Lampiran
A.
Sejarah PT. PINDAD 1.
Masa Kolonial Belanda Dan Jepang Pada tahun 1808, William Herman Daendels, Gubernur Jenderal Belanda
yang tengah berkuasa saat itu mendirikan bengkel untuk pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan alat-alat perkakas senjata Belanda bernama Contructie Winkel (CW) di Surabaya dan inilah awal mulanya PT. Pindad (Persero) sebagai satusatunya industri manufaktur pertahanan di Indonesia. Selain bengkel senjata, Daendels kala itu juga mendirikan bengkel munisi berkaliber besar bernama Proyektiel Fabriek (PF) dan laboratorium Kimia di Semarang. Kemudian, pemerintah kolonial Belanda pun mendirikan bengkel pembuatan dan perbaikan munisi dan bahan peledak untuk angkatan laut mereka yang bernama Pyrotechnische Werkplaats (PW) pada tahun 1850 di Surabaya. Pada tanggal 1 Januari 1851, CW diubah namanya menjadi Artilerie Constructie Winkel (ACW). Kemudian pada tahun 1961, dua bengkel persenjataan yang berada di Surabaya, ACW dan PW disatukan di bawah bendera ACW. Kebijakan penggabungan ini, menjadikan ACW mempunyai tiga instalasi produksi yaitu; unit produksi senjata dan alat-alat perkakasnya (Wapen Kamer), munisi dan barang-barang lain yang berhubungan dengan bahan peledak (Pyrotechnische Werkplaats), serta laboratorium penelitian bahan-bahan maupun barang-barang hasil produksi. Perang Dunia I pada pertengahan 1914, melibatkan banyak Negara Eropa, termasuk Belanda. Demi kepentingan strategis, pemerintah kolonial Belanda pun mulai mempertimbangkan relokasi sejumlah instalasi penting yang dinilai lebih aman. Bandung dinilai tepat sebagai tempat relokasi yang baik karena selain kontur daerahnya berupa perbukitan dan pegunungan yang bisa dijadikan bentang pertahanan alami terhadap serangan musuh, posisi Bandung juga sangat strategis karena sudah memiliki sarana transportasi darat yang memadai, dilalui oleh Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dan dilalui jalur kereta api Staats Spoorwegen kota
Bandung juga berada tidak jauh dengan pusat pemerintahan Hindia Belanda, Batavia. ACW dipindahkan pertama kali ke Bandung, pada rentang waktu 19181920. Pada tahun 1932, PW dipindahkan ke Bandung, bergabung bersama ACW dan dua instalasi persenjataan lain yaitu Proyektiel Fabriek (PF) dan laboratorium Kimia dari Semarang, serta Institut Pendidikan Pemeliharaan dan Perbaikan Senjata dari Jatinegara yang direlokasi ke Bandung dengan nama baru, Geweemarkerschool. Keempat instalasi tersebut dilebur di bawah bendera Artilerie Inrichtingen (AI).
Di era pendudukan Jepang, AI tidak mengalami perubahan, penambahan instalasi, maupun proses produksinya. Perubahan hanya berada pada segi perubahan administrasi dan organisasi sesuai dengan sistem kekuasaan militer Jepang. Perubahan pun terjadi di segi nama menjadi Daichi Ichi Kozo untuk ACW, Dai Ni Kozo untuk Geweemarkerschool, Dai San Kozo untuk PF, Dai Shi Kozo untuk PW, serta Dai Go Kazo untuk Monrage Artilerie, instalasi pecahan ACW. Pada saat Jepang menyerah kepada Sekutu dan terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Beragam upaya terjadi guna merebut instalasi-instalasi pertahanan di kota Bandung. Pada akhirnya, tanggal 9 Oktober 1945, Laskar Pemuda Pejuang berhasil merebut ACW dari tangan Jepang dan menamakannya Pabrik Senjata Kiaracondong. Pendudukan pemuda tidak berlangsung lama, karena sekutu kembali ke Indonesia dan mengambil alih kekuasaan. Pabrik Senjata Kiaracondong dibagi
menjadi dua pabrik. Pabrik pertama yang terdiri dari ACW, PF, dan PW digabungkan menjadi Leger Produktie Bedrijven (LPB), serta satu pabrik lain yang bernama Central Reparatie Werkplaats, yang sebelumnya bernama Geweemarkerschool. 2.
