Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat beberapa macam rumah adat yang digunakan oleh masyarakatnya. Bentuk rumah adat di daerah ini tidak begitu berbeda dengan bentuk ataupun nama rumah adat yang terdapat di daerah Jawa Tengah, karena adanya keterikatan budaya Jawa yang terdapat di kedua daerah ini. Beberapa jenis rumah adat yang terdapat di Yogyakarta antara lain sebagai berikut.
Rumah Adat Yogyakarta "Rumah Joglo" Rumah joglo adalah rumah tradisional Jawa yang paling sempurna. Bangunan ini mempunyai bentuk yang besar dan membutuhkan kayu yang lebih banyak dalam pembuatannya. Bentuk khas dari bangunan joglo adalah menggunakan blandar bersusun melebar ke atas yang disebut blandar tumpangsari. Bangunan tersebut mempunyai empat tiang pokok yang terletak di tengah yang disebut sakaguru.Terdapat pula kerangka yang berfungsi sebagai penyiku atau penguat bangunan agar tidak bergeser posisinya yang disebut sunduk kili. Letak kerangka tersebut terletak di ujung sakaguru di bawah blandar. Apabila pada masing-masing sisi itu terdapat sunduk, maka sunduk keliling itu disebut koloran atau kendhit (ikat pinggang). Bentuk bangunan joglo ini mempunyai ukuran bujur sangkar. Susunan rumah joglo biasanya dibagi tiga, yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendapa, ruang tengah atau ruang tempat pentas wayang (ringgit) yang disebut pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau omah jero sebagai ruang keluarga. Dalam ruang keluarga terdapat tiga buah sentong (bilik): sentong kiwo (bilik kiri), sentong tengah (bilik tengah), dan sentong tengen (bilik kanan). Bagi kalangan bangsawan, biasanya di sebelah kiri dan kanan ruang keluarga ada bangunan kecil memanjang yang disebut gandok. Bangunan kecil tersebut mempunyai banyak kamar.
Pendapa milik bangsawan selain sebagai tempat menerima tamu juga berfungsi sebagai tempat menggelar kesenian tradisional seperti tari-tarian. Para undangan yang menyaksikan duduk di sebelah kiri dan kanan pendapa, sedangkan pihak tuah rumah duduk dalam ruangan menghadap ke arah depan. Sentong kiwo dipergunakan untuk menyimpan senjata atau barang-barang keramat. Sentong tengah berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewi Sri atau
dewi kesuburan sehingga disebut juga dengan pasren. Di dalam pasren terdapat genuk (gentong) yang terbuat dari tanah liat dan berisi sejimpit beras, kendi berisi air, juplak (lampu minyak kelapa), lampu robyong, model burung garuda, paidon (jambangan dari kuningan tempat membuang air ludah), dan loro blonyo, yaitu patung sepasang pengantin duduk bersila yang terbuat dari tanah liat atau kayu. Patung mempelai pria di sebelah kanan dan patung mempelai perempuan di sebelah kiri. Keduanya terletak di tengah dua buah paidon. Adapun sentong tengen untuk kamar tidur. Dalem atau ruang keluarga digunakan untuk hal yang bersangkut-paut dengan pembicaraan kalangan sendiri, merenungkan peristiwa atau pekerjaan lampau, memberikan nasihat kepada sanak keluarga, sampai kegiatan upacara adat yang sakral, yaitu puncak dari rangkaian upacara adat yang sebelumnya diselenggarakan di tempat lain. Peringitan dimanfaatkan untuk menerima tamu khusus. Ia juga digunakan untuk pertunjukan wayang kulit. Cerita yang dipilih biasanya terkait dengan perilaku manusia yang sarat dengan perbuatan tercela, sehingga memerlukan nasihat agar berbuat lebih baik di kemudian hari. Dalam perkembangannya, bentuk joglo mengalami perubahan-perubahan seperti joglo lawakan, joglo sinom, joglo jompongan, joglo pangrawit, joglo mangkurat, joglo hageng, dan joglo semar tinandhu.
