Liposarkoma-2 (1).docx

  • Uploaded by: Eze Marcos
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Liposarkoma-2 (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,065
  • Pages: 16
KKS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN RSUD DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR

DISUSUN OLEH :

IKORIO SIMANGUNSONG

(210 210 136) Dokter Pembimbing : dr. DAME MARIA PANGARIBUAN, SpKK

RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul

“LIPOSARCOMA”

dalam

rangka

melengkapi

persyaratan

Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Dalam kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan rasa terimakasih kepada dr. Dame Maria Pangaribuan, Sp.KK yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama menjalani program Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan dalam menyusun tulisan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itulah, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.

Pematangsiantar, Maret 2019 Penulis

Ikorio Simangunsong

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

i

DAFTAR ISI .............................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................

2

2.1. Defenisi ...............................................................................................................

2

2.2. Epidemiologi .......................................................................................................

2

2.3. Etiologi ...............................................................................................................

3

2.4. Patofisiologi ........................................................................................................

4

2.5.Gejala Klinis.........................................................................................................

5

2.6. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………….. ................

6

2.7. Diagnosa Banding …………………………………………….. ........................

7

2.8. Penatalaksanaan …………………………………………….. ...........................

8

2.9. Komplikasi…………………………………………….. ....................................

11

2.10 Prognosis ...........................................................................................................

11

BAB III Kesimpulan ..................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

13

ii

BAB I PENDAHULUAN Liposarcoma adalah keganasan pada sel lemak. Liposarcoma jarang berasal dari lipoma kebanyakan merupakan de novo. Kejadiannya 2,5 kasus per 1 juta populasi di seluruh dunia. Angka survival rate dalam 5 tahun kurang dari 50% pada kasus liposarcoagrade tinggi dan metastasis sering terjadi pada poor diferentiated liposarcoma, metastasisnya tersering ke paru dan hati.1 Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma jaringan lunak. Sarkoma jaringan lunak merupakan tumor yang jarang, yang tumbuh dan berkembang dalam jaringan yang diturunkan dari embrionik mesoderm. Sarkoma ini mungkin terjadi dimana – mana tetapi paling sering terjadi pada daerah paha.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Liposarkoma adalah tumor ganas atau kanker pada jaringan lemak, yang biasanya dicirikan oleh adanya diferensiasi abortif sel – sel menjadi liposit.1 Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma jaringan lunak. Sarkoma jaringan lunak merupakan tumor yang jarang, yang tumbuh dan berkembang dalam jaringan yang diturunkan dari embrionik mesoderm. Sarkoma ini mungkin terjadi dimana – mana tetapi paling sering terjadi pada daerah paha.2

2.2 Epidemiologi Liposarcoma merupakan tumor ganas yang jarang ditemukan. Insiden liposarkoma lebih cenderung terjadi pada umur 50-70 tahun. Insiden liposarkoma pada anak sekitar 5% dan pada dewasa sekitar 20% dari seluruh sarkoma jaringan lunak. Jumlah kasus liposarkoma sebesar 7% dari jumlah kasus sarkoma jaringan lunak yaitu 2,5 kasus/juta penduduk. Liposarkoma dapat ditemukan dimana – mana, umpamanya di retroperitonium. Namun cenderung ditemukan pada ekstremitas bawah, kepala dan leher. Tumor ini memang sudah ganas dari awalnya dan hampir tidak pernah berasal dari perubahan keganasan suatu lipoma.3

2

2.3 Etiologi Etiologi secara umum dari kanker yaitu : virus, agens fisik, agens kimia, faktor – faktor genetik, faktor makanan dan hormonal. 1.

Virus Virus sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia sulit untuk dipastikan karena virus sulit untuk diisolasi. Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu generasi mendatang dari populasi sel tersebut dan ini barang kali mengarah pada kanker. 3

2.

