanya kontraksi Kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75 detik b) Kekuatan kontraksi Menimbulkan naiknya tekanan intrauterin sampai 35 mmHg kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam c) Interval antara dua kontraksi Pada permulaan his timbul sekali dalam 10 menit dan pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit
Menurut faalnya, his dapat dibagi dalam : 1) His pembukaan His yang menimbulkan pembukaan dari serviks 2) His pengeluaran His yang mendorong anak keluar dan biasanya disertai dengan keinginan mengejan 3) His pelepasan uri His yang melepaskan uri (Sarwono Prawirohardjo,2005). b. Kekuatan sekunder Apabila serviks berdilatasi, maka dimulai untuk mendorong yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter (tenaga mengejan). Tenaga mengejan merupakan tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan ini hanya efektif jika pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. 2. Faktor Janin/Kondisi Janin/Passenger Janin bergerak disepanjang lahir merupakan akibat interalis beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, persentasi, letak, sikap, posisi janin. 3. Faktor Jalan Lahir Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, serviks, vagina dari dasar panggul.
E. Penatalaksanaan 1. Kala I Pengkajian awal a. Lihat 1) Tanda-tanda perdarahan, mekoneum atau bagian organ yang lahir 2) Warna kulit ibu yang kuning dan kepucatan b. Tanya 1) Kapan tanggal perkiraan kelahiran 2) Menentukan ibu sudah waktunya melahirkan atau belum c. Periksa 1) Tanda-tanda penting untuk hipertensi 2) Detak jantung janin untuk bradikardi Penanganan kala I a. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga pasien/teman dekat. Dukungan yang diberikan: 1) Mengusap keringat 2) Menemani jalan-jalan (mobilisasi) 3) Memberikan minum 4) Merubah posisi 5) Memijat/menggosok pinggang b. Mengatur aktivitas dan posisi ibu 1) Ibu boleh melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya 2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu tapi tidak dianjurkan posisi tidur terlentang c. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his Ibu diminta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu his d. Menjaga privasi ibu Menggunakan penutup/tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien. e. Penjelasan tentang kemajuan persalinan
Menjelaskan perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan f. Menjaga kebersihan diri Membolehkan ibu untuk mandi, menganjurkan ibu untuk basuh sekitar kemaluannya setelah BAB dan BAK g. Mengetahui rasa panas 1) Menggunakan kipas angin/AC dalam kamar 2) Menggunakan kipas biasa 3) Menganjurkan ibu untuk mandi h. Massase Jika ibu suka, lakukan massase pada pinggang atau mengusap perut dengan lembut i. Pemberian cukup minum Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi j. Mempertahankan kandung kemih Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin k. Sentuhan Diseuaikan dengan keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang bertujuan untuk menguraikan rasa kesendirian ibu selama proses persalinan. 2. Kala II Selama kala II, petugas kesehatan harus terus memantau : a. Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus b. Janin yang penurunan presentasinya dan kembali normal detak jantung bayi setelah kontraksi c. Kondisi ibu Penanganan kala II a. Memberikan dukungan terus menerus 1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman oleh keluarga 2) Menawarkan minum, mengipasi dan memijat
b. Menjaga kebersihan diri 1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi 2) Bila ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan c. Mengipasi dan massase Menambah kenyamanan bagi ibu d. Memberikan dukungan mental Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu, dengan cara : 1) Menjaga privasi ibu 2) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan 3) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu e. Mengatur posisi ibu Dalam memimpin mengedan dapat dilihat posisi sebagai berikut : 1) Jongkok 2) Menungging 3) Tidur miring 4) Setengah duduk Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum, dan infeksi f. Menjaga kandung kemih tetap kososng Anjurkan ibu untuk BAK sesering mungkin, kandung kemih yang penuh dapat menghalangi turunnya kepala dalam rongga panggul g. Memberikan cukup minum Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi h. Memimpin mengedan Pemimpin ibu mengedan selama his, anjurkan pada ibu untuk mengambil nafas i. Bernafas selama persalinan Meminta ibu bernafas lagi selagi kontraksi ketika kepala akan lahir, untuk menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala dan mencegah robekan.
j. Pemantauan DJJ Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami brakikardi (< 120). Selama mengedan yang lama, akan terjadi pengurangan aliran darah yang mengandung oksigen ke janin k. Melahirkan bayi 1) Menolong kelahiran kepala 2) Periksa tali pusat 3) Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya l. Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh Setelah bayi lahir, segera dikeringkan dan diselimuti dengan menggunakan handuk atau sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan berikan bayi untuk disusui m. Merangsang bayi 1) Biasakan dengan melakukan pengeringan, cukup memberikan bayi rangsangan 2) Dilakukan dengan cara mengusap-usap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi.