Rumah Limasan Rumah limasan adalah rumah tradisional yang banyak dibangun oleh masyarakat Yogyakarta. Rumah ini cukup sederhana dan tidak membutuhkan banyak biaya dalam pembuatannya. Limasan berasal dari kata limolasan yang berarti limabelasan. Perhitungan sederhana dalam pembuatan rumah limasan adalah dengan ukuran molo 3 m dan blandar 5 m. Molo adalah kerangka rumah paling atas yang bentuknya memanjang horizontal di ujung atap. Ibarat manusia, molo adalah kepalanya. Oleh karena itu sebelum molo dipasang, orang tidak boleh melangkahinya.
Inilah bagian rumah yang dianggap paling keramat. Jika kita menggunakan molo 10 m, maka blandarnya harus berukuran 15 m. Dalam perkembangannya bangunan limasan mempunyai bentuk sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, muncul macam-macam limasan, seperti limasan lawakan, limasan gajah ngombe, limasan gajah njerum, limasan apitan, limasan klabang nyander, limasan pacul gowang, limasan gajah mungkur, limasan cere gancet. limasan apitan pengapit, limasan lambang teplok, limasan semar tinandhu, limasan trajumas lambang gantung, limasan trajumas, limasan trajumas lawakan, limasan lambangsari, dan limasan sinom lambang gantung rangka kuthuk ngambang.
Ruangan dalam rumah limasan terbagi tiga, yaitu ruang depan, ruang tengah dan ruang belakang. Ruang belakang dibagi menjadi sentong kiwo, sentong tengah, dan sentong tengen. Penambahan kamar biasanya ditempatkan di sebelah sentong kiwo ataupun sentong tengen. Bagi petani, sentong kiwo berfungsi untuk menyimpan alat-alat pertanian, sentong tengah untuk menyimpan hasil pertanian seperti padi dan ubi-ubian. dan sentong tengen digunakan untuk kamar tidur.
Rumah Kampung Rumah kampung terdiri dari soko (tiang) yang berjumlah 4, 6 atau 8 dan seterusnya. Biasanya rumah jenis ini hanya memerlukan 8 soko. Atap terletak pada dua belah sisi atas rumah dengan satu bubungan atau wuwung. Dalam perkembangannya, rumah kampung mengalami banyak perubahan dan variasi sehingga muncullah aneka rumah kampung. Di antaranya adalah kampung pacul gowang, kampung srotong, kampung dara gepak, kampung klabang nyander, kampung lambang teplok, kampung lambang teplok semar tinandhu, kampung gajah njerum, kampung cere gancet, dan kampung semar pinondhong.
Rumah Panggang-Pe Rumah panggang-pe merupakan bentuk rumah yang paling sederhana dan merupakan bangunan dasar. Inilah bangunan pertama yang dipakai orang untuk berlindung dari gangguan angin, udara dingin, air hujan, dan terik matahari. Bangunan sederhana ini hanya membutuhkan empat atau enam tiang. Di sekelilingnya ditegakkan dinding dari anyaman bambu atau papan. Karena amat sederhana, maka ruangannya hanya satu. Bila ada kebutuhan keluarga maka dapat ditambah teras di belakang rumah. Dengan demikian. bentuk panggang-pe memiliki banyak variasi, seperti panggang-pe gedhang selirang. panggang-pe empyak setangkep atau panggang-pe cere gancet, panggang-pe trajumas, dan panggang-pe barengan https://www.senibudayaku.com/2018/02/rumah-adat-yogyakarta.html
Rumah adat Daerah Istimewa Yogyakarta bernama Rumah Bangsal kencono Kraton. Selain dikenal sebagai tempat tinggal Raja, Bangsal Kencono jika dilihat sekilas mirip desain rumah Joglo namun ukurannya lebih luas, besar dan lebar. Sedikit memiliki pengaruh arsitektur Belanda, Portugis dan Cina, secara umum desain dan arsitektur Bangsal Kencono sangat dominan dengan adat Jawa jika diperhatikan dari segi ukiran yang ada pada atap, tiang dan dinding bangunannya.
Foto: lihat.co.id
Atap rumah Bangsal Kencono yang mirip adat rumah Jawa ini memiliki bubungan tinggi yang menopang pada 4 tiang di bagian tengah yang disebut Soko Guru. Materialnya terbuat dari genting tanah/sirap. Sedangkan untuk dinding dan tiangnya disusun dari kayu dengan kualitas tinggi. Warna hijau tua/hitam pada tiang menopang pada umpak batu berwarna hitam keemasan. Untuk lantainya dibuat dari murmer/granit dengan permukaan lebih tinggi daripada yang lain.
