Las Oxy Acetylene.docx

  • Uploaded by: Atha Yudhana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Las Oxy Acetylene.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,387
  • Pages: 16
LAS OXY ACETYLENE

Las Oxy-Acetylene atau Oxy-Acetylene Welding (OAW) adalah proses pengelasan manual dimana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan. Disamping untuk pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair & maintenance).

A. PEMBUATAN OKSIGEN Oksigen di dapat dari udara yang dicairkan. Dengan cara elektrolisa, campuran udara cair dan air dipisahkan oleh oksigen. Masalah yang sulit adalah antara Nitrogen dan Oksigen . Nitrogen titik didihnya lebih besar, dan titik didih kedua gas tersebut hanya berbeda 13 0C saja. (Oksigen = - 183 0C dan Nitrogen = -196 0C), sehingga perlu pemurnian oksigen dilaksanakan secara berulang-ulang. Kemurnian yang dapat dicapai sampai 99,5 % dan kemudian dimanfaatkan dalam tangki-tangki baja dengan tekanan kerja antara 15-30 atm. Keuntungan pemakaian oksigen adalah keadaan oksigen yang cukup cair tersebut, dapat dipertahankan pada tangki penyimpan dan mudah pada saat pengangkutan. Pada saat dibutuhkan dengan menggunakan alat (Gasificator) , oksigen cair dijadikan oksigen gas, dengan tekanan yang besar kemudian oksigen gas tersebut disimpan pada botol-botol baja.

B. PEMBUATAN ASETILIN Gas Asetilen diproduksi melalui reaksi antara Kalsium Karbit (CaC2) dengan air (H20). CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2 + C2H2 Asetilin tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan dalam perdagangan ada bau khusus karena ada kotoran belerang dan phosphor. Asetilin murni mudah meledak karena factor-faktor tekanan dan temperature. Tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi expobility dari asetiline adalah adanya kotoran-kotoran , katalisator, kelembaban, sumber-sumber penyalaan, ukuran dan bentuk tangki . Karena alasan-alasan tersebut, pada aseitilin generator dibatasi , tekanan asetilin maksimum 5 atm. Karena asetilin diatas tekanan 2 atm dapat meledak. Untuk mengatasinya jika asetilin disimpan didalam botol bertekanan lebih besar dari 2 atm, harus dilarutkan pada aseton cair. Caranya adalah melapisi dinding dalam botol penyimpanan dengan asbes ferrous dan dicelupkan dengan acetone cair.

C. SILINDER PENYIMPANAN GAS Gas-gas yang disimpan didalam botol mempunyai tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir, maka harus diperhatikan kekuatan botol baja terhadap tekanan kerja, karena pengangkutan menyebabkan gesekan, dan pergerakan gas dalam botol, harus diketahui jenis gas tesebut, peka terhadap goncangan atau kenaikan temperature. Tutup-tutup silinder diberi kode warna, supaya dapat diketahui isinya, tanpa membaca label terlebih dahulu. Misalnya biru untuk oksigen, putih untuk asetilin, hijau tua untuk hydrogen putih dengan strip-strip hitam untuk argon, dan merah untuk gas-gas lain.



Katup Oksigen Dan Katup Gas Pada botol penyimpan oksigen atau gas, terdapat katup untuk mengeluarkan oksigen jika diperlukan dan menutupnya jika tidak digunakan. Type-typenya antara lain diafragma dengan katup bola, cara kerjanya dengan memutar kran pemutar kekanan maupun kekiri sesuai kebutuhan.



Presurre Regulator Pengatur tekanan atau lebih sering disebut katup pereduksi tekanan, dihubungkan pada katup gas atau oksigen untuk mendapatkan tekanan kerja yang sesuai dengan torch, pada umumnya terdiri dari kran yang dilengakapi dengan dua manometer, yang berhubungan langsung dengan gas asetilin atau oksigen disebut manometer isi. Sedangkan yang berhubungan dengan torch disebut manometer kerja. Nosel didalam regulator terbuka dan tertutup oleh katup yang ditekan oleh pegas dan dihubungkan dengan membran. Dengan cara mengatur tekanan ulir pada membran, tekanan gas yang masuk ke torch mempunyai harga tertentu dan konstan.



Pembakaran Oxy-Acetylene. Pembakaran adalah persenyawaan secara kimiawi antara zat-zat yang mudah terbakar dengan oksigen. Oksigen tersedia di udara atau dapat ditambah secara khusus, misalnya dalam tabung-tabung oksigen. Kecepatan nyala tergantung dari tekanan dan komposisi campuran gas, setiap campuran gas oksigen. Kecepatan maksimum tergantung perbandingan gas asetilin dan oksigen berkisar antara 1 : 25 . Proses pengelasan oksi asitiline dilakukan dengan membakar gas asetilin untuk mendapatkan nyala temperatur tinggi guna melelehkan logam induk dan logam pengisi.



