Laporan Oktober 2016.docx

  • Uploaded by: deviarialuthfiana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Oktober 2016.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,394
  • Pages: 9
Nomor : 037/PPI/RSUS/IX/2016 Perihal : Laporan bulan September 2016 Lamp : 39 halaman

Kepada Yth Direktur RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung Di Tempat

Dengan Hormat Bersama ini saya lampirkan laporan kegiatan Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung bulan Agustus 2016. Beberapa format audit yang belum terselesaikan di bulan Juli sudah tersusun, walaupun belum semua terpenuhi sesuai dengan program mengingat IPCN Rumah Sakit Urip Sumoharjo belum lama terbentuk. Namun demikian kami berusaha untuk terus memperbaiki dan melengkapi kekurangan dokumen dan program kerja PPI RS Urip SUmoharjo. Dukungan, saran dan kritik sangat kami butuhkan untuk perbaikan kinerja kami. Demikian laporan ini kami sampaikan. Atas perhatian yang Bapak berikan, kami ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 10 Oktober 2016 Ketua Komite PPI-RS Urip Sumoharjo

dr. Wiranto Basuki, SpPK

LAPORAN KERJA PPI ( PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT ) A. PENDAHULUAN Health-care Associated Infections (HAIs)” merupakan komplikasi yang paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai Infeksi di rumah sakit ”Hospital-Acquired Infections” merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak berakibat kematian, pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang lebih banyak. HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Angka kejadian terus meningkat mencapai sekitar 9% (variasi3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.Kondisi ini menunjukkan penurunan mutu pelayanan kesehatan. Tak dipungkiri lagi untuk masa yang akan datang dapat timbul tuntutan hukum bagi sarana pelayanan kesehatan, sehingga kejadian infeksi di pelayanan kesehatan harus menjadi perhatian bagi Rumah Sakit. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan peningkatan angka morbiditas, mortalitas, peningkatan lama hari rawat dan peningkatan biaya rumah sakit. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Penting bagi karyawan rumah sakit, termasuk juga karyawan baru memahami proses terjadinya infeksi, mikroorganisme yang sering menimbulkan infeksi, serta bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Sebab bila sampai terjadi infeksi

nosokomial akan cukup sulit mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten terhadap banyak antibiotika. Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang HAIs dan mutu pelayanan kesehatan. B. TUJUAN a. TUJUAN UMUM Mengetahui angka infeksi (HAIs) Rumah Sakit Urip Sumoharjo b. TUJUAN KHUSUS  Mengetahui jumlah angka infeksi rumah sakit yang terdiri dari phlebitis, dekubitus, ILO, ISK, IADP, VAP  Menentukan rencana tindak lanjut menurunkan angka infeksi jika terjadi di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.  Meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit Urip Sumoharjo. C. RUANG LINGKUP Kegiatan surveilans yang dilakukan di seluruh unit perawatan oleh IPCN yaitu survey angka infeksi rumah sakit / HAIs yang meliputi VAP (Ventilator Asociated Pneumonia) / infeksi akibat pemasangan ventilator mekanik, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) / infeksi akibat pemakaian kateter vena sentral, ISK (Infeksi Saluran Kemih) / infeksi akibat pemakaian kateter urine, ILO (Infeksi Luka Operasi), Phlebitis / infeksi akibat pemakaian kateter vena perifer, Dekubitus / infeksi kulit akibat tirah baring yang lama, HAP (Hospital Aquired Pneumonia) / infeksi akibat tirah baring lama. Selain data surveilans, PPI RS Urip Sumoharjo juga melakukan audit dan edukasi baik kepada karyawan dan juga kepada pasien dan keluarganya. Monitoring dan evaluasi ke unitunit terkait dilakukan secara rutin setiap bulan. D. DASAR LAPORAN Laporan ini ditulis atau disusun berdasarkan Pedoman Surveilans Infeksi yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011 bahwa hasil surveilans angka infeksi harus disampaikan keseluruh anggota komite, Direktur rumah sakit dan unit terkait.