Foto: adat-tradisional.blogspot.com Ciri khas Rumah adat Bangsal Kencono Yogyakarta: 1.Ukuran Rumah: karena desainnya seperti padepokan serta berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga Kerajaan, maka sudah jelas bangunan ini memiliki ukuran yang luas dan besar sesuai dengan kebutuhan fungsinya tersebut. 2.Desain dan Motif Ukiran: Dilihat pada halaman utama Bangsal Kencono yang ditanami aneka tanaman yang asri serta terdapatnya sangkar burung, ini menunjukkan bahwa Desain bangunan ini memiliki filosofi yang mengedepankan kecintaan terhadap alam. Sedangkan untuk motifnya sendiri dominan dengan nuansa kejawen yang berpadu dengan kebudayaan Eropa seperti arsitektur Belanda, Portugis dan Cina serta Hindu. 3.Fungsi: fungsi Bangsal Kencono sangatlah kompleks, karena selain sebagai tempat tinggal bagi keluarga kerajaan Yogyakarta, Bangsal ini merupakan tempat atau pusat diselenggarakannya berbagai upacara adat maupun ritual keagamaan bagi masyarakat.
Foto: adat-tradisional.blogspot.com Susunan bangunan Bangsal Kencono Kraton yang kompleks terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan fungsinya, antara lain: 1.Bagian Depan – Gladhag Pangurakan : gerbang utama sebagai pintu utama ke istana. – Alun-alun Lor: lapangan yang terletak di utara kraton, biasa digunakan untuk upacara, grbeg, sekaten dan lain-lain. – Masjid Gedhe: tempat ibadah punggawa kasultanan. 2.Bagian Inti – Bangsal Pagelaran: bangunan khusus untuk penggawa kasultanan ketika menghadap Raja pada waktu upacara resmi.
– Siti Hinggil Ler: tempat upacara resmi kesultanan Yogyakarta. – Kamandhungan Ler : Bangunan yang terletak di sebelah utara yang dahulu digunakan untuk perkara dengan ancaman hukum mati. – Sri Manganti : dahulu digunakan untuk tempat menerima tamu kerajaan. – Kedhaton : terdiri dari Kedhaton untuktempat tinggal Sultan, Keputren untuk istri Raja, dan Kesatrian untuk putra kerajaan. – Kemagangan: digunakan untuk penerimaan abdi dalem, tempat berlatih dan ujian, serta apel kesetian para abdi dalem sewaktu magang. – Siti Hinggil Kidul : dahulu digunakan Sultan untuk menyaksikan adu rampogan, tempatgladi resik upacara Grebeg, tempat berlatih Langen Kusumo/prajurit perempuan, dan tempat prosesi awal upacara pemakaman Sultan menuju Imogiri. 3.Bagian Belakang – Alun-alun Kidul: alun-alun yang letaknya di selatan kraton, disebut juga Pengkeran. – Plengkung Nirbaya: poros utama menuju gerbang utama untuk prosesi pemakaman menuju Imogiri.
Foto: adattradisional.blogspot.com
Bentuk fisik rumah adat Daerah Istimewa Yogyakarta “Bangsal kencono” yang ada di Kraton ini menjadi poros utama identitas budaya masyarakat Jogja. Selain itu rumah adat ini juga memiliki arti pentingterhadap perkembangan peradaban dan bukti eksistensi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat https://backpackerjakarta.com/rumah-adat-bangsal-kencono-daerah-istimewa-yogyakarta/
Panduan Membangun Rumah Adat Jawa DYAH SWASTANTIKA16 Oktober, 2018 16:00 Dibuat: 26 Maret, 2018
LOADING ADMIN ACTIONS … Zaman sekarang membangun rumah bergaya adat sudah tidak terlalu umum, karena kebanyakan orang cenderung lebih memilih rumah bergaya modern. Namun tentu, rumah joglo tetap ada peminatnya. Apakah anda tertarik membangun rumah dengan sentuhan adat Jawa namun masih kekurangan informasi untuk membangun? Kali ini homify memiliki ulasan lengkap mengenai rumah joglo atau rumah adat Jawa; mulai dari jenis-jenisnya, kelebihan dan kekurangannya, serta perkiraan biaya membangunnya. Tentu, hal ini juga tergantung dari preferensi anda, apakah anda ingin rumah masa depan anda sepenuhnya didesain seperti rumah joglo atau modern dengan sentuhan Jawa yang tradisional namun elegan. Mari disimak, dijamin anda akan lebih terinspirasi untuk membangun rumah bergaya joglo anda..
