LAPORAN FISIOLOGI
BLOK PANCA INDERA
Kelompok B-11 Ketua: Ramacil Afsan Notoprawiro
(1102009235)
Sekretaris: Rahayu
(1102009233)
Raka Aditya
(1102009234)
Ratna Dilla
(1102009236)
Ratna Sari
(1102009237)
Ratri Ramadianingtyas
(1102009238)
Ravi Krista
(1102009239)
Reza Akbar Rafsanzani
(1102009240)
Reza Ervanda Zilmi
(1102009241)
UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Daftar Isi 1. Praktikum I ...........................................................................................................................3 1.1 Penglihatan 1 .....................................................................................................................4 Visus Mata .......................................................................................................................4 Buta Warna ......................................................................................................................7 1.2 Penglihatan 2 ...................................................................................................................10 Pemeriksaan Luas Lapang Pandang................................................................................10 1.3 Lensa Tipis ......................................................................................................................14 2. Praktikum II ........................................................................................................................23 2.1 Tes Fungsi Pendengaran dengan Garputala ....................................................................24 2.2 Pendengaran dan Keseimbangan ....................................................................................26 Audiometer ....................................................................................................................29 3. Praktikum III ......................................................................................................................32 3.1 Sistem Sensorik ..............................................................................................................33 Perasaan Subjektif Panas dan Dingin ............................................................................34 Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit ......................................................35 Lokalisasi Taktil..............................................................................................................36 Diskriminasi Taktil ........................................................................................................37 Perasaan Iringan (After Image) .......................................................................................38 Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda ......................................................................39 Tafsiran Sikap .................................................................................................................40 Waktu Reaksi ..................................................................................................................40 3.2 Modul Praktikum Fisiologi Pengecapan .........................................................................42 3.3 Modul Praktikum Fisiologi Penghidu .............................................................................46 4. Praktikum IV ......................................................................................................................48 4.1 Sikap dan Keseimbangan Badan .....................................................................................49 Percobaan pada Katak .....................................................................................................50 Percobaan pada Manusia.................................................................................................52 4.2 Percobaan Keseimbangan pada Manusia ........................................................................54 Percobaan dengan Kursi Barany .....................................................................................56 Tes Penyimpangan Penunjukkan ....................................................................................57 Kesan Sensasi..................................................................................................................57 Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis ..................................58 5. Daftar Pustaka ....................................................................................................................60
Page 2
PRAKTIKUM 1
Page 3
PENGLIHATAN I 1. Visus Mata Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang. Alat-alat yang diperlukan Optotipe Snellen Trial lens Trial frame Dasar Teori Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu (Ilyas, 2009). Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Pasiennya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan normal. Pada keadaan ini, mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut. Tajam penglihatan normal ratarata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (atau 20/15 atau 20/20 kaki). Tajam penglihatan maksimum berada di daerah fovea, sedangkan beberapa faktor seperti penerangan umum, kontras, berbagai uji warna, waktu papar, dan kelainan refraksi mata dapat merubah tajam penglihatan mata (Ilyas, 2009). Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata. Setiap mata diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan terlebih dahulu kemudian kiri lalu mencatatnya. Dengan gambar kartu Snellen ditentukan tajam penglihatan dimana mata hanya dapat membedakan dua titik tersebut membentuk sudut satu menit. Satu huruf hanya dapat dilihat bila seluruh huruf membentuk sudut lima menit dan setiap bagian dipisahkan dengan sudut satu menit. Makin jauh huruf harus terlihat, maka makin besar huruf tersebut harus dibuat karena sudut yang dibentuk harus tetap lima menit (Ilyas, 2009). Ketajaman normal memiliki visus 20/20 yang merupakan jarak antara subjek dengan chart. Hal ini menjelaskan jarak dimana garis yang membentuk huruf dapat dipisahkan dengan sudut penglihatan minimal 1 menit, yang dibaca pada mata tanpa kelainan refraktif dalam jarak 20 ft. Pengukuran ini sama dengan visus 6/6 dimana jarak 6 meter. Visus 20/20 menunjukkan ketajaman mata normal, 20/40 ketajaman dianggap separuh normal, dan 20/10 memiliki ketajaman dua kali orang normal. Ketajaman visual diukur berdasarkan resolusi spasial dari proses sistem penglihatan. Simbol berwarna hitam pada background berwarna putih digunakan untuk kontras maksimum dan jarak yang ditetapkan 6 meter merupakan Page 4
jarak minimum mata normal untuk melihat tanpa melakukan akomodasi. Dalam pemeriksaan, lensa digunakan dalam berbagai kekuatan untuk memperbaiki kelainan refraktif yang ada dan menggunakan pinhole akan memperbaiki kelainan refraktif. Biasanya huruf digunakan dalam melakukan pemeriksaan (Snellen chart) namun simbol lain (huruf E yang menghadap berbagai arah) juga dapat digunakan. Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti : - Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam meter. - Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30. - Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50. - Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak enam meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter. - Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. - Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter. - Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah 1/300. - Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga. - Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol (Ilyas, 2009). Untuk mengetahui sama tidaknya ketajaman penglihatan kedua mata dapat dilakukan dengan uji menutup salah satu mata. Bila satu mata ditutup akan menimbulkan reaksi yang berbeda pada sikap anak, yang berarti ia sedang memakai mata yang tidak disenangi atau kurang baik dibanding dengan mata lainnya (Ilyas, 2009). Tata Kerja 1. OP duduk menghadap optotipe Snellen dengan jarak 6 meter. 2. Pasang trial frame pada mata. 3. Satu mata ditutup dengan menggunakan telapak tangan sisi yang sama tanpa menekan bola mata, biasanya yang ditutup adalah mata kiri dan mata kanan diperiksa lebih dahulu. 4. OP diminta membaca huruf pada optotipe Snellen dimulai dari huruf yang terbesar sampai ke huruf terkecil pada baris-baris selanjutnya yang masih dapat terbaca. 5. Catat hasil pemeriksaan.
Page 5
Hasil Praktikum Visus (ketajaman penglihatan) Nama OP Rahayu (20 tahun) Ratna Sari (20 tahun)
Refraksi dan Koreksinya Nama OP Rahayu (20 tahun) Ratna Sari (20 tahun)
Visus OV OD 6/30 OV OS 6/21 OV OD 6/6 OV OS 6/6
Refraksi Miopia Emetropia
Koreksi (Jika Ada) Lensa sferis konkaf -3.5D Tidak ada
Pembahasan Pada o.p pertama, visusnya kurang dari 6/6. Artinya, kemungkinan besar o.p pertama miopia. Ketika dikoreksi dengan lensa sferis mulai dari -1D, lensa negatif terlemah yang memberikan visus maksimal adalah lensa -3.5D pada mata kanan dan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa o.p pertama mengalami kelainan refraksi miopi dan dapat dikoreksi dengan lensa sferis negatif berkekuatan 3,5D. Pada o.p kedua, visusnya 6/6. Artinya, o.p dapat melihat huruf pada jarak enam meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam meter. Dalam hal ini o.p tidak perlu diberikan lensa karena visusnya sudah normal.
Gambar 1
Page 6
Kesimpulan Ketajaman penglihatan (visus) bergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensifitas dari interpretasi di otak. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea. Ketajaman visus juga dipengaruhi oleh diameter pupil. Mata memiliki kemampuan berefraksi untuk menghasilkan bayangan yang tepat di retina. Kelainan-kelainan seperti miopi, hipermetropi, astigmatisme, dan afakia dapat diatasi dengan penggunaan lensa yang tepat. Lapang pandang manusia memiliki batas pada sudut-sudut tertentu, dan pada bagian temporal terdapat area yang tidak terlihat karena adanya bintik buta pada posterior mata. Penglihatan manusia bersifat binocular karena adanya titik identik pada kedua retina. Pada retina terdapat berbagai macam fotoreseptor sehingga manusia bisa melihat bermacam warna. 2. Tes Buta Warna Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kelainan buta warna atau tidak Alat yang diperlukan Buku ishihara 38 plate Teori Dasar Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu. Pada retina manusia normal terdapat 2 jenis sel yang sensitif terhadap cahaya. Yaitu sel batang (rod cell) yang aktif pada cahaya rendah dan sel kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya intensitas tinggi / terang. Sel kerucut ini yang membuat kita dapat melihat warna dan membedakan warna. Pada kondisi normal sel kerucut mempunyai spectrum terhadap 3 warna dasar yaitu merah, hijau, biru. Orang normal sel kerucutnya sensitive untuk 3 jenis warna ini. Pada orang tertentu mungkin hanya 2 atau 1 atau bahkan tak ada sel krucut yang sensitive terhadap warna-warna tersebut. Pada kasus ini orang ini akan menderita buta warna. Jadi buta warna biasanya menyangkut warna merah, biru, hijau. Meski demikian ada juga orang yang sama sekali tak bisa melihat warna, atau hanya tampak sebagai hitam dan putih. Namun kasus seperti ini jarang terjadi. Buta warna dapat terjadi karena faktor keturunan atau karena memang kita mengalami kelainan pada retina, saraf optic dan mungkin juga pada otak kita. Sifat penurunannya bersifat X-linked recessive. Artinya diturunkan melalui khromosom X. Hal ini menjelaskan bahwa buta warna selalu ditemukan pada lelaki, sedangkan perempuan berfungsi sebagai carrier (pembawa sifat tapi tidak terkena). Ada 3 jenis buta warna, yaitu : 1. Trikromasi, jenis buta warna yang diderita banyak orang. *Protanomali, seorang buta warna yang lemah mengenal warna merah. *Deuteromali, seorang buta warna yang lemah mengenal warna hijau. *Trinomali (low blue) , buta warna lemah mengenal warna biru. 2. Dikromasi atau buta warna parsial, keadaan ketika 1 dari 3 sel kerucut tidak ada. *Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah /perpaduannya kurang. *Deuteranopia. Retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhada hijau. *Tritanopia, sel kerucut biru tidak ditemukan. Page 7
3. Monokromasi atau buta warna total, retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Tandanya dengan hilangnya/berkurangnya semua penglihatan warna. Yang terlihat hanya warna hitam dan putih. Buta warna jenis ini prevalensinya sangat jarang. Metode Ishihara Menurut Guyton (1997) Metode ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan kartu bertitik-titik, seperti gambar 1. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna. Pada gambar 1. orang normal akan melihat angka “74”, sedangkan penderita buta warna merah-hijau akan melihat angka “21”.