Nyala Api Oxy-Acetylene Nyala hasil pembakaran dapat berubah tergantung perbandingan antara gas oksigen O2 dengan gas asetiline C2H2. a. Nyala Asetiline Lebih Atau Nyala Karburasi.

Nyala api karburasi Kegunaanya : 1. Untuk memanaskan 2. Untuk mengelas permukaan yang keras dan logam putih.

b. Nyala netral

Nyala api netral Kegunaanya : 1. Untuk pengelasan biasa 2. Untuk mengelas baja atau besi tuang.

c. Nyala oksigen lebih atau nyala oksidasi

Nyala api oksidasi Kegunaanya : 1. Untuk brazing

Karena sifatnya yang dapat mengubah komposisi logam cair maka nyala asetilin dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk pengelasan baja. Cara Menyalakan Api 1. Buka katup botol oksigen dan asetilin. 2. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan nosel yang dipakai. 3. Buka sedikit katup oksigen dan brander. 4. Buka katup asetilin pada brander. 5. Nyalakan pemercik api dan sulutkan pada ujung brander. 6. Atur katup oksigen dan asetilin sesuai nyala yang diinginkan. Cara Mematikan Api 1. Tutup katup oksigen pada brander. 2. Tutup katup asetilin pada brander. 3. Tutup katup pada botol oksigen dan asitelin. 4. Buka katup oksigen dan acytelene pada brander untuk pembuangan sisa gas yang ada pada slang gas atau saluran. 5. Tutup semua katup.

D. CACAT – CACAT PADA LAS OXY ACETYLENE a. Penetrasi Yang Kurang Sempurna Jenis cacat las ini dapat terjadi karena : 

Ketika melakukan pengelasan tidak melakukan penetrasi ke seluruh ketebalan dari logam dasar (base metal)



Ketika dua weld bead yang berhadapan tidak melalukan inter-penetrasi



Ketika weld bead tidak melakukan penetrasi ke ujung dari fillet weld tetapi hanya menyebranginya.

Penetrasi yang kurang sempurna Gas memiliki peranan yang sangat penting dalam penetrasi. Penetrasi yang kurang sempurna biasanya disebabkan oleh tekanan gas yang rendah, dan dapat dihilangkan dengan cara menaikkan tekanan pada manometer yang terdapat pada tabung gas. Selain itu cacat ini dapat disebabkan oleh kecepatan pengelasan yang terlalu lambat dan penggunaan torch yang salah atau tidak sesuai.

b. Kurangnya Peleburan

Kurang peleburan (Fusi) Cacat las ini terjadi karena kurang atau tidak terjadi peleburan diantara logam las dan permukaan dari base metal. Biasanya diakibatkan oleh kecepatan pengelasan terlalu lambat. Terkadang juga diakibatkan pengaturan tekanan gas yang rendah. c. Undercutting Diakibatkan oleh penggunaan parameter tekanan gas yang kurang tepat, khususnya kecepatan pengelasan dan tekanan gas yang tidak sesuai. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan undercutting terjadi. Dengan mengurangi kecepatan pengelasan akan dapat mengurangi besarnya undercutting bahkan menghilangkannya.

Undercutting Jika hanya terdapat sedikit undercutting, maka kita dapat menaikkan tekanan gas, tetapi jika tekanan gas dinaikkan terlalu tinggi, maka undercutting dapat terjadi. d. Porositi Lubang yang diakibatkan oleh gelembung gas yang telah membeku. Penyebab utama dari porositi adalah kontaminasi atmosfir, oksidasi yang tinggi pada permukaan benda kerja.

Porositi

e. Keretakan membujur Keretakan-panas dan keretakan- dingin. Keretakan panas dapat terjadi ketika weld bead berada antara temperatur meleleh dan membeku. Keretakan Panas

Keretakan dingin biasanya terjadi pada saat weld bead membeku. Keretakan lainnya yang dapat terjadi adalah keretakan karena kesalahan dalam penggunaan teknik pengelasan. Keretakan yang terjadi pada ujung hasil pengelasan disebabkan oleh kesalahan dalam teknik akhir pada saat mengelas, hal ini dapat diatasi dengan cara membalikkan arah pengelasan pada akhir pengelasan.

