Perjanjian Kinerja
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Uraian singkat organisasi 1.3 Sumberdaya organisasi 1.4 Isu-isu strategis 1.5 Sistematika Penulisan
1 3 4 8 9
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis
11
2.2 Indikator Kinerja Utama
26
2.3 Perjanjian Kinerja
33
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016 3.1 Pengukuran Capaian Kinerja
46
3.2 Analisis Capaian Kinerja
55
3.3 Evaluasi
102
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan
105
4.2 Permasalahan dan pemecahan masalah
106
4.3 Saran
107
11
Perjanjian Kinerja
LAMPIRAN A. B. C. D.
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 PENETAPAN KINERJA (PK) TAHUN 2017 RENCANA KERJA TAHUNAN 2017 PENGUKURAN KINERJA TAHUNAN 2017
12
Perjanjian Kinerja
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) TAHUN 2016
DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR Jalan Maruti No. 8 Lt III Telp (0361) 423503 Fax. 425369 Denpasar
13
Perjanjian Kinerja
Kata pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
karena
berkat
dan
perkenannya
Laporan
Kinerja
Instansi
Pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan Kota Denpasar dapat disusun dan selesai sesuai waktu yang telah ditetapkan. LKIP merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pencapaian sasaran strategis dan upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan
Kota
Denpasar
selama
tahun
2016
sebagaimana
dirumuskan dalam rencana strategis. Masih banyak kekurangan dan hambatan yang kami temui dalam
penyusunan
LKIP
dan
dalam
pelaksanaan
pembangunan
kesehatan di Kota Denpasar, kami berharap mendapatkan masukan yang bersifat konstruktif sebagai perbaikan dimasa yang akan datang. Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya dalam penyusunan LKIP ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa Asung Kertha Wara Nugraha kepada kita semua.
Denpasar, Kepala
Pebruari 2017
Dinas
Kesehatan
Kota
Denpasar
dr. Luh Putu Sri Armini, M.Kes
14
Perjanjian Kinerja NIP. 196204191988032007
BAB
PENDAHULUAN
I
1.1 LATAR BELAKANG
Laporan
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(LKIP)
merupakan
bentuk
akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada instansi
pemerintah
atas
mempertanggungjawabkan
penggunaan
keberhasilan
/
anggaran kegagalan
serta
untuk
pelaksanaan
misi
organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan secara periodik setiap akhir anggaran. Memperhatikan Permenpan No. 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis Penetapan Kinerja (PK) Pelaporan Kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja Instansi Pemerintah maka Dinas Kesehatan Kota Denpasar Menyusun Laporan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016. Laporan
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(LKIP)
Dikes
Kota
Denpasar
merupakan perwujudan kewajiban Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan penyusunan Laporan Kinerja Instansi pemerintah adalah: 1. Untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai 2. Sebagai upaya perbaikan yang berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.
15
Perjanjian Kinerja Dasar hukum yang menjadi landasan penyusunan LAKIP Dinas Kesehatan Kota Denpasar adalah: -
Undang- undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;
-
Undang-undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah
-
Undang- undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah;
-
Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007 tentang urusan Pemerintahan amntara Pemerintah, pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
-
Instruksi
PresidenNomor
7
tahun
1999
tentang
Akuntabilitas
Kinerja
Pemerintah; -
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia
Nomor
53
tahun
2014
tentang
Pedoman
Teknis
Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. -
Peraturan Walikota Denpasar Nomor 5 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Denpasar tahun 2016-2021.
-
Keputusan
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kota
050/7525/Dikes/2016 tentang Rencana Strategis
Denpasar
Nomor
Dinas Kesehatan Kota
Denpasar Tahun 2016-2021
1.2 URAIAN SINGKAT ORGANISASI
16
Perjanjian Kinerja Mengacu
pada
Undang-undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun
2008
dan
Undang-undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ditetapkan bahwa kesehatan merupakan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten dan kota. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 7 th 2008 dan perubahannya No. 2 Th 2009 maka Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Kedudukan a.
Dinas
kesehatan
merupakan
unsur
pelaksana
Pemerintah
Kota
Denpasar. b. Dinas Kesehatan
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah 2. Tugas Pokok Tugas Pokok Dinas Kesehatan Kota Denpasar adalah Melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah Kota Denpasar dalam bidang kesehatan
dalam
rangka pelaksanaan tugas desentralisasi. 3. Fungsi a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya b. Pemberian, perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum. c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan cabang dinas dalam lingkup tugasnya. 4. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 33 Tahun 2008, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, kepala Dinas Kesehatan dibantu oleh satu (1) Sekretaris dan dan (4) Bidang yaitu : 1. Sekretariat terdiri dari :
17
Perjanjian Kinerja 1. Subag. Perencanaan dan Informasi Kesehatan 2. Subag. Umum dan Kepegawaian 3. Subag. Keuangan 2. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan terdiri dari : 1. Seksi Pelayanan Kesehatan 2. Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus dan Rujukan 3. Seksi Pelayanan Perijinan dan Perbekalan Kesehatan 3. Bidang Bina Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit terdiri dari: 1. Seksi Surveilans Pencegahan Penyakit 2. Seksi Penanggulangan Penyakit Bersumber Binatang 3. Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Langsung 4 . Bidang Bina Penyehatan Lingkungan terdiri
dari :
1. Seksi Penyehatan Tempat-Tempat Umum 2. Seksi Penyehatan Makanan dan Minuman 3. Seksi Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan kualitas air 5. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat terdiri dari: 1. Seksi Promosi Kesehatan dan Peran Serta Masyarakat 2. Seksi Kesehatan Keluarga 3. Seksi Gizi
1.3 SUMBER DAYA ORGANISASI Berjalannya organisasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar sangat dipengaruhi oleh sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya manusia material maupun dana. a.