1. Jenis-jenis rumah adat Jawa
RUDY VMM SONY ARCHITECT STUDIO Tanya harga
SONY ARCHITECT STUDIO Tanya harga Rumah adat Jawa atau rumah joglo umumnya didirikan oleh masyarakat yang tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ciri khas rumah adat Jawa adalah bentuk atap ruang utama yang tinggi dan disangga oleh empat tiang yang disebut soko guru. Sebutan joglo mengacu pada ruang utama sekaligus ciri khusus rumah adat Jawa. Ruang utama yang dimaksud adalah sebuah ruang terbuka tanpa dinding, berfungsi sebagai ruangan di mana tuan rumah menemui para tamunya, berbincangbincang dengan anggota keluarga, atau sebagai tempat berlangsungnya acara ritual, musyawarah, atau hajatan (acara pernikahan, khitanan, dll.). Sedangkan ruangan lainnya adalah pringgitan (tempat pertunjukan wayang kulit), dan tiga senthong (ruangan tertutup) yang terletak di tengah, kanan, dan kiri rumah joglo. Tiga senthong ini berfungsi sebagai area pribadi penghuni rumah, yaitu kamar-kamar tidur dan ruang keluarga. Lalu ada juga bangunan tambahan yang berada di samping kanan atau kiri rumah yang berfungsi sebagai dapur. Menurut bentuk keseluruhan dan bentuk kerangkanya, rumah joglo dibedakan menjadi:
Joglo nom (joglo muda), bentuk atapnya memanjang dan tinggi Joglo tuwo (joglo tua), atapnya tidak memanjang dan cenderung mendatar (rebah) Joglo lanangan (joglo pria), rumah joglo yang menggunakan konstruksi dari balok kayu tebal Joglo wadon (joglo wanita), rumah joglo ini menggunakan rangka kayu yang cenderung pipih.
2. Cara membangun dan perkiraan biaya rumah adat Jawa
Tulodong IV WOSO STUDIO Tanya harga
WOSO STUDIO Tanya harga - Bahan Rumah adat Jawa di masa lalu semua bagiannya terbuat dari kayu, baik tiang-tiang utama, balok penyangga atap, lantai, maupun dinding bagian dalam rumah joglo. Untuk tiang-tiang penyangga biasanya terbuat dari kayu jati, sedangkan bagian lainnya terbuat dari kayu sonokeling. Sedangkan penutup atap yang lazim digunakan adalah genteng tanah liat. - Cara membangun atap rumah joglo
1. Seluruh permukaan tanah dipadatkan agar tidak menurun saat tiang soko guru didirikan. Setelah pondasi diletakkan, kemudian soko guru dipasang dengan jarak yang sama. Setelah soko guru terpasang, tahap selanjutnya adalah memasang konstruksi penyangga atap. 2. Tumpang sari dipasang di atas soko guru. Kemudian kuda-kuda diletakkan di atas ring balok, lalu diikat menggunakan gording. 3. Balok berukuran 5 x 10 cm dipasang diagonal di antara kuda-kuda. 4. Kayu kaso (kasau) dipasang di atas gording. Kemudian reng dipasang di atas kasau. Jarak reng disesuaikan dengan jenis penutup atap yang akan digunakan. 5. Pasang penutup atap. - Perkiraan biayaMengingat seluruh bagian rumah adat Jawa asli terbuat dari kayu, maka diperlukan sekitar 5,7 meter kubik kayu untuk membangun pendoponya saja. Kayu jati hanya digunakan untuk bagian penyangga (soko guru) saja, karena akan sangat berisiko bila seluruh kerangka penyangga atap juga dibuat dari kayu jati. Rincian biaya secara garis besar adalah: 1. Kayu jati per meter kubik Rp 7 juta 2. 5,7 meter kubik kayu sonokeling @ Rp 6 juta = Rp 34, 2 juta 3. Genteng tanah liat @ Rp 1100