Agens Fisik Faktor – faktor fisik yang mengarah pada karsinogenesis mencakup pemanjanan terhadap sinar matahari atau pada radiasi. Pemajanan berlebih terhadap sinar ultraviolet terutama pada orang yang berkulit putih atau terang, bermata hijau atau biru dapat meningkatkan resiko terkena kanker. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi diberikan saat mengobati penyakit. Pemajanan terhadap medan elektromagnetik dari kabel listrik, mikrowave, dan telepon seluler dapat meningkatkan resiko kanker.3

3.

Agens Kimia Sekitar 85 % dari semua kanker diperkirakan berhubungan dengan lingkungan. Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatik dan anilin, arsenik, jelaga dan tar, asbeston, pinang dan kapus sirih, debu kayu, senyawaan berilium, dan polivinil klorida.3

4.

Faktor Genetik dan Keturunan Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat terbentuk sel - sel mutan. Pola kromosom yang abnormal dari kanker berhubungan dengan kromosom ekstra, terlalu sedikit kromosom, atau translokasi kromosom. Beberapa kanker pada masa dewasa dan anak – anak menunjukkan predisposisi keturunan. Pada kanker dengan predisposisi herediter, umumnya saudara dekat dan sedarah dan tipe kankernya sama.3,4

3

Faktor – Faktor Makanan

5.

Faktor – faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari semua kanker lingkungan. Substansi makanan dapat proakif, karsinogenik atau ko – karsinogenik. Resiko kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya substansi proaktif dalam diet. Substansi diet berkaitan dengan peningkatan resiko kanker mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau nitrit, dan masukan diet dengan kalori tinggi.3 6.

Agens Hormonal Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri atau pemberian hormon eksogenus.3

2.4 Patofisiologi Pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu, sehingga sukar sekali untuk mengetahui kapan sarkoma itu muncul. Secara umum terjadinya kanker dimulai dari tumbuhnya satu sel kanker yang besarnya 10 mU. Kanker itu tumbuh terus tanpa batas, mengadakan invasi kejaringan sekitar dan menyebar. Perjalanan penyakit kanker sampai penderita meninggal dapat dibagi menurut luas penyakit atau stadium penyakit. Stadium penyakit kanker dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1.

Stadium Pra Klinik : yaitu stadium pada saat kanker belum dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini tumor yang lebih kecil dari 0,5 cm hampir tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan klinik maupun penunjang klinik. Diperkirakan lama stadium pra klinik itu 2/3 dari lama perjalanan hidup kanker dan hanya 1/3 dari lama hidupnya berada dalam stadium klinik.

2.

Stadium Klinik : yaitu stadium pada saat kanker itu telah cukup besar atau telah memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik dan / atau penunjang klinik.

4

Selanjutnya stadium klinik dibagi menjadi beberapa stadium berdasarkan : a. Kemungkinan Sembuh 1). Stadium Dini ( Early Stage ) : Dimana kanker itu belum lama diketahui adanya, masih kecil, letaknya masih lokal terbatas pada organ tempat asalnya tumbuh, belum menimbulkan kerusakan yang berarti pada organ yang ditumbuhinya dengan kemungkinan sembuh besar. 2). Stadium Lanjut ( Advance Stage ) : Stadium dimana kanker itu telah lama ada, telah besar, telah menimbulkan kerusakan yang besar pada daerah yang ditumbuhinya, telah mengadakan infiltrasi pada jaringan atau organ disekitarnya dan umumnya juga telah mengadakan metastase regional. Kemungkinan sembuh kecil. 3). Stadium Sangat Lanjut ( Far Advance Stage ) : Stadium dimana kanker telah lama ada, telah besar dan keadaanya sama dengan stadium lanjut dan disertai metastase luas diseluruh tubuh. Kemungkinan sembuh sangat kecil atau tak dapat sembuh lagi.5 b. Topografi Penyakit : Stadium penyakit berdasarkan letak topografi tumor beserta ekstensi dan metastasenya dalam organ. Berdasarkan topografinya stadium kanker dibagi menjadi : 1). Stadium Lokal : Pertumbuhan kanker masih terbatas pada organ tempatnya semula tumbuh. 2). Stadium Metastase Regional : Kanker telah mengadakan metastase di kelenjar lymfe yang berdekatan yaitu kelenjar lymfe regional. Pada kasus liposarkoma dikaki pembesaran kelenjar limfe dapat dilihat pada kelenjar limfe inguinalis. 3).Stadium Metastase Jauh atau Diseminasi : Kanker telah mengadakan metastase di organ yang letaknya jauh dari tumor primer.

