LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Stase Komprehensif di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Pembimbing : dr. Asdiyati
Disusun oleh : Kartika Ayu Mekarsari
H2A010028P
Andhita Amirudin Ambo
H2A012055P
Shintya Nanda Nuraini
H2A013024P
Maharani
H2A013025P
STASE KOMPREHENSIF RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHSEMARANG PERIODE 18 FEBRUARI – 30 MARET 2019 1
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KASUS STASE KOMPREHENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan stase komprehensif di RS Roemani Muhammadiyah Semarang
Oleh: Kartika Ayu Mekarsari
H2A010028P
Andhita Amirudin Ambo
H2A012055P
Shintya Nanda Nuraini
H2A013024P
Maharani
H2A013025P
Pembimbing :
dr. Asdiyati
2
UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Ny. T DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama kepala keluarga
: Tn.AS (82 tahun 7 bulan)
Alamat
: Merbau utara 95 Rt.4/9, Banyumanik Semarang
Bentuk keluarga
: Nuclear Family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No.
Nama
Kedudukan
L/P
Umur
1.
Tn. AS
L
82 th
2. 3.
Ny. T An. Nf
Kepala keluarga Istri Anak
Pendidikan Terakhir SMA
P P
44 th 22 th
SMA S1
4.
An. R
Anak
L
14 th
D3
5
An. Ns
Cucu
P
12 th
SMP
Pekerjaan
Pasien
Keterangan
Pensiunan
-
TB Paru Lama Aktif
Pensiunan Pegawai Swasta Pegawai Swasta r
-
-
Pelajar
-
-
Kesimpulan tahap I : Di dalam keluarga Tn.AS berbentuk Nuclear Family didapatkan pasien atas nama Tn.AS usia 82 tahun, tamat SMA, pasien seorang pensiunan dengan penyakit tuberculosis paru.
3
TAHAP II. STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA Nama
: Tn. AS
Umur
: 82 tahun 7 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pensiunan
Pendidikan
: SMA
Agama
: Katolik
Alamat
: Merbau utara 95 Rt.4/9, Banyumanik Semarang
Suku
: Jawa
Status
: Menikah
Tanggal periksa
: 02 Maret 2019
B. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan tanggal 02 Maret 2019 di IGD RS Muhammadiyah Roemani Semarang 1. Keluhan Utama Batuk darah 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien Tn. AS usia 82 tahun datang ke IGD RS Roemani Semarang dengan keluhan batuk mengeluarkan dahak bercampur darah. Awalnya pasien merasakan sesak nafas dari 1 hari yang lalu, sesak nafas dirasakan terus menerus hingga memberat pada malam hari pasien tiba-tiba batuk dan mengeluarkan dahak bercampur darah, akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke Rumah sakit. Pasien memiliki keluhan batuk dan sesak sudah kurang lebih 2 tahun, namun baru periksa di bulan oktober karena memiliki keluhan yang sama batuk dengan mengeluarkan darah.Pasien merupakan pasien tetap di poli paru sejak oktober 2018. Keluhan lain yang dirasakan pasien dari 2 hari yang lalu demam. Demam dirasakan hilang timbul terutama pada siang hari. Demam hilanh
4
timbul sering dialami pasien sejak 5 bulan yang lalu. Berat badan pasien menurun derastis dari 2 tahun yang lalu. Pasien merasakan badan sering lemas dan sering berkeringat dingin dimalam hari. Keluhan lain seperti nyeri kepala, pusing ,mual, muntah, nyeri perut disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal. 3. Riwayat Penyakit Dahulu a) Riwayat batuk lama
:diakui, sejak 2 tahun memiliki riwayat batuk lama.
b) Riwayat tekanan darah tinggi
:disangkal
c) Riwayat kencing manis
:disangkal
d) Riwayat sakit jantung
:disangkal
e) Riwayat sakit ginjal
:disangkal
f) Riwayat sakit asma
:disangkal
g) Riwayat alergi
:disangkal
h) Riwayat mondok
:diakui, saat awal terdiagnosis TB Paru bulan oktober 2018
4. Riwayat Penyakit Keluarga a) Riwayat batuk lama
:disangkal
b) Riwayat tekanan darah tinggi
:disangkal
c) Riwayat sakit kencing manis
:disangkal
d) Riwayat sakit jantung
:disangkal
e) Riwayat sakit asma
:disangkal
5. Riwayat Kebiasaan a) Riwayat makan sembarangan
:diakui
b) Riwayat menggunakan masker
:pasien tidak pernah menggunakan masker baik sebelum atau sesusah terdiagnosa TB Paru
c) Riwayat Merokok
:pasien merupakan perokok berat, pasien
baru
berhenti
merokok
oktober 2018 saat terdiagnosis TB Paru.