E. HASIL EVALUASI PROGRAM 1. Surveilans data infeksi Rumah Sakit Angka infeksi pemakaian alat medis pada bulan Agustus 2016 mencapai : a. Angka infeksi VAP akibat pemakaian alat ETT/Ventilator

=0‰

Angka ini didapat dari data surveilans pemakaian ETT / Ventilator sebanyak 58 hari selama bulan September 2016.

b. Angka infeksi IADP akibat pemakaian alat CVL

=0‰

Angka ini didapatkan dari data surveilans pemakaian CVL sejumlah 9 hari selama bulan September 2016. c. Angka infeksi phlebitis akibat pemakaian IVL

= 0,6 ‰

Data infeksi phlebitis dilaporkan oleh ruang Bougenville 1 sebanyak 4 pasien pada bulan September 2016 dari 6.950 pemasangan intra vena line. d. Angka infeksi ISK akibat penggunaan kateter

=0‰

Angka ini berdasarkan pemakaian alat kateter selama 528 hari selama bulan September 2016. e. Angka infeksi Dekubitus karena tirah baring

=0%

Angka ini didaptkan dari data surveilans tirah baring bulan September 2016 sebanyak 120 hari. f. Angka infeksi ILO karena luka operasi

= 0%

Dari 487 pasien yang dilakukan tindakan pembedahan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo tidak ditemukan adanya infeksi luka operasi atau tidak terlaporkan mengingat pasien yang melakukan kunjungan ulang (control) tidak semua kembali ke RSumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung. 2. Audit kepatuhan kebersihan tangan Persentase Kepatuhan Hand Hygiene petugas bulan September 2016 adalah 84,4 % yang dilakukan pada 98 orang tenaga keperawatan, 17 orang pramusiwi, 9 orang dokter spesialis, 7 orang dokter umum, 6 orang house keeping, 14 orang pramusaji, 12 orang tenaga analis laboratorium, 5 orang tenaga bidan, 6 orang tenaga fisioterapi, 6 orang tenaga radiographer, 3 orng tenaga farmasi, 5 orang tenaga laundry. 3. Audit kepatuhan APD a. Tingkat kepatuhan penggunaan APD bagi petugas loundry sebesar 80 % Angka ini menurun dibandingkan bulan Agustus sebesar 88,2%. Kepatuhan petugas untuk penggunaan kacamata google belum konsisten, sementara untuk bagian pelipatan linen belum konsisten menggunakan sarung tangan. b. Kepatuhan APD ruang instalasi gizi sangat kecil dengan nilai 75 % Angka kepatuhan APD ruang Gizi meningkat menjadi 75% dibandingkan dengan bulan Agustus 2016 sebesar 34,8%. Kepatuhan penggunaan sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan memasak, mencuci peralatan, dan penyajian makanan belum dilakukan setiap saat dan belum dilakukan oleh semua petugas. Namun hal ini cukup menunjukkan peningkatan yang signifikan. Begitu juga penggunaan sepatu saat melakukan tindakan memasak, mencuci bahan mentah, dan mencuci peralatan. Petugas hanya menggunakan sandal jepit sementara standar SPO menggunakan sepatu. Hal ini riskan terjadi resiko jatuh / terpeleset saat melakukan kegiatan.

c. Kepatuhan perawatan menggunakan APD handscoon saat melakukan tindakan mencapai 100%. d. Kepatuhan house keeping / laundry pada bulan September 2016 mencapai 70,8%. Pada petugas house keeping terjadi peningkatan kepatuhan penggunaan APD dibandingkan bulan Agustus 2016 sebesar 66,7%. Permasalahan yang sering timbul yaitu petugas house keeping masih sering menggunakan handscoon biasa (bukan handscoon rumah tangga). e. Audit Kelengkapan prasarana / sarana PPI a. Dari 12 ruang perawatan pasien sarana / prasarana kebersihan tangan didapatkan angka 89,9%. Terjadi peningkatan kelengkapan fasilitas prasarana / sarana dibandingkan bulan Agustus 2016 sebesar 83,3%. Masalah yang ditemukan yaitu adanya peralatan yang digunakan untuk mencuci alat makan/alat ganti balutan pada wastafe. tempat sampah yang belumm tersedia didekat wastafel. Masih ditemukan adanya tempat sampah yang bukan injak, ini tidak sesuai dengan standar PPI. b. Untuk sarana / prasarana di ruang apotek depan cukup kecil dengan angka pencapaian hanya 28,6% Wastafel cuci tangan sudah tersedia, namun belum lengkap dengan sabun cair, handuk kertas cuci tangan. f. Edukasi petugas baru Dilakukan sosialisasi kepada karyawan baru tentang 5 program besar pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit termasuk didalamnya struktur organisasi PPI RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung. g. Edukasi pasien dan pengunjung Dilakukan pada pasien baru dan penunggu / pengunjung yang ada saat kunjungan petugas PPI-RS h. Monitoring Pengendalian lingkungan RS Dari unit-unit yang dilakukan audit didapatkan pencapaian angka 95%. Angka ini meningkat dibandingkan bulan Agustus 2016 sebesar 87,5% namun masih ditemukan debu pada area unit – unit tersebut. a. Uji swab lantai ruang Cagar Alam 8