Sumber daya manusia
18
Perjanjian Kinerja Sumber daya manusia yang ada pada sarana pelayanan di dinas kesehatan Kota Denpasar : TABEL 1.1 REKAPITULASI TENAGA BERDASARKAN PENDIDIKAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2016 JUMLAH NO
Medis
Perawat, perawat gigi & Bidan
Farma si
Gizi
Teknisi Medis
Sanita si
Kesm as
UNIT KERJA
1
Puskesmas I Denpasar Selatan
6
12
2
1
1
1
1
2
Puskesmas II Denpasar Selatan
5
20
2
1
1
2
4
3
Puskesmas III Denpasar Selatan
6
11
2
2
0
1
2
4
Puskesmas IV Denpasar Selatan
10
19
3
1
1
1
1
5
Puskesmas I Denpasar Timur
9
21
3
1
1
1
1
6
Puskesmas II Denpasar Timur
4
17
3
2
1
1
3
7
Puskesmas I Denpasar Utara
6
13
2
1
1
1
1
8
Puskesmas II Denpasar Utara
6
14
3
1
1
1
1
9
Puskesmas III Denpasar Utara
6
17
2
1
1
3
4
10
Puskesmas I Denpasar Barat
7
17
1
1
1
2
3
11
Puskesmas II Denpasar Barat
7
25
1
1
1
1
2
71
196
29
14
10
27
44
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)
Sumber daya manusia berdasarkan golongan pada dinas kesehatan kota Denpasar: Tabel 1.2 REKAPITULASI PEGAWAI MENURUT GOLONGAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2016 GOLONGAN
DKK
UPT PFM
DS I
DS II
DS III
DS IV
DT I
DT II
DU I
DU II
DU III
DB I
DB II
1
I/c
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
I/d
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
II/a
2
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
4
II/b
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
19
Perjanjian Kinerja 5
II/c
5
2
1
1
3
2
3
2
1
2
2
1
4
6
II/d
10
2
5
4
4
2
9
3
1
4
2
2
4
7
III/a
4
0
2
7
3
11
3
4
1
1
0
3
3
8
III/b
22
1
2
3
3
4
4
6
9
4
8
6
4
9
III/c
12
1
3
5
3
8
5
1
2
5
5
7
5
10
III/d
16
1
14
12
9
6
12
15
10
10
14
15
16
11
IV/a
6
0
1
4
2
4
2
1
2
2
1
2
5
12
IV/b
3
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
13
IV/c
1
0
1
0
0
1
0
0
2
0
3
0
1
14
IV/d
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
JUMLAH
82
7
29
37
29
39
41
35
31
30
35
36
475
Sumber: Sub Bag Kepeg dan Umum Dikes Kota Denpasar Tahun 2016
b. Sumber daya material Sumber
daya
material
dimiliki
Pemkot
Denpasar
baik
dari
Dinas
Kesehatan, Puskesmas, RSU Pemerintah maupun RSU Swasta adalah sebagai berikut : 1. Rasio
Puskesmas
terhadap
100.000
penduduk
adalah
2
(dua)
Puskesmas melayani 100.000 penduduk. 2. Rasio Puskesmas pembantu (Pustu) terhadap 100.000 penduduk adalah 4 (empat) Pustu melayani 100.000 penduduk. 3. Rasio Puskesmas Keliling (Pusling) terhadap 100.000 penduduk adalah 2 (dua) Pusling melayani 100.000 penduduk. Tingginya
rasio
sarana
kesehatan
terhadap
penduduk
membantu
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Apabila dilihat dari wilayah kerja Kecamatan, jumlah rumah sakit, puskesmas dan pustu dapat dilihat tabel berikut :
20
Perjanjian Kinerja Tabel 1.3 Jumlah Fasilitas Kesehatan per Kecamatan di Kota Denpasar tahun 2016 No
Kecamatan
Rumah sakit
Puskesmas
Pustu
1
Denpasar Selatan
1
4
6
2
Denpasar Timur
2
2
6
3
Denpasar Barat
10
2
7
4
Denpasar Utara
3
3
6
16
11
25
Jumlah
Sumber : Bidang bina Pelayanan Kesehatan.
Berdasarkan tabel diatas jumlah fasilitas kesehatan di Kota Denpasar sudah cukup memadai apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan.
c. Sumber daya Informasi Pemerintah daerah telah memberikan perhatian yang lebih terhadap penyediaan informasi kesehatan, hal ini terbukti dengan telah terpasangnya Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas sehingga pelayanan dasar kesehatan di Puskesmas lebih lancar.
d. Dana
Urusan Wajib Kesehatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar, direalisasikan melalui 19
program dan
42
kegiatan dengan mengalokasikan belanja
sebagai berikut : 1.Belanja tidak langsung
: Rp. 50.602.070.439,40 (46,12%)
21
Perjanjian Kinerja
Belanja Pegawai
: Rp. 50.602.070.439,40
2.Belanja Langsung Belanja Pegawai
: Rp. 58.660.596.350 (53,88%) : Rp. 363.120.000
Belanja Barang dan Jasa : Rp. 43.4343282.681 Belanja Modal
: Rp. 14.863.193.669
3.Total belanja langsung dan Tak langsung
: RP. 109.262.666.789,4 (100 %)
Realisasi : 1.Belanja tidak langsung
: Rp. 48.889.425.257
2.Belanja Langsung
: Rp. 47.026.605.734,44
Belanja Pegawai
: Rp. 277.894.000
Belanja Barang dan Jasa
: Rp. 35.525.861.455,44
Belanja Modal
: Rp. 11.222.850.279
3.Total belanja langsung dan Tak langsung
: Rp. 95.916.030.991,5 (87,78%)
1.4 ISU-ISU STRATEGIS 22
Perjanjian Kinerja
Isu strategis
penting yang menjadi permasalahan kesehatan
Kota
Denpasar adalah:
a.
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di Puskesmas dan Dinas kesehatan
b.
Peningkatan kualitas data kesehatan melalui sistem informasi kesehatan yang terintegrasi
c.
Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
d.
Peningkatan ketersediaan keterjangkauan pemerataan dan kualitas farmasi dan alkes
e.
Peningkatan Pengawasan obat dan makanan
f.
Peningkatan jumlah puskesmas agar terjadi rasio ideal antara sarana dengan jumlah penduduk
g.
Peningkatan status gizi
h.
Peningkatan status kesehatan pada setiap kelompok usia
i.
Angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian balita
j.
Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
k.
Pengembangan dan peningkatan efektifitas pembiayaan kesehatan
l.
Masih tingginya angka kejadian penyakit menular seperti DBD, HIV, dan TBC
m. Mulai meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular seperti Diabetes, Kanker, Tekanan darah tinggi dan jantung n.