gambar 1
Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism). Dalam tes buta warna ishihara ini digunakan 38 plate atau lembar gambar. Dimana gambar-gambar tersebut memiliki urutan 1 sampai 38. Tata Kerja 1. Perlihatkan satu-persatu gambar yang terdapat dalam buku Ishihara. 2. Suruh o.p mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku ishihara. 3. Catat dan analisis hasil pemeriksaan. Hasil Praktikum Nama OP Rahayu (20 tahun) Ratna Sari (tahun)
Hasil − −
Keterangan : a. (-) artinya tidak mengalami buta warna atau normal b. (+) artinya mengalami buta warna Pembahasan Pada pemeriksaan tes buta warna yang dilakukan pada o.p pertama maupun o.p kedua hasilnya normal atau tidak mengalami buta warna. Yang perlu diperhatikan saat pemeriksaaan tes buta warna adalah ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaan serta lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimal 10 detik. Page 8
Buta warna terjadi karena retina penangkap cahaya tidak dapat menangkap panjang gelombang warna tertentu sehingga pasien sulit membaca atau membedakan warna. Persepsi warna merupakan respon otak atas stimulus yang diterima oleh retina.
Kesimpulan Tes Buta warna total
1.
Buta warna parsial
1. 2.
3. Normal
1.
2.
Pengambilan Kesimpulan Jika gambar 1 salah dan jawaban gambar lain diabaikan Jika gambar 1 benar, gambar 2 sampai gambar 16 ada salah lebih dari 3 atau Jika gambar 1 benar, gambar 22 sampai gambar 24 jawaban hanya benar pada salah satu gambar atau Jika gambar 1 benar, jika gambar 18 sampai gambar 21 terlihat angka. Jika gambar 1 sampai gambar 17 benar, atau gambar 1 harus benar dan lebih dari 13 gambar dijawab benar. Gambar 22 sampai gambar 24 benar atau 2 gambar benar.
PENGLIHATAN II
Page 9
1. Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter) Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: 1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang berhubungan dengan peristiwa tersebut 2. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan perimeter. 3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanismenya. 4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung (konsensui) dengan refleks pupil pada akomodasi 5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas. 6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri. Alat yang diperlukan 1. Perimeter + Formulir 2. Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu Teori Dasar Lapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat oleh sebuah mata pada suatu jarak tertentu. Dibagi menjadi bagian nasal (medial) dan bagian temporal (lateral). Proses pemetaan lapang pandang disebut perimetri, dengan menggunakan alat yang disebut perimeter. Perimetri dilakukan dengan menutup satu mata, dengan mata lain melihat pada suatu titik sentral di depan matanya. Kemudian suatu bintik kecil cahaya atau benda kecil digerakkan ke arah titik sentral ini di seluruh lapangan pandang, ke arah nasal dan lateral serta ke atas dan ke bawah, dan orang yang diperiksa memberitahu jika bintik cahaya atau benda tersebut sudah terlihat dan bila tidak terlihat. Pada saat yang sama, dibuat peta lapang pandang mata yang diperiksa, yang menunjukkan area orang tersebut dapat atau tidak dapat melihat target. Dengan memperhatikan lokasi dimana target tidak terlihat dan menjadi terlihat lagi, bintik buta juga dapat dipetakan. Di bagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat sebuah titik buta (blind spot). Titik buta di bagian lain lapangan pandang disebut skotoma. Pada retinitis pigmentosa, bagian-bagian retina mengalami degenerasi dan terjadi pengendapan berlebihan pigmen melanin di bagian-bagian ini. proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian meluas kearah tengah. Salah satu kegunaan perimetri yang penting adalah untuk mengetahui lokalisasi lesi di jaras saraf penglihatan. Lesi pada saraf optik, kiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika menimbulkan pola daerah kebutaan lapang pandang yang berbeda. Kerusakan pada saraf optik menimbulkan kebutaan pada mata tersebut. Kerusakan kiasma optikum menghambat penjalaran impuls pada kedua retina bagian nasal yang berfungsi untuk melihat lapang pandang bagian temporal. Gangguan pada traktus optikus memutuskan persarafan separuh bagian tiap retina pada sisi yang sama dengan lesi. Akibatnya, kedua mata tidak dapat melihat objek pada sisi yang berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia homonim. Kerusakan pada radiasio optika atau pada korteks penglihatan juga akan menyebabkan hemianopsia homonim.
Tata Kerja 1. Suruh o.p. duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter. 2. Tutup mata o.p. dengan sapu tangan. Page 10
3. Letakan dagu o.p. ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu. 4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter. Sebagai berikut: a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas perimeter. b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan garis 0-180 piringan perimeter, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter 5. Suruh o.p. memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan op harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut. 6. Gunakan benda yang dapat digeser pada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (± 5mm) pada benda tersebut. P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan? dalam busur perimetri, sudah tersedia bulatan dengan beberapa ukuran diameter bulatan. Setiap bulatan terdiri dari beberapa warna berbeda, yaitu putih, merah, biru, kuning dan hijau. Kita hanya tinggal mencari diameter yang sesuai dan memutar warna sesuai yang kita inginkan. Dalam praktikum kali ini, kita menggunakan diameter sedang (± 5 mm) selanjutnya kita pilih warna, dengan cara memutar bulatan sampai menemukan warna yang sesuai. Sebagai contoh, kita ingin melalukan tes lapang pandang untuk mata kanan dengan warna merah. Maka kita putar bulatan tersebut hingga tampak warna merah pada bulatan. 7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri o.p. ketengah tepat saat o.p. melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan. 8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat. P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir? dalam busur perimetri sudah dilengkapi oleh ukuran derajat yang sesuai. Sehingga saat O.P. sudah tidak bisa melihat lagi warna pada bulatan, maka dititik itulah kita membaca sampai di derajat berapakah lapang pandang matanya, kemudian pindahkan kedalam tabel. 9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur. 10. Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30° sesuai arah jarum dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal. 11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukan pencatatan lagi. 12. Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30° sesuai arah jarum dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60° dari bidang horizontal. 13. Periksa juga lapang o.p. untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperti cara diatas. 14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan berwarna putih. P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna? pada pemeriksaan lapang pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu bats sampai dimana benda dapat dilihat jika mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang normal adalah memiliki bentuk tertentu, dan tidak sama kesemua arah. Ada 4 fotopigmen berbeda, 1 di sel batang dan masing masing di 3 sel kerucut rodopsin. Fotopigmen menyerap semua panjang gelombang cahaya, oleh karena itu sel batang hanya mendeteksi perbedaan intensitas, memberi bayangan abu-abu. Tanpa mendekripsikan perbedaan warna. Sedangkan foto pigmen diketiga jenis sel kerucut-kerucut merah, hijau, biru berespon Page 11
selektif terhadap berbagai gelombang cahaya, sel kerucut inilah yang menyebabkan kita dapat membedakan berbagai warna.