= 9,75 koloni / cm²

b. Uji swab lantai kantor perawat ruang keratun

= 4,65 koloni / cm²

Uji swab lantai ruang kantor perawat Khaja

= 4,80 koloni / cm²

Uji swab lantai ruang neonatus

= 4,50 koloni / cm²

c. Uji air minum RO HD B total bakteri koliform = 0 Uji air minum RO HD B total E coli

=0

Uji swab dialyzer air ke 1 ALT

= < 10 CFU

Uji swab dialyzer darah ke 1 ALT

= < 10 CFU

Uji swab dialyzer darah ke 3 ALT

= < 10 CFU

i. Monitoring CSSD Hasil swab bahan habis pakai kain kassa mencapai angka 0 koloni/cm². Sementara gunting di ruang kamar bedah mencapai angka 0 koloni/cm². j. Monitoring Loundry Persentase kepatuhan petugas londry berdasarkan hasil audit sebesar 100%. Hasil yang maksimal. k. Monitoring gizi Persentase untuk instalasi gizi yang didapat sebesar 87,5% dimana pengukur suhu penyimpanan lauk pauk belum tersedia dan tempat sampah tertutup belum tersedia. l. Monitoring kantin / kafe Belum dilakukan. m. Monitoring Kamar Jenazah Belum dapat dilakukan, mengingat belum tersedianya ruang jenazah. n. Monitoring peralatan single use yang direuse Belum dapat dilakukan dikarenakan format yang belum tersedia. o. Monitoring farmasi Belum dapat dilakukan dikarenakan belum tersedianya format audit. p. Monitoring sampah infeksius dan cairan tubuh Belum dapat dilaksanakan q. Monitoring pembuangan darah dan komponen darah Belum sesuai standar, karena untuk darah dan komponennya belum dibuang pada wastafel limbah. r. Monitoring pembuangan benda tajam Belum dapat dilakukan dikarenakan belum tersedianya format audit. s. Monitoring pencatatan dan pelaporan jika terjadi insiden Belum dapat dilakukan terkait belum adanya kebijakan tentang biaya screening awal dan lanjutan bagi korban. t. Monitoring penggunaan APD ruang isolasi Kepatuhan petugas ruang isolasi dalam menggunakan APD sebesar 75 % Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan Agustus 2016 sebesar 45,5%. Penggunaan baju khusus saat petugas berada di dalam dan diluar ruangan (mengantar rontgen, dll) masih menggunakan pakaian yang sama, kendala yang etrjadi

juga dengan belum tersedianya filter heap, namun masih dapat dilakukan dengan ventilasi alami. u. Monitoring kesehatan karyawan Pemeriksaan kesehatan belum dilakukan pada unit instalasi gizi dan seluruh unit khusus / beresiko belum dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala pada tahun 2016. v. Monitoring pelaksanaan renovasi / rekontruksi bangunan ICRA bulan September 2016 : melanjutkan pembangunan untuk gedung rekam medis. Pada beberapa unit / ruang masih ditemukan adanya dinding yang belum ditutup / sisa pembangunan / renovasi gedung seperti di kamar operasi, ruang instalasi gizi, ruang laundry. w. Monitoring pelaksanaan kebersihan / dekontaminasi ambulance Belum dapat dilaksanakan dikarenakan belum tersedianya format audit.

F. RENCANA TINDAK LANJUT 1. Surveilans data infeksi rumah sakit Pengumpulan data pemakaian alat kesehatan dan angka infeksi HAIs dilakukan bekerjasama dengan IPCLN. 2. Audit kepatuhan kebersihan tangan Angka kepatuhan kebersihan tangan yang mencakup 5 moment belum menjadi kebiasaan petugas, masih dijumpai petugas yang lupa belum melakukan cuci tangan sebelum atau sesudah kontak dengan pasien. Perlu pengawasan untuk dapat menjadikan cuci tangan sebagai kebiasaan bagi petugas dalam menerapkan 5 moment. 3. Audit kepatuhan APD Penggunaan APD paling kecil pada petugas house keeping. Petugas house keeping belum tertib dalam menggunakan sarung tangan dan atau sarung tangan rumah tangga. 4. Audit Kelengkapan prasarana / sarana PPI Audit kelengkapan saran / prasarana kebersihan tangan untuk ruang apotek depan tergolong sangat kecil hanya 28,6% untuk itu langsung dikoordinasikan dengan Kepala Instalasi Farmasi. 5. Edukasi petugas baru Berkoordinasi dengan bagian PSDM saat dilakukan orientasi karyawan baru.