Pencapaian standar minimal di bidang kesehatan
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN 23
Perjanjian Kinerja
Sistematika penulasan dalam LKIP Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencakup: BAB I
Pendahuluan Pada Bab ini diuraikan tentang penjelasan umum organisasi
BAB II Perencanaan Kinerja Pada Bab ini disajikan Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016 BAB III Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016 B. Realisasi Anggaran Tahun 2016 BAB IV Penutup Diuraiakan simpulan umum atas capaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016 serta langkah dimasa mendatang yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja Lampiran: 1. Penetapan Kinerja 2016 2. Indikator Kinerja Utama 2016 3. RKT 2016
24
Perjanjian Kinerja
BAB II
PERJANJIAN KINERJA
2.1 RENCANA STRATEGIS
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 20102015 yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat
berbagai
program
pembangunan
kesehatan
yang
akan
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan untuk kurun waktu 5 tahun (20102015), dengan penekanan pada pencapaian sasran prioritas nasional dan pemerintah daerah yaitu standar pelayanan minimal (SPM) serta sasaran sesuai
dengan
RPJM
Pemerintah
Kota
Denpasar
telah
disusun,
berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar nomor: 050/7525/Dikes/2016 tentang Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
meliputi Visi, Misi,
Tujuan, Sasaran dan cara mencapai sasaran dijabarkan dalam kebijakan, Program, serta kegiatan. 2.1.1 Pernyataan Visi Sesuai dengan RPJMD Kota Denpasar Tahun 2016-2021 serta dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang
25
DENPASAR SEHAT YANG KREATIF, MANDIRI DAN
Perjanjian Kinerja yang ada di Kota Denpasar
maka visi yang hendak dicapai dalam periode
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016-2021 adalah:
Yaitu
suatu
kondisi
yang
merupakan
gambaran
masyarakat
Kota
Denpasar di masa depan yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya kreatif, sehingga mampu meningkatkan kualitas dirinya, menjaga keseimbangan hubungan dengan lingkungan hidupnya serta menciptakan kedamaian dan kesejahteraan lahir dan bathin. 2.1.2 Pernyataan Misi Dalam rangka mewujudkan Denpasar
Sehat yang kreatif, mandiri dan
berkeadilan, dengan mempertimbangkan isu-isu strategis yang berkembang selama 5 (lima) tahun sebelumnya, maka misi Dinas Kesehatan Kota Denpasar dapat dirumuskan sbb:
1. Mengoptimalkan
sumber
daya
kesehatan
untuk
peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat dan menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik . 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan. 3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani. 4. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berprilaku hidup bersih dan sehat. 5. Menggerakkan pembangunan daerah berwawasan kesehatan dan berperan aktif menunjang pelaksanaan pembangunan kesehatan yang berskala nasional. 26
Perjanjian Kinerja
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar setiap tahunnya akan dijabarkan kedalam rencana kerja (Renja)Dinas kesehatan Kota Denpasar yang merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun 2.1.3 Tujuan, Indikator Tujuan dan Sasaran Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu lima tahun dan bersifat idealistik, mengandung nilai – nilai luhur dan keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan yang lebih baik, yang menjadi arah perjalanan dinas dengan berdasarkan pada kreteria –kreteria dan kewenangan yang mudah dipahami oleh seluruh masyarakat. 2.1.3.1
Tujuan:
2.1.3.1.1 Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya kesehatan dengan indikator tujuan: 1) Terwujudnya
pengadaan,
peningkatan,
pemeliharaan
sarana
dan
prasarana di dinas, puskesmas dan jaringannya 2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan 3) Peningkatan kualitas data kesehatan melalui system informasi kesehatan yang terintegrasi
2.1.3.1.2
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan
dengan
indikator
tujuan: 1) 100% Puskesmas terakreditasi pada 2021 2) Persentase ketersediaan obat di puskesmas 95% pada tahun 2021 3) Penggunaan obat rasional (POR) 100% di Puskesmas 4) 100% Penduduk miskin terlayani 5) Persentase kepesertaan jaminan kesehatan nasional (JKN) 100% pada tahun 2021
27
Perjanjian Kinerja
2.1.3.1.3
Meningkatkan status kesehatan ibu anak dan lansia dengan
indikator tujuan: 1) Menurunkan angka kematian ibu menjadi 90 per 100.000 KH pada tahun 2021 2) Menurunkan angka kematian bayi menjadi 8 per 1000 KH 3) Menurunkan persentase bayi BBLR menjadi < 5 % pada 2021 4) Meningkatnya persalinan di fasilitas kesehatan 100% pada 2021 5) Persentase KB Aktif 70% pada 2021 6) Persentase usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 100% pada 2021
2.1.3.1.4
Meningkatnya status gizi masyarakat dengan indikator tujuan:
1) 100% balita gizi buruk mendapatkan perawatan 2) Menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk menjadi 4% pada 2021 3) 99% Bumil KEK memperoleh tablet tambah darah 4) Persentase Bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Eklusif
2.1.3.1.5 Meningkatkan promosi kesehatan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengan indikator tujuan: 1) Meningkatnya posyandu aktif menjadi 75% pada 2021 2) Meningkatnya promosi kesehatan di satuan pendidikan dasar, puskesmas dan pustu menjadi 100% pada 2021 3) Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS menjadi 85% pada 2021 4) Persentase siswa SD dan remaja (15-19 tahun) mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
28
Perjanjian Kinerja 2.1.3.1.6 Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular dengan indikator tujuan: 1) Menurunkan IR penyakit DBD menjadi 195/100.000 penduduk 2) Menurunkan
prevalensi
HIV/AIDS
menjadi
<
0,5%
Meningkatnya
kewaspadaan dan penanggulangan wabah 3) Meningkatnya bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 100% pada 2021 4) Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar
2.1.3.1.7 Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dengan indikator tujuan: 1) Persentase desa/kelurahan STBM 80% pada 2020 2) Meningkatnya akses masyarakat terhapat sanitasi dasar sebesar 75% pada 2021 3) Persentase tempat pengolahan makanan memenuhi syarat kesehatan (45%) 4) Persentase desa/kelurahan menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
2.1.3.2 Sasaran Strategis Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar adalah: 2.1.3.2.1
Pengadaan, peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasana di dinas dan puskesmas dengan indikator sasaran:
1)
Penyediaan jasa komunisasi, sumberdaya air, listrik dan alat tulis kantor
2)
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, kendaraan dinas dan perlengkapan gedung kantor
3)
Terpenuhinya sarana dan prasarana puskesmas
4)
Terpenuhinya mobil puskesmas keliling
29
Perjanjian Kinerja 5)
Pembangunan puskesmas rawat inap terakreditasi
2.1.3.2.2
Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur dengan
indikator sasaran: 1) Pelaksanaan kursus singkat/ pelatihan 2) Persentase terpenuhinya usulan tenaga medis dan paramedis untuk ditugaskan di puskesmas dan puskesmas pembantu 3) Persentase penyelesaian dokumen perencanaan pelaporan dan evaluasi tepat waktu.
