LAPORAN PENDAHULUAN KARSINOMA NASOFARING (KNF)
Disusun untuk Memenuhi Kompetensi Profesi Ners Departemen Gadar dan Kritis di R.13 RS Dr. Saiful Anwar Malang
Disusun Oleh : Dhaniar Yuniarso
18650088
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN Klien dengan KARSINOMA NASOFARING (KNF) di R. 13 RS. Dr. Saiful Anwar Malang Disusun Oleh:
Dhaniar Yuniarso 18650088
Telah diperiksa kelengkapannya pada: Hari
: Kamis,
Tanggal
: 27 Maret 2019
Dan dinyatakan memenuhi kompetensi Mengetahui, Perseptor Akademik
Perseptor Klinik
(
)
(
)
LAPORAN PENDAHULUAN KARSINOMA NASOFARING (KNF)
I.Konsep Teori Karsinoma Nasofaring A. Definisi Karsinoma Nasofaring Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring (Arima, 2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009).Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006).Karsibnoma nasofaring adalah sebuah kanker yang bermula tumbuh pada sel epitelial batas permukaan badan internal dan eksternal sel didaerah nasofaring (american cancer asosiety,2011). Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang muncul pada daerah nasofaring (area diatas tengorokan dibelakang hidung).Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian atas faring atau tenggorokan.
B. Anatomi Nasofaring Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku diatas,belakang dan lateral yang termasuk bagian dari faring. Ke anterior berhubungan dengan rongga hidung melalui koana dan tepi belakang septum nasi.Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba eustakius yang merupakan bagian dari pendengaran.Pada usia muda dinding postero-superior nasofaring umumnya tidak rata karena adanya jaringan adenoid. Pada atap nasofaring sering terlihat lipatan-lipatan mukosa yang dibentuk oleh jaringan
lunak
sub
mukosa.Nasofaring
terdapat
banyak
saluran
getah
bening.Nasofaring merupakan lubang sempit yang terdapat pada belakang rongga hidung. C. Epidemiologi KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat jarang dijumpai penderita di bawah usia 20 tahun dan usia terbanyak antara 45 – 54 tahun. Laki-laki lebih banyak dari wanita dengan perbandingan antara 2 – 3 : 1. Kanker nasofaring tidak umum dijumpai di Amerika Serikat dan dilaporkan bahwa kejadian tumor ini di Amerika Syarikat adalah kurang dari 1 dalam 100.000 (Nasional Cancer Institute, 2009). Di Indonesia,KNF menempati urutan ke-5 dari 10 besar tumor ganas yang terdapat di seluruh tubuh dan menempati urutan ke -1 di bidang Telinga , Hidung dan Tenggorok (THT). Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan KNF
(Nasir, 2009). Dari data Departemen Kesehatan, tahun 1980 menunjukan prevalensi 4,7 per 100.000 atau diperkirakan 7.000-8.000 kasus per tahun (Punagi,2007). Dari data laporan profil KNF di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar ,periode Januari 2000 sampai Juni 2001 didapatkan 33% dari keganasan di bidang THT adalah KNF. Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2002 -2007 ditemukan 684 penderita KNF.
D. Etiologi Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah: 1. Kerentanan Genetik Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian besar karsinoma nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) . 2. Infeksi Virus Eipstein-Barr Banyak perhatian ditujukan kepada hubungan langsung antara karsinoma nasofaring dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr (EBV). Serum pasien-pasien orang Asia dan Afrika dengan karsinoma nasofaring primer maupun sekunder telah dibuktikan mengandung antibody Ig G terhadap antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap antigen dini (EA); dan antibody Ig A terhadap VCA (VCA-IgA), sering dengan titer yang tinggi. Hubungan ini juga terdapat pada pasien di Amerika yang mendapat karsinoma nasofaring aktif. Bentuk-bentuk anti-EBV ini berhubungan dengan karsinoma nasofaring tidak berdifrensiasi (undifferentiated) dan karsinoma nasofaring nonkeratinisasi (non-keratinizing) yang aktif (dengan mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak berhubung dengan tumor sel skuamosa atau elemen limfoid dalam limfoepitelioma (Nasir, 2009 dan Nasional Cancer Institute, 2009). 3. Faktor Lingkungan Ventilasi rumah yang jelek dengan asap kayu bakar yang terakumulasi di dalam rumah juga dapat meningkatkan angka kejadian KNF.(gangguly,2003)
4. Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan timbulnya karsinoma nasofaring yaitu golongan Nitrosamin,diantaranya dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur Renik, diantaranya nikel sulfat (Roezin, Anida, 2007 dan Nasir, 2009).