5
d) Riwayat olahraga
:disangkal
e) Riwayat TB
:tetangga sebelah rumah pasien memiliki keluhan yang sama namun sudah
melakukan
pengobatan
hingga selesai. 6. Riwayat Sosial Ekonomi Disekitar rumah pasien ada yang menderita batuk lama dan sudah terdiagosis Tb paru dan sudah melakukan pengobatan 6 bulan, selama tetangga pasien tidak pernah menggunakan masker bila berkomunikasi dengan orang lain termasuk pasien. Pasien adalah seorang suami dan bapak dari 2 orang anak. Pasien seorang pensiunan yang sehari-hari hanya berada dirumah. Pasien sseorang perokok berat yang baru berhenti merokok setelah pasien terdiagnosis TB paru pada bulan Oktober. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari pasien dari uang pensiunan pasien, istri dan penghasilan dari anak pasien, dengan penghasilan total Rp.9.000.000,00 perbulan. Biaya rumah sakit menggunakan BPJS kelas II. Kesan ekonomi cukup. 7. Riwayat Gizi Pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk (telur, daging, tempe).
C. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 02 Maret 2019 di IGD RS Muhammadiyah Roemani Semarang 1. Keadaan umum
: baik
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tanda Vital a. Tekanan darah
: 110/80mmHg
b. Nadi
: 88 kali permenit
c. Frekuensi nafas : 35 kali permenit d. Suhu
: 37,6°C
6
4. Status Gizi BB
= 58 kg
TB
= 165 cm
IMT
= 21,48 kg/m2 (normoweight)
5. Status Generalisata a. Kulit
:Warna coklat, sama seperti warna sekitar.
b. Kepala
:Bentuk mesosephal, rambut warna hitam, lurus, luka (-).
c. Wajah
:Moon face (-), luka (-).
d. Mata
:Konjungtiva anemis(-/-),reflek pupil (+/+) isokor 3 mm, sklera ikteri (-/-), mata cekung (-/-).
e. Telinga
:Sekret (-/-), serumen (+/+), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-).
f. Hidung
:Sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-), epistaksis (-/-).
g. Mulut
:Sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), pernapasan mulut (-).
h. Leher
:Pembesaran KGB (-) nyeri tekan (-), trakea ditengah.
i. Thorax
:Normochest, simetris, tambahan otot-otot pernafasan (-).
7
Paru PULMO Depan 1. Inspeksi Bentuk dada Hemitorak Warna 2. Palpasi Nyeri tekan Stem fremitus 3. Perkusi 4. Auskultasi Suara dasar Suara tambahan Wheezing RBH Belakang 1. Inspeksi Warna 2. Palpasi Nyeri tekan Stem Fremitus
DEXTRA
SINISTRA
Normal Simetris Sama dengan warna sekitar.
Normal Simetris Sama dengan warna sekitar.
Tidak ada nyeri tekan Normal Sonor
Tidak ada nyeri tekan Normal Sonor
Vesikuler
Vesikuler
+
+
Sama dengan warna sekitar
Sama dengan warna sekitar
(-) Normal
(-) Normal
Sonor
Sonor
Vesikuler
Vesikuler
+
+
3. Perkusi Lapang paru 4. Auskultasi Suara dasar Suara tambahan Wheezing RBH
Tampak anterior paru
Tampak posterior paru
Normal
Normal
Jantung Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak, ICS melebar (-)
Palpasi
: ictus cordis teraba, kuat angkat (-), ICS melebar (-)
Perkusi
: batas kiri atas
: ICS II linea parasternal sin.
batas kanan atas
: ICS II linea parasternal dextra
pinggang jantung
: ICS III linea parasternal sinistra
batas kanan bawah
: ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah
: ICS V 2 cm lateral linea
8
midclavicula sinistra Kesan :Konfigurasi jantung dalam batas normal Auskultasi :Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler. Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) j. Abdomen Inspeksi
: Dinding perut sejajar dengan dinding dada, ikterik (-), sikatrik (-), caput medusa (-).
Auskultasi
: Bising usus (+) normal, 10 x/menit.