Bagian dari TNI AD Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda menyatakan
bahwa Belanda mengakui kedaulatan Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27 Desember 1949. Seiring dengan hal itu, Belanda harus menyerahkan asset-asetnya secara bertahap pada pemerintahan Indonesia di bawah pimpinan Presiden Soekarno termasuk LPB. LPB kemudian diganti namanya menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang pengelolaannya diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Sejak saat itu PSM mulai melakukan serangkaian percobaan untuk membuat laras senjata dan berhasil memproduksi laras senjata berkaliber 9mm dan pada bulan November 1950, PSM berhasil membuat laras dengan kaliber 7,7 mm.
PSM mengalami krisis tenaga ahli karena para pekerja asing harus kembali ke negara asalnya berdasarkan Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu terjadi sentralisasi organisasi dengan merampingkan lini produksi dari 13 menjadi 6 lini dengan lini baru Munisi Kaliber Kecil (MKK) yang baru dibentuk. PSM juga melakukan modernisasi pabrik dengan membeli mesin-mesin baru untuk pembuatan senjata dan munisi, suku cadang, material, dan alat perlengkapan militer lainnya.
Delapan tahun berjalan, PSM pun diubah namanya menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) pada tanggal 1 Desember 1958. Pabal AD bukan sekedar memperoduksi senjata dan munisi saja namun juga peralatan milter yang lain, untuk mengurangi ketergantungan peralatan militer Indonesia pada negara lain. Banyak pemuda potensial yang dikirim ke luar negeri untuk mempelajari persenjataan dan balistik. Di era Pabal AD ini, terjadi beberapa perkembangan dalam bidang teknologi persenjataan. Pabal AD menjalin kerjasama dengan perusahaan senjata Eropa untuk pembelian dan pembangunan satu unit pabrik senjata, yang berhasil membangun pabrik senjata ringan. Keberhasilan itu membuat Pabal AD menjadi badan pelaksana utama di kalangan TNI-AD sebagai instalasi industri. Berbagai produk pun berhasil diproduksi Pabal AD. Di era ini pula, pemerintah Belanda menyerahkan Cassava Factory, pabrik tepung ubi kayu yang berada di Turen, Malang, Jawa Timur, yang kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi PT Pindad (Persero).
Sekitar tahun 1962, nama Pabal AD diubah menjadi Perindustrian TNI Angkatan Darat (Pindad). Tahapan pengembangan di era Pindad lebih berfokus pada tujuan pembinaan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan teknologi mutakhir. Proses produksi Pindad pun dilakukan untuk mendukung kebutuhan TNI AD. Serangkaian percobaan dan evaluasi pembuatan senjata baru pun dilakukan dan menghasilkan berbagai Surat Keputusan dari Angkatan Bersenjata untuk memakai senjata Pindad sebagai senjata standar mereka. Setelah itu, senjata pun diproduksi secara massal.
Pada awal tahun 1972, pemerintah Indonesia melakukan penataan departemen, termasuk Departeman Pertahanan dan Keamanan (Hankam). Karena itu Pindad pun berubah nama menjadi Kopindad (Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat) pada tanggal 31 Januari 1972. Perubahan terjadi hanya pada komando utama pembinaan yaitu unsur penyelenggara kepemimpinan dan pengelolaan kebijakan teknik. Reorganisasi ini berdampak positif terhadap kinerja yang semula dianggap lamban menjadi lincah, bergairah dan dinamis. Dan Pusat Karya yang dirubah menjadi PT Purna Shadana (Pursad) memiliki keleluasaan untuk meningkatkan produksi kekaryaan untuk mendukung swasembada dan mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri. Pada saat Operasi Seroja TNI-AD untuk pembebasan Timor Timur dari penjajahan Portugal persenjataan Pindad banyak mengalami kendala di lapangan sehingga pada tahun 1975 Kopindad menarik kembali sebanyak 69.000 pucuk senjata yang telah diserahkan kepada TNI-AD. Selanjutnya Kopindad melalukan transformasi dan modifikasi terhadap beberapa senjata antara lain SMR Madsen Setter MK III Kaliber 30mm long menjadi SPM.1 kaliber 7,62mm yang diproduksi sebanyak 4.550 pucuk dan membuat desain senjata senapan SS77 Kaliber 223. Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai realisasi Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata No. Kep/18/IV/1976 tertanggal 28 April 1976 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat nama Kopindad dikembalikan menjadi Pindad. Pindad berubah dari komando utama pembinaan menjadi badan pelaksana utama di lingkungan TNI-AD. Seiring perubahan tersebut Pindad diharapkan dapat mengembangkan kemampuan teknologi dan produktivitasnya dalam memenuhi kebutuhan logistik TNI-AD sehingga mengurangi ketergantungan pada luar negeri. Selain itu diharapkan juga dapat mengembangkan sarana prasarana non-militer yang dapat menunjang pembangunan nasional di bidang pertanian, perkebunan, pertambangan, industri dan transportasi baik untuk instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat luas. 3.