2.1.3.2.3
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Untuk mengukur
keberhasilan terhadap capaian sasaran strategis tersebut ditetapkan
indikator
sasaran: 1) Persentase puskesmas terakreditasi 2) Persentase puskesmas dengan nilai indeks kepuasan Konsumen > 80 3) Puskesmas berprestasi 4) Tenaga kesehatan teladan 5) Persentase penduduk ditemukan katarak dilaksanakan operasi katarak
2.1.3.2.4
Persentase ketersediaan obat dan alkes di puskesmas. Indikator
sasaran yang ditetapkan untuk mengukur capaian sasaran strategis ini adalah: 1) Persentase ketersediaan obat di puskesmas 2) Terpenuhinya kebutuhan alat–alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar di puskesmas 3) Persentase penggunaan obat rasional di puskesmas
2.1.3.2.5
Pelayanan kesehatan penduduk miskin dengan indikator sasaran:
1) Terlayaninya penduduk miskin melalui JKBM dan JKN 2) Persentase penduduk dengan gangguan jiwa dirujuk
2.1.3.2.6
Persentase peserta BPJS yang terlayani di fasilitas kesehatan
tingkat pertama/puskesmas dengan indikator sasaran:
30
Perjanjian Kinerja 1) Persentase peserta BPJS yang terlayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama/puskesmas 2) Persentase kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2.1.3.2.7
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu,
bayi, anak, remaja dan lansia. Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur capaian sassaran strategis ini adalah: 1) Persentase puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil 2) Cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K1 3) Cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K4 4) Persentase
puskesmas
melakukan
orientasi
program
perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) 5) Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar 6) Persentase ibu bersalin dan nifas mendapatkan pelayanan 7) Persalinan dan nifas sesuai standar di puskesmas dan jaringannya 8) Cakupan ibu hamil dengan komplikasi tertangani 9) Persentase persalinan di fasilitas kesehatan 10)
Cakupan pelayanan ibu nifas (KF1)
11)
Cakupan pelayanan ibu nifas ketiga (KF3)
12)
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
13)
Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
14)
Persentase bayi dengan BBLR
15)
Cakupan kunjungan neonates pertama kali (KN1)
16)
Cakupan kunjungan neonates lengkap (KN3)
17)
Cakupan kunjungan neonatal dengan komplikasi ditangani
18)
Cakupan pelayanan bayi
19)
Menurunkan angka kematian bayi
20)
Persentase KB aktif
21)
Cakupan pelayanan balita
22)
Persentase usia balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
23)
cakupan kunjungan balita
31
Perjanjian Kinerja 24)
Persentase puskesmas mampu melaksanakan penanganan kekerasan terhadap anak (KTA)
25)
Persentase puskesmas menyelenggarakan kelas ibu balita
26)
Persentase anak balita di stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
27)
Persentase puskesmas melaksanakan manajemen terpadu balita sakit (MTBS dan manajemen terpadu balita muda (MTBM)
28)
Menurunkan angka kematian balita
29)
Persentase lansia memperoleh pelayanan kesehatan
30)
Persentase puskesmas ramah lansia
31)
Persentase usia 60 tahun keatas memdapatkan skrining kesehatan sesuai standar
2.1.3.2.8
Meningkatnya status gizi bayi, balita dan ibu hamil (bumil) dengan
indikator sasaran: 1) Cakupan gizi buruk mendapat perawatan 2) Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang 3) Persentase bumil mendapatkan tablet tambah darah 4) Persentase bumil dengan kurang energy kronik mendapat makanan tambahan 5) Persentase balita kurus mendapatkan makanan tambahan 6) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI ekslusif 7) Persentase balita usia 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A 8) Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD) 9) Persentase puskesmas melaksanakan surveylans gizi 10) Persentase balita ditimbang berat badannya di posyandu
2.1.3.2.9
Meningkatnya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan
dengan indikator: 1) Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
32
Perjanjian Kinerja 2) Persentase desa/kelurahan TOGA memenuhi syarat 3) Persentase desa siaga aktif 4) Persentase posyandu aktif
2.1.3.2.10
Meningkatnya upaya promosi kesehatan di tingkat pendidikan dasar
dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan indikator kinerja: 1) Persentase satuan pendidikan dasar mendapatkan promosi kesehatan 2) Persentase puskesmas dan puskesmas pembantu melaksanakan promosi kesehatan 3) Persentase promosi kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
2.1.3.2.11
Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS
1) persentase rumah tangga ber PHBS
2.1.3.2.12
Persentase anak dan remaja mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar 1) Persentase siswa satuan pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 2) Persentase usia 15-19 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 3) Persentase puskesmas melaksanakan upaya kesehatan kerja 4) Persentase puskesmas melaksanakan kesehatan olah raga
2.1.3.2.13
Menurunnya
angka
kesakitan
dan
kematian
akibat
penyakit
menular. Terdapat 7 indikator kinerja yang dipakai untuk mengukur pencapaian sasaran strategis ini yaitu: 1)
Incidence rate penyakit DBD
33
Perjanjian Kinerja 2)
CFR penyakit DBD
3)
Prevalensi HIV/AIDS
4)
Persentase angka kasus HIV yang diobati
5)
Persentase terduga HIV dan AIDS mendapatkan pemeriksaan sesuai standar
6)
Angka kesembuhan penderita TB
7) Persentase terduga TB mendapatkan pemeriksaan TB sesuai standar 8) Persentase kasus gigitan hewan penular rabies mendapatkan penanganan sesuai standar
2.1.3.2.14
Meningkatnya upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak
menular 1) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan pos pembinaan terpadu (Pos Bindu) PTM 2) Jumlah puskesmas yang melayani konseling berhenti merokok 3) Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar 4) jumlah wanita usia 30-50 tahun dilakukan deteksi dini kanker serviks 5) Persentase
puskesmas
melaksanakan
pelayanan
PKPR
(Pelayanan
kesehatan peduli remaja) 6) Jumlah sekolah mendapatkan pembinaan penanggulangan kanker terpadu paripurna (PKTP
2.1.3.2.15
Meningkatnya kewaspadaan dini dan penanggulangan wabah
34
Perjanjian Kinerja 1) Persentase respon verifikasi terhadap SKDR dalam waktu kurang dari 24 jam 2) Persentase Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani < 24 jam
2.1.3.2.16
Meningkatnya
persentase
bayi
mendapatkan
imunisasi
dasar
lengkap 1) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 2) Persentase desa yang mencapai universal child imunisation (UCI)
2.1.3.2.17
Meningkatnya kualitas lingkungan
1) Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan 2) Persentase puskesmas melaksanakan pengelolaan limbah medis 3) persentase desa/kel yang ODF/stop buang air besar sembarangan 4) Persentase desa/kel STBM 5) Persentase cholinesterase darah masyarakat yang berpotensi terpapar pestisida memenuhi syarat 6) Persentase tempat pengelolaan pestidida memenuhi syarat 7) Cakupan pengendalian vektor lalat di TPS
2.1.3.2.18
Meningkatnya akses masyarakat terhadap sanitasi dasar
1) Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang memenuhi syarat 2) Persentase rumah sehat 3) Persentase sumber air minum memenuhi syarat kesehatan
2.1.3.2.19
Persentase
tempat
pengelolaan
makanan
memenuhi
syarat
kesehatan 1) Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan 2) Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
2.1.3.2.20
Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan
sehat 1) Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
35
Perjanjian Kinerja 2) Jumlah Desa/kelurahan yang mengikuti lomba kebersihan dan PSN Tingkat Kota Denpasar
2.1.4 Strategi dan Kebijakan Strategi dan kebijakan yang ditempuh Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam menangani masalah kesehatan di Kota Denpasar mengacu pada strategi dan kebijakan Pemerintah Kota Denpasar yang tertuang pada RPJMD Kota Denpasar Tahun 2016-2021. Kebijakan umum yang ditempuh Pemerintah Kota Denpasar dalam melaksanakan bidang urusan kesehatan periode 2016-2021 antara lain: 1. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas bagi masyarakat melalui Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) di Puskesmas
pembantu,
puskesmas
dan
rumah
sakit
yang
meliputi
pemerataan mutu pelayanan dan akses pelayanan keperawatan, kebidanan dan ketekhnisian, penunjang medic, sarana dan prasarana dan peralatan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh masyarakat melalui: a. Optimalisasi sumberdaya manusia melalui kerjasama pelatihan dan pendidikan pada bidang kesehatan b. Menciptakan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) untuk menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan daya beli masyarakat c. Menciptakan iklim budaya sehat melalui paradigma sehat dan pelibatan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan 2. Meningkatkan mutu system informasi kesehatan, mutu perencanaan di tingkat puskesmas dan kemampuan teknis untuk pelaksanaan deteksi dini masalah kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pemantauan, penyehatan dan pengawasan kualitas kesehatan lingkungan. 3. Meningkatkan cakupan, mutu, dan keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita remaja, usia kerja dan usia lanjut, kesehatan kerja dan olahraga, pembinaan, pengembangan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional dan komplementer
36
Perjanjian Kinerja 4. Meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan meningkatkan dan meningkatkan kualitas lingkungan, menurunkan angka kesakitan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, peningkatan meningkatkan
surveillance,
karantina
pencegahan
dan
kesehatan,
dan
penanggulangan
kesehatan
penyakit
matra,
bersumber
binatang 5. Meningkatkan akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan melalui pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan, persediaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah, meningkatkan pengendalian pra dan pasca pemasaran alat kesehatan dan PKRT 6. Meningkatkan ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan 7. Meningkatkan
pemberdayaan
kesehatan
masyarakat
bidang
kesehatan
melalui tokoh masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha.
2.1.5 Program dan Kegiatan Untuk tahun 2016 Dinas Kesehatan Kota Denpasar melaksanakan 19 program dengan 44 kegiatan : 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. 1.1. Pelayanan Administrasi Perkantoran. 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. 2.1. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur.
37
Perjanjian Kinerja 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. 3.1. Pendidikan dan pelatihan formal. 4. Program Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan. 4.1. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan. 4.2. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan. 5. Program Upaya Kesehatan Masyarakat. 5.1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya 5.2. Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan 5.3.
Pengadaan,
peningkatan
dan
perbaikan
sarana
dan
prasarana
puskesmas dan jaringannya 5.4. Peningkatan Kesehatan Masyarakat 5.5. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan 5.6. Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan 6. Program Pengawasan Obat dan Makanan 6.1. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya 7. Program pengembangan obat asli Indonesia 7.1. Peningkatan promosi obat bahan alam Indonesia di dalam dan luar negari 8. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 8.1. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat. 8.2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat. 8.3. Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan. 9. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
38
Perjanjian Kinerja 9.1.Penanggulangan Gangguan
akibat
kurang
energy
kurang
protein
yodium
(KEP),
(GAKY),
Anemia
kurang
Gizi
vitamin
A,
Besi, dan
kekurangan zat gizi mikro lainnya. 9.2. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. 10. Program Pengembangan Lingkungan Sehat. 10.1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat 10.2. Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 11. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular. 11.1. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk. 11.2. Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging. 11.3. Pengadaan vaksin penyakit menular 11.4. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah. 11.5. Pelayanan pecegahan dan penanggulangan penyakit menular. 11.6. Peningkatan surveillance epidemiologi dan penanggulangan wabah. 11.7. Pencegahan dan penanggulangan penyakit endemic/epidemik. 11.8. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS 11.9. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Tuberkulosa (TBC) 11.10. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (kie) pencegahan dan Pembrantasan penyakit . 12. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan. 12.1. Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan 13. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin 13.1. Pelayanan operasi katarak
39
Perjanjian Kinerja 14. Program Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya. 14.1. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu. 15. Program Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan 15.1 Kemitraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 16.Program Peningkatan pelayanan kesehatan untuk balita. 16.1 Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita. 17. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia. 17.1. Pelayanan kesehatan. 17.2. Pelayanan Pemeliharaan kesehatan (lansia) 18. Program Pengawasan dan Pengendalian kesehatan makanan. 18.1.Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil produksi rumah tangga. 18.2.Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan restaurant. 18.3 Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan kantin sekolah 19. Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan Anak. 19.1. Pelayanan kesesehatan ibu dan anak secara terpadu. 19.2. Pelayanan Kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir.