Perkusi
: Timpani seluruh abdomen, pekak sisi (+) normal.
Palpasi
: Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri hipokondria kanan (-), defans muskular (-), hepar dan lien tidak teraba.
k. Ekstremitas Capp Refill Akral dingin Sianosis Edema
Superior <2”/ <2” -/-/-/-
Inferior <2”/<2” -/-/-/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan laboratorium (02 Maret 2019 ) Parameter Darah Rutin - Hb - Leukosit - Hematokrit - Trombosit - Eritrosit
Hasil 13,0 34800 40,1 234000 4,44
Nilai Normal 13,2 - 17,3 g/dl 3800 - 10600 /mm3 % 150000 - 440000/mm3 4,4 - 5,9 juta/ul
Indeks Eritrosit - MCV - MCH - MCHC - RDW - MPV
90,0 29,3 32,4 11,5 8,4
80-100 fl 26-34 pg 32-36 % 11,5-14,5 % 7,0 – 11 fL
Diff Count - Eosinofil - Basofil - Neutrofil - Limfosit - Monosit
4,8 1,0 80,0 4,2 10,0
2-4% 0–1% 50 - 70 % 25- 40 % 2-8%
9
Kimia Klinik - GDS
108
75-140 mg/dL
b. X-Foto Rontgen Thorax 24 oktober 2018
Kesan: Suspek gambaran TB Paru lama aktif disertai gambaran bronkiektasis dan thorax emfisematous reaksi pleura dextra sinistra suspek gambaran pleuritis dextra sinitra. Cor tak membesar Kalsifikasi arcus aorta
10
27 Desember 2018
Difragma rendah Cor tak membesar Bercak-bercak kedua pulmo termasuk lapangan atas Hilus kanan tertarik ke atas Sinus kanan agak tumpul Kesan: TB paru lama aktif E. RESUME Pasien Tn. AS usia 82 tahun pengobatan TB bulan ke 5 datang dengan keluhan batuk berdahak yang bercampur darah. Awalnya 1 hari yang lalu pasien mengeluhkan sesak nafas sesak nafas makin memberat hingga pada malam hari pasien batuk. Batuk dirasakan berdahak yang makin lama makin memberat hingga pada hari berikutnya pkl 19.00 wib pasien batuk hingga mengeluarkan darahberkeringat dingin terutama pada malam hari.. Pasien juga mengeluhkan Oleh dokter di sarankan rawat inap untuk dilakukan pangobatan lebih lanjut. sebelumnya pasien memiliki riwayat batuk lama dari 2 tahun yang lalu, namun pasien baru memeriksakan ke dokter bulan oktober karna keluhan yang sama yaitu batuk mengeluarkan darah. Riwayat batuk
11
lama dikeluarga disangkal namun diakui dilingkungan tempat tinggal pasien tetangga pasien seing tidak menggunakan masker ketika berkomunikasi dengan orang lain, tetangga psien sudah melakukan pengobatan hingga 6 bulan. Pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan pasien baik kesadaran compos mentis. TD: 110/80 mmHg, Nadi : 88 x/menit, RR : 35 x/menit, Suhu : 37,60 C dan status gizi normoweight (21,48 kg/m2). Pada pemeriksaan thorax : didapatkan suara tambahan rhonki basah halus pada kedua lapang paru. cor : dalam batas normal, tidak ada pembesaran jantung. Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan dalam batas normal. F. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS 1. Diagnosis Holistik Tn. AS usia 82 tahun Nuclear family, tuberkulosis paru. Hubungan keluarga dalam satu rumah baik dan harmonis, hubungan masyarakat sekitar terjalin baik. Status ekonomi cukup. 2. Diagnosis Biologis Tuberculosis Paru Lama Aktif, PPOK 3. Diagnosis Psikologis Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling mendukung. 4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya Pasien merupakan anggota masyarakat yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik, status ekonomi cukup.
G. PENATALAKSANAAN 1. Non medikamentosa Memberikan edukasi kepada pasien tentang : Memberikan motivasi kepada pasien agar dapat menerima keadaan sekarang.