E. Tanda dan gejala 1. Gejala dini a. Gejala telinga
Rasa penuh pada telinga
Tinitus
Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
c.
Epistaksis
Obstruksi hidung
Gejala mata dan saraf
Diplopia
Gerakan bola mata terbatas
Juling
2. Gejala lanjut Limfadenopati servikal Gejala akibat perluasan kedaerah sekitar.ex : sakit kepala hebat krn meluas kedaerah kranial. Gejala akibat metastasis jauh .ex : pada femur , hati , paru , ginjal, dan limpa
F. Penggolongan Ca Nasofaring : 1. T1 2. T2
: Kanker terbatas di rongga nasofaring. : Kanker menginfiltrasi kavum nasal, orofaring atau di celah parafaring di
anterior dari garis SO ( garis penghubung prosesus stiloideus dan margo posterior garis tengah foramen magnum os oksipital). 3. T3
: Kanker di celah parafaring di posterior garis SO atau mengenai basis
kranial, fosa pterigopalatinum atau terdapat rudapaksa tunggal syaraf kranial kelompok anterior atau posterior. 4. T4
: Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena serentak, atau
kanker mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa infra-temporal. 5. N0
: Belum teraba pembesaran kelenjar limfe .
6. N1
: Kelenjar limfe koli superior berdiameter <4 cm.
7. N2
: Kelenjar koli inferior membesar atau berdiameter 4-7 cm .
8. N3
: Kelenjar limfe supraklavikular membesar atau berdiameter >7 cm.
9. M0
: Tak ada metastasis jauh.
10. M1
: Ada metastasis jauh.
Penggolongan stadium klinis, antara lain : a. Stadium I
: T1N0M0
b. Stadium II
: T2N0 – 1M0, T0 – 2N1M0
c. Stadium III
: T3N0 - 2M0, T0 – 3N2M0
d. Stadium IVb
:T apapun, N Apapun, M1
G. Pemeriksaan diagnostik 1. Anamnesis Terdiri dari gejala hidung ,gejala telinga , gejala mata dan saraf serta gejala mestatasis. 2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
Pemeriksaan nasofaring : rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi fiber/rigid
3. Pemeriksaan laboraturium
Hematologik
SGOT dan SGPT
Serologi Ig A VCA,Ig A EA
4. Pemeriksaan radiologi
Ct-scan
MRI
Pencitraan seluruh tubuh
Chest x-ray
5. Pemeriksaan patologi anatomi
Biopsi nasofaring
6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
H. Penatalksanaan medis 1. Radioterapi : merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa metastasis jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher dan supraklavikula. Macam pemberian radioterapi : radiasi eksterna , radiasi interna dan radiasi intravena 2. Kemoterapi Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan,kemoterapi adjuvan,kemotrapi konkomitan 3. Imunoterapi Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan imunoterapi 4. Operasi / pembedahan Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi. Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain.
I. Prognosis Prognosis
secara
umum
tergantung
pada
pertumbuhan
lokal
dan
metastasenya.Prognosis buruk jika dijumpai limfadenopati,stadium lanjut,tipe histologik karsinoma skuamus berkretinasi.Prognosis juga diperburuk dengan beberapa faktor seperti stadium yg lebih lanjut,usia> 40 tahun dan jenis kelamin lakilaki (arima, 2006)
J. Komplikasi 1.
Hipotiroidsme
2.