6. Edukasi pasien dan pengunjung Untuk dapat memaksimalkan hasil yang diharapkan, maka program ini dilakukan melalui kerjasama dengan IPCLN. 7. Monitoring Pengendalian lingkungan RS Uji swab dilakukan secara rutin berkoordinasi dengan petugas kesehatan lingkungan RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung. 8. Monitoring CSSD Disarankan agar alur pengambilan alat bersih dan pengantaran kotor tidak bertemu sesuai dengan standar PPI, penyeterilan alat dan kassa disarankan menggunakan wrapping papper sehingga kesterilan alat dapat terjamin. 9. Monitoring Loundry Berdasarkan buku MANAJEMEN LINEN tahun 2004 bahwa tidak adanya proses penjemuran linen di lingkungan rumah sakit sehingga diperlukan adanya penambahan mesin pengering linen. 10. Monitoring gizi Untuk menjaga kebersihan ruang instalasi gizi, bagian bangunan yang masih belum tertutup karena renovsi gedung sebaiknya segera dilakukan penutupan sehingga vector(kecoa, tikus) tidak dapat masuk ke dalam ruang pengolahan bahan makanan. 11. Monitoring kantin / kafe Sebaiknya terdapat wastafel cuci tangan di lingkungan kantin / kafe. 12. Monitoring Kamar Jenazah Sesuai standar pelayanan rumah sakit maka harus tersedia kamar jenazah sesuai panduan kamar jenazah. 13. Monitoring peralatan single use yang direuse Segera disediakan format monitoring peralatan single use yang di reuse untuk ruang ICU, OK, Chemoterapi, dan Hemodialisa. 14. Monitoring farmasi Segera dibuatkan formulir audit farmasi. 15. Monitoring sampah infeksius dan cairan tubuh Berkoordinasi dengan unit terkait agar lebih tertib dalam memisahkan sampah infeksius dan cairan tubuh. 16. Monitoring pembuangan darah dan komponen darah Belum adanya kebijakan direktur tentang pembuangan darah dan komponen darah terutama untuk bagian laboratorium. Berkoordinasi dengan bagian pelayanan penunjang medis.

17. Monitoring pembuangan benda tajam Segera dibuatkan lembar audit pembuangan sampah benda tajam. 18. Monitoring pencatatan dan pelaporan jika terjadi insiden Berkoordinasi dengan bagian PSDM untuk kebijakan tentang biaya screening awal dan lanjutan bagi korban. 19. Monitoring penggunaan APD ruang isolasi Berkoordinasi dengan bagian Purchasing untuk mengajuan filter Hepa. 20. Monitoring kesehatan karyawan Dilakukan sesuai dengan jadual yang telah ditentukan 21. Monitoring pelaksanaan renovasi / rekontruksi bangunan Dilakukan dengan berkoordinasi dengan bagian umum. 22. Monitoring pelaksanaan kebersihan / dekontaminasi ambulance Belum dapat dilaksanakan dikarenakan belum tersedianya format monitoring, akan segera dibuatkan format audit.

G. PENUTUP Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang saat ini makin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilain pihak rumah sakit dihadapi tantangan yang makin besar. Rumah sakit di tuntut agar dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu, akuntabel, dan transparan kepada masyarakat,

khususnya bagi jaminan keselamatan pasien (patient safety). Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit, maka peran dan fungsi dari IPCN merupakan motor dari pencegahan dan pengendalian infeksi terkait patient safety pelayanan kesehatan rumah sakit. Dengan adanya IPCN dapat diharapkan pencegahan dan pengendalian infeksi berjalan dengan baik dan insident rate infeksi dapat diminimalkan. Dukungan semua pihak sangat diharapkan demi terciptanya rumah sakit yang bermutu dan aman bagi pasien serta petugas yang bekerja didalamnya. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 15 Oktober 2016 Ketua Komite PPI

dr. Wiranto Basuki, Sp.PK

Related Documents


More Documents from "IPPRS RSBKEDIRI"

Daftar Persediaan Obat.docx
October 2019 30
Surat Pengunduran Diri.docx
October 2019 24
Undangan Rapat.docx
November 2019 19
Isi Pedoman.docx
October 2019 32