3. Kala III Pengkajian awal a. Palpasi uterus menentukan apakah ada bayi yang kedua, jika ada, tunggu sampai bayi kedua lahir b. Menilai apakah BBL dalam keadaan stabil, jika tidak bayi segera dirawat Penanganan kala III a. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin Dengan menjepit tali pusat sedini mungkin akan memulai pelepasan plasenta b. Memberi oksitosin Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta : 1) Oksitosin 10 U IM yang diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal 2) Oksitosin 10 U IM diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran jika hanya satu orang petugas dan hanya ada bayi tunggal 3) Oksitosin 10 U IM dapat diulangi/diberi lagi 15 menit jika belum lahir 4) Jika oksitosin tidak tersedia, lakukan dengan rangsangan puting payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah. c. Melakukan peregangan tali pusat terkendali atau PTT (Controlled Cord Traction) PTT mempercepat kelahiran plasenta, begitu sudah terlepas : 1) Satu tangan diletakkan pada corpus uteri tepat di atas simpisis pubis. Selama kontraksi, tangan mendorong uteri dengan gerakan dorsokranial ke arah belakang dan ke arah kepala ibu 2) Tangan yang satu meregang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus-menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus selama kontraksi
PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga memberitahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. d. Massase fundus Segera setelah placenta dan selaputnya dilahirkan, massase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post partum 4. Kala IV Penanganan kala IV a. Ikat tali pusat Jika petugas sendirian dan sedang melakukan management aktif kala III, tali pusat diklem, lalu digunting dan memberkan oksitosin segera setelah plasenta dan selaputnya lahir, lakukan massase fundus agar berkontraksi, baru tali pusat diikat dan klem dilepas. b. Pemeriksaan fundus dan massase Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua c. Nutrisi dan hidrasi Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi, tawarkan ibu makan-makanan dan minuman yang disukai d. Bersihkan ibu Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering e. Istirahat Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi yang nyaman f. Peningkatan hubungan ibu dan bayi Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya g. Memulai menyusui
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai
memberikan ASI,
menyusui juga
membantu uterus
berkontraksi h. Menolong ibu ke kamar mandi Ibu boleh bangun ke kamar mandi, pastikan ibu dibantu dan selamat karena ibu masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah BAK dalam 3 jam post partum i. Mengajari ibu dan anggota keluarga Ajari ibu atau anggota keluarga tentang : 1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi 2) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Sarwono Prawirohardjo, 2005)
60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua a. Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran b. Ibu merasa adanya tekanan pada anus c. Perineum menonjol d. Vulva dan anus membuka II. MENYIAPKAN PERALATAN 2. Memastikan
kelengkapan
alat
pertolongan
persalinan
termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set III. MENYIAPKAN DIRI UNTUK MEMBERIKAN PERTOLONGAN 3. Memakai celemek plastik 4. Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir 5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan untuk periksa dalam 6. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set. Bila ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada partus set IV. MEMASTIAKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAM KEADAAN JANIN BAIK 7. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT (basah) dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar, bersihkan daerah tersebut dari kotoran), 8. Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah Bila pembukaan belum lengkap, catat hasil pemeriksaan pada partograf dan nilai kemajuan persalinan
Bila selaput ketuban belum pecah: lakukan pemecahan selaput ketuban a) Pastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat b) Masukkan ½ kocher yang di pegang tangan kiri dengan bimbingan telunjuk dan jari tangan tengah menyentuh selaput ketuban c) Saat his berkurang kekuatannya, gerakan ujung jari tangan kanan membimbing ujung ½ kocher menggores selaput ketuban hingga ketuban pecah d) Keluarkan ½ kocher dari vagina ibu dengan tangan kiri, memasukkan ke dalam ember berisi larutan klorin 0, 5% e) Pertahankan jari-jari tangan kanan tetap dalam vagina sehingga yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat setelah ketuban di pecahkan f) Keluarkan jari-jari tangan kanan dari vagina 9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit) V. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN 11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa ingin meneran 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran, (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk dan pastikan ia merasa nyaman) VI. PIMPIN MENERAN 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran
a) Memimpin ibu untuk meneran saat ibu timbul his, menyesuaikan pimpinan meneran dengan kecepatan lahirnya kepala b) Mendukung usaha ibu untuk meneran c) Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (di antara his) d) Meminta bantuan keluarga untuk memberi ibu minum saat istirahat e) Memeriksa DJJ setiap kontraksi uterus selesai i. Bila ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk meneran, tunggu hingga ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran, (maksimal 60 menit) ibu dapat dianjurkan untuk ganti posisi meneran seperti miring, jongkok atau merangkak ii. Bila bayi belum lahir setelah dipimpin meneran selama 2 jam primipara /1jam multipara, segera lakukan rujukan VII. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN JANIN 14. Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu 15. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu 16. Membuka tutup partus set 17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VIII. MENOLONG KELAHIRAN BAYI LAHIRNYA KEPALA 18. Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir. (minta ibu untuk tidak meneran dengan nafas pendek-pendek) Bila didapatkan mekonium pada air ketuban, segera setelah kepala lahir lakukan penghisapan pada mulut dan hidung janin menggunakan penghisap lendir De Lee
19. Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah 20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan LAHIRNYA BAHU 22. Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas sampai bahu posterior/belakang lahir Bila terdapat lipatan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut. LAHIRNYA BADAN DAN TUNGKAI 23. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada / punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir 24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin) IX. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR 25. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah penolong. nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih
rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek,
letakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat 27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi. Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama. 28. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem Bila bayi tidak bernafas spontan lihat penanganan khusus bayi baru lahir 29. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus bayi hingga kepala 30. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki. X. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA MENYUNTIKAN OKSITOSIN 31. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal 32. Memberi tahu ibu akan disuntik 33. Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah PEREGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI 34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 35. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva 36. Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso kranial Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
MENGELUARKAN PLASENTA 37. Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva a) Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan kembali klem hingga berjarak kurang lebih 5-10 cm b) Bila plasenta belum lepas setelah mencoba langkah no. 36 dalam waktu 15 menit : 1) Suntik ulang 10 unit okstosin IM 2) Periksa kandung kemih, lakukkan kateterisasi bila penuh 3) Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk 4) Ulangi lagi langkah no. 36 selama 15 menit 5) Rujuk ibu bila plasenta tidak lahir setelah mencoba langkah no. 36 selama 15 menit ke dua 38. Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. Bila selaput ketuban robek, dapat digunakan klem untuk menarik robekan selaput ketuban tersebut keluar atau memasuki jari telunjuk tangan kanan dalam vagina untuk melepaskan selaput ketuban dari mulut rahim. MASASE UTERUS 39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) XI. MEMERIKSA KEMUNGKINAN ADANYA PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
40. Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotelidon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia a) Bila plasenta tidak lahir lengkap atau tidak ada perdarahan, lakukan tindakan sesuai prosedur b) Bila kontraksi uterus tidak baik setelah 15 detik melakukan masase, mulai komperesi bimanual interna (melihat penanggulangan atonio uteri) 41. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium yang menimbulkan perdarahan aktif Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan XII. PASCA TINDAKAN 42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik 43. Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin 0,5 %, kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung tangan dengan air yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya MENGIKAT TALI PUSAT 44. Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan sampul mati 45. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya 46. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi larutan klorin 0, 5% 47. Membungkus kembali bayi 48. Berikan bayi pada ibu untuk disusui
EVALUASI 49. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu: a) 2-3 kali dalam menit pertama b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
Pastikan
kontraksi c) Setiap 20-30 menit pada jam ke dua
uteri
Bila kontraksi uterus tidak baik, lakukan masase uterus dam beri metil ergometrin 0,2 mg IM 50. Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik. 51. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi 52. Memeriksa nadi ibu Bila terdapat robekan jalan lahir yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan. KEBERSIHAN DAN KEAMANAN 53. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % 54. Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang di sediakan 55. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering 56. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum 57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% 58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 60. Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah
F. Konsep Asuhan Keperawatan Persalinan Normal 1. Pengkajian A. 1. Identifikasi Klien Nama
:
Nama Suami
:
Umur
:
Umur
:
Suku/Bangsa
:
Suku/Bangsa
:
Agama
:
Agama
:
Pendidikan
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Alamat
:
2. Keluhan Utama Mengeluh mulas-mulas dan nyeri perut bagian bawah dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan, bercampur sedikit darah, mulasmulas dan nyeri perut yang menjalar kepinggang. 3. Keluhan sejak kunjungan terakhir Tidak mengalami keluhan yang berat dan kehamilannya normal pada saat terakhir periksa. 4. Tanda-tanda persalinan His (+) yang frekuensinya 2-3 kali dalam 10 menit dengan lama 20 detik dengan kekuatan sedang. 5. Pengeluaran pervaginam Lendir kecoklatan bercampur sedikit darah dan tidak ada air ketuban yang keluar. 6. Masalah-masalah khusus Tidak mengalami kelainan lain yang beresiko yang mempengaruhi riwayat persalinannya dan kondisi umum baik. 7. Riwayat kehamilan sekarang HPHT :
TP :
Siklus haid, jadwal ANC dan kebanyakan tidak ada kleuhan berat. 8. Riwayat imunisasi
Imunisasi TT selama hamil. 9. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir Sebelum mulas dirasakan gerakan janin sangat kuat, setelah mulas timbul, merasakan gerakan janin kuat. 10. Makan minum terakhir Terkait konsumsi maknan dan minuman sehari-hari. 11. Pola eliminasi a. Buang air besar terakhir : Frekuensi dan pola BAB norrmal b. Buang Air Kecil terakhir : BAK lebih sering 12. Pola istirahat dan tidur 13. Psikologi Kondisi psikologis terkait dengan persalinan. B. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum ibu
: baik
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Tanda vital TD
:
RR
:
Pulse
:
Temp
:
d. Tinggi badan
:
e. Berat badan
:
BB sebelum hamil
:
BB sesudah hamil
: Terdapat kenaikan BB
Kenaikan BB selama hamil
: kg
2. Pemeriksaan fisik a. Kepala
: tidak ada benjolan dan lesi
b. Rambut
: lurus, berwarna hitam, tidak mudah dicabut,
tidak ada ketombe dan tidak rontok
c. Muka
: simetris, keadaan bersih dan tidak ada
oedema d. Mata
: simetris kanan-kiri, fungsi penglihatan baik,
tidak ada oedema, konjungtiva pucat dan sklera tidak ikterik e. Hidung
: simetris kanan kiri, fungsi penciuman baik,
bersih, tidak ada pembesaran polip f. Mulut dan gigi
: fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup,
tidak ada caries dan tidak ada stomatitis. g. Telinga
: fungsi penglihatan baik, kebersihan cukup,
tidak ada pengeluaran serum. h. Leher 1) Kelenjar tiroid
: tidak ada pembesaran
2) Vena jugularis
: tidak ada pembengkakan
3) Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran i. Dada
: simetris kanan kiri, gerakan dada saat
inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi dan wheezing dan jantung normal, tidak terdengar mur-mur j. Payudara
: simetris kanan kiri, terlihat bersih konsistensi
lunak, pembesaran ada, puting susu menonjol, pengeluaran kolostrum sudah ada, benjolan atau tumor tidak ada dan tidak ada rasa nyeri. k. Punggung dan pinggang