Pindad Sebagai Perseroan
Pada Tahun 1980-an pemerintah Indonesia semakin gencar menggalakan program alih teknologi, saat inilah muncul gagasan untuk mengubah status pindad menjadi perusahaan berbentuk perseroan terbatas. Berdasarkan keputusan Presiden RI No.47 Tahun 1981, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) yang sudah berdiri sejak tahun 1978, harus lebih memperhatikan proses transformasi teknologi yang ditetapkan pemerintah Indonesia itu, termasuk pengadaan mesin-mesin untuk kebutuhan Industri. Perubahan status Pindad dilatarbelakangi oleh keterbatasan ruang gerak Pindad sebagai sebuah industri karena terikat peraturan-peraturan dan ketergantungan ekonomi pada anggaran Dephankam sehingga tidak dapat mengembangkan kegiatan produksinya. Selain itu, Pindad pun dinilai membebani Dephankam karena biaya penelitian dan pengembangan serta investasi yang cukup besar. Karena itu Dephankam menyarankan pemisahan antara war making activities dan war support activities. Kegiatan Pindad memproduksi prasarana dan perlengkapan militer adalah bagian war support activities sehingga harus dipisahkan dari Dephankam dan menjadi perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia.
Ketua BPPT saat itu Prof. DR. Ing. B.J. Habibie kemudian membentuk Tim Corporate Plan (Perencana Perusahaan) Pindad melalui Surat Keputusan BPPT No. SL/084/KA/BPPT/VI/1981. Tim Corporate Plan diketuai langsung oleh Habibie dan terdiri dari unsur BPPT dan Departemen Hankam. Sebagai sebuah perusahaan Pindad diharapkan dapat memproduksi peralatan militer yang dibutuhkan secara efisien dan
menghasilkan produk-
produk komersial berorientasi bisnis. Dan memiliki biaya serta anggaran sendiri
untuk
pengembangan,
penelitian
dan
investasi
serta
mengembangkan
profesionalisme industrinya. Berdasarkan hasil kajian dari Tim Corporate Plan diputuskan komposisi produksi Pindad adalah 20% produk militer dan 80% komersial atau non militer. Tugas pokok Pindad adalah menyediakan dan memproduksi produk-produk kebutuhan Dephankam seperti munisi ringan, munisi berat, dan peralatan militer lain untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pihak lain. Tugas pokok kedua adalah memproduksi produk-produk komersial seperti mesin perkakas, produk tempa, air brake system, perkakas dan peralatan khusus pesanan. Dan pada awal 1983 Pindad menjadi badan usaha milik Negara (BUMN) sesuai dengan keputusan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI No.4 Tahun 1983 tertanggal 11 Februari 1983.
B.
Profil Perusahaan PT Pindad (Persero) adalah perusahaan industri dan manufaktur yang
bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia dan memperkerjakan sekitar 3000 karyawan[4]. Pada 22 Desember 2014, Pemerintah melalui Kementerian BUMN menunjuk Silmy Karim sebagai Dirut yang baru menggantikan Sudirman Said yang menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Saat ini proses produksi PT. Pindad dilaksanakan di 2 tempat yaitu: 1. Divisi Amunisi di Turen Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pabrik ini menempati lahan seluas 160 hektar. 2. Divisi Senjata, Divisi Mekanikal, Divisi Elektrikal, Divisi Forging & Casting, Unit Bisnis Toko Perlengkapan, Unit Bisnis Stamping, dan Unit
Bisnis Laboratorium, yang semuanya ditempatkan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Komplek ini menempati lahan seluas 66 hektar. Khusus Direktorat Produksi Militer, mempekerjakan 1.546 karyawan yang terdiri dari 1.072 karyawan di pabrik dan 474 karyawan di bagian Staff.
