Literature Hplc Ricky.docx

  • Uploaded by: RickySyahputra
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Literature Hplc Ricky.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,628
  • Pages: 3
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) merupakan suatu metode analisis pemisahan senyawa campuran. Sistem yang digunakan merupakan sistem kapilaritas, jadi suatu sorben atau fase diam diletakkan dalam suatu lempengan, yang kemudian senyawa yang akan dipisahkan diteteskan pada batas tertentu. Senyawa ini akan terpisahkan berdasarkan kesamaan karakteristik dengan fase geraknya. Fase gerak akan membawa senyawa melalui proses kapilaritas dan akan terpisah membentuk bercak-bercak (Handerson and Slickman 2017). KLT dapat digunakan untuk analisis kualitatif, kuantitatif, dan preparatif. Pada analisis kualitatif, parameter yang digunakan adalah nilai Rf. Jika dua senyawa memiliki nilai Rf yang sama pada kondisi KLT yang sama, maka dapat dikatakan kedua senyawa tersebut identik. Pada analisis kuantitatif terdapat dua cara,yaitudengan mengukur bercak langsung pada lempeng dengan ukuran luas atau dengan teknik densitometri. Cara lain dengan mengerok bercak kemudian dianalisis dengan metode lain, misalnya spektrofotometri. Analisis preparatif bertujuan untuk memisahkan analit dalam jumlah banyak kemudiansenyawa yang telah dipisahkan, dianalisis lebih lanjut (Rohman 2007). HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan tipe kromatografi elusi yang paling serbaguna dan digunakan secara luas. Teknih ini digunakan oleh para kimiawan untuk memisahkan dan menentukan spesi-spesi dalam berbagai bahan atau senyawa seperti senyawa organik, anorganik, maupun material biologis. Pada kromatografi cair, fasa gerak merupakan pelarut cair berisi sampel yang berupa campuran dari bahan-bahan terlarut (Zwaving JH 2018). Prinsip kerja HPLC sama dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom, yang membedakan adalah fasa diam yang digunakan pada HPLC memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga luas permukaan besar sehingga keseimbangan antar fasa menjadi lebih baik dan efisien (Lestyo dan Wulandari 2011). Keuntungan dan kelemahan penggunaan HPLC yaitu relatif cepat, waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikan sekitar 15-30 menit, Sensitivitas detektor( detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam HPLC dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat), Kolom yang dapat digunakan kembali, Mudah rekoveri sampel umumnya setektor yang digunakan dalam HPLC tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati detector. Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukarion memerlukan prosedur khusus (Zwaving .2018). Kelemahan metode HPLC antara lain harga sebuah alat HPLC cukup mahal, sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor, pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan 3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, jadi harus seringkali dicuci dan kemurnian larutan harus dijaga. Aplikasi utama teknologi HPLC dan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) di industri yang paling banyak digunakan yaitu pada bidang bioteknologi, ilmu hayat, dan industri farmasi. HPLC menggunakan fase gerak cair untuk memisahkan komponen sampel. Komponen dilarutkan dalam pelarut, kemudian dipaksa melewati kolom pada tekanan tinggi (De Lux Putra dan Effendy 2004). Rimpang kunyit (Curcuma