Ad
Lukemala Creative Studio Arsitek Jakarta
Tunjukkan profil
Ad
Arsitekpedia Arsitek Semarang
Tunjukkan profil
3. Bagian rangka atap rumah adat Jawa
PRESS PROFILE HOMIFY
PRESS PROFILE HOMIFY Tiang-tiang soko guru biasanya lebih tinggi dari tiang-tiang lain di rumah joglo. Pada kedua ujung soko guru biasanya dilengkapi ornamen. Masing-masing soko guru disambungkan oleh balok kayu yang diberi nama tumpang sari dan sunduk. Di atasnya terdapat susunan rangka atap rumah joglo yang kompleks, dengan setiap bagian yang memiliki namanya sendiri. Secara singkat, masingmasing bagian rangka atap rumah joglo dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Molo, balok yang terletak di bagian paling atas dan dianggap sebagai kepala bangunan 2. Pengeret, balok penghubung sekaligus stabilisator antar tiang. ini adalah kerangka atap rumah bagian atas yang melintang sesuai lebar rumah dan dikaitkan dengan blandar 3. Ander, balok di atas pengeret untuk menopang molo
4. Geganja, berfungsi sebagai penguat ander 5. Sunduk, stabilisator tiang yang berfungsi untuk menahan goncangan 6. Kili, balok kayu untuk mengunci tiang dan cathokan sunduk 7. Santen, penyangga yang terletak di antara pengeret dan kili 8. Pamidhangan, rongga yang terbentuk oleh rangkaian balok pada brunjung 9. Dhadha manuk, balok pengeret yang berada di tengah pamidhangan 10. Panitih 11. Penangkur 12. Dudur, balok penghubung sudut persilangan penitih, penanggap, dan penangkur dengan molo 13. Kecer, balok penyangga molo sekaligus penopang atap 14. Emprit ganthil, pengunci purus tiang yang menonjol 15. Elar, ekstensi soko guru bagian atas yang mengarah keluar 16. Songgo uwang, konstruksi penyangga untuk keperluan artistik.
4. Keunikan konstruksi rumah adat Jawa
PRESS PROFILE HOMIFY
PRESS PROFILE HOMIFY Konstruksi rangka atap joglo terdiri dari sistem cathokan dan sistem purus. Seperti terlihat pada gambar, sistem purus adalah sistem konstruksi knockdown dengan tonjolan dan lubang yang saling mengunci. Sedangkan sistem cathokan terdiri dari dua permukaan cekung yang akan saling
mengunci bila dipertemukan. Mirip seperti sistem konstruksi pada rumah prefabrikasi. Dengan adanya dua sistem ini, rumah adat Jawa dapat dibangun dengan tanpa bantuan paku maupun baut.
5. Kelebihan rumah adat Jawa
Interior Residential – Lanata 2 Residence RANAH Tanya harga
RANAH Tanya harga Sebagai kekayaan arsitektur tradisional Indonesia, rumah adat Jawa memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Berkat adanya bentuk atap yang meruncing di bagian tengah, udara di dalam rumah akan terasa sangat sejuk. 2. Tersedia area cukup luas untuk bersosialisasi, baik dengan sesama anggota keluarga atau tamu yang datang berkunjung. 3. Adanya pembagian ruang untuk semua keperluan, baik untuk aktivitas jasmani maupun rohani. 4. Rumah joglo dapat dipindahkan ke lokasi lain, sama seperti rumah prefabrikasi. 5. Lantaran semua bagiannya terbuat dari kayu, rumah adat Jawa lebih mampu mengatasi hawa panas yang datang dari luar. 6. Lebih ramah lingkungan dan sisa material tidak sulit dibersihkan.