2.5 Gejala Klinis Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan tanpa nyeri atau tanda radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas yang cukup jelas dengan jaringan sekitarnya, sehingga kebanyakan tidak dianggap sebagai tumor ganas. Benjolan tanpa gejala dan keluhan apapun karena tumbuh dalam

5

jaringan lunak yang mudah didesak dan sering kali jauh dari organ vital. Keluhan baru timbul setelah ukuran sudah besar atau terjadi tarikan atau tekanan pada otot atau saraf.6 Gejala dan tanda kanker jaringan lemak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit, hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit. Rasa sakit muncul akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor dan bisa juga karena penekanan pada saraf – saraf tepi. Kanker yang sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan kulit.6 Lokasi dari liposarkoma yang paling sering adalah pada 3 lokasi yaitu inguinal,paha,danretroperitoneum. Liposarkoma biasanya muncul berupa massa yang berbatas tegassirkumscripta dengan diameter mencapai 10 cm pada palpasi biasanya tidak di temukan tenderness.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Untuk menentukan ganas atau jinak dari semua benjolan pada jaringan lunak yang menetap perlu dilakukan biopsi. Benjolan yang mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya dan disangka lipoma dapat memberi hasil patologi yang mengejutkan. Secara klinis diagnosis ditentukan dengan palpasi untuk memperkirakan ukuran kelainan dan perlekatan dengan struktur dangkal maupun dalam. Pemeriksaan pencitraan seperti radiografi, ultrasonografi, limfangiografi, payaran CT, atau MRI sebaiknya digunakan dengan selektif. Angiografi bermanfaat karena dapat menilai hubungan anatomi tumor dengan jaringan sekitarnya. Dalam perencanaan pembedahan, angiografi menentukan jarak tumor dengan pembuluh darah utama. Pemeriksaan pencitraan paru dilakukan karena kebanyakan tumor ganas jaringan lunak lebih dulu beranak sebar ke paru – paru. Foto Rontgen dilakukan karena kanker ini bisa menginvasi tulang, setelah foto Rongten dapat direncanakan untuk reseksi tulang.9

6

2.7 Diagnosa Banding a. Lipoma Lipoma adalah tumor jinak subkutis yang berisi jaringan lemak. Pada gambaran histopatologi tampak lobulus dengan kapsul berisi sel lemak normal yang berikatan dengan jaringan ikat. Gejala klinisnya mula-mula timbul benjolan di bawah kulit dengan konsistensi lunak, makin lama makin besar dan bertambah banyak, tanpa nyeri.12

b. Neurofibroma Biasanya multiperl, pada penekanan terasa lunak dan tidak dapat digerakkan dari dasarnya.

c. Kista Epidermoid Konsistensinya agak keras, sulit digerakkan dari daerah sekitarnya.