Lapangan Pandang Normal 85o Temporal 85o Temporal Bawah 65o Bawah 50o Nasal Bawah 60o Nasal 55o Nasal Atas 45o Atas 55o Temporal Atas Total 500o
Hasil Praktikum OP: Ratri Ramadianingtyas (20 tahun) Hasil Mata kiri: (warna putih) Page 12
Sudut 180° 150° 120° 90° 210° 240° Hasil Mata kanan Sudut Putih Kanan Kiri 180° 50° 60° 150° 60° 45° 120° 50° 40° 90° 35° 40° 210° 240° -
Mata Kanan 60° 47° 47° 40° 50° 40°
Merah Kanan Kiri 65° 55° 65° 55° 65° 45° 50° 45° 55° 55° 60° 55°
Hijau Kanan Kiri 55° 55° 60° 55° 60° 45° 45° 45° 63° 50° 50° 45°
Mata Kiri 50° 50° 40° 40° 55° 45°
Kuning Kanan Kiri 50° 50° 60° 60° 60° 45° 40° 40° 55° 50° 45° 50°
Biru Kanan Kiri 53° 50° 55° 55° 60° 40° 35° 40° 50° 50° 50° 55°
Pembahasan Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai lapangan pandang pada meridian tertentu lebih rendah dari nilai normalnya. Namun beberapa meridian memiliki nilai lapangan pandang yang normal. Secara keseluruhan, diketahui bahwa total kumulatif luas lapangan pandang pada o.p. lebih rendah dari nilai normal. Kemungkinan hal ini disebabkan karena ada kesalahan selama proses percobaan, seperti misalnya posisi derajat busur yang kurang akurat atau karena bulatan putih yang warnanya sudah agak kusam (sehingga lebih sulit terlihat). Kesimpulan Lapang pandang terjauh adalah ketika melihat bulatan berwana merah, hijau dan biru hal ini dikarenakan fotopigmen di ketiga sel kerucut merah, biru, hijau berespon selektif terhadap berbagai panjang gelombang cahaya.
LENSA TIPIS Tujuan Percobaan Page 13
Menentukan jarak focus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan. Alat – Alat Percobaan a. Bangku optic yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin, benda, dan tabir (layar). b. Lensa cembung dan cekung. c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala. d. Lampu proyektor sebagai sumbe rcahaya. Teori Dasar 1.1 Rumus Gauss Benda nyata yang terletak di depan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata dibelakang lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir di belakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperlihatkan pada gambar 1. Lensa (+)
tabir
Benda h
O
h’
f
bayangan
v b
Gambar 1.Diagram pembentukanbaynganolehlensakonvergen. f =titik focus, O = pusatsumbu optic lensa.
Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa 1 1 1 = + 𝑓 𝑏 𝑣 1 𝑏𝑣 = 𝑓 𝑏+𝑣 (1) Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan f = jarak titik focus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen. v = jarak benda terhadap pusat sumbu optic lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan negative untuk benda maya. b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optic lensa, bertanda (+) untuk bayangan nyata dan negative untuk bayangan maya. Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir dan sementara benda maya terletak di depan lensa dan tidak dapat ditangkap oleh tabir , selanjutnya benda maya terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optic lainnya (lensa dan cermin). Disamping itu perbesaran yang didefinisikan debagai perbandingan besar bayangan terhadap objek dapat diperoleh dari persamaan Page 14
𝑚=
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏 =− 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑣
(2) Munculnya tanda negatif hanya karena keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan negative untuk bayangan terbalik.Jika dihalangkan tanda negative dari rumus (2) maka perjanjiannya akan terbalik. 1.2 Rumus Bessel Jika jarak antara benda dan tabir dibuat tetap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir, lihat gambar 2. Posisi-b (+)
bb
Posisi-k (+)
Benda h
bk
vb
d vk a
Gambar 2. Dua kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir.
Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan a = jarak benda ke tabir. d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang diperbesar dan diperkecil. vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar. bb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar. vk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil. bk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil. Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa (3𝑎) 𝑑 = 𝑣𝑘 − 𝑣𝑏 (3𝑏) = 𝑏𝑏 − 𝑏𝑘 (3𝑐) = 𝑏𝑏 − 𝑣𝑏 Mengingat bahwa a = vb +bb maka diperoleh Page 15
𝑎−𝑑 2 𝑎+𝑑 𝑏𝑏 = 2 (4) 𝑣𝑏 =
Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) menghasilkan 𝑎2 − 𝑑 2 𝑓= 4𝑎 (5) Perhatikan bahwa a dan d selalu positif. 1.3 Gabungan Lensa dengan Cermin datar Misalkan benda diletakkan pada bidang focus lensa dan di belakang lensa terdapat cermin datar, lihat gambar 3. Lensa (+)
Cermin
Benda
v Gambar 3. Menentukan panjang focus lensa(+) dengan bantuan cermin datar.
Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga terbentuk bayangan di tempat tak berhingga. Selanjutnya oleh cermin datar berkas ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehingga terbentuk bayangan sama besar pada bidang focus/benda. 1.4 Rumus Lensa Gabungan Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa. Dalam analisis pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jarak fokus fg. Untuk gabungan dua lensa fg dirumuskan sebagai 1 1 1 𝑡 = + − 𝑓𝑔 𝑓1 𝑓2 𝑓1 𝑓2 (6) Dengan f adalah jarak dua sumbu optik lensa. Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t=0 sehingga.
Page 16
1 1 1 = + 𝑓𝑔 𝑓1 𝑓2 (7) 1.5 Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-Divergen. Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif dengan susunan seperti gambar berikut. Lensa (+)
Lensa (-)
b+ Benda h
f+
v+
b-
f-
h’
Bd Ov-
Gambar 4. Pembentukan bayangan oleh gabungan lensa konvergen dan divergen, O- adalah bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi objek/benda maya lensa divergen (-). B- adalah bayangan nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-.
3. Jalannya Percobaan 4-1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen Merujuk pada teori di atas makan penentuan jarak fokus lensa konvergen dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan bantuan cermin datar. 4-1-A. Cara Gauss 1. 2. 3. 4. 5.
Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. Isikan pada tabel data. Ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak fokusnya. Letakkan benda, lensa, dan tabir pada rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar 1. Atur posisi benda, lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil. Ukurlah v, b, tinggi bayangan h’, dan posisi bayangan apakah tegak lurus atau terbalik.Isikanlah hasil ini pada tabel data. Page 17
6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5. 7. Ulangi langkah 6 terus menerus selama masih mungkin. 4-1-B. Cara Bessel 1. Ukurlah tinggi benda yang berbentuk anak panah dan catat hasilnya.Ulangi pengukuran ini sampai 5 kali. 2. Tempatkan benda di depan lampu sorot 3. Tempatkan tabir sejarak 100 cm di belakang benda 4. Tempatkan lensa yang akan diukur jarak fokusnya diantara lensa dan tabir. Susunan posiis benda, lensa, dan tabir akan seperti gambar 2. 5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. Jika tidak terjadi anda mungkin perlu menaikkan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir. 6. Jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posiis lensa secara halus untuk mendapatkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. 7. Catat kedua posisi lensa (vb dan vk), tinggi bayangan dan catat apakah bayangan terbalik atau tegak. 8. Isikan hasil pengukuran ini pada tabel data. 9. Ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. Pada setiap pengulangan posisi lensa harus digesergeser. 4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar 1. Tempatkan benda, lensa (+), dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3. 2. Geserlah posiis benda sehingga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama besar dengan benda. 3. Catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data) 4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali. 4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen 1. Ambil lensa konvergen dan divergen yang akan dibentuk jarak fokusnya. 2. Tempatkan benda, lensa konvergen, dan tabir di belakang lensa. 3. Aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pad aakhir. 4. Catat posisi benda, lensa, dan tabir. 5. Letakkan lensa divergen diantara tabir dan lensa konvergen. Perhatikan bayangan pada tabir akan kabur atau hilang. 6. Atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. 7. Catat posisi lensa divergen dan tabir. 8. Berdasarkan data posiis ini maka hitunglah v+, b+, v-, b- dan hasilnya diisikan pada tabel data. Variabel d adalah jarak antara lensa konvergen dan divergen. 9. Ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali. 5-1-A. Cara Gauss 1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan 2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi bayangan (tegak atau diperbalik) 3. Buatlah tabel ringkasan penghitungan 1 dan 2 Page 18
4. Buat tabel harga 1/v dan 1/b 5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b. 6. Berdasarkan grafik tersebut tentukan f lensa. 5-1-B. Cara Bessel Berdasarkan data percobaan, hitung jarak fokus lensa dengan persamaan (5). 5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak fokus, f=v. Buat tabel ringkasan hasil penghitungan jarak fokus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di atas. Beri catatan/ ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas. Catatan : 1 dioptri = 100/ f(cm), jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 Dioptri. 5-2. Jarak Fokus Lensa Divergen. Tentukan f lensa divergen hasil percobaan. Bagian Fisika Universitas YARSI, Fakultas Kedokteran Data Percobaan 01 : Lensa Objektif Hari/tanggal
: 13 Februari 2012
Nama : Ramacil
Nama Partner : Reza
NIM : 1102009235
NIM
: 1102009241
4-1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen 4-1-A. Cara Gauss Tinggi benda h = 2,5 h’(cm)
Tegak/terbalik
Mr=h’/h
M=b/v
f
(85-43)=42
2
Terbalik
0,8
-0,98
21.25
37
(89-42)=47
3
Terbalik
1,2
-1,27
20.70
3.