6. Kekurangan rumah adat Jawa
Interior Residential – Lanata 2 Residence RANAH Tanya harga
RANAH Tanya harga Agar seimbang, kekurangan rumah adat Jawa yang disebutkan di bawah ini juga perlu diketahui: 1. Pada dasarnya, rumah joglo adalah rumah para bangsawan atau orang kaya jaman dahulu. Diperlukan lahan yang sangat luas untuk bisa membangun rumah joglo asli yang lengkap dengan pendopo, pringgitan, senthong dan gandhok. 2. Diperlukan biaya cukup besar untuk membangun rumah adat Jawa asli, akibat semakin mahalnya harga material kayu. 3. Segala aktivitas yang dilakukan di pendopo akan terlihat dengan jelas oleh para tetangga. Jelas kurang cocok untuk mereka yang menyukai privasi tinggi. 4. Bila genteng penutup atap bergeser atau pecah, maka ruangan di bawahnya akan bocor saat hujan dan terpapar cahaya matahari langsung saat cuaca sedang cerah. 5. Tanpa adanya dinding penutup, lantai area pendopo lebih mudah kotor akibat debu.
7. Tips memadukan gaya Jawa dan gaya modern di rumah
Dempo Rumah Batik JATI AND TEAK Tanya harga
JATI AND TEAK Tanya harga Seperti yang telah kami ungkapkan di awal artikel ini, apa yang paling sesuai untuk sebuah masyarakat adalah segala hal yang berasal dan diciptakan di mana mereka tinggal. Meski demikian, waktu terus berjalan. Apa yang dulunya paling sesuai untuk suatu masyarakat harus bisa beradaptasi dengan perubahan. Demikian juga arsitektur tradisional Jawa bisa disesuaikan agar relevan dengan situasi terkini, agar tetap dicintai dan diingat oleh masyarakat sepanjang masa. Menurut homify, beginilah caranya: 1. Rumah adat Jawa masa kini tidak harus terbuat dari kayu seluruhnya. Agar lebih hemat biaya, semen, batu bata, atau beton bisa digunakan sebagai pengganti kayu untuk dinding, Untuk nuansa tradisional yang lebih otentik, pertimbangkan dinding batu bata ekspos. 2. Bila ingin memiliki rumah adat Jawa tapi tak ingin repot membangunnya, kini sudah tersedia joglo siap pakai. Saat ini rumah joglo knockdown seluas 224 meter persegi dengan 5 kamar tidur telah dijual bebas dan ditawarkan seharga Rp 325 juta. 3. Ingin hadirkan nuansa Jawa tapi tak ada dana membangun atau membeli rumah joglo? Jangan galau. Tatalah interior ruangan dengan memadukan gaya Jawa dan gaya modern. Misalnya dengan menempatkan furnitur berukir, lampu gantung kuno, atau cermin berukir di ruangan Anda. Ganti pelapis sofa dan sarung bantal kursi dengan batik. Agar lebih jelas, mintalah bantuan profesional untuk merancang tata ruang Jawa modern. 4. Keterbukaan ala pendopo rumah joglo bisa diterapkan dengan menciptakan ruang terbuka sebanyak mungkin, dan tersebar di beberapa titik rumah. Misalnya di halaman belakang, di samping rumah, dan depan rumah. Area terbuka tidak perlu luas, tapi cukup menampakkan suasana luar ruangan. Misalnya, sebuah ruang makan dan dapur yang berhadapan dengan taman kecil
https://www.homify.co.id/ideabooks/5135416/panduan-membangun-rumah-adat-jawa
Konstruksi Bangunan Rangka Kayu Konstruksi bangnan rangka kayu adalah bentuk dasar (prototype) suatu bangunan prakilang/prefabrikasi dan bangunan rangka. Menurut susunannya, konstruksi bangunan rangka kayu dapat digolongkan menjadi: 1. konstruksi rangka-rangka tersusun dengan pembangunan konstruksi dinding setingkat demi setingkat berkonstruksi tiang-balok 2. konstruksi rangka-rangka terusan dengan tiang papan yang menembus melalui semua tingkat bangunan Konstruksi dengan rangka bambu tidak berbeda jauh dari konstruksi rangka-rangka terusan kayu. Alat sambungan berupa purus dan tali mengikat. Konstruksi dinding sangat sederhana. Konstruksi Rangka-rangka Kayu Tersusun
1. Bantalan Membatasi dinding di bagian kaki dan menumpunya. Bantalan pada dinding batu buatan atau beton harus diperkuat kedudukannya dengan angkur yang ditanam di dalam sloof, ring balok, atau pada ujung balok lantai (disambung dengan baut). Jika bantalan tidak cukup panjang, maka dapat disambung dengan ditakik separo. Sebagai bahan sebaiknya dipilih kayu kelas I. 2. Peran Dinding Peran dinding adalah bagian paling atas (penutup dinding, ring balok, dsb). Tinggi peran didning disesuaikan dengan beban, jarak, dan tebalnya tiang (minimal 12 cm). 3. Palang Membagi bidang antara dua tiang atau kuda penopang. Palang (ambang atas) pintu dan jendela dibuat dari kayu berukuran sama dengan tiang dan disambungkan dengannya menggunakan pururs bergigi tunggal, sedangkan palang biasa menggunakan ukuran kayu kurang lebih 2 cm lebih rendah dari ukuran tiang. 4. Tiang Biasanya berpenampang bujur sangkar. Jika penampang ini tidak sesuai pada titik sambungan tertentu, maka dapat digunakan tiang ganda. 5. Kuda Penopang Membagi segiempat bidang dinding yang goyah ke dalam bidang segitiga yang mantap dan menjaga agar dinding tidak bergerak oleh gempa bumi atau tekanan angin. Penampang kuda penopang sedikitnya harus sama dengan tiang atau sebaiknya 2 cm lebih lebar. Pada ujung atas dan bawah disambung dengan purus atau gigi tunggal.