7

2.8 Penatalaksanaan Sebelum memberikan terapi pada penderita kanker, terlebih dahulu perlu diketahui prinsip – prinsip pengelolaan kanker. Pastikan diagnosa klinis dan patologi, stadium dan keadaan penderita, serta buat rencana terapi yang akan diberikan.Tujuan terapi kanker ada 2 yaitu kuratif atau penyembuhan dan paliatif atau meringankan. Terapi kuratif ialah tindakan untuk menyembuhkan penderita yaitu membebaskan penderita dari kanker yang dialami untuk selama – lamanya. Umumnya untuk penyembuhan kanker ini hanya mungkin pada kanker dini yaitu kanker loko regional, masih kecil. Kurang lebih 70 % kanker yang solid dapat disembuhkan dengan pembedahan. Terapi paliatif ialah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi. Perawatan Paliatif bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup agar dapat bekerja dan menikmati hidup. Mengatasi komplikasi yang terjadi, dapat memperpanjang hidup dan tanpa memperpanjang penderitaan. Mengurangi atau meringankan keluhan, keluhan yang berat pada penderita kanker umumnya nyeri, ulkus berbau, perdarahan yang sukar berhenti dan berulang – ulang, tidak ada nafsu makan, badan lemas dan mengurus, dsb. Hilang atau berkurangnya keluhan maka penderita akan merasa lebih enak dan sehat.7 Penatalaksanaan yang ditujukan kepada penyakit kanker itu sendiri, yang meliputi pembedahan, radioterapi, khemoterapi, hormonterapi dan bioterapi. Pada umumnya terapi yang diberikan kepada penderita kanker ialah cara sequential yaitu setelah selesai dengan cara terapi yang satu, kalau perlu diikuti cara terapi yang lain.7 Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma penatalaksanaan bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakannya berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan khemoterapi adalah terapi yang direncanakan setelah pembedahanuntuk menghindari kekembuhan. Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi ditambah dengan radioterapi. Setelah

8

penderita operasi harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh hasil metastase. Pembedahan yang dilakukan adalah eksisi luas dan lymfadenectomy dan rekonstruksi tensor facialata STSG (Split Thickness Skin Graft). a. Eksisi Luas Eksisi luas adalah pengambilan benjolan dengan mengikutkan satu lapis jaringan disekelilingnya. Eksisi luas adalah terapi utama untuk sarkoma ekstremitas. Tujuan/goal dari terapi lokal ini adalah untuk mereseksi tumor dengan batas 2cm di sekitar jaringan lunak normal sekitar. Pada beberapa area anatomis, batas negatif tdiak dapat dicapai karena tumor dekat dengan struktur vital. Biopsi area atau traktus harus dilakukan en bloc pada spesimen reseksi. Dengan

teknik

pembedahan

dan

radioterapi

yang

modern,

angka

mempertahankan tungkai dan kontrol lokal sudah lebih baik. Laporan terakhir kegagalan lokal setelah tatalaksana yang sesuai adalah 10%. b. Skin Graft Skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah resipien). Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi menjadi 2, yaitu3 1. Split Thicknes Skin Graft ( STSG ) STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan kulit yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu : a. Tipis (0,005 - 0,012 inci)

9

b. Menengah (0,012 - 0,018 inci) c. Tebal (0,018 - 0,030 inci) STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai tingkat aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis rongga, kekurangan lapisan mukosa, menutup flap pada daerah donor dan melapisi flap pada otot. STSG juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka tetapi sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan

patologi

untuk

menentukan

rekonstruksi

yang

akan

dilakukan.Daerah donor STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat sembuh secara total. STSG juga mempunyai beberapa dampak negatif bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan. Aliran pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah rusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan dengan terapi radiasi (Revis, 2006: 3). STSG akan menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan sendirinya dan harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak lebih mengkilat daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen yang tidak normal salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit yang lebih gelap. Efek dari penggunaan STSG adalah kehilangan ketebalan kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari segi kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada luka bakar yang luas pada daerah wajah, STSG mungkin akan menghasilkan penampilan yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada daerah donor dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada daerah resipien. 2. Full Thickness Skin Graft ( FTSG ) FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap (potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna, tekstur/ susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit

10

pengerutan selama penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa keuntungan antara lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi / bersih, pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.

2.9 Komplikasi Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada paru – paru, liver, tulang. Komplikasi dari penatalaksanaan yaitu infeksi pada pembedahan, dan jika dilakukan terapi radiasi mungkin akan terjadi perlambatan penyembuhan luka, dan nekrosis dijaringan setelahnya. Jika dilakukan khemoterapi, akan didapat komplikasi antara lain : mual, muntah, stomatitis, neuropati perifer, miopati jantung, dan kerusakan hepar.11

2.10 Prognosis Kelangsungan hidup dan kontrol lokal dikaitkan dengan subtipe tumoral. Tingkat ketahanan hidup 5 tahun untuk liposarkoma adalah: - liposarkoma baik 85-100% - myxoid liposarkoma 77-95% - liposarkoma pleomorfik 21-45% - liposarkoma sel bulat 13-55%.