Hilangnya jangkauan gerak
3.
Hipoplasia struktur otak dan tulang
4.
Kehilangn pendengaran sensorineural (nasir, 2009).
K. Pencegahan
1.
Pemberian vaksin
2.
Mengurangi konsumsi ikan asin
3.
Makan makanan yang bernutrisi
4.
Mengurangi serta mengontrol stress
5.
Berolahraga secara teratur
6.
Health education mengenai lingkungan yang sehat
7.
Membiasakan hidup secara sehat (tirtamijaya, 2009)
Pathway Carcinoma Nasofaring Berfungsinya onkogen
Mutasi gen pengendali pertumbuhan
Infeksi virus ( Virus SV –4)
( Carsinogenic Agent)
Gangguan mekanisme pengendalian pertumbuhan normal
Perubahan epitel siliadan mukosa / ulserasi bronchus Jinak (Epidermoid, sel besar, adeno carsinoma ) - Kohesif - Tumbuh lambat - Pola teratur - Berkapsul
Pertumbuha n sel kanker
Penekanan reseptor Pada lobus paru, prostalagnin, serotonin, bradikinin, norefinefrin, ion hidrogen, ion kalium dan subtance P
Agen Injuri fisik
Nyeri
Lumen distal
Tumor Paru ( Bronkogenik)
Ketakutan (Kecemasan)
Kompetisi Pemakaian Nutrisi, rangsangan organ viseral melalui transmitor H1, serotonin (5 HT3), Host Cytokine
Proksimal
Sumbatan partial/total
Brokiektas is
Ggn pertukara n gas
Resiko infeksi
Ganas/kanker (Sel kecil/oat cell) Kurang kohesif Pertumbuhan cepat Pola tidak teratur Tidak berkapsul
Pola nafas tidak efektif
Nyeri Tekan Pada tenggorokan
Ggn Nutrisi
Kelemahan /Intoleransi aktivitas
Metastase Hematogen/Limfogen/Langsung
Multiorgan failure Sepsis
Syok Sepsis
Peningk atan suhu tubuh
II.Konsep Askep Karsinoma Nasofaring A. Pengkajian aa. Identitas pasien 1.
Nama
Terdapat nama lengkap dari pasien penderita penyakit tumor nasofaring. 2.
Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki daripada perempuan. 3.
Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak antara 45-54 tahun. 4.
Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan ventilasi rumah yang kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya tumor nasofaring serta lingkungan yang sering terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu, dan beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan. 5.
Agama
Agama tidak mempengaruhi seseorang terkena penyakit tumor nasofaring. 6.
Suku Bangsa
Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa, Amerika, ataupun Oseania.Namun relatif sering ditemukan di berbagai Asia Tenggara dan China. 7.
Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena tumor nasofaring, karena akan sering terpajan gas kimia, asap industry, dan asap kayu. ab. Status Kesehatan
1.
Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok.Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa berdengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran.Terjadi pendarahan dihidung yang terjadi berulang-ulang, berjumlah sedikit dan bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
2.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit samapi timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk PQRST. Penderita tumor nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri terasa buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah samping leher di bawah daun telinga, gangguan pendengaran, perdarahan hidung, dan bisa juga menimbulkan komplikasi apabila terjadi dalam tahap yang lebih lanjut 3.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup. 4.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor nasofaring maka akan meningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit tumor nasofaring pula. ac. Pemeriksaan Fisik 1.
Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris, kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu yang mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien yang anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan kabur. 2.
Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga.Hal ini terjadi akibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor nasofaring sehingga terdengar suara berdengung pada telinga. 3.
Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputum
kental berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri dada dan menggunakan alat bantu nafas. Pada sistem ini akan sangat terganggu karena akan mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka pasien akan kesulitan dalam bernafas yang bisa mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat ekspirasi. 4.
Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu tubuh klien 360C, warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang peredaran darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah tersebut. 5.
Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran pasien kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada pemeriksaan refleks fisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung di rongga tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan pada beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak tersebut maka pasien akan memiliki prognosis yang buruk. 6.
Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare, konsistensi feses lunak, bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek. Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguan dalam sistem percernaan pasien. 7.
Sistem endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, dan tidak ada luka ganggren.Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak menyerang kalenjar tiroid pasien sehingga tidak menganggu kerja sistem endoktrin. 8.
Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada perubahan pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia, anunia), warna BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah urogenital sehingga tidak mengganggu sistem tersebut. 9.
Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan sehingga pasien terlihat pucat. 10. Sistem musculoskeletal Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang, dan keadaan otot baik.Pada tumor ini tidak menyerang otot rangka sehingga tidak ada kelainan yang mengganggu sistem musculoskeletal. ad. Pola aktifitas sehari-hari 1)
Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien?Biasanya klien yang datang ke rumah sakit sudah mengalami gejala pada stadium lanjut, klien biasanya kurang mengetahui penyebab terjadinya serta penanganannya dengan cepat. 2)
Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, perubahan kelembaban/turgor kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan akibat inflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker. 3)
Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi. 4)
Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari.Biasanya klien mengalami kelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.
5)
Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam sehari?Biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas. 6) Kaji
Pola kognitif persepsi tingkat
kesadaran
klien,
apakah
klien
mengalami
gangguan
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi? Biasanya klien mengalami gangguan pada indra penciuman. 7)
Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya?Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien akan merasa sedih dan rendah diri karena penyakit yang dideritanya. 8)
Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit?Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat sekitarnya? Biasanya klien lebih sering tidak mau berinteraksi dengan orang lain. 9)
Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan pada klien?. Biasanya klien akan mengalami gangguan pada hubungan dengan pasangan karena sakit yang diderita. 10) Pola koping dan toleransi stress Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?. Biasanya klien akan sering bertanya tentang pengobatan. 11) Pola nilai dan kepercayaan Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien? Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa. 12) pola kebersihan diri Kaji bagaimana klien tentang tindakan dalam menjaga kebersihan diri. ae. Pemeriksaan penunjang Hasil dari beberapa pemeriksaan diagnostik yang abnormal. af. Penatalaksanaan Pemberian terapi atau pengobatan untuk KNF,seperti radioterapi,kemoterapi serta obat-obatan.
B.
Diagnosa keperawatan 1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi berlebihan
2.
Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b/d
perawatannya
b/d
ketidakmampuan pemasukan nutrisi.. 4.
Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun
5.
Kurang
pengetahuan
tentang
penyakit
dan
misintepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasi. 6.
Resiko Aspirasi b/d inefektif reflek menelan
7.
Defisit self care b/d kelemahan
8.
Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan penyakit, pengobatan
penyakit. C. Intervensi No 1
Diagnosa
Tujuan
Bersihan jalan nafas Setelah tidak
efektif
b.d askep
sekresi berlebihan
Intervensi
dilakukan Airway Management/Manajemen ..
jam status jalan nafas
respirasi:
terjadi Bebaskan jalan nafas. jalan Posisikan klien untuk memaksimalkan
kepatenan
nafas dengan Kriteria ventilasi :
Identifikasi
apakah
klien
1. Tidak ada panas
membutuhkan insertion airway
2.
Cemas tidak ada
Jika perlu, lakukan terapi fisik (dada)
3.
Obstruksi tidak ada
Auskultasi suara nafas, catat daerah
4.
Respirasi dalam batas yang terjadi penurunan atau tidak normal 16-20x/mnt
5.
6.