1.
Visi dan Misi PT. PINDAD Visi Perusahaan : Menjadi produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka di Asia pada tahun 2023, melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategik. Misi Perusahaan : Melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan negara.
2.
Tujuan dan Sasaran Perusahaan Tujuan Perusahaan : Mampu menyediakan kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan secara mandiri, untuk mendukung penyelenggaraan pertahanan dan keamanan Negara Republik Indonesia.
Sasaran Perusahaan : Meningkatkan potensi perusahaan untuk mendapatkan peluang usaha yang menjamin masa depan perusahaan melalui sinergi internal dan eksternal.
3.
Budaya dan Logo Perusahan
Jujur 1.
Jujur dalam sikap, kata, dan tindakan
2.
Bebas dari kepentingan (vested interest)
3.
Menjaga integritas di setiap aspek
Belajar 1.
Belajar tanpa henti, mengajari tanpa henti
2.
Terus mengembangkan diri
3.
Melakukan perbaikan berkelanjutan
Unggul 1.
Menjaga keunggulan mutu, harga, waktu
2.
Berdaya saing tinggi
3.
Mampu menjadi pemain global
Selamat 1.
Menjunjung tinggi aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan menjaga Lingkungan Hidup
2.
Menaati hukum dan perundang-undangan
3.
4.
Menjalankan prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Bidang Usaha dan Perkembangan Usaha Bidang Usaha PT Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) yang bergerak dalam bidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial, sebagai berikut : 1. Produksi/Manufaktur Melakukan produksi baik produk alutsista maupun nonalutsista, mengolah bahan mentah tertentu menjadi bahan pokok maupun produk jadi serta melakukan proses assembling (perakitan) pada produk berikut : 1.
Produk senjata dan munisi
2.
Produk kendaraan khusus
3.
Produk pyroteknik, bahan pendorong dan bahan peledak (militer dan komersial)
4.
Produk konversi energi
5.
Produk komponen, sarana dan prasarana dalam bidang transportasi
6.
Produk mekanikal, elektrikal optikal dan opto elektronik
7.
Produk Alat Berat
8.
Produk Sarana Pembangkit
9.
Produk Peralatan Kapal Laut
2. Jasa Memberikan jasa untuk industri pertambangan, konstruksi, mesin industri seperti : 1.
Perekayasaan system industrial
2.
Pemeliharaan produk/ peralatan industri
3.
Pengujian mutu dan kalibrasi
4.
Konstruksi
5.
Pemesinan
6.
Heat and surface treatment
7.
Drilling
8.
Blasting
9.
Jasa pemusnahan bahan peledak
10.
Jasa transportasi bahan peledak
11.
Jasa pergudangan bahan peledak
12.
Pemeliharaan Mesin Listrik
3. Perdagangan Strategi yang dijalankan, oleh PT Pindad (Persero) dengan mengupayakan pemasaran dan penjualan meliputi : Produk lama kepada pasar baru Produk baru kepada pasar lama Produk baru kepada pasar baru Melaksanakan pemasaran, penjualan dan distribusi produk dan jasa perusahaan termasuk produksi pihak lain, baik di dalam maupun di luar negeri seperti : 1.
Ammonium Nitrate
2.
Panfo
3.
Detonator Listrik
4.
Detonator Non Listrik
5.
Detonating COD
6.
Booster
7.
Geodetoseis
8.
Geopentoseis
Menginisiasi bisnis baru dibidang peralatan industrial yang terkait denganteknologi produk maupun teknologi produksi Alutsista. 4. Produk dan jasa lainnya :
Dalam rangka memanfaatkan sisa kapasitas yang telah dimiliki perusahaan. 5. Pelanggan : a.
Pelanggan produk pertahanan dan keamanan negara : TNI, Polri, Kementerian Pertahanan & Keamanan, Kementerian
Kehakiman, Kementerian Kehutanan, Dirjen Bea Cukai, dan Pasar Ekspor b.