12
Memberikan motivasi kepada pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa Memberikan edukasi mengenai apa itu penyakit tuberkulosis, penyebab, gejalanya, cara penularan, cara pencegahan, komplikasi, serta cara pengobatan tuberkulosis paru. Menjelaskan mengenai obat obatan Tb yang dikonsumsi pasien dan efek samping obat yang dapat muncul, apabila muncul efek samping obat pasien segera memeriksakan diri ke dokter Minum obat secara teratur dan tidak boleh berhenti sesuai anjuran dokter hingga pasin dinyataka sembuh. Obat disimpan ditempat yang aman, hindari terkena sinar matahari, dan dari jangkauan anak. Bila minum obat diusahakan pada jam yang sama, misalnya jam 7 malam, maka selanjutnya jam 7 malam juga. Telat minum obat maksimal 1 jam. Saat batuk usahakan untuk menutup mulut, dan dahak jangan dibuang disembarang tempat. Usahakan untuk memakai masker saat bepergian dan setiap hari dirumah Usahakan untuk tidak menggunakan peralatan makan dan minum secara bersamaan dengan anggota keluarga lain. Makan makanan tinggi protein, sayur, dan banyak minum, makan makanan tinggi zat besi (hati dan sayuran hijau) Olahraga ringan secara teratur. Usahakan untuk tetap membuka jendela pagi sampai sore agar cahaya dapat masuk ke dalam ruamah dan sirkulasi udara bagus. Usahakan untuk membawa anggota keluarga terutama yang tinggal dalam satu rumah agar mau memeriksakan diri kepuskesmas terdekat sebagai upaya proteksi dan pencegahan. Menjaga kebersihan pribadi.
13
Melibatkan anggota keluarga serumah untuk saling mendukung kesembuhan dan pengobatan tuberculosis pada pasien. Pasien diminta kontrol tiap 1 bulan sekali/saat obat habis/saat muncul keluhan tertentu. 2. Medikamentosa Assesment TB Paru Baru : A. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3) : 2 tablet KDT (kombinasi dosis tetap) / FDC (Fix Dose Combination) Tabel 2. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1 Berat Badan (Kg) 30-37 38-54 55-70 ≥ 70
Tahap intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) 2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT
Tahap lanjutan 3x seminggu selama 16 minggu RH (150/150) 2 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT
Pada kasus, Tn. AS. Pasien meminum OAT KDT Kategori 1. Saat ini pasien sudah pengobatan tahun ke 3 sehingga pasien meminum obat tahap lanjutan 2 KDT sebanyak 3 tablet per hari.
14
TAHAP III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. FUNGSI HOLISTIK a. Fungsi Biologis Keluarga terdiri atas penderita (Tn. AS 82 tahun), yang tinggal dengan istri penderita (Ny. T 44 tahun), anak penderita (An.Nf 22 tahun), anak penderita (An.R 14 tahun anak penderita (An. N 12 tahun),yang tinggal bersama dalam satu rumah. b. Fungsi Psikologis Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan perhatian satu sama lain. c. Fungsi Sosial Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan dengan masyarakat terkesan tertutup denagn sekitar. d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Penderita bekerja sebagai pensiunan. Untuk memenuhi kebutuhan seharihari pasien menggunakan uang pensiunan setiap bulan. Kesan ekonomi cukup. e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi Komunikasi
anggota
keluarga
berlangsung
baik,
diselesaikan dengan cara dimusyawarahkan bersama-sama.
15
permasalahan
2. FUNGSI FISIOLOGIS Tabel 3. APGAR score keluarga Ny. T Kode A
APGAR Ny. T Tn. A An. I An.F An.R Saya puas bahwa 2 2 2 2 2 saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mendapat masalah. P Saya puas dengan 2 2 2 2 2 cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya. G Saya puas dengan 2 2 2 2 2 cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru. A Saya puas dengan 2 2 2 2 2 cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll. R Saya puas dengan 2 2 2 2 2 cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama. Total (kontribusi) 10 10 10 10 10 Rata-rata APGAR score keluarga Tn. AS = 10 + 10 + 10+10+10+10= 10 6
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn. AS = baik
16
3. FUNGSI PATOLOGIS Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn. AS Sumber Social Cultural Religion Economic Education Medical
Patologi Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik Pensiunan keluarga cukup ( di atas UMR) Tingkat pendidikan keluarga baik (menempuh wajib belajar 9 tahun) Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit.