2.2 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
40
Perjanjian Kinerja
Indikator kinerja utama merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah. Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna,maka indikator sasaran kesehatan utama yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar sampai pada akhir tahun 2016 adalah :
41
Perjanjian Kinerja
NO
Sasaran RPJMD
INDIKATOR KINERJA
CARA PERHITUNGAN
TARGET
UTAMA
1
2016
2017
2018
2019
2010
2021
50
70
85
100
100
100
Menciptakan jaminan pemeliharaan
Persentase kepesertaan
Jml kepesertaan masyarakat dalam JKN/ jumlah
kesehatan masyarakat (JPKM) untuk
masyarakat dalam JKN
penduduk x 100%
Persentase RT ber PHBS
Jml RT ber PHBS/ jml rumah dipantau x 100%
79
80
81
82
85
85
Persentase satuan
Jml satuan pendidikan dasar mendapatkan promosi
100
100
100
100
100
100
pendidikan dasar
kesehatan/ seluruh satuan pendidikan dasar yang ada x
mendapatkan promosi
100%
100
100
100
100
100
100
menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan daya beli masyarakat
2
Menciptakan iklim budaya sehat melalui paradigma sehat dan pelibatan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan
kesehatan
Persentase puskesmas
Jml
dan puskesmas pembantu
melaksanakan promosi kesehatan/
puskesmas
dan
puskesmas
pembantu
melaksanakan promosi
puskesmas dan puskesmas pembantu x 100%
Jml seluruh
kesehatan
27
Perjanjian Kinerja
3
Meningkatkan mutu system informasi
Nilai LKIP
Hasil penilaian dari inspektorat
B
B
B
B
B
B
masyarakat, pemantauan, penyehatan
Cakupan pelayanan
Jumlah Puskesmas yang menggunakan sistem informasi
90
100
100
100
100
100
dan pengawasan kualitas kesehatan
system informasi
terintegrasi dengan dinas kesehatan/ jumlah seluruh
lingkungan.
terintegrasi
puskemas yang ada x 100 %
Persentase siswa
Jml siswa pendidikan dasar mendapatkan promosi
100
100
100
100
100
100
pendidikan dasar
kesehatan/ Jml seluruh siswa pendidikan dasar x 100%
Jml Desa/kel memiliki Posbindu/ Jml desa/kel yang ada
17
24
31
38
43
43
Persentase Usia 20 – 59
Jml Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining
100
100
100
100
100
100
Tahun Mendapatkan
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Skrining Kesehatan dan
Sesuai Standar/ Penduduk Usia 20 – 59 Tahun
75
80
80
80
80
80
kesehatan, mutu perencanaan di tingkat puskesmas dan kemampuan teknis untuk pelaksanaan deteksi dini masalah kesehatan, pemberdayaan
mendapatkan promosi kesehatan Jumlah Desa/kel memiliki Posbindu
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar
Jml desa/ kelurahan
Jml desa/ kelurahan melaksanakan STBM/ Jml desa/
melaksanakan STBM
kelurahan yang ada
28
Perjanjian Kinerja Persentase sarana air
Jml sarana air minum dilaksanakan pengawasan/Jml
75
75
75
75
75
75
minum dilaksanakan
sarana air minum
95
95
95
95
95
95
25
30
35
40
45
45
Jumlah Desa/ kel melaksanakan tatanan kawasan sehat
43
43
43
43
43
43
98
98
98
98
98
98
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
pengawasan
Persentase tempat-tempat
Jml tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan/
umum memenuhi syarat
Jumlah tempat-tempat umum yang ada
kesehatan Persentase TPM
Jml TPM memenuhi syarat kesehatan/ Jumlah TPM yang
memenuhi syarat
ada x 100
kesehatan Jumlah Desa/ kel melaksanakan tatanan kawasan sehat
4
Meningkatkan cakupan, mutu, dan
Cakupan ibu hamil
Jml ibu hamil mendapatkan pelayanan K4/jml seluruh ibu
keberlangsungan upaya pencegahan
mendapatkan pelayanan
hamil x 100
penyakit dan pelayanan kesehatan ibu,
K4
bayi, balita remaja, usia kerja dan usia lanjut, kesehatan kerja dan olahraga, pembinaan, pengembangan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional dan komplementer
Persentase persalinan di
Jml persalinan di fasilitas kesehatan/jml seluruh
fasilitas kesehatan
persalinan
Persentase ibu nifas
Jml ibu nifas mendapatkan pelayanan kes/jml ibu nifas x
mendapatkan pelayanan
100
kes
29
Perjanjian Kinerja Jumlah puskesmas
Jumlah puskesmas terakreditasi
2
5
4
0
0
0
Angka kematian
Jumlah ibu yang meninggal karena hamil, bersalin dan
100
98
96
94
92
90
ibu/100.000 KH
nifas di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu/ jumlah
15
12
10
8
8
8
15
12
10
8
8
8
50
65
70
75
80
80
terakreditasi
kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama x 100.000 KH Angka kematian bayi/1000
Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang meninggal di suatu
KH
wilayah pada kurun waktu tertentu/jumlah
kelahiran
hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama x 1000 Angka kematian
Jumlah anak usia 12-59 bulan yang meninggal di suatu
balita/1000 KH
wilayah pada kurun waktu tertentu/jumlah
kelahiran
hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama x 1000 Persentase bumil KEK
Jumlah bumil KEK mendapatkan PMT/Jumlah bumil x
mendapatkan PMT
100%
Persentase balita gizi
Jml balita gizi kurang/jumlah balita x 100
8
8
6
5
4
4
Persentase puskesmas
Jml puskesmas melaksanakan kesehatan olah raga/ jml
10
10
20
20
20
20
melaksanakan kesehatan
seluruh Puskesmas x 100%
kurang
30
Perjanjian Kinerja olah raga Persentase puskesmas
Jml puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan
10
10
20
20
20
20
melaksanakan pelayanan
tradisional/ jml seluruh Puskesmas x 100%
Jml kasus DBD/Jml penduduk x 100%
215
210
205
200
195
195
Jumlah penderita HIV/jml penduduk x 100%
<0,5%
<0,5
<0,5
<0,5
<0,5
<0,5
%
%
%
%
%
75
76
77
78
79
79
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
kesehatan tradisional 5
Meningkatkan mutu penyelenggaraan
IR DBD per 100.000
penanggulangan penyakit menular dan
penduduk
tidak menular untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya
Prevalensi HIV/AIDS
penyakit yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan meningkatkan dan meningkatkan kualitas lingkungan, menurunkan
Angka kesembuhan
Jumlah pasien TB Paru BTA + yang sembuh di suatu
penderita TB
wilayah selama periode tertentu/ Jumlaj Pasien TB Paru BTA + yang diobati diwilayah dan pada kurun waktu
angka kesakitan akibat penyakit yang
yang sama x 100%
dapat dicegah dengan imunisasi, peningkatan surveillance, karantina
Persentase Respons
Jumlah signal kewaspadaan dini yang direspon oleh
kesehatan, dan kesehatan matra,
Verifikasi terhadap SKDR
dinas kesehatan dalam waktu kurang dari 24 jam/jumlah
meningkatkan pencegahan dan