30
(101-35)=66
5
Terbalik
2
-2,2
20.62
4.
51
(91-56)=35
1,5
Terbalik
0,6
-0,9
20.76
5.
34
(91-39)=52
3,5
Terbalik
1,4
-1,53
20.56
No.
v (cm)
1.
43
2.
b (cm)
Catatan : h’= tinggi bayangan v = jarak benda ke lensa b = jarak bayangan ke lensa Page 19
4-1-B. Cara Bessel 4-1-B Cara Bessel No.
4-1-C Cermin datar
a (cm)
vk (cm)
vb (cm)
d (cm)
f (cm)
v(cm)
f(cm)
1.
90
59
33
59-33=26
20,62
10
10
2.
95
65
31
65-31=34
20.70
20
20
3.
100
72
29
72-39=43
20,37
4.
105
77
29
77-29=48
20,76
5.
109
82
27
82-27=55
20,31
Catatan : bagian yang digelapkan dihitung dirumah Rumus : f=
𝒂²−𝒅² 𝟒𝒂
d= (vk-vb) 4-2. Lensa Divergen No. 1. 2. 3. 4. 5.
v+(cm) b+(cm) 39 41 44 39 41 39 31 57 28 70 Catatan : v- = d-b+ f-=
v-(cm) (38-41)=-3 (27-39)=-12 (30-39)=-9 (43-57)=-14 (62-70)=-8
d (cm) 38 27 30 43 62
b-(cm) 25 26 28 19 18
f-(cm) -3,40 -22,28 -13,26 -53,2 -14,4
𝑽−𝒙 𝒃− 𝒗− +𝒃−
Pembahasan a. Cara Gauss Page 20
Didapatkan bayangan benda yang terbentuk adalah terbalik pada semua percobaan sesuai dengan hukum lensa cembung (konvergen) yang bersifat maya dan terbalik. Terlihat dari hasil pada M didapatkan nilai yang negatif. b. Cara Bessel Pada percobaan pertama dengan jarak benda 90 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan bayangan diperbesar (vb) 33 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 59 cm, dengan jarak 2 lensa (d) 26 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,62 cm. Pada percobaan kedua dengan jarak benda 95 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan bayangan diperbesar (vb) 31 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 65 cm, dengan jarak 2 lensa (d) 34 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,70 cm. Pada percobaan ketiga dengan jarak benda 100 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan bayangan diperbesar (vb) 29 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 72 cm, dengan jarak 2 lensa (d) 43 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,37 cm. Pada percobaan keempat dengan jarak benda 105 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan bayangan diperbesar (vb) 29 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 77 cm, dengan jarak 2 lensa (d) 48 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,76 cm. Pada percobaan keempat dengan jarak benda 109 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan bayangan diperbesar (vb) 27 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 82 cm, dengan jarak 2 lensa (d) 55 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,31 cm. c. Lensa Divergen Dari percobaan lensa tipis kami memperoleh bayangan yang belum jelas karena jaraknya belum diatur. Pada percobaan pertama didapatkan jarak benda lensa positif 39 cm, jarak bayangan lensa positif 41 cm, jarak benda lensa negatif -3 cm, jarak bayangan lensa negative 25cm, diperoleh jarak antar lensa 38 cm dan terbentuk titik focus – 3,40. Pada percobaan kedua didapatkan jarak benda lensa positif 44 cm, jarak bayangan lensa positif 39 cm, jarak benda lensa negative -12 cm, jarak bayangan lensa negative 26 cm , diperoleh jarak antar lensa 27 cm dan terbentuk titik focus – 22,28. Pada percobaan ketiga didapatkan jarak benda lensa positif 41 cm, jarak bayangan lensa positif 39 cm, jarak benda lensa negative -9 cm, jarak bayangan lensa negative 28 cm , diperoleh jarak antar lensa 30 cm dan terbentuk titik focus – 13,26. Pada percobaan keempat didapatkan jarak benda lensa positif 31 cm, jarak bayangan lensa positif 57 cm, jarak benda lensa negative -14 cm, jarak bayangan lensa negative 19 cm, diperoleh jarak antar lensa 43 cm dan terbentuk titik focus – 53,2. Pada percobaan kelima didapatkan jarak benda lensa positif 28 cm, jarak bayangan lensa positif 70 cm, jarak benda lensa negative -8 cm, jarak bayangan lensa negative 18 cm , diperoleh jarak antar lensa 62 cm dan terbentuk titik focus – 14,4. d. Cermin Datar Pada percobaan diatas didapatkan hasil v = f, yaitu pada percobaan pertama v1 = 10 cm dan f1=10 cm, kemudian v2 = 20 dan f2= 20cm, hal ini dikarenakan sifat cermin datar yang menghasilkan bayangan sama besar dalam bidang fokus atau benda. Kesimpulan
Page 21
Untuk menghitung jarak fokus lensa konvergen dan divergen dapat digunakan 3 cara yaitu cara Gauss, Bessel, dengan bantuan cermin datar, dan cara gabungan. Panjang fokus ditentukan oleh jarak benda ke lensa dan jarak bayangannya ke lensa pada metode konvensional, jarak benda bayangan dan jarak 2 posisi lensa yang bayangannya bagus pada metode Bessel, panjang fokus lensa cembung dan jarak benda bayangan serta jarak 2 posisi lensa yang bayangannya bagus pada metode kombinasi Sifat konvegen/divergen dari suatu lensa tidak mungkin berubah. Kesimpulan pada lensa tipis adalah semakin jauh jarak benda maka semakin jauh pula jarak bayangan dan sebaliknya semakin dekat jarak benda semakin dekat pula jarak bayangan. Dalam hal ini jarak sangat berpengaruh terhadap fokus bayangan. Saran Agar percobaan ini dapat memperoleh hasil yang maksimal maka hal-hal berikut harus diperhatikan : *Mengukur jarak benda dan jarak bayangan dengan memperhatikan ketilian alat ukur yang digunakan. *Menentukan letak bayangan yang jelas dan tajam
Page 22
PRAKTIKUM 2
TES FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPU TALA Page 23
Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat : 1. Mendemonstrasikan cara untuk melakukan tes pendengaran yang benar. 2. Memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan dari tes pendengaran yang didapat. Alat-alat yang diperlukan: Garpu tala Teori Dasar a. Test Rinne Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne, yaitu : Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang. Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal. Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus. Test Weber Tujuan melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau samsama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi. Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal: otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan. Test Swabach Page 24
Bertujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara. Tabel 1. Membedakan Tuli konduktif dan Tuli Sensorineural pada Tes Garputala
Metode
Normal
Tuli Konduktif
Tuli Sensorineural
Webber Rinne Meletakkan garpu tala Meletakkan garpu tala yang yang bergetar pada dahi bergetar di prosesus mastoid hingga subjek tidak mendengar lalu di dipindahkan ke depan telinga Mendengar sama pada Mendengar vibrasi di udara kedua telinga. setelah konduksi tulang selesai. Suara terdengar pada Vibrasi di udara tidak telinga sakit karena terdengar setelah konduksi di tidak adanya masking tulang selesai. effect pada sisi yang sakit. Suara terdengar pada Vibrasi pada udara terdengar telinga normal. setelah konduksi tulang selesai, sepanjang tuli sarafnya parsial.
Schwabach Konduksi tulang pasien dibandingkan dengan pemeriksa (normal). Sama panjang antara pemeriksa dan pasien. Konduksi tulang lebih baik dibandingkan normal (defek konduksi meniadakan masking effect). Konduksi tulang lebih buruk dibandingkan normal.
Hasil pemeriksaan Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garputala Nama Usia Hasil Pemeriksaan OP Reza
Rinne
Interpretasi
Weber
Schwabach
20 tahun
Positif
tidak ada lateralisasi
sama dengan pemeriksa
Normal
Imam 20 tahun
Positif
tidak ada lateralisasi
sama dengan pemeriksa
Normal
Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan pada kedua o.p, maka didapatkan interpretasi hasil normal. Hal ini menunjukan tidak adanya kelainan pendengaran pada kedua o.p. VI. PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN
Page 25
VI.4.1. PENDENGARAN
Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: 1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri (pemeriksaan audiometri). 2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometri sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak. Alat-alat yang diperlukan : 1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir. 2. Penala berfrekuensi 256: 3. Kapas untuk menyumbat telinga. Teori Dasar Pemeriksaan audiometri Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nadanada murni dengan frekuensi melalui aerophon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh. a. Definisi Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran. Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah : *Audiometri nada murni Suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.
Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran Page 26
Kehilangan dalam (decibel) 0-15 >15-25 >25-40 >40-55 >55-70 >70-90 >90
Klasifikasi Pendengaran normal Kehilangan pendengaran kecil Kehilangan pendengaran ringan Kehilangan pendengaran sedang Kehilangan pendenngaran sedang – berat Kehilangan pendengaran berat Kehilangan pendengaran berat sekali
*Audiometri tutur Audiometri tutur adalah sistem uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mengukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk menebaknya. Pemeriksa mencatatat presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu : a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB). b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. b. Manfaat audiometri Untuk kedokteran klinik (khususnya penyakit telinga), untuk kedokteran klinik (kehakiman, tuntutan ganti rugi), untuk kedokteran klinik pencegahan, deteksi ketulian pada anak-anak
Page 27
gambar 1. Simbol Audiometer
gambar 2. Normal
gambar 3. CHL
gambar 4. SNHL
Page 28
I. AUDIOMETER Keterangan teknis mengenai audiometer. P.VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya? Audiometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran. Untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level. Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang berungsi sebagai berikut : Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1). Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1. Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz. P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik. Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada. Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (5) yang dinyatakan dalam decibel. P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell. Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara). Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke “G” yang bekerja hanya telepon kalbu (Grey). Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi. P-VIA. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan? maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah o.p benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.
Page 29
Tata Kerja 1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut: a. putar tombol utama (T1) pada “Off”. b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125. c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp. P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ? 0 db sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz. 2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, 51 dan 52 akan menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior. 3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada telinganya sehingga telepon “Black” ditelinga kiri. 4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi. 5. Tunggulah 2 menit lagi untuk “memanaskan” alat. 6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan. 7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang percobaan mengacungkan tangannya keatas. 8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan tangannya. Catatlah angka db pada saat itu. 9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai “hearing loss” orang percobaan pada frequency 125 Hz. 10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya purapura mendengar. 11. Ukurlah, “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency 250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan. 12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain. 13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang diperoleh pada pengukuran
Page 30
Hasil Percobaan dan Pembahasan OP. Ramacil (20 tahun)
Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa o.p memiliki kemampuan pendengaran dalam batas normal yang tercatat dalam bentuk angka terkecil (ambang) suara yang masih dapat didengar dalam setiap frekuensi suara yang berbeda. Karena hasil dari pengukuran percobaan dengan alat audiometri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: faktor alat (kondisi dan kualitas baik atau tidak), faktor ruangan yang tidak kedap suara, faktor kemampuan konsentrasi/memusatkan pikiran o.p (sebaiknya konsentrasi o.p tidak terganggu dengan kondisi suara sekitar dan fokus pada pemeriksaan), dan faktor hantaran (udara dan tulang). Kesimpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan audiogram o.p dinyatakan normal. Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.
Page 31
PRAKTIKUM 3
Page 32
SISTEM SENSORIK Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil). Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif). Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (after image). Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda: a. Kekerasan permukaan b. Bentuk c. Bahan pakaian Memeriksa daya menetukan sikap anggota tubuh. Mengukur waktu reaksi. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.
Alat yang diperlukan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
3 waskom dengan air bersuhu 20˚C, 30˚C dan 40˚C. Gelas beker dan termometer kimia. Alkohol atau eter. Es. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian. Mistar pengukur reaksi.
Teori Dasar Fungsi sel saraf adalah mengirimkan impuls yang berupa rangsang. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet. a. Sel saraf sensorik berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet). b. Sel saraf motorik berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
Page 33
c. Sel saraf intermediet atau sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya. Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran dan proprioseptif. Nosiseptor Reseptor nyeri /nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat. Nosiseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat. Termoreseptor Temperatur reseptor/termoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Termoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil. Mekanoreseptor Mekanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain: - Tactile reseptor memberikan sensai sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran. - Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi. - Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris. Kemoreseptor Kemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovascular. Tata Kerja I. Perasaan subyektif panas dan dingin 1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu 20˚C, 30˚C dan 40˚C. 2. Masukkan tangan kanan kedalam air bersuhu 20˚C dan tangan kiri kedalam air bersuhu 40˚C untuk ± 2 menit. Catat kesan apa yang saudara alami. Page 34
3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak kedalam air bersuhu 30˚C. Catat kesan apa yang saudara alami. VII.1. Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara kedua tangan tersebut? Apa sebabnya? Tangan kanan terasa lebih panas dibandingkan dengan tangan kiri, karena perubahan suhu yang diterima oleh kulit. 4. Tiap perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak ± 10 cm. 5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan seperti diatas. Bnadingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub 4 dan 5. 6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter. VII.2. Apakah ada bedanya antara ke 3 hasil tindakan pada sub 4,5 dan 6? Apa sebabnya? Ada, pada tangan yang di olesi alkohol dingin terasa lebih lama. Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Raka Aditya (20 tahun) Dari suhu rendah (20°) ke tinggi (30°) terasa hangat. Dari suhu tinggi (40°) ke rendah (30°) terasa dingin. Hal ini terjadi karena pada saat waskom yang berisi air biasa ada pengurangan kalor pada tangan kiri (dari hangat sampai dingin) dan ada penambahan kalor pada tangan kanan (dari dingin sampai hangat). Pada kulit punggung tangan terasa lebih dingin setelah dibasahi dengan alcohol atau eter. Kesimpulan Kulit berfungsi sebagai thermoreseptor, terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin. Untuk mendeteksi rasa panas melalui reseptor Ruffini’s dan untuk mendeteksi rasa dingin melalui reseptor Krause. II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri kulit 1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan. 2. Pilih dan gambarkan ditelapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan pula daerah itu dilukisan tangan pada kertas. 3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja. 4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50˚C. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta. 5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub. 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. 6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri pada jarum. Page 35
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperopleh pada lukisan tangan dikertas. VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang akan diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas? Bagaimana keterangannya? Tidak terdapat reaksi karena pada titik tersebut hanya terdapat reseptor dingin dimana reseptor tersebut bekerja bila diberikan rangsangan dingin. Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Raka Aditya ( 20 tahun)
Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan pada o.p dapat menyimpukan bahwa sensasi titik panas dan dingin dapat teraba jelas berada pada daerah tengan dari pada tangan. Disini terlihat bahwa reseptorreseptor panas dan dingin pada daerah tangan terbanyak terletak pada daerah tengah, dan juga bukan karena reseptor-resptor panas dingin saja yang banyak tetapi juga karena di daerah tengah tangan sedikit lebih curam, ini menandakan disana lebih sedikit jaringan lemaknya sehingga sensasi titik panas dan dingin lebih terasa. 1. 2. 3. 4.
III. Lokalisasi Taktil Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik dikulit ujung jarinya. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk. VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh? Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh berbeda-beda. Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan
Page 36
mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk. V.II.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsangan taktil? Lokalisasi taktil/ TPL (Two Point Localization) Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Ravi Krista (21 tahun) Lokalisasi taktil Jarak titik di kulit ujung jari = 0 cm Jarak titik di telapak tangan = 0,6 cm Jarak titik di lengan bawah = 1cm Jarak titik di lengan atas = 1 cm Jarak titik di tengkuk = 2,5 cm Dari data yang didapatkan lokalisasi taktil yang dilakukan normal. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Kesimpulan Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. IV. Diskriminasi Taktil 1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari. 2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan berangsurangsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik. VII.6. Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah ambang diskriminasi taktil? Ketajaman taktil relatif suatu bagian dapat ditentukan dengan uji ambang diskriminasi 2 titik. Apabila 2 ujung dari jangka tersebut ditempelkan ke permukaan kulit dan merangsang 2 medan reseptif yang berbeda, maka dirasakan 2 titik terpisah. Namun jika kedua ujung jangka tersebut menempel di permukaan kulit dan merangsang medan reseptif yang sama, akan dirasakan sebagai 1 titik. Ambang 2 titik berkisar dari 2mm di ujung jari, dan 48mm di kulit betis yang diskriminasinya paling rendah. 3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu. 4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksetif). 5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah. 6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan jangka itu dengan ujungnya Page 37
pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka. 7. Catat apa yang saudara alami. Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Ravi Krista (21 tahun) Diskriminasi taktil Ujung jari = 0,4 cm Tengkuk = 0,3 cm Bibir = 0,7 cm Pipi = 0,6 cm Lidah = 0,5 cm Dari data yang didapatkan dari praktikum diskriminasi taktil, apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, pipi. Jarak tusuk 1 dan 2 tergantung waktu, jadi waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi. Kesimpulan Dikriminasi titik merupakan kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. V. Perasaan Iringan (After image) 1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu selama saudara melakukan percobaan VI. 2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil. VII.7. Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan? Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat beradaptasi. Karena cepatnya beradaptasi reseptor yang mencakup reseptor taktil ini, maka titik yang terus menerus diletakkan pensil atau menggunakan jam tangan, akan tidak dirasakan lagi karena sudah terbiasa dan karena adaptasi cepat reseptor ini. Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Ravi Krista ( 21 tahun) OP merasakan perbedaan pada telinga, op merasa ada yang hilang dari atas daun teling saat pensil diambil. Telinga beradaptasi dengan adanya pulpen atau pensil, daun telinga tidak terasa seperti memakai pulpen atau pensil. Ketika pulpen atau pensil dilepas seperti ada yang hilang karena beratnya sudah konstan atau sudah biasa atau sudah kembali. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. Kesimpulan Page 38
Sensasi merupakan suatu perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus reseptor. Sensasi yang berlangsung secara terus menerus disebut sensasi beriringan (after image). VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda A. Kekasaran permukaan benda 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang derajat kekasaran yang berbeda-beda. 2. Perhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat kekasaran ampelas. Hasil praktikum OP. Ravi Krista ( 21 tahun) Dari 3 kain yang diberikan op dapat menyusun letak kebenaran dari kasar sampai ke yang halus dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan derajat kekasaran pada op normal. Kesimpulan Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris baik. B. Bentuk benda 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang saudara berikan. 2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu. Hasil praktikum OP. Ravi Krista ( 21 tahun) Dari 3 benda yang diberikan op dapat menyebutkan dan membedakan semua dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan bentuk benda pada op normal. Kesimpulan Kita dapat membedakan benda-benda tanpa melihat bentuknya. Proses berperan adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan. Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata mempunyai corpuscullum tactus. C. Bahan pakaian 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang saudara berikan. 2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu. VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang dideritanya? Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan gangguannya disebut “agnosia”. Jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda disebut “agnosia visual”. Jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik sebut “agnosia taktil”. Page 39
Hasil Praktikum OP. Ravi Krista (21 tahun) Dari 3 kain yang diberikan op dapat menyebutkan jenis/benda yang diberikan dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan pada op normal. Kesimpulan Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil. 1. 2. 3. 4. 5.