Keterangan -
Kesimpulan : tidak terdapat fungsi patologis dalam keluarga Tn. AS
17
-
4. GENOGRAM
Ny. T
Gambar 1. Genogram keluarga Ny. T Keterangan :
: laki-laki
: pasien TB
: perempuan
: tinggal serumah
: laki-laki, perempuan meninggal
Kesimpulan: Pada keluarga pasien yang tinggal dalam satu rumah belum pernah ada riwayat pengobatan TB sebelumnya dan belum pernah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kesan penyakit yang diderita pasien tidak ditemukan pada anggota keluarganya. Dari genogram tersebut tidak ada penyakit yang diturunkan maupun penyakit menular lain.
18
5. POLA INTERAKSI KELUARGA Tn. AS
Tn. A
An. Ns
An. R
An.Nf
Keterangan : : Hubungan baik
: Hubungan tidak baik
Gambar 2. Pola interaksi keluarga Tn. AS Kesimpulan : Pola interaksi dua arah antar anggota keluarga berjalan baik dan harmonis. 6. FAKTOR PERILAKU a. Pengetahuan Tingkat pendidikan keluarga cukup. Tn. AS dan Ny.T mengenyam pendidikan sampai SMA. Sedangkan anak pertama dan kedua sudah bekerja dan 1 cucu yang lain masih bersekolah di SMP b. Sikap Penderita dan keluarga memiliki pengetahuan tentang hidup sehat.Saat sakit pasien periksa ke dokter atau puskesmas. Pasien terkadang menggunakan masker saat keluar rumah untuk bekerja namun pasien sering tidak menggunakan masker saat beinteraksi dengan masyarakat di lingkungan yang di kunjungi serta pada saat bekerja di kantor. c. Tindakan
19
Penderita dan keluarga memiliki kesadaran untuk segera datang berobat ke dokter atau puskesmas jika sakit.
7. FAKTOR NON PERILAKU a. Lingkungan Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn. AS tertata rapi, kebersihan baik ventilasi dan pencahayaan baik. Sumber air dari sumur. Saluran pembuangan limbah lancar, sampah keluarga dibuang di belakang rumah. Lingkungan sekitar cukup bersih. Lingkungan tempat kerja pasien bersih dan tertata rapi Namun terdapat teman kerja pasien yang mengalami sakit batuk lama yang tidak diketahui penyebab sakit dan pengobatannya. Teman pasien tidak pernah menggunakan masker saat bekerja. Lingkungan pekerjaan pasien juga banyak dihabiskan di lapangan untuk meninjau dan melakukan survey lingkungan sehingga pasien banyak berinteraksi dengan masyarakat serta berbagai macam lingkungan termasuk lingkungan yang kumuh dan padat penduduk. b. Keturunan Tidak terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit penderita. c. Pelayanan Kesehatan Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah klinik dan rumah sakit. Pasien memiliki kartu BPJS kelas 2.
8. LINGKUNGAN INDOOR Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 7 m2, rumah dengan 2 lantai, menghadap ke selatan. Rumah tidak memiliki pagar pembatas. Ruangan dalam rumah terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga yang menyatu disekat dengan perabot elektronik TV (Televisi), 3 kamar tidur, dengan tempat tidur pasien di kamar bagian depan. Dua kamar mandi bergabung dengan wc dan ruang makan yang menjadi satu dengan dapur. Pintu masuk dan keluar ada dua, di bagian depan dan di bagian samping rumah. Dinding terbuat batu bata yang sudah di semen halus dan di cat warna,
20
lantai rumah berupa keramik warna putih. Ventilasi dan pencahayaan rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng dan sudah ditutupi langit-langit. Kamar tidur pasien dilengkapi dengan sebuah ranjang dan kasur. Perabotan rumah tangga sederhana. Sumber air untuk kebutuhan sehari-hari keluarga ini menggunakan PAM. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.
KM
KM
Dapur Kamar Pasien
Jemuran
U
Ruang Makan
Kamar 3
Tangga
S Ruang keluarga
Garasi
Ruang tamu
Kamar 2
Teras
Balkon Gambar 3. Denah Rumah Ny. T
9. LINGKUNGAN OUTDOOR Lingkungan sekitar rumah berupa perkampungan dengan kondisi masyarakat akrab dan baik. Rumah satu dengan yang lainnya saling berdempetan. Terdapat selokan untuk menyalurkan limbah rumah yang terdapat di belakang rumah alirannya lancer. Sampah tertutup, setiap hari pada saat subuh di ambil petugas sampah. Rumah berhadap-hadapan dengan rumah tetangga dengan kondisi jalan yang sudah beraspal.
RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : Baik 2. Fungsi Fisiologis (APGAR)
: Baik
21
3. Fungsi Patologis (SCREEM)
: Baik, tidak ada fungsi patologis
4. Fungsi Genogram Keluarga
: Baik, tidak ada faktor keturunan terhadap
penyakit pasien 5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga
: Baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga
: Sikap pasien menggunakan alat pelindung
diri (masker saat bekerja di kantor maupun di lapangan) 7. Fungsi Non Perilaku Keluarga
: Faktor lingkungan pekerjaan pasien kurang
baik 8. Fungsi Lingkungan Indoor
: Baik
9. Fungsi Lingkungan Outdoor
: Baik
DAFTAR MASALAH 1. Masalah Medis Tuberkulosis Paru dan limfadenitis 2. Masalah Nonmedis a. Sikap pasien menggunakan alat pelindung diri (masker saat bekerja di kantor maupun di lapangan) yang kurang b. Lingkungan pekerjaan pasien yang kurang baik PRIORITAS MASALAH Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah No. 1.
Daftar Masalah Sikap pasien menggunakan alat pelindung diri (masker saat bekerja di kantor maupun
P 5
I S 5
SB 5
T
5
5
3
4
Mn 3
R Mo 4
Ma 5
Jumlah IxTxR 30.000 (I)
5
3
3
5
16.875 (II)
di lapangan) kurang 2.
Lingkungan pekerjaan pasien yang kurang baik Keterangan : I
: Importancy (pentingnya masalah)
P
: Prevalence (besarnya masalah)
S
: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) T
: Technology (tehnologi yang tersedia)
R
: Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
22
Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah)
DIAGRAM PERMASALAH PASIEN I. kurangnya kesadaran pasien untuk selalu menggunakan alat pelindung diri di lingkungan kerja
Ny.T, 44 tahun dengan Tuberculosis paru dan limfadenitis
II. lingkungan pekerjaan pasien yang kurang baik
Diagram 1. Diagram permasalahan pasien
23
TAHAP IV HUBUNGAN KESADARAN PENDERITA MENGENAI FAKTOR RESIKO PENULARAN PENYAKIT TB PARU DENGAN KEJADIAN TB PARU
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ lainnya. Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam, berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul.1,2 Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena
pasien
Tuberkulosis
lingkungan,sehingga
jumlah
akan
penderita
menularkan semakin
penyakitnya
bertambah.
pada
Pengobatan
Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (Multi Drugs Resistance), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia.2,3 Penyakit TB disebut juga silent disease, yaitu penderita sering kali tidak menyadari kalau sudah tertular dan baru menyadari ketika gejala dan tanda yang dirasakan sudah kronis. Adapun gejala dari penyakit ini adalah demam sub febril menyerupai influenza, dan panas terkadang dapat mencapai 40-410C, batuk disertai sputum, bercak darah, sesak nafas, nyeri dada, serta gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan semakin kurus, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan. 1,3,4,5
24
Sumber penularan penyakit ini adalah penderita tuberkulosis dengan BTA positif. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB Paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya.Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang terkandung dalam percikan dahak ( droplet nuclei ), khususnya yang didapat dari pasien TB Paru dengan batuk berdahak yang mengandung BTA.1,6 Penyakit TB paru disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang dipengaruhi oleh pengetahuan, prilaku dan sikap. Dari sudut pandang biologis, prilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Prilaku diartikan sebagai suatu aksireaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu pula.5.6.7 Pengetahuan, sikap, dan tindakan sangat mempengaruhi perkembangan penyakit Tuberculosis. Pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi perilaku individu. Dengan kata lain, semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang kesehatan maka semakin tinggi pula kesadarannya untuk berperan serta dalam kegiatan kesehatan. Pengetahuan merupakan tahap awal bagi seseorang untuk berbuat sesuatu, sebagaimana dengan unsur-unsur yang dapat dilihat dari dalam diri seseorang untuk dapat berbuat sesuatu seperti keyakinan/kepercayaan, saran, dorongan/motivasi. Dengan demikian, penyakit tuberkulosis banyak terdapat pada golongan masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang cara-cara hidup sehat. 7 Pada kasus ini tingkat pendidikan pasien cukup tinggi serta pengetahuan pasien mengenai penyakit TB cukup baik. Namun, sikap dan kesadaran pasien masih kurang dalam melindungi diri saat bekerja seperti penggunaan masker untuk mencegah penularan dari lingkungan sekitar yang berisiko penularan penyakit. Hal ini berbanding terbalik dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan dan pengetahuan maka semakin tinggi tingkat sikap dan kesadaran pasien. Hal ini bisa di sebabkan oleh pengaruh kebudayaan.