dalam Waktu Kurang dari
signal kewaspadaan dini yang muncul x 100%
penanggulangan penyakit bersumber
24 Jam
binatang
Persentase bayi usia 0-11
Jumlah bayi yang mendapat satu kali imunisasi hepatitis
bulan
B, satu kali imunisasi BCG, Tiga kali imunisasi DPT,HB
yang
mendapat
imunisasi dasar lengkap
dan Hib, empat kali imunisasi polio dan satu kali imunisasi campak dalam kurun waktu satu tahun / jumlah bayi dalam kurun waktu yang sama x 100%
31
Perjanjian Kinerja
Persentase
desa
yang
mencapai universal child
Jumlah desa yang mencapai universal child imunisation
100
100
100
100
100
100
91
92
93
94
95
95
100
100
100
100
100
100
0
25
30
35
40
45
(UCI)/jumlah seluruh desa yg ada x 100%
imunisation (UCI)
6
Meningkatkan akses, kemandirian dan
Persentase ketersediaan
Jumlah obat/vaksin sesuai satuannya di suatu wilayah
mutu sediaan farmasi dan alat
obat, vaksin dan alkes di
pada kurun waktu tertentu/jumlah kebutuhan di wilayah
kesehatan melalui pelayanan
puskesmas
yang sama
kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan, persediaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkaU di pelayanan
Persentase
penggunaan
obat rasional (POR) di puskesmas
P(A)ISPA: Persentase penggunaan antibiotik pada kasus ispa non penumonia
kesehatan pemerintah, meningkatkan
P(A) Diare Persentase penggunaan antibiotik pada diare
pengendalian pra dan pasca
non spesifik
pemasaran alat kesehatan dan PKRT
P(A) Myalgia: Persentase penggunaan injeksi pada kasus Myalgia R(T) Rerata item jenis obat perlembar resep pada tiga kasus Persentase
pengawasan
produk alkes dan PKRT
Jumlah pengawasan produk alkes dan PKRT/Jumlah Produk alkes dan PKRT yang ada
32
Perjanjian Kinerja Persentase
7
Meningkatkan pemberdayaan
tenaga
Jumlah tenaga kesehatan memiliki STR/ Jumlah Seluruh
kesehatan memiliki STR
Tenaga yang seharusnya memiliki STR x 100%
Persentase posyandu aktif
Jumlah posyandu Purnama + Mandiri /jumlah seluruh
kesehatan masyarakat bidang
70
70
75
75
80
85
65
68
70
72
75
75
Posyandu yang ada x 100%
kesehatan melalui tokoh masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha
Jumlah
LSM
yang
Jumlah LSM yang berperan aktif di bidang kesehatan
berperan aktif di bidang kesehatan
33
Perjanjian Kinerja
34
Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dinas kesehatan Kota Denpasar melaksanakan 19 Program dengan pendanaan:
No
PROGRAM
ANGGARAN
I
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
6.419.758.817
II.
Program Aparatur
Peningkatan
Sarana
6.419.138.240
III
Program Aparatur
Peningkatan
Kapasitas
IV.
Program Pengadaan Kesehatan
V
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
VI
Program Pengawasan Obat dan Makanan
27.410.000
VII
Program pengembangan Obat asli Indonesia
81.604.500
VIII
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
IX
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
227.392.800
X
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
507.744.300
XI
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
19.326.575.947
XII
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
1.349.109.600
XIII
Program pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
XIV
Program Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya.
XV
Program Kemitraan Kesehatan
Pelayanan
8.832.429.894
XVI
Program Peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
94.149.000
Obat
dan
Prasarana
Sumber
dan
Peningkatan
Daya
168.340.000
Perbekalan
2.969.595.202
7.159.254.500
3.103.591.850
6.400.000 26.256.400
32
Perjanjian Kinerja XVII
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
610.630.000
XVIII
Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan
265.968.300
XIX
Program Peningkatan keselamatan Ibu melahirkan dan anak
69.358.300
33
Perjanjian Kinerja
2.2 PERJANJIAN KINERJA
TUJUAN URAIAN 1
Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya kesehatan
INDIKATOR TUJUAN 1
TARGET DAN PENDANAAN DALAM JUTAAN RUPIAH
SASARAN
Terwujudnya pengadaan peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasarana di dikes puskesmas dan jaringannya
INDIKATOR
URAIAN 1
Terwujudnya pengadaan peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasarana di dikes puskesmas dan jaringannya
2016
Penyediaan jasa komunikasi,sumber daya air dan listrik dan alat tulis kantor
100%
2
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, kendaraan dinas, dan perlengkapan gedung kantor
100%
3
Terpenuhinya sarana dan prasarana puskesmas
100%
4
Terpenuhinya mobil puskesmas keliling
6 bh
5
Pembangunan puskesmas rawat inap terakreditasi
1
Rp
6,419.7
6,419.1
0 -
34
Perjanjian Kinerja 2
3
1
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat Kota Denpasar
1
Meningkatnya kapasitas sumberdaya aparatur
1
Peningkatan kualitas data kesehatan melalui sistem informasi kesehatan yang terintegrasi
1
Meningkatnya jumlah puskesmas terakreditasi menjadi 100% pada 2020
1
Meningkatnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia Kesehatan
1
2
Terpenuhinya usulan tenaga medis dan paramedis untuk ditugaskan di puskesmas pembantu, puskesmas dan puskesmas rawat inap
60%
Tersedianya dokumen perencanaan, pelaporan dan evaluasi
1
Persentase penyelesaian dokumen perencanaan pelaporan dan evaluasi tepat waktu
100%
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan standarisasi dan akreditasi
1
Persentase puskesmas terakreditasi
2
Pelaksanaan kursus singkat/pelatihan
7 kali 168.3
-
1,327.1 2
Persentase puskesmas dengan nilai Indeks Kepuasan Konsumen (IKM) > 80
100%
3
Puskesmas berprestasi
1 Pusk
4
Tenaga kesehatan teladan
5
Persentase penduduk ditemukan katarak dilaksanakan operasi katarak
4 Nakes
100% 6.4
35
Perjanjian Kinerja 6
7
2
Persentase Ketersediaan obat 95% di puskesmas pada tahun 2020
1
2
3
4
100% penduduk miskin mendapatkan pelayanan kesehatan Meningkatnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam
1
Persentase penduduk dengan gangguan jiwa dirujuk
100%
Persentase tenaga dan sarana kesehatan dibina
100%
Persentase ketersediaan obat di puskesmas
91%
160.2
32.1
Ketersediaan obat dan alat kesehatan di puskesmas
1
Persentase penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas
1
Persentase penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas
100%
1
Terpenuhinya kebutuhan alat - alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar di pusk