Pelanggan produk komersial : PT KAI (Persero), PT INKA (Persero), PT PLN (Persero),
Kementerian
Perhubungan,
Galangan
Kapal
Nasional,
Industri
Pertambangan Nasional, Industri Perminyakan dan Gas Nasional, Industri Agro Nasional, Industri Elektronik Nasional. 6. Perkembangan Usaha Perusahaan Dalam periode 2012 - 2016, kinerja PT Pindad (Persero) dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dunia yang mengalami perlambatan yang disebabkan oleh perbaikan kinerja perekonomian negara maju, sedangkan perekonomian negara berkembang masih mengalami perlambatan. Dalam 5 (lima) tahun terakhir kinerja usaha
PT Pindad (Persero) cenderung fluktuatif. Kondisi tahun 2015 masih
dipengaruhi oleh melemahnya perekonomian dunia khususnya di negara-negara berkembang. Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar masih merupakan penyebab pelemahan ekonomi Indonesia. Secara trend realisasi tahun 2012-2013 mengalami kenaikan. Namun, pada tahun 2014 menurun drastis, dan kembali tumbuh pada tahun 2015, walaupun pertumbuhan masih dibawah pencapaian tahun 2012 dan 2013. Tahun 2016 diprognosakan tumbuh secara signifikan yang merupakan titik balik pertumbuhan perusahaan. Penjualan pada tahun 2015 sebesar Rp 1,95 triliun, meningkat 35,65% dari tahun sebelumnya. Begitu pun dengan laba tahun 2015 PT Pindad (Persero) berhasil membukukan laba sebesar Rp 4,16 miliar. Kinerja Perusahaan tahun 2015 lebih baik dan mengalami pertumbuhan kearah yang optimis bagi PT Pindad
(Persero) apabila dibandingkan dengan perkembangan perusahaan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 merupakan titik awal pertumbuhan PT Pindad (Persero), tahun ini perusahaan memprognosakan penjualan mencapai nilai penjualan tertinggi selama 5 tahun terakhir yaitu sebesar Rp 2,11 triliun,tingkat pertumbuhan usaha perusahaan pun meningkat sebesar 8,15% dari penjualan tahun 2015 sebesar Rp 1,95 triliun. Tahun ini, laba diprognosakan sebesar Rp 44,20 miliar sehingga tingkat pertumbuhan laba meningkat pesat dari tahun sebelumnya sebesar 962,23%. Pada tahun 2015 aset PT Pindad (Persero) meningkat sebesar 43,77% dari tahun sebelumnya. Berbanding lurus dengan Aset pada tahun 2015 ekuitas dan liabilitas PT Pindad (Persero) pada tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, untuk Ekuitas meningkat sebesar 119,69% dan Liabilitas meningkat sebesar 24,24% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 Aset Perusahaan sebesar Rp 4 trilliun, lebih kecil dari tahun sebelumnya sebesar 1,58%. Liabilitas pada tahun 2016 juga mengalami penurunan sebesar 3,88% dari tahun sebelumnya. Berbanding terbalik dengan Aset dan Liabilitas pada tahun 2016 ekuitas pada tahun ini mengalami kenaikan sebesar 3,47% dari tahun sebelumnya dimana ekuitas perusahaan pada tahun ini sebesar Rp 1,31 triliun. Pada rentang tahun 2012 – 2016, perusahaan masih menghadapi banyak kendala operasional. Kegiatan difokuskan pada rehabilitasi dan line balancing fasilitas produksi yang dimaksudkan untuk mempertahankan dan meningkatkan kapasitas produksi terutama untuk produk Alutsista. Peningkatan ekuitas yang cukup signifikan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, yaitu di tahun 2012 dan 2015. Hal tersebut dikarenakan adanya suntikan dana dari pemegang saham (Kementerian BUMN) berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) dalam bentuk danaCash sebesar Rp 300 Miliar di tahun 2012 dan sebesarRp 700 Miliar di tahun 2015. PMN tersebut digunakan untuk investasi dalam rangka memperbaiki kapasitas dan kemampuan produksi karena sebagian besar proses produksi Alutsista masih menggunakan mesin-mesin yang berusia lebih dari 25 tahun dan terdapat kecenderungan penurunan kemampuan, kapasitas