Pengeluaran
adanya ventilasi
sputum Berikan bronkhodilator, jika perlu
dari jalan nafas
Atur pemberian O2, jika perlu
paru bersih
Atur intake cairan agar seimbang Atur posisi untuk mengurangi dyspnea Monitor
status
pernafasan
dan
oksigenasi
Airway Suctioning/Suction jalan nafas
Keluarkan sekret dengan dorongan
batuk/suctioning
Lakukan suction pada endotrakhel/nasotrakhel, jika perlu
2
Nyeri akut b/d agen Setelah
dilakukan Manajemen nyeri :
askep ….. jam klien
injuri fisik
menunjukkantingkat
Kaji
tingkat
komprehensif
kenyamanan dan level karakteristik,
nyeri
secara
termasuk
lokasi,
durasi,
frekuensi,
nyeri: klien terkontrol kualitas dan faktor presipitasi.
dg KH:
Klien
nyeri 2-3
Gunakan terapeutik
Ekspresi
dari
teknik
komunikasi
untuk
mengetahui
wajah pengalaman nyeri klien sebelumnya.
tenang, klien mampu istirahat dan tidur
nonverbal
melaporkan ketidaknyamanan.
nyeri berkurang skala
Observasi reaksi
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
V/S dbn (TD 120/80 ruangan, pencahayaan, kebisingan. mmHg,
N:
x/mnt,
RR:
60-100 16-
20x/mnt)
Kurangi faktor presipitasi nyeri. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi
dll)
untuk
mengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi
tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :
Cek program pemberian analogetik;
jenis, dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
Berikan
analgetik
tepat
waktu
terutama saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
3
Ketidakseimbangan
Setelah
dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari askep …. jam klien
kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh b/d menunjukan status
Kaji adanya alergi makanan.
intake
Kaji makanan yang disukai oleh
adekuat, biologis
nutisi
in nutrisi faktor adekuatdibuktikan
klien. dengan BB stabil tidak Kolaborasi dg ahli gizi untuk terjadi mal nutrisi, penyediaan nutrisi terpilih sesuai tingkat energi adekuat, dengan kebutuhan klien. masukan
nutrisi
adekuat
Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.
Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung
cukup
serat
untuk
mencegah konstipasi.
Berikan
informasi
tentang
kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.
Monitor Nutrisi
Monitor
BB
setiap
hari
jika
memungkinkan.
Monitor situasi
respon
yang
klien
terhadap
mengharuskan
klien
makan.
Monitor lingkungan selama makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam proses
mastikasi/input
makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb. 4
Risiko imunitas primer
infeksi
b/d Setelah
Monitor intake nutrisi dan kalori.
dilakukan Konrol infeksi :
tubuh askep …… jam tidak
Bersihkan
lingkungan
setelah
menurun, terdapat faktor risiko dipakai pasien lain.
prosedur invasive
infeksi pada
klien
Batasi pengunjung bila perlu.
dengan Intruksikan kepada keluarga untuk status imune klien mencuci tangan saat kontak dan adekuat: bebas dari sesudahnya. dibuktikan
gejala infeksi, angka Gunakan sabun anti miroba untuk lekosit normal (4- mencuci tangan. 11.000), Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
Pertahankan
lingkungan
yang
aseptik selama pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari.
Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
berikan antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
Monitor hitung granulosit dan WBC.
Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi..
Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
Ambil kultur jika perlu
Dorong istirahat yang cukup.
Monitor perubahan tingkat energi.
Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.
Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.
5
Laporkan kecurigaan infeksi.
Laporkan jika kultur positif.
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tentang penyakit dan askep
Teaching : Dissease Process
perawatan nya b/d ........jam,pengetahuan kurang terpapar dg klien meningkat. Dg informasi,
KH:
terbatasnya kognitif
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit Jelaskan
tentang
penyakit, tanda
Klien / keluarga
dan
patofisiologi gejala
serta
penyebab yang mungkin
mampu menjelaskan kembali penjelasan
Sediakan informasi tentang kondisi klien
yang telah dijelaskan Siapkan keluarga atau orang-orang Klien / keluarga yang berarti dengan informasi tentang kooperatif saat dilakukan tindakan.
perkembangan klien
Sediakan informasi tentang diagnosa klien
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses
penyakit
Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
Jelaskan
alasan
dilaksanakannya
tindakan atau terapi
Dorong
klien
pilihan-pilihan
untuk atau
menggali
memperoleh
alternatif pilihan
Gambarkan
komplikasi
yang
mungkin terjadi
Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
6
Risiko aspirasi b/d Setelah inefektifnya
dilakukan Aspiration precaution
reflek askep …. jam tidak
menelan
terjadi
Monitor tingkat kesadaran, reflek
aspirasi batuk dan kemampuan menelan
/Aspiration tercontrol
Monitor status paru
bernafas
Pelihara jalan nafas
Kriteria Hasil :
kolaborasi dg tim yang lain.