25
Kondisi rumah juga berperan penting dalam penularan penyakit TB. Risiko untuk menderita TB paru 9 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang pencahayaannya tidak memenuhi syarat kesehatan karena kuman TB sendiri mati oleh cahaya matahari. Kuman TB yang ditularkan melalui droplet nuclei, dapat melayang di udara karena memiliki ukuran yang sangat kecil, yaitu sekitar 50 mikron. Apabila ventilasi rumah memenuhi syarat kesehatan, maka kuman TB dapat terbawa keluar ruangan rumah, tetapi apabila ventilasinya buruk maka kuman TB akan tetap ada di dalam rumah. Kelembaban rumah yang tidak memenuhi
syarat
kesehatan
akan
menjadi
media
yang
baik
bagi
pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti bakteri,spiroket, ricketsia, virus dan mikroorganisme lainyang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pernapasan pada penghuninya. Kepadatan hunian rumah merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni tersebut.7 Pada pasien ini kondisi dan lingkungan rumah baik. Pencahayaan serta ventilasi dirasa cukup sehingga risiko penularan TB di rumah rendah. Selain itu jenis pekerjaan turut menentukan faktor risiko terjadinya penyakit gangguan pernapasan, termasuk TB. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan danumumnya TB paru. Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Pasien mengakui bekerja lebih banyak berada dilapangan dengan kondisi yang bermacam-macam antara lain lingkungan berdebu, berpolusi, dan kumuh. 7
26
TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Diagnosis Holistik : 1. Diagnosis Biologis Tuberkulosis Paru dan Limfadenitis kronis 2. Diagnosis Psikologis Penderita tidak memiliki beban pikiran
maupun mental akan
penyakitnya. Hubungan antar anggota keluarga yang serumah harmonis dan saling mendukung. 3. Diagnosis Sosial Hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan baik, kondisi lingkungan dan rumah cukup sehat, pendidikan penderita dan keluarganya baik, penderita menyadari arti pentingnya segera memeriksakan kesehatan saat sakit, namun penderita belum mampu menerapkan pola hidup sehat di lingkungan rumah dan pekerjaan. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya dengan cukup.
B. SARAN Saran Komprehensif Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah sebagai berikut: 1. Promotif Edukasi penderita dan keluarga mengenai penyakit tuberkulosis, penularan,faktor risiko, pengobatan dan komplikasinya. Edukasi kepada keluarga mengenai TBC yang diderita Ny.T sehingga keluarga dapat membantu mengawasi faktor resiko penularan penyakit Ny. T serta mengontrol rutin penyakitnya dan kepatuhan minum obat. 2. Preventif
Menghindari kontak dengan penggunaan masker
Tidak membuang dahak di sembarang tempat
27
Mengendalikan stres
Asupan makan gizi seimbang
Menjaga pencahayaan rumah agar tidak lembab
3. Kuratif Pasien meminum OAT KDT Kategori 1, 3 tablet 4KDT setiap harinya selama 2 bulan dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 4 bulan, minum obat setiap 3 kali seminggu 3 tablet 2KDT. Saat ini pasien sudah pengobatan bulan ke 6. 4. Rehabilitatif a. Minum obat teratur agar tidak terjadi Tuberkulosis Paru Relap. b. Makan makanan dengan gizi seimbang. c. Berolahraga secara rutin dan teratur setiap hari misalnya dengan jalan sehat untuk mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit.
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. Dalam buku : Aru W. Sudoyo, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jakarta : FKUI, 2007 : 988 – 993.
2.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia . Tuberkulosis . Jakarta : PDPI, 2006.
3.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : DepKes RI, 2007.
4.
Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan WHO. Lembar Fakta Tuberkulosis ; 2008.
5.
Suradi . Diagnosis dan Pengobatan TB Paru . Dalam buku : Temu Ilmiah Respirologi, Surakarta 24 – 25 Maret 2001.
6.
Corwin, E.J . Patofisiologi . Jakarta : EGC ; 2009.
7.
Daud Imanuel. Faktor-Faktor Penentu Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Penderita Anak Yang Pernah Berobat. Program Pascasarjana, Universitas Nusa Cendana. 2011
29
LAMPIRAN Halaman depan rumah
30