longa) mempunyai fraksi non-polar yang berupa padatan amorp kekuningan dan mempunyai aktivitas biologi sebagai radical scavenger. Fraksi non-polar selanjutnya ini dapat dimanfaatkan dalam aplikasinya. analisis identifikasi komponen kimiawi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) silika-gel diperoleh informasi adanya 8 noktah (Sudjadi 1988). Pada kromatografi lapis tipis digunakan fasa diam dengan plat sillika gel karena plat yang dibentuk dengan silika gel memiliki tekstur dan struktur yang lebih teratur. Silika gel memadat dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silika gel mampu menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal. Menurut Kusmiyati (2011) , dimana dihasilkan satu bercak pada plat KLT dari hasil optimasi fase gerak yang memberikan nilai Rf = 0.2. hasil KLT belum mendapatkan senyawa murni berdasarkan hasil uji murninya. Dari hasil KLT ini dapat diketahui eluen yang memberikan pemisahan yang baik yaitu kloroform dan heksana dengan perbandingan 4:6. Cabai merupakan salah satu produk pertanian yang mempunyai kadar air lebih dari 90%, sehingga masuk kedalam golongan high perishable (sangat mudah rusak). Cabai hijau memiliki kandungan serat yang cukup tinggi yaitu 1,3 gram/100 gram. Penambahan pektin dengan konsentrasi 0,3% menghasilkan vegetable leather cabai hijau dengan kadar air sebesar 14,959% (Ishartani dan Permatasari 2017). Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fase diam dan fase bergerak berdsarkan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan. Salah satu jenis teknik kromatografi adalah High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Ciri dari teknik HPLC adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fase gerak ke dalam kolo,. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar. Kelemahan penggunaan teknik HPLC pada suatu pemisahan antara lain harga sebuah alat HPLC cukup mahal, sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor, pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan 3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran. Sementara kelebihan teknik kromatografi jenis ini adalah memiliki kecepatan, selektifitas, dan sensitifitas analisis yang tinggi, pendeteksian yang serempak, mudah untuk dioperasikan, memiliki resolusi yang baik, dan kestabilan pada kolom pemisah (Ardianingsih 2009). Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode pemisahaan fisikokimia, lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan dalam penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan lain yang cocok. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan teknik yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi. KLT digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion organic, kompleks senyawa-senyawa organik maupun anorganik, dan senyawa-senyawa organic baik yang terdapat di alam maupun sintetik. KLT memiliki prinsip yaitu melakukan pemisahan secara kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Adsorben yang banyak digunakan antara lain silica gel, alumina, kieselguh dan selulosa. Sementara itu fase gerak dari KLT adalah merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut (Hastomo 2008). Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan sebagai bercak / pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (deteksi). Kekurangan penggunaan metode ini adalah dibutuhkan waktu yang lama untuk satu kali proses pemisahan,