Dapat dengan
mudah
dan frekuensi normal (16 20x/mnt). Pasien mampu menelan,
mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu melakukan oral hygien, serta posisi M/M
tegak
selama
Monitor v/s Lakukan suction jika diperlukan Cek nasogastrik sebelum makan Hindari makan kalau residu masih banyak Potong makanan kecil kecil Haluskan obat sebelum pemberian Naikkan kepala 30-45 derajat pada saat dan setelah makan Jika pasien menunjukkan gejala mual muntah, posisikan klien miring.
factor
Menghindari risiko
Jika perlu suapi klien perlahan dan berikan
Jalan
waktu
cukup
untuk
paten, mengunyah / menelan
nafas
mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal 7
Defisit self care b/d Setelah kelemahan
dilakukan Bantuan perawatan diri keperawatan
asuhan
Monitor
kemampuan
pasien
…. jam klien mampu terhadap perawatan diri
Perawatan diri Self
Monitor kebutuhan akan personal
care
Daly
:Activity hygiene, berpakaian, toileting dan Living (ADL) makan Beri bantuan sampai klien dapat mempunyai kemapuan untuk merawat aktivitas diri
dengan indicator : Pasien melakukan
(makan, Bantu klien dalam memenuhi berpakaian, kebersihan, kebutuhannya. toileting, ambulasi) Anjurkan klien untuk melakukan Kebersihan diri pasien aktivitas sehari-hari sesuai terpenuhi kemampuannya sehari-hari
Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin
Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.
8
Harga diri rendah b/d Setelah perubahan
dilakukan Peningkatan harga diri
gaya askep …. jam klien Monitor pernyataan pasien tentang
hidup
menerima
keadaan harga diri
dirinya Dg KH:
Mengatakan penerimaan
Anjurkan
pasien
utuk
mengidentifikasi kekuatan diri
& Anjurkan
kontak
mata
jika
keterbatasan diri
berkomunikasi dengan orang lain
Menjaga postur yang Bantu pasien mengidentifikasi respon terbuka
positif dari orang lain.
Menjaga kontak mata Berikan
Komunikasi terbuka
Secara dapat dan
seimbang Fasilitasi lingkungan dan aktivitas berpartisipasi meningkatkan harga diri. mendengarkan Monitor
frekuensi
pasien
mengucapkan negatif pada diri sendiri.
Menerima kritik yang Yakinkan pasien percaya diri dalam konstruktif
yang
meningkatkan otonomi pasien.
dalam kelompok
pengalaman
menyampaikan pendapatnya
Menggambarkan kebanggaan diri
Anjurkan
pasien
untuk
tidak
terhadap mengkritik negatif terhadap dirinya Sampaikan percaya diri terhadap kemampuan pasien mengatasi situasi Bantu pasien menetapkan tujuan yang realistik dalam mencapai peningkatan harga diri. Bantu
pasien
menilai
kembali
persepsi negatif terhadap dirinya. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tanggung jawab terhadap dirinya. Gali alasan pasien mengkritik diri sendiri Anjurkan
pasien
mengevaluasi
perilakunya. Berikan terhadap
reward
kepada
perkembangan
pencapaian tujuan Monitor tingkat harga diri
DAFTAR PUSTAKA
pasien dalam
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999 Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001 Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth Edition. St. Louis Missouri : Mosby Elsevier. Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 oleh NANDA International. Jakarta : EGC Bulechek ,Dochterman. Nursing Interventions Classification (NIC).Fourth Edition. St. Louis Missouri : Mosby Elsevier. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997 Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001