dan kualitas. Selain itu, terdapat sejumlah mesin yang mengalami kerusakan berat yang berdampak pada keterlambatan penyerahan pesanan. Keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam periode 20122015, kondisi perekonomian Indonesia tidak begitu baik. Pelemahan kurs Rupiah, fluktuasi harga minyak, inflasi, pengurangan anggaran pertahanan, dan pengurangan subsidi minyak turut mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Berdasarkan Pencapaian Perusahaan Tingkat Kesehatan Perusahaan pada tahun 2016 masih sama dengan Tingkat Kesehatan Perusahaan pada tahun 2015 yaitu Sehat “A” dengan skor nilai pada tahun ini adalah sebesar 69,90. Skor Tingkat Kesehatan Perusahaan meningkat dari tahun 2015 yang semula hanya meraih skor sebesar 65,50. Tingkat Produktifitas PT Pindad (Persero) dari tahun 2012 sampai tahun 2016 rata rata pengaalami peningkatan. Pertumbuhan Tingkat Produktifitas PT Pindad (Persero) dari tahun 2012 sebesar Rp 0,63 miliar/orang, tahun 2013 sebesar Rp 0,81 miliar/orang, tahun 2014 sebesar Rp 0,62 miliar/orang. Tingkat Produktifitas dalam kurun waktu 5 tahun mengalami penurunan pada tahun 2014 karena keadaan Perekonomian Indonesia yang tidak Stabil yang berdampak pada pemotongan APBN Kementerian Pertahanan dan berpengaruh tidak langsung ke penurunan tingkat penjualan PT Pindad (Persero). Namun Keadaan Tersebut dapat diperbaiki dan tahun Berikutnya, tahun 2015 merupakan tahun untuk memulai pertumbuhan usaha ke arah yang lebih menjanjikan bagi PT Pindad (Persero). Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan pertumbuhan Laba, Ekuitas, Tingkat Kesehatan Perusahaan dan Tingkat Produktifitas Perusahaan yang mengalami peningkatan nilai kearah yang lebih baik pada tahun 2015 dan 2016. Tingkat Produktifitas PT Pindad (Persero) pada tahun 2016 mengalami penigkatan paling tinggi dalam kurun waktu 5 tahun terkahir yaitu sebesar Rp 0,83 miliar/orang, menigkat dari tahun sebelumnya yang hanya dapat meraih nilai Rp 0.79 miliar/orang.
Selama tahun ini PT Pindad (Persero) telah mampu mencapai tujuan utamanya yaitu “Mampu menyediakan Alutsista secara mandiri untuk mendukung penyelenggaraan pertahanan dan keamanan Indonesia”. Secara umum PT Pindad (Persero)
telah
mampu
menyediakan
Alutsista
secara
mandiri.
Dalam
mewujudkan tujuan tesebut, manajemen telah melakukan berbagai upaya yaitu Pemenuhan kontrak pengadaan Alutsista baik yang dipesan Kemhan, TNI, Polri, dan Kementerian lainnya, Upaya lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan Alutsista para pelanggan utama adalah dengan program litbang dengan tujuan untuk menghasilkan produk-produk baru dengan teknologi ter-udpate sesuai dengan kebutuhan pelanggan, Peningkatan kapasitas dan kapabilitas produksi produk Alutsista untuk memenuhi kebutuhan pelanggan utama melalui peremajaan mesin produksi baik overhaul maupun pengadaan baru, Untuk menjamin kualitas Alutsista yang sudah dioperasikan para pengguna berada dalam kondisi prima, manajemen membentuk Divisi Layanan Purna Jual yang bertugas untuk memberikan layanan seperti asistensi teknik, pemeliharaan dan perbaikan. Peningkatan pertumbuhan PT Pindad (Persero) akan terus dijaga pada Tahun 2017 dimana di tahun 2017 PT Pindad (Persero) Merencanakan Peningkatan pada Penjualan menjadi sebesar Rp 3,28 Triliun atau meningkat 55,54% dari tahun 2016. Laba sebesar
Rp 113, 98 Miliar atau meningkat
157,90% dari tahun sebelumnya. Aset sebesar Rp 4,5 Triliun atau meningkat 12,08% dari tahun sebelumnya. Liabilitas sebesar Rp 3,02 Triliun atau meningkat 12,27% dari tahun sebelumnya. Ekuitas sebesar Rp 1,5 Triliun atau meningkat 11,70% dari tahun sebelumnya. Apabila Rencana Kinerja dan Anggaran PT Pindad (Perusahaan) dapat tercapai maka Tingkat kesehatan perusahaan pada tahun 2017 meningkat dari sehat “A” pada tahun 2016 menjadi sehat “AA” pada tahun 2017 dengan tingkat produktifitasnya yaitu sebesar Rp 1,27 miliar/orang. PT Pindad (Persero) menetapkan rencana kinerja dan anggaran perusahaan pada tahun 2017 dengan melihat kondisi-kondisi yang akan memberikan pengaruh signifikan terhadap usaha PT Pindad (Persero), diantaranya adalah : 1)