sementara kelebihan penggunaan kromatrografi lapis tipis adalah dapat dihasilkan pemisahan yang lebih sernpurna dan kepekaan yang lebih tinggi (Mukaromah dan Maharani 2008). Ektsraksi dari suatu bahan biasanya membutuhkan pelarut sebagai media pembawa senyawa yang diinginkan dari dalam bahan agar dapat diekstrak keluar. Sementara kloroform merupakan pelarut semipolar. Adanya sifat polar dengan menyebabkan kloroform dapat membentuk ikatan dipol-dipol dengan senyawa polar yang terdapat pada sampel (Pranata 2014). Etanol, adalah pelarut volatile bagi senyawa organik, bersifat semipolar karena dapat melarutkan baik senyawa polar maupun nonpolar sehingga dapat saling larut dengan air. Kepolaran ini diakibatkan adanya gugus polar –OH dan nonpolar yaitu etil (CH3CH2-). Pemilihan pelarut etanol sebagai pelarut yang berpotensi menghasilkan persen yield terbesar diantar pelarut heksana dan air karena etanol merupakan pelarut yang dapat digunakan dalam mengekstraksi bahan kering, daun – daunan, batang, dan akar (Handayani 2010). Semakin tinggi konsentrasi etanol maka akan semakin rendah tingkat kepolaran pelarut yang digunakan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan pelarut dalam mengekstrak kandungan minyak atsiri dan alkaloid yang juga bersifat kurang polar (Phaza 2010). Heksana, adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi oleh sumber minyak. Umumnya berkisar 50% dari berat rantai isomer dan mendidih pada 60 – 70˚C. pelarut ini bersifat inert karena non-polarnya. Banyak dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji, misal kacang-kacangan dan flax. Rentang kondisi distilasi yang sempit, maka tidak perlu panas dan energy tinggi untuk proses ekstraksi minyak. Dalam industri, heksana digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu, produk kulit, dan pengatapan serta untuk pembersihan. nheksana juga dipakai sebagai agen pembersih produk tekstil, meubeler, sepatu dan percetakan (Atkins 1987 dalam Utomo 2016 Kayu manis banyak dimanfaatkan untuk penyedap pada makanan, pengobatan medis,serta tak jarang digunakan sebagai dupa dalam upacara keagamaan.6, 7 Berbagai efek farmakologis yang dimiliki Kayu manis diantaranya sebagai peluruh keringat (diaphoretic),penambah nafsu makan (stomachiva), carminative, antibakteri, antijamur, dan lain-lain. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam Kayu manis diantaranya minyak atsiri, eugenol, cinnamaldehyde, safrol, tannin, kalsium oksalat, dammar, dan zat penyamak. Kandungan minyak atsiri dan Cinnamaldehyde ini diperkirakan dapat menghambat aktifitas dan pertumbuhan jamur, diantaranya Malassezia furfur.(Monica 2008) DAFTAR PUSTAKA De Lux Putra, Effendy. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi. Jurnal Teknologi.Vol 2(1) : 5-8. Handerson D E and Slickman A M. 2017. Quantitative HPLC Determination of the Antioxidant Activity ofCapsaicin on the Formation of Lipid Hydroperoxides of LinoleicAcid: A Comparative Study against BHT and Melatonin. Journal Agric Food Chem. Vol 47(7) : 2563. Ishartani D,Permatasari P D. Karakteristik fisik kimia dan organoleptik vegetable leather cabai hijau (Capsicum annuum var.annuum) dengan penambahan berbagai kosentrasi pektin. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. Vol 10 (1): 21-31 Kusmiyati, Nurfina Aznam, Sri Handayani.2011. isolasi dan identifikasi zat aktif ekstrak metanol rimpang kunyit putih (curcuma mangga val) fraksi etil asetat. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. Vol 1 (2):16-25 Lestyo, Wulandari. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember(ID) : Taman Kampus Presindo. Rohman A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat.Yogyakarta (ID): Graha Ilmu Sudjadi. 1988. Metode pemisahan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Zwaving JH.2018. Analysis of the essential oils of five curcuma species. Journal Flavour and Fragrance. Vol 7(1):19-22. Ardianingsih R. 2009. Penggunaan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dalam proses analisa deteksi ion. BeritaDirgantara .10(4): 101-104. Hastomo AE. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Jelly di Pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hernani, Marwati T dan Winarti C. 2007. Pemilihan pelarut pada pemurnian ekstrak lengkuas (Alpinia galanga) secara ekstraksi. J.Pascapanen. 4(1): 1-8. Kusumawardani NF. 2009. Formulasi Salep Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas [Alpinia Galanga (L.) Swartz] Basis Lemak Dan Peg 4000 Dengan Uji Sifat Fisik Dan Uji Aktivitas Antijamur Candida Albicans [Skripsi]. Surakarta(ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mukaromah AH dan Maharani ET. 2008. Identifikasi Zat Warna Rhodamine B pada Lipstik Berwarna Merah. JURNAL KESEHATAN 1(1): 34-40. Utomo S. 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-Heksana) Terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat Untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit. Jakarta(ID): UMJ. Monica D,M.2008. PEMISAHAN MINYAK ATSIRI KAYU MANIS (Cinnamomum zeylanicum) SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN AKTIVITAS ANTIJAMUR TERHADAP MALASSEZIA FURFUR IN VITRO. [Skripsi].Semarang(ID):UNDIP

Related Documents

Hplc
November 2019 34
Hplc
November 2019 33
Hplc
November 2019 34
Hplc
December 2019 33
Hplc
December 2019 36

More Documents from ""