11

BAB III KESIMPULAN 1. Liposarkoma adalah tumor ganas atau kanker pada jaringan lemak, yang biasanya dicirikan oleh adanya diferensiasi abortif sel – sel menjadi liposit 2. Liposarkoma dapat ditemukan dimana – mana, umpamanya di retroperitonium. Namun cenderung ditemukan pada ekstremitas bawah, kepala dan leher. Tumor ini memang sudah ganas dari awalnya dan hampir tidak pernah berasal dari perubahan keganasan suatu lipoma. 3. Etiologi secara umum dari kanker yaitu : virus, agens fisik, agens kimia, faktor – faktor genetik, faktor makanan dan hormonal. 4. Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan tanpa nyeri atau tanda radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas yang cukup jelas dengan jaringan sekitarnya, sehingga kebanyakan tidak dianggap sebagai tumor ganas. 5. Diagnosa ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan pencitraan seperti radiografi, ultrasonografi, limfangiografi, payaran CT, atau MRI sebaiknya digunakan dengan selektif. 6. Diagnosa banding Liposarkoma yaitu lipoma, neurofibromatosis,dan kista epidermoid. 7. Tujuan terapi kanker ada 2 yaitu kuratif atau penyembuhan dan paliatif atau meringankan. 8. Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada paru – paru, liver, tulang. 9. Kelangsungan hidup dan kontrol lokal dikaitkan dengan subtipe tumoral.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Gomez AH, Gutierrez CO, Betancourt AM, Ortiz KL. Giant retroperitoneal liposarcoma. World Journal of Surgical Oncology 2008; 6: 115-21. 2. Rosenberg AE. Bones, joints and soft tissue tumors. Dalam : Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran pathologic basis of disease 7 th ed. 2005. Philadelhia. Saunders. pp :1318 3. Sioletic S, Cin PD, Fletcher CDM, Hornick JL. Well-differentiated and dedifferentiated liposarcomas with prominent myxoid stroma: analysis of 56 cases. Histopathology 62, 287 –293. 4. Dei Tos AP, Pedeutour. Atypical lipomatous tumpour/ well differentiated liposarcoma. Dalam :Fletcher CDM, Unni KK, Mertens F. Pathology and genetics of tumours of soft tissue and bone. 2002. IARC Press. Lyon. pp: 35-8. 5. Rosai J Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology - Vol II - 9th ed. 2004. Philadelphia. Mosby. pp : 2279-85 6. Weiss SW, Goldblum JR. Enzinger and Weiss’s Soft Tissue Tumors 4th ed. 2008. Philadelphia. Mosby. pp : 477-510. 7. Orell SR, Sterret GF, Whitaker D. Fine needle aspiration cytology 4th ed. 1997. Basel. Karger. pp : 418-20 8. Ciba ES, Ducatman BS. Cytology diagnostic principles and clinical correlates 2nd ed. 2003. Philadelphia. Saunders – Elsevier. pp : 428-30 9. Dabbs D. Diagnostic immunohistochemistry 2nd ed. 2006. New York. Churchill Livingstone. pp : 101,157. 10. Matsumoto K, Takada M, Okabe H, Ishizawa M. Foci of signal intensities different from fat in well-differentiated liposarcoma and lipoma - Correlation between MR and histological findings. Clin Imaging 2000; 24:38 –43. 11. Sung MS, Kang HS, Suh JS, et al. Myxoid liposarcoma: appearance at MR imaging with histologic correlation.Radiographics 2000 12. Kransdorf MJ, Bancroft LW, Peterson JJ, Murphey MD, Foster WC, Temple HT. Imaging of fatty tumors: distinction of lipoma and well-differentiated liposarcoma. Radiology 2002; 224:99 –104.

13

Related Documents


More Documents from "Kevin Bran"