sambungan purus http://3.bp.blogspot.com/-Hi4LNMcwvVM/TzFHvpG01PI/AAAAAAAABAc/J5LlKZbrsFg/s1600/800pxPinnedTenon.svg.png
Kekuatan Balok untuk Rangka Dinding yang Dapat Digunakan untuk bantalan : 40/80, 40/100, 60,80, 60/100, 80/100 mm untuk peran dinding : 80/120, 80/150, 100/120, 100/150 mm untuk tiang : 60/60, 80/80, 100/100 mm untuk kuda penopang : 60/60, 60/80, 80/80, 80/100, 100/100 mm
untuk palang : 60/80, 80/80, 80/100, 100/100 mm
Konstruksi Dinding Rangka Terusan (Lajur) pada umumnya sisi luar dan dalam dilapisi dengan papan, multipleks, papan serat kayu semen yang dapat diplester, dsb. Papan tiang menembus melalui semua tingkat bangunan untuk menghemat kayu. Semua sambungan ditakik (takik/ta·kik/ n 1 torehan yang agak dalam pada batang pohon untuk memudahkan pijakan orang memanjat; takuk kecil; gubang; 2 torehan pada kulit pohon (untuk mendapatkan getah);) dan dipaku saja. Jarak antara papan tiang kurang lebih 60 cm.
Ukuran Papan Tiang Dinding Rangka Terusan yang Digunakan untuk papan tiang : 40/100, 50/100, 40/120 mm
Lapisan Dinding Luar Dari Kayu Tergantung pada konstruksi dinding rangka yang dipilih. Dapat dipasang secara vertikal, horizontal, atau diagonal.
Pemasangan Papan Dinding Secara Vertikal 1. Papan dinding bercelah terbuka (misalnya pada konstruksi gevel/gewel). Gewel adalah sistem rangka atap yang menggunakan dinding menggunakan pasangan bata sebagai pengganti kuda-kuda kayu. 2. Pemasangan papan dinding dengan bilah pelindung. Tebal papan lebih dari 20 mm dan lebar lebih dari 160 mm. Pemasangan jenis ini memungkinkan pengembangan dan penyusutan tanpa menimbulkan pecahan. 3. Pemasangan papan bersponing dengan celah konis juga menggunakan sekrup sehingga melengkungnya papan dapat terhindar.
pemangan papan bersponing http://3.bp.blogspot.com/_wC8_9aR_6uE/TAPeGVuYICI/AAAAAAAADDI/hoIflPYEHPw/s1600/SAMB+LI DAH+BERSPONING+DAN+ALUR+2d.JPG
Pemasangan Papan Dinding Horizontal Sebaiknya dipilih berukuran lebih dari 20/160 mm. Pemasangan dimulai dari ujung bawah ke atas.
http://4.bp.blogspot.com/_5xaCYIuvcYw/TUACHV8BNaI/AAAAAAAAAYY/38AEncj9SHc/s1600/1.png
http://baldakinan.blogspot.com/2016/02/konstruksi-bangunan-rangka-kayu.html