Alokasi anggaran fungsi pertahanan dalam RAPBN tahun 2017 sebesar Rp104.589,5 miliar (terdiri dari Rupiah Murni sebesar Rp87.646,5 miliar,
Pagu Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp4.508,9 miliar, Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp10.372,5 miliar dan Pinjaman Dalam Negeri Rp1.900 miliar). Sasaran yang ingin dicapai melalui alokasi anggaran fungsi pertahanan dalam tahun 2017 antara lain : (1) meningkatnya kemandirian Alutsista TNI poduksi dalam negeri dan pengembangan pihak industri pertahanan melalui 20 Alutsista produksi industri pertahanan nasional; (2) terwujudnya pembangunan sarana prasarana wilayah perbatasan yang terintegrasi, tepat waktu, dan akuntabel melalui pembangunan 504 km jalur perintis; dan
(3) terselenggaranya
pemeliharaan/ perawatan kendaraan tempur (Ranpur) sebanyak 80 unit Ranpur kavaleri dan 64 unit Ranpur infanteri. 2)
Kementerian Perhubungan direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp48.732,2 miliar pada RAPBN tahun 2017 (terdiri dari Rupiah Murni sebesar Rp38.116,5 miliar, Pagu Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp1.311,2 miliar, Pagu Penggunaan Badan Layanan Umum sebesar Rp1.019,4 miliar, Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp736,6 miliar, Hibah Luar Negeri sebesar Rp5,3 miliar, Surat Berharga Syariah Negara PBS sebesar Rp7.543,3 miliar. Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) pembangunan jalur kereta api (tahap pertama) sepanjang 407 km’sp; (2) pembangunan jalur kereta api (tahap penyelesaian) sepanjang 143 km’sp; dan (3) layanan subsidi perintis angkutan perkeretaapian sebanyak 6 lintas.
3)
Dalam RPJMN 2015-2019 bentuk dukungan pemerintah pada sektor migas, dimana Pemerintah cenderung mendorong para kontraktor untuk produksi migas dan untuk mengendalikan produksi batubara, dalam rangka konservasi dimana trend produksi menuju tahun 2019 dibatasi namun penyediaan untuk dalam negeri ditingkatkan Semakin meningkatnya produksi migas dan batubara diprediksi akan meningkatkan kebutuhan alat berat beserta komponennya salah satunya bucket teeth dan produk cor lainnya.
4)
PT Pindad memperoleh kesempatan untuk memasok bahan peledak ke PT Freeport Indonesia dengan syarat bahan peledak tersebut diproduksi di dalam negeri (program local content PT FreeportIndonesia).
5)
Banyaknya tawaran kerjasama produksi dari produsen luar negeri untuk bekerjasama dalam produksi bahan peledak komersial di Indonesia karena PT Pindad memperoleh kesempatan untuk memasok tambang terbesar di Indonesia, juga ada kekhawatiran apabila Pemerintah membatasi kuota impor dan lebih memprioritaskan produksi dalam negeri.
C.
Kebijakan Mutu Dan K3LH PT. PINDAD ( PERSERO ) PT. PINDAD (PERSERO) adalah Badan Usaha Milik Negara yang
melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional.
Memiliki dedikasi tinggi untuk menghasilkan produk dan menyediakan jasa, yang konsisten dalam hal mutu, pengiriman tepat waktu, harga kompetitif dan pelayanan terbaik.
Menerapkan dan mengembangkan Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja serta Sistem Manajemen Lingkungan Hidup secara benar, tepat dan konsisten dengan komitmen mematuhi peraturan, perundangan dan persyaratan mutu & K3LH yang berlaku, baik dari pelanggan, pemerintah dan pihak terkait yang diikuti perusahaan.
Berupaya mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan dengan menjamin setiap kegiatan/ aktivitas perusahaan berwawasan lingkungan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Melakukan proses peningkatan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kepuasan kepada pelanggan.
Kebijakan ini dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan pihak terkait untuk dipahami dan diterapkan secara konsisten, serta ditinjau kesesuaian dan keefektifannya secara berkala.