Keretakan crater

E. MACAM – MACAM POSISI PENGELASAN Pada proses pengelasan menggunakan oksi-asetilin arah dari gerakan pengelasan dan posisi kemiringan dari pembakarnya akan mempengaruhi kecepatan maupun kualitas las. Dalam teknik pengelasan ini ada beberapa cara posisi yang biasa dilakukan, yaitu : a. Pengelasan di Bawah Tangan. Pada posisi Pengelasan di bawah tangan yang dimaksud yaitu proses pengelasan tersebut dilakukan di bawah tangan, sedangkan benda kerja diletakan di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) diletakan antara 60° dan kawat pengisi (filler rod) diposisikan miring dengan sudut sekitar 30° – 40° dengan benda kerja. Kedudukan dari ujung pembakar ke sudut sambungan jaraknya 2–3 mm sehingga bisa terjadi panas yang maksimal pada sambungannya. Untuk sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dengan gerakan lurus. b. Pengelasan Mendatar (Horisontal). Pada posisi Pengelasan ini benda kerja berdiri tegak dan pengelasan tersebut dilakukan dengan arah mendatar, jadi cairan las akan cenderung mengalir ke arah bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisinya dimiringkan pada sudut 10° dengan posisi di atas garis mendatar. c. Pengelasan Tegak (Vertikal). Pada pengelasan posisi ini, arah pengelasannya dilakukan ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dengan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander 80°. d. Pengelasan di Atas Kepala (Over Head). Jenis Pengelasan dengan posisi ini merupakan posisi pengelasan yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya, dimana benda kerja berada di atas kepala kemudian pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi tersebut, sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal dan kawat pengisi posisi di belakangnya dengan sudut 45°-60°.

e. Pengelasan dengan Arah ke Kiri (Maju). Posisi pengelasan ini paling sering digunakan yaitu nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja kemudian sudut melintangnya posisi tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara tersebut sering digunakan sebab caranya yang mudah dan tidak butuh posisi yang sulit saat melakukan pengelasan. f.

Pengelasan dengan Arah ke Kanan (Mundur). Jenis pengelasan ini merupakan pengelasan dengan arah kebalikan dari arah pengelasan ke kiri, pengelasan ini diperlukan pada pengelasan baja yang tebalnya lebih dari 4,5 mm.

F. PEMOTONGAN LOGAM DENGAN LAS OXY ACETYLENE

Proses pemisahan logam dengan reaksi kimia yaitu reaksi antara logam dengan oksigen. Reaksi ini terjadi pada temperatur yang tinggi, suhu tinggi ini berasal dari nyala api las karbit. Bila suatu logam mencapai temperatur atau suhu yang tinggi kemudian diberikan oksigen murni maka akan menyebabkan kenaikan suhu yang cepat sampai dapat mencairkan logam tersebut. Pemberian oksigen dengan cepat dengan cara disemburkan ke logam yang tersebut maka akibatnya logam akan mencair dan akan terdorong oleh tekanan oksigen sehingga akan menimbulkan celah (potongan). Nyala api pada las karbit yang digunakan untuk memotong logam adalah nyala api oksidasi yaitu pembakaran terjadi ketika perbandingan antara gas karbit dan gas oksigen lebih banyak gas oksigennya. Pemotongan dengan nyala api oksidasi dilakukan pada logam dengan mengarahkan nyala api oksidasi tersebut di titik logam yang akan dipotong kemudian mendorongnya ke arah maju atau ergeser kesamping (sesuai dengan yang dikehendaki).

Untuk menghasilkan potongan logam yang baik dengan menggunakan nyala api dari las karbit maka harus memenuhi beberapa syarat diantaranya : 

Logam induk (yang akan dipakai) harus memiliki titik cair yang lebih dari temperatur dari

nyala api oksidasi dari las karbit. Bila logam yang akan dipotong memiliki titik cair yang rendah maka akibatnya ketika logam tersebut akan dipotong maka permukaan logam yang mencair akan lebih luas (permukaan potongan logam menjadi luas) sehingga hasil potongan menjadi tidak sesuai yang diinginkan. 

Koefisien konduksi panas pada logam yang akan dipotong tidak boleh besar (tinggi). Logam

yang memiliki nilai konduksi panas yang tinggi maka logam tersebut akan mudah merambatkan panas pada bagian-bagian logam yang lain, sehingga panas yang terjadi pada logam akan lebih luas tidak bisa fokus ke satu titik. 

Oksidasi yang terbentuk ketika proses pemotongan logam dengan nyala api oksidasi ini

harus cukup cair. Hal ini dimaksudkan agar cairan logam mudah untuk keluar dari celah yang dipotong. 

Titik cair oksida pada logam yang akan dipotong harus lebih rendah daripada titik cair pada

logam yang akan dipotong dan juga harus lebih rendah dari pada temperatur yang dihasilkan dari nyala api. Jika titik cair oksida ini lebih tinggi dari pada titik cair dari logam yang akan dipotong maupun lebih tinggi dari temperatur yang dihasilkan oleh nyala api maka akibatnya akan susah terjadi proses pemotongan. Contohnya saja pada logam dengan paduan chrome yang tinggi maka akibat adanya kancungan oksida chrome yang memiliki titik cair oksidanya mencapai 2.000o C maka akan sulit untuk dipotong.