VII. Tafsiran Sikap Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata. Pegang dan gerakan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepala, kedekat dadanya, kedekat lututnya dan akhirnya gantungkan disisi badannya. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya. Perhatikan apakah ada kesalahan. VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melikalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya? Apabila pasien tidak mampu mengenali tubuh pasien sendiri disebut “autopagnosia”. Jika pasien tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam kekuatan, sensasi atau koordinasi motorik disebut “apraksia”, dan jika pasien dapat mendengar dan memahami perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik yang akan melakukan gerakan itu disebut “dispraksia”.
Hasil Praktikum OP. Ravi Krista (21 tahun) Dari hasil percobaan, op dapat meniru atau mengsingkronkan gerakan dengan tangannya. Sehingga dapat disimpulkan tafsiran sikap pada op normal. Kesimpulan Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh tak lepas dari peranan sistem saraf. Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.
1. 2.
3. 4.
VIII. Waktu Reaksi Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya ditepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jarijari orang percobaan. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus menangkap mistar itu dengan secepat-cepatnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh). VII.10. Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang? Waktu reaksi seseorang dipengaruhi kecepatan dalam merespon rangsangan dari luar. Pada ujung ujung perifer, neuron aferen Page 40
memiliki reseptor yang memberitahu SSP mengenai perubahan yang dapat di deteksi atau rangsangan baik dari dunia luar maupun lingkungan dalam dengan membangkitkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan. Hasil Praktikum OP. Ravi Krista (21 tahun) Lepasan 1 = 0.19 detik Lepasan 2 = 0.19 detik Lepasan 3 = 0.21 detik Lepasan 4 = 0.22 detik Lepasan 5 = 0.18 detik Rata-rata yang di peroleh =
𝑜.19+0.19+0.21+0.22+0.18 5
= 0.19 detik
Dari hasil data yang didapatkan terlihat gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Kesimpulan Waktu reaksi seseorang ditentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya.
MODUL PRAKTIKUM FISIOLOGI PENGECAPAN
Page 41
Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: *Pemahaman mengenai dasar-dasar teori mengenai fisiologi pengecapan pada manusia. Alat yang diperlukan : 1. Empat buah piringan kecil berisi : Larutan asam cuka Larutan NaCl 10 Larutan kopi Larutan gula 5% 2. Aplikator (batang kecil dengan salah stu ujung diberi kapas) 3. Peta rasa 4. Kertas hisap / saring Teori Dasar Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespons terhadap rangsangan tertentu, mengubah bentuk energi rangsangan menjadi sinyal listrik serta bahasa sistem saraf. Reseptor untuk pengecapan adalah kuncup pengecapan, yaitu suatu kemoreseptor yang terletak terutama di lidah tetapi terdapat juga pada palatum lunak dan epiglotis. Kuncup pengecap terdapat pada tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla. Masing-masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori pengecap serta dibahasi oleh saliva. Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan kimia dari luar. Pada sisi atas dan samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap, yang jumlahnya ditaksir 2000 buah dan teletak tersebar di atas lidah. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indra pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut menbantu dalam tindakan berbicara. Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa latin lingua atau glossal dari bahasa yunani. Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang teletak pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot lidah yaitu otot ekstinsik dan instrinsik. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papilla. Papilla terdiri dari dual sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong, sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi sebagai menopang. Terdapat tiga jenis papilla, yaitu ; 1. Papilla filiformis (fili = benang) = berbentuk seperti benang halus. 2. Papilla sirkumvallata (sirkum = bulat) = berbentuk bulat, tersusun seperti hutuf V di belakang lidah. 3. Papilla fungiformis (fungi = jamur) = berbentuk seperti jamur. Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds, tetapi indra penghidu pun sangat berperan dalam persepsi pengecapan. Indra pengecapan memungkinkan kita merasakan tekstur makanan lembut atau kasar, zat-zat yang terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu sendiri. Makna pentingnya adalah bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih makanan sesuai keinginannya.
Page 42
Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecap, antara lain: 2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1 reseptor clorida, 1 reseptor adenosine, 1 reseptor inosin, 1 reseptor manis, 1 reseptor pahit, 1 reseptor glutamate, dan 1 reseptor ion hydrogen. Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi 5 kategori yang umum disebut sensasi pengecapan utama tentunya disesuaikan dengan area saraf, yaitu : 1. Kuncup pengecap yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujung lidah. 2. Substansia asam terutama dirasakan dibagian samping lidah. 3. Substansia asin dapat dirasakan hampir pada seluruh area lidah, tetapi reseptornya berkumpul pada bagian samping lidah. 4. Substansia pahit akan menstimulsi kuncup pengecap dibagian belakang lidah Rasa umami (bahasa jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang menyenangkan secara kualitatif. Rasa ini dominan ditentukan pada L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan keju). Tata Kerja 1. Meminta pasangan praktikum berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya dengan kertas hisap 2. Mencelupkan aplikator dalam larutan asam. Membuang larutan dengan menekan isi pinggang 3. Menyentuh aplikator pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah dan belakang lidah pasangan praktikum 4. Menulis tanda (+) pada daerah pera yang sesuai jika praktikan merasakan larutan tersebut. Menulis tanda (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tersebut disentuh tidak sensitif terhadap larutan yang diuji. 5. Mengulangi prosedur diatas dengan mengunakan ketiga larutan lainnya, satu demi satu.
Page 43
Hasil Praktikum 1. Gambarlah hasil pengamatan saudara pada kotak dibawah ini
Pahit
Asam
Asam
Asin
Asin
Manis
OP : Ratna Dila (21 tahun) 2. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat merasakan rasa manis, asam, asin, dan lain sebagainya !
Setiap sel reseptor umumnya lebih responsif terhadap salah satu dari kelima primary taste. Sensasi asin distimulasi oleh NaCl, dimana Na+ akan masuk melalui kanal Na+ sehingga terjadi depolarisasi. Sensasi asam distimulasi oleh ion H+, dimana H+ akan memblock kanal K+ sehingga terjadi depolarisasi. Sensasi manis distimulasi oleh glukosa, sakarin, sukralosa, aspartam, maupun thaumatin. Ikatan tastant ini dengan reseptor akan menyebabkan aktivasi protein G yang selanjutnya mengaktifkan cAMP. Second-messenger ini akan menyebabkan tertutupnya kanal K+ di membran basolateral sehingga terjadi depolarisasi. Sensasi pahit distimulasi oleh alkaloid (morfin, nikotin, kafein). Sel reseptor sensasi pahit memiliki 50-100 reseptor yang berbeda. Ikatan tastant dengan reseptornya akan mengaktifkan protein G, gustducin, yang selanjutnya akan mengaktifkan fosfodiesterase sehingga terjadi penurunan cAMP intrasel. Sensasi umami distimulasi oleh asam amino, terutama glutamat. Tastant ini berikatan dengan metabotropic glutamate receptor, mGluR4. Aktivasi reseptor ini menyebabkan penutupan kanal kation sehingga terjadi depolarisasi.