: posisi tulang belakang dan tidak
ada nyeri pinggang. l. Ekstremitas atas dan bawah 1) Jari-jari
: lengkap
2) Oedema tangan, kaki
: tidak ada
3) Kekakuan otot dan sendi: tidak ada 4) Kemerahan
: tidak ada
5) Varises
: tidak ada
6) Refleks
: positif, baik
7) Fungsi ekstremitas
: baik
m. Abdomen
:
1) Inspeksi a) Bekas luka
: tidak ada
b) Konsistensi
: keras
c) Pembesaran
: sesuai usia kehamilan
d) Benjolan
: tidak ada
e) Pembesaran liver
: tidak ada
f) Kandung kemih
:
Keadaan vesika urinaria: 2) Palpasi a) Leopold I
: TFU cm
b) Leopold II
: bagian
puggung
janin
teraba
disebelah kanan/kiri, sedangkan bagian kecil yang berarti ekstremitas teraba disebelah kiri/kanan. c) Leopold III
: bagian terendah kepala
d) Leopold IV
: bagian terendah sudah masuk PAP
e) TBJ
: (TFU – 11) x 155
3) Auskultasi Denyut jantung fetus
: ada
DJJ
: 120-160x/menit
n. Genetalia 1) Inpeksi
: tidak ada luka pada perineum, pada
vulva dan vagina tidak ada oedema, warna merah kebiruan, tidak ada fistula, tidak ada peradangan 2) Pengeluaran pervaginam: normal o. Rektum Hemoroid
: tidak ada
3. Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam atas indikasi pemantauan persalinanan. 2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b.d kelelahan,penggunaan energi berlebihan. b. Nyeri b.d kontraksi rahim & regangan pada jaringan. c. Penurunan cardiak out put b.d peningkatan kerja jantung sekunder penggunaan energi berlebih. d. Resiko terjadi infeksi b.d adanya luka episiotomi. 3. Intervensi Keperawatan Dx. 1. Pola napas tidak efektif b.d penggunaan energi berlebihan Tujuan : Pola napas tidak terganggu/kembali efektif. Intervensi: a. Observasi TTV selama jalannya persalinan. R/ Deteksi dini keadaan klien sehingga dapat dilakukan tindakan secara tepat & cepat. b. Dampingi klien & berikan dorongan mental selama perslinan. R/ Mengurangi kecemasan sehingga klien dapat mengatur pernapasan scr benar. c. Ajarkan tehnik pernapasan yg benar saat kontraksi. R/ Meningkatkan cadangan oksigen & tenaga. d. Ajarkan cara mengedan yg benar. R/ Agar klien dpt menghemat energi & melahirkan bayinya dng cepat. Dx. 2. Nyeri b.d kontraksi rahim & regangan jaringan Tujuan : Nyeri berkurang/hilang. Intervensi: a. Observasi skala nyeri dng skala 1 – 10, intensitas & lokasi. R/ Mengetahui tingkat nyeri & ketergantungan klien serta kualitas nyeri. b. Ajarkan tehnik relaksasi & menarik napas panjang. R/ Meningkatkan relaksasi & rasa nyaman. c. Berikan penjelasan ttg penyebab nyeri & kapan hilangnya. R/
Meningkatkan
pengetahuan
sehingga
mengurangi
kecemasan,klien menjadi kooperatif. d. Ajarkan cara mengedan yg benar jika pembeukaan sudah lengkap. R/ Mengurangi kelelahan & mempercepat proses persalinan. e. Anjurkan klien u/ istirahat miring kiri jika tdk sedang kontraksi. R/ Mengurangi penekanan vena cava, meminimalkan hipoksia jaringan. Dx. 3. Penurunan Cardiak output b.d peningkatan kerja jantung Tujuan : Cardiak out put dalam batas normal, TD: 120/80mmHg, Nadi: 80 x/mnt. Intervensi: a. Observasi TTV. R/ Mengetahui perkembangan/perubahan yg terjadi pada klien. b. Observasi perubahan sensori. R/ Mengetahui ketidak adekuatan perfusi cerebral. c. Observasi penggunaan energi & irama jantung. R/ Mengetahui tingkat ketergantungan klien. Dx. 4. Resiko terjadi infeksi b.d adanya luka episiotomi Tujuan : Tidak terkadi infeksi Intervensi: a. Observasi TTV & tanda-tanda infeksi. R/ Deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi sehingga segera diatasi. b. Lakukan vulva hygiene 2 x sehari (pagi – sore). R/ Luka kotor mempengaruhi proses penyembuhan. c. Anjurkan klien u/ menganti pembalut setiap habis kencing atau kotor. R/ Kebersihan mempercepat proses penyembuhan & mencegah masuknya organisme.
d. Anjurkan klien u/ segera mobilisasi (duduk,berdiri & jalan serta menyusui bayinya) R/ Mencegah sisa perdarahan/kotoran membendung dng mobilisasi sisa kotoran dpt keluar sehingga mempercepat proses penyembuhan disamping itu mem-perlancar sirkulasi darah keluka. G. Daftar Pustaka Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC. Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi: Pedoman untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta: EGC. Fakultas Kedokteran UNPAD. 1983. Obstetri fisiolofi. Bandung: Eleman. Manuaba, Ida Bagus G. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC. Prawirohardjo. 1995. Bedah kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Prawirohardjo. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Pusdiknakes-WHO-JHPIEOGO. Pusdiknakes.
2003.
Asuhan
intra
partum.
Jakarta:
Laporan Pendahuluan Asuhan Persalinan Normal Di RSD Kepanajen Kab. Malang
Oleh: Aulia Dwi Zhukmana
(06060006)
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2009