G. ALAT BANTU LAS OXY ACETYLENE a. Tang Jepit

Berfungsi untuk memegang dan mengambil benda kerja untuk melindungi tangan dari panas yang akan ditimbulkan pada saat pengelasan.

b. Sarung Tangan

Berfungsi untuk melindungi tangan dari panas dan percikkan-percikkan api yang ditimbulkan pada waktu operator melakukan pengelasan karbit, dengan demikian tangan akan aman dan berkemungkinan kecil terkena resiko.

c. Sumber Api

Sumber api sangat penting saat pengelasan las karbit ini, karena saat pengelasan dengan las karbit sumber api berfungsi untuk menyalakan busur api. Sumber api ini dapat berasal dari bara api, korek api dan sumber api lainnya yang dapat menghasilkan percikan api, karena gas karbit dapat menyala hanya dengan adanya percikkan api saja dan tidak harus dengan adanya nyala api d. Palu Besi

Digunakan untuk memukul benda kerja, pada pengelasan dengan las karbit saat akan menyambungkan 2 buah pelat diperlukan permukaan dari pelat-pelat tersebut harus rata, sehingga proses pengelasan akan lebih mudah dan hasil lasan juga akan bagus. Untuk itu diperlukan palu besi yang digunakan untuk meratakan pelat yang akan dilas. Selain untuk meratakan permukaan pelat, palu besi juga digunakan untuk membersihkan terak yang dihasilkan saat pengelasan. e. Jarum Pembersih Brander Las

Digunakan untuk pengelasan terus-menerus maka lama-kelamaan brander las tersebut dapat kotor karena arang dari proses pembakaran. Dengan demikian maka arang tersebut dapat menyumbat brander las lebih tepatnya menyumpat torekh las (bagian ujung brander las) . Jika torekh las tersumbat maka akan mengganggu keluarnya gas sehingga nyala api yang dihasilkan tidak akan baik, oleh sebab itu arang yang terjadi ini harus dibersihkan. Alat untuk membersihkan torekh las ini dapat menggunakan jarum pembersih, ukuran jarum pembersih ini bervariasi besarnya. Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan diameter lubang torek sehingga nantinya tidak akan merusak torekh las. f.

Kunci Tabung

Digunakan untuk membuka dan menutup aliran gas yan keluar dari tabung, baik tabung asetelin maupun tabung oksigen. Bentuk dari kunci tabung ini bermacam-macam, ada yang berbentuk palang dan ada yang memiliki bentuk lurus. Perlu diperhatikan, besar tutup tabung juga memiliki ukuran yang bermacam-macam sehingga saat pemilihan kunci tabung harus dipilih secara teliti. Pemakaian kunci tabung yang tidak tepat akan menyebabkan kerusakan pada tutup tabung. Sebaiknya selama proses pengelasan menggunakan las karbit ini hendaknya kunci tabung tetap menempel pada tutup tabung gas karbit sehingga saat terjadi kebocoran gas bisa segera diatasi dengan cara menutup tabung secepatnya. g. Sikat Baja

Digunakan untuk membersihkan terak dan kotoran pada benda kerja setelah proses pengelasan. h. Ragum

Digunakan untuk menjepit benda kerja. Ragum dapar digunakan untuk menjepit benda kerja pada waktu melakukan proses pengelasan maupun saat perataan atau pembentukan permukaan pelat dengan palu. i.

Mistar

Mistar digunakan untuk mengukur benda kerja dan untuk membantu ketika operator membuat garis.

j.

Penitik

Digunakan untuk membuat titik pada benda kerja. Penitik ini juga dapat membantu saat operator ingin membuat lubang pada benda kerja menggunakan bor, penitik ini berfungsi agar mata bot tepat pada titik yang ditentukan. k. Penggores

Digunakan untuk menggores atau membuat garis pada benda kerja. Biasanya penggores digunakan bersama dengan mistar untuk membuat garis.

l.

Alat Pelindung Diri

 DAFTAR PUSTAKA http://staffnew.uny.ac.id/upload/132299864/pendidikan/LAS+OXY-acetylen.pdf https://id.pdfcoke.com/doc/250072945/MAKALAH-OXY-ACAETYLIN-WELDING-LAS-KARBIT

Related Documents

Las Oxy Acetylene.docx
November 2019 6
Oxy Sulfuric
June 2020 4
Oxy Skills
July 2020 3
Oxy-acet
November 2019 5
Oxy Lance
October 2019 18
Historial Oxy 2007.xls
June 2020 12

More Documents from ""

Las Oxy Acetylene.docx
November 2019 6
Kaligrafi 2.docx
December 2019 7
Latar.docx
November 2019 2
Document1.docx
May 2020 11
Undangan Istigasah.docx
November 2019 3