Page 44
Pembahasan Pada percobaan ini menunjukkan adanya titik rasa yang berbeda karena papilla memiliki reseptor saraf yang berbeda-beda. Adanya penyimpangan rasa yang tidak sesuai dengan teori misalnya rasa pahit yang juga berasa pada daerah ujung lidah karena pada saat pengujian, reseptor lidah sudah terkontaminasi dengan beberapa rasa yang lain saat pengujian sehingga peta ras apahit menjadi beberapa titik. Pada dasarnya, berbagai jenis rasa yang kita rasakan terdiri dari beberapa tempat pada lidah yaitu Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan lidah, reseptor rasa asam terletak pada tepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak pada pangkal lidah. Berikut ini merupakan penyebab adanya berbagai macam rasa. Transduksi Rasa Manis Rasa manis dimulai dengan melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang tedapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan CAMP dari ATP. Terjadinya peningkatan CAMP akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K+ dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neotransmitter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak. Transduksi Rasa Asin Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmitter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak. Transduksi Rasa Pahit Transtan pahit akan berkaitan dengan reseptor pada membran. Perekatan ini akan mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupakan senyawa yang larut dalam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju sitplasma. Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan menjadi sinaps. Transduksi Rasa Asam Tidak seperti rasa manis dan pahit, rasa asam terjadi karena konsentrasi atau ion H. Membran sangat permeable terhadap protein ini. Masuknya proton ini membuat depolarisasi akibatnya neotransmitter dilepaskan ke sinaps.
MODUL PRAKTIKUM FISIOLOGI PENGHIDU Page 45
(Reseptor Pengecapan) Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak. Alat yang diperlukan : Empat buah zat Parfum Teh Kopi bubuk Minyak kayu putih Dasar Teori Sensasi wangi/bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa benang halus. Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sensasi dari indera penciuman. Serangkaian proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari interaksi molekul dengan reseptor sampai dihasilkannya sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP, melalui pembentukan enzim adenylate cyclase III. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengaktifkan suatu mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau” molekul ke otak berupa sinyal listrik. Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa campuran zat “berbau” yang akan menstimulasi reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu sistem pemetaan yang menerjemahkan sensasi wangi ini. Itulah sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel saraf penciuman, tapi kita dapat mengenal 10000 jenis wewangian. Indera penciuman akan cepat beradaptasi. Sering kita merasa tidak lagi mencium wangi parfum yang telah kita semprotkan, padahal orang lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadinya fenomena ini dapat dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion untuk pengiriman sinyal ke otak, memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein calmodullin (CaM). Kompleks Ca2+/Ca Mini dapat mengaktifkan enzim PDE yang selanjutnya dapat merusak molekul cAMP (molekul pembawa pesan yang dapat mengakifkan transfer ion dan bertanggung jawab dalam pengiriman sinyal ke otak), akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa informasi sensasi wangi terhenti. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari 600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptornya disebut chemoreseptor. Sistem olfaction terdapat dihidung bagian atas (concha nasal superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat ke saraf olfaktorius.
Tata kerja:
Page 46
1. Siapkan 4 jenis zat yang mempunyai bau yang berbeda 2. Baui atau ciumkan ke empat zat tersebut satu persatu 3. Catat hasilnya Hasil Praktikum 1. Gambarlah hasil pengamatan saudara pada kotak dibawah ini OP. Ratna Dila (21 tahun) Parfum Kopi Tembakau Bau Hasil
+
+
+
Minyak Kayu Putih +
Keterangan (+) = tercium 2. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat mencium bau! Melalui udara inspirasi sel reseptor akan terangsang oleh partikel kecil yang berasal dari zat (Harum) ↓ Area olfaktoria ↓ Zat dilarutkan oleh sekret/mukus Kmd diabsorpsi oleh reseptor ↓ Depolarisasi ↓ Potensial Reseptor
Page 47
PRAKTIKUM 4
VII.2.Sikap dan Keseimbangan Badan Page 48
Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: 1. Mengemukakan berbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis semisirkularis dan reaksi “menegakkan badan” setelah ekstirpasi labirin. 2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi perubahan sikap diatas. 3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan manusia. 4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut : a. Dengan kursi Barany terhadap - Gerakan bola mata - Tes penyimpangan penunjukan - Tes jatuh - Kesan (sensai) b. Dengan berjalan mengelilingi statif Alat dan binatang percobaan yang diperlukan : 1. Katak 2. Papan fiksasi katak + gelas beker 3. Ether + kapas + jarum pentul 4. Skapel + gunting halus + pinset halus + bor halus 5. Kursi putar barany 6. Tongkat atau statif yang panjang. 7. Bak berisi air. Teori Dasar Aparatus vestibular merupakan organ yang berperan dalam keseimbangan. Jaringan tulang menutupi saluran-saluran bermembran. Saluran tersebut terdiri dari duktus koklearis, tiga kanalis semisirkularis, utrikulus dan sakulus. Akan tetapi, duktus koklearis (skala media) lebih berperan dalam pendengaran dibanding keseimbangan. Di dalam sakulus dan utrikulus, terdapat suatu area sensorik yang kecil (diameter sekitar 2 mm) yang disebut sebagai makula. Makula terdiri dari sel-sel rambut yang sisi basolateralnya bersinaps dengan nervus vestibularis. Sedangkan silianya tertanam di lapisan gelatinosa. Pada lapisan gelatinosa ini juga terdapat kristal kalsium karbonat yang disebut statokonia/otolith. Otolith mempunyai berat jenis sebesar 2-3 kali lipat disbanding jaringan/cairan disekitarnya. Berat jenis yang besar ini berperan untuk menarik silia ke arah gravitasi. Pada setiap sel rambut, terdapat 50-70 silia kecil (stereosilia) dan satu silia besar (kinosilium). Kinosilium terletak di tepi permukaan apikal sel rambut, dan kinosilium yang terletak di sebelahnya berukuran semakin kecil. Cara kerja sel rambut di aparatus vestibular sama dengan sel rambut di organ Corti. Di dekat utrikulus, terdapat tiga kanalis semisirkularis: anterior, posterior, dan lateral. Pada satu ujung setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran yang disebut ampula. Didalam ampula ini terdapat suatu hubungan yang disebut krista ampularis. Ketika kepala seseorang bergerak, inersia cairan endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis menyebabkan cairan cenderung diam, sedangkan kanalis semisirkularis ikut bergerak bersama kepala. Hal ini menyebabkan cairan bergerak dari saluran ke ampula, yang akhirnya mendorong kupula kesatu arah.
Page 49
Dalam kupula terdapat ratusan silia yang dapat terstimulasi jika membengkok (seperti sel rambut di organ Corti). Kinosilia pada kupula mengarah ke satu arah, berbeda dengan sel rambut pada makula. Jika kupula terdorong ke satu arah, maka sel rambut terdepolarisasi. Tata Kerja I. Percobaan pada katak 1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker. 2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan menggerakkan keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri. 3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak: a. Posisi kepala b. Fleksi/ekstensi ekstermitas 4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikap dan kedudukan kakinya. P.VI.4.6 Apa maksud kita memalingkan kepala katak ? Memberikan rangsangan untuk mengecek kesadaran katak serta melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan. 5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakan kaki dan arah berenangnya. 6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut : a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan. b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan jarumjarum pentul pada kakinya. P.VIA.7. Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ? Dengan memberikan rangsnagan berupa sentuhan apabila katak sudah tidak bergerak menandakan katak sudah terbius. c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulut selebar-lebarnya. d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai dengan garis y pada gambar. e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah lateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya. f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (= p pada gambar). g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempat yang diberikan tanda X secara hati-hatu sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus tulang yang keras) h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanan telah dibuang. 7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no. 5 8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian kedua alat keseimbangan telah dibuang. 9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5 10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia. Page 50
Hasil Percobaan dan Pembahasan
Gbr.1 Posisi Kepala Katak sebelum di guncang
Gbr.2 Posisi Kepala Katak setelah di guncang
Pada gambar 1 didapatkan kepala katak ekstensi dan ekstremitas sedikit flexi sedangkan pada gambar 2 setelah katak diputar atau dikocok ke atas dan bawah kepala katak sedikit ekstensi dan ekstremitasnya sedikit ekstensi.
Gbr.3 Katak berenang lurus
Gbr.1 Katak berenang miring
Setelah katak diputar dengan keadaan kedua labirin masih utuh, katak dilepaskan ke dalam waskom berisi air, di air katak terlihat berenang lurus (terlihat pada gambar 3) sedangkan setelah dilakukan pengrusakan pada labirin katak, arah jalan katak disesuaikan dengan labirin yang dirusak. Ketika labirin sebelah kanan dirusak, di air katak akan berenang ke arah kanan dan sebaliknya ketika labirin sebelah kiri yang dirusak maka katak akan berenang ke arah kiri. Dalam percobaan diatas dapat dilihat bahwa visual memegang peran penting dalam sistem sensoris.
Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, Page 51
mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Kesimpulan Proses pengelihatan dapat mempengaruhi keseimbangan. II. Percobaan pada manusia Teori Dasar Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecualitubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya: melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor. Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagaikontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan : 1. Menyuruh orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dilantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa. Memperhatikan jalannya dan menanyakan apakah ia mengalami kesukaraan dalam mengikuti garis lurus tersebut. 2. Mengulangi percobaan diatas (no.1) dengan mata tertutup. 3. Mengulangi percobaan diatas (no.1 dan 2) dengan : a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri. b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan. P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan? Pengaruhnya adalah pada saat kepala dimiringkan, maka mata akan ikut miring kearah miringnya kepala. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Hasil Praktikum Page 52
OP. Ratna Sari (20 tahun) 1. Jalan lurus dengan mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa 2. Jalan lurus dengan mata tertutup dan kepala serta badan sikap yang biasa 3.1.a. jalan lurus dengan mata terbuka dan kepala dimiringkan ke kiri 3.1.b. jalan lurus dengan mata terbuka dan kepala dimiringkan ke kanan 3.2.a. jalan lurus dengan mata tertutup dan kepala dimiringkan ke kiri 3.2.b. jalan lurus dengan mata tertutup dan kepala dimiringkan ke kanan
Hasil pengamatan Arah jalannya tetap lurus dan tidak mengalami kesukaran Arah jalannya tetap lurus dan tidak mengalami kesukaran Arah jalannya sedikit miring ke kiri dan mengalami kesukaran Arah jalannya sedikit miring ke kanan dan mengalami kesukaran Arah jalannya miring ke kiri dan mengalami kesukaran Arah jalannya miring ke kanan dan mengalami kesukaran
OP. Ravi Krista (21 tahun) 1. Jalan lurus dengan mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa 2. Jalan lurus dengan mata tertutup dan kepala serta badan sikap yang biasa 3.1.a. jalan lurus dengan mata terbuka dan kepala dimiringkan ke kiri 3.1.b. jalan lurus dengan mata terbuka dan kepala dimiringkan ke kanan 3.2.a. jalan lurus dengan mata tertutup dan kepala dimiringkan ke kiri 3.2.b. jalan lurus dengan mata tertutup dan kepala dimiringkan ke kanan
Hasil pengamatan Arah jalannya tetap lurus dan tidak mengalami kesukaran Arah jalannya agak miring ke kiri dan tidak mengalami kesukaran Arah jalannya miring ke kiri dan mengalami kesukaran Arah jalannya miring ke kanan dan mengalami kesukaran Arah jalannya miring ke kiri dan mengalami kesukaran Arah jalannya miring ke kanan dan mengalami kesukaran
Pembahasan Hal diatas terjadi dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga dipengaruhi oleh visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Kesimpulan Proses pengelihatan dapat mempengaruhi keseimbangan seseorang.
Percobaan Keseimbangan pada Manusia Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: Page 53
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan manusia 2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut : a. Dengan kursi Barany terhadap - Gerakan bola mata - Tes penyimpangan penunjukan - Tes jatuh (sensasi) b. Dengan berjalan mengelilingi statif Alat yang diperlukan 1. Kursi barany + tongkat/statif yang panjang. Teori Dasar Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusatgravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi internaldan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu. Fisiologi Keseimbangan Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah: menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuhketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Sistem vestibular Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, sertasakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri. Respon otot-otot postural yang sinergis (postural muscles response synergies) Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa Page 54
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Kekuatan otot (muscle Strength) Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa bebaneksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan 1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG). Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikanmassa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalamkeadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidangtumpu, serta berat badan. 2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG). Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.
3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS). Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Page 55
Tata Kerja A. Percobaan dengan kursi Barany Nistagmus a. Menyuruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi. b. Menutup kedua matanya dengan sapu tangan dan menundukkan kepala o.p 30° kedepan. P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan kepala o.p 30° ke depan? Untuk meneliti hubungan antara aparatus vestibularis yang memberi informasi esensial bagi sensasi keseimbangan terhadap koordinasi gerakan kepala, leher, gerakan mata dan postur tubuh. c. Memutarkan kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan. d. Menghentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba. e. Membuka sapu tangan dan menyuruh lagi o.p melihat jauh kedepan f. Memperhatikan adanya nistagmus. Menempatkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut. P.VIA.10. Apa yang dimaksud Rotatory Nistagmus dan Postrotatory nystagmus? Rotatory Nistagmus : Gerakan involunter bola mata sesuai gerak rotasi dari axis. Postrotatory Nistagmus: Apabila seseorang sedang berputar dan secara tiba-tiba dihentikan, dimana fase cepat dari nistagmus berlawanan arah dari gerakan rotasi sebelumnya. Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Ratri ( 20 tahun) Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali maka pada mata o.p terjadi nistagmus horizontal. Nistagmus horizontal adalah nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksis visual. B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany) 1. Menyuruh o.p duduk tegak di kursi Barany dan menutup kedua matanya dengan sapu tangan. 2. Memeriksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kearah o.p 3. Menyuruh o.p meluruskan lengan kanannya kedepan sehingga dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya. 4. Menyuruh o.p mengangkat lengan kanannya keatas dan kemudian dengan cepat menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no. 1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut : Page 56
a. Menyuruh o.p dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi. b. Memutar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan. Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Ratri ( 20 tahun) Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan. Saat mata o.p dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari o.p karena sensasi perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, o.p dapat menyentuh jari tangan pemeriksa dengan tepat.
1. 2. 3. 4.
5.
C. Kesan sensasi Menggunakan orang percobaan yang lain Menyuruh o. duduk dikursi Barany dan menutup kedua matanya dengan sapu tangan. Memutar kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan kemudian mengurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai terhenti. Menanyakan kepada o.p arah perasaan berputar a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah b. Sewaktu kecepatan putar menetap c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi d. Segera setelah kursi dihentikan. Memberikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh o.p
Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Ratna Dila ( 21 tahun) Dengan adanya sensasi dari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri. Mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p : Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan o.p akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga o.p akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga o.p akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga o.p akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada praktikum o.p masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan o.p tidak merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi keseimbangan o.p yang baik. D. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horizontal 1. Menyuruh o.p dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30°, berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jaram sebanyak 10 kali dalam 30 detik. 2. Menyuruh o.p berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka. 3. Memperhatikan apa yang terjadi 4. Mengulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. P.VI.4.11 a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p ketika berjalan lurus ke muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam? o.p seharusnya berjalan sempoyongan atau tidak lurus garis. b. Bagaimana keterangannya ? Page 57
Jadi, yang berperan dalam mendeteksi gerakan akselerasi kepala yang sedang rotasi adalah canalis semisirkularis. Di dalam kanalis sirkularis terdapat sel sel rambut reseptif di ampula dan terbenam dalam lapisan gelatinosa diatasnya yaitu kupula dan terdapat endolimfe. Apabila terjadi rotasi pada kepala, maka endolimfe di dalam kanalis semisirkularis ini akan ikut bergerak berlawanan arah dan akan terus bergerak sampai nantinya gerakan kepala terhenti, sel-sel rambut ini pula akan berhenti. Hasil Praktikum dan Pembahasan OP. Ratna Dila ( 21 tahun) Setelah diputar baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, maka o.p berjalan miring ke arah kiri ataupun o.p merasa sempoyongan. Kesimpulan Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus). Berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.
Page 58
Daftar Pustaka
Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Panca Indera. 2012. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi. Ganong,.W.F. (2008), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta. EGC.
Sloane, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. EGC
Ilyas, Sidarta. (2004). Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga FKUI. Jakarta. EGC
Vaughan D. (2000). Opthalmologi Umum Edisi 14. Jakarta. Widya Medika
Frotscher M, Baehr M. Batang Otak-Gangguan Pendengaran. Dalam: Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. hal. 162-3.
Soepardi EA, Iskandar N, dkk. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; 2010. hal. 17-8.
Mansjoer, Arif. Et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid kedua. Jakarta. Penerbit Media Aesculapius FK UI.
Anonim. http://www.2020visionperfection.co.uk/files/1112/7860/1136/hypermetropia_image.jpg diunduh pada 28 Februari 2012, pukul 18.00 WIB.
Anonim. http://www.rechargebiomedical.com/blog/uncategorized/604/ diunduh pada 28 Februari 2012, pukul 17.30 WIB
Joe. 2009. Fisiologi Pengecapan. http://tarihoran01.blogspot.com/2009/06/fisiologipengecapan.html diambil pada hari Sabtu, 3 Maret 2012 pukul 20.15 WIB Page 59
Anonim. http://www.angelfire.com/id/christophorus/fisika/Fisika3.PDF diambil pada hari Senin, 5 Maret 2012 pukul 08.37 WIB
Page 60