100%
Terlayaninya penduduk miskin melalui JKBM dan JKN
100%
Persentase peserta BPJK yang terlayani di Fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
100%
Pelayanan Kesehatan Penduduk miskin
Persentase peserta BPJK yang terlayani di Fasilitas kesehatan
1
1,659.3
1,310.3
55.0
36
Perjanjian Kinerja pembiayaan pembangunan kesehatan 1
Meningkatkan status kesehatan ibu, anak dan lansia
1
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan menjadi 90 per 100.000 KH pada tahun 2021
tingkat pertama (Puskesmas)
1
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, anak remaja dan lansia
1
Persentase kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
50%
Persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
100% 916.7
2
Menurunkan angka kematian bayi menjadi 8 per 1000 pada tahun 2021
2
cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K1
100%
3
Menurunkan persentase bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi < 5% pada tahun 2021
3
cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K4
98%
4
Meningkatnya persalinan di fasilitas kesehatan menjadi 100% pada 2021
4
Persentase puskesmas yang melakukan orientasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
100%
5
Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal Sesuai Standar
100%
37
Perjanjian Kinerja 6
Persentase Ibu Bersalin dan Nifas Mendapatkan Pelayanan
100%
7
Persalinan dan Nifas Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya
100%
8
Cakupan ibu hamil dengan komplikasi tertangani
9
persentase persalinan di fasilitas kesehatan
80%
100%
10
Cakupan pelayanan ibu nifas (KF1)
98%
11
Cakupan pelayanan ibu nifas Ke 3 (KF3)
98%
12
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
100/100.000 KH
13
Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
14
Persentase bayi dengan BBLR
15
Cakupan kunjungan neonatus pertama kali (KN1)
100%
<5% 100%
38
Perjanjian Kinerja 16
Cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3)
98%
17
Cakupan Neonatal dengan komplikasi ditangani
80%
18
Cakupan pelayanan bayi
92% 65.9
19
Menurunkan angka kematian bayi
15/1000 KH
20
Persentase KB Aktif
70%
21
Cakupan pelayanan balita
80% 94.2
22
Persentase Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
100%
23
cakupan kunjungan balita
91%
24
Persentase puskesmas mampu melaksanakan penanganan KTA (kekerasan terhadap anak)
100%
25
Persentase puskesmas menyelenggarakan kelas ibu balita
100%
39
Perjanjian Kinerja 26
persentase anak balita di SDIDTK (Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang)
92%
27
Persentase puskesmas melaksanakan manjemen terpadu balita sakit (MTBS dan Manajemen terpadu balita muda (MTBM)
100%
28
Menurunkan angka kematian Balita
29
Persentase lansia memperoleh pelayanan kesehatan
30
31
1
Mengatasi masalah gizi di masyarakat terutama pada kelompok rentan
1
100 % Balita Gizi buruk mendapatkan perawatan
1
Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan
Persentase puskesmas ramah lansia
15/1000 KH
72% 584.3
100%
Persentase Usia 60 tahun Keatas Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
100%
82.7
158.9
40
Perjanjian Kinerja 2
Menurunkan prevalensi Balita Gizi kurang dan gizi buruk menjadi 4% pada 2021
2
Menurunkan prevalensi Balita Gizi kurang dan gizi buruk
Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk
8%
3
Meningkatnya status gizi ibu hamil dan balita
3
Meningkatnya status gizi balita dan bumil KEK
Persentase bumil mendapat tablet tambah darah (TTD)
99%
Persentase ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK) mendapat makanan tambahan (PMT)
50%
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
75%
Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif
42%
Persentase balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul Vit A
99%
Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD)
41%
4
Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif
68.6
41
Perjanjian Kinerja
1
Meningkatnya promosi kesehatan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan
1
2
Meningkatnya persentase posyandu aktif 75% pada tahun 2020
meningkatnya promosi kesehatan di SD, Puskesmas dan Puskesmas pembantu
1
persentase puskesmas melaksanakan surveilans gizi
100%
Persentase balita ditimbang berat badannya di posyandu
83%
Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
55%
26.3
Meningkatnya Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
1
2
Persentase Desa/Kel dengan TOGA memenuhi syarat
60%
meningkatnya promosi kesehatan di SD, Puskesmas dan Puskesmas pembantu
1
Persentase Satuan Pendidikan Dasar mendapatkan Promosi Kesehatan
100%
2
Persentase Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Melaksanakan Promosi Kesehatan
100%
3
Persentase Promosi untuk Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
100%
81.6
2,599.8
42
Perjanjian Kinerja 3
4
1
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan
1
Meningkatnya Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi 85% ditahun 2021
Persentase siswa SD dan Remaja (15-19 tahun) Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar 100% pada 2020
Menurunkan Incidence rate penyakit DBD menjadi 195/100.000
1
1
1
Meningkatnya Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
Menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat penyakit bersumber
Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
79%
2
Persentase desa siaga aktif
100%
3
Persentase posyandu aktif
65%
1
Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
2
Persentase Usia 15 – 19 tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
1
287.8
100%
3
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja
10%
4
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga
10%
1
Incidence rate penyakit DBD
2
CFR penyakit DBD
215/100000 pddk
1,834.1
< 1% 1,498.2
43
Perjanjian Kinerja tidak menular
penduduk
2
3
4
Menurunkan prevalensi HIV/AIDS menjadi <5%
Meningkatnya kewaspadaan dan penanggulangan wabah
binatang
2
1
1
menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat penyakit menular langsung
Meningkatnya kewaspadaan dan penanggulangan wabah
Meningkatnya upaya pencegahan dan deteksi dini
3
1
Persentase kasus gigitan hewan penular rabies mendapatkan penanganan Prevalensi HIV /AIDS
80 710.1
<0, 5 1,919.2
Persentase angka kasus HIV yang diobati
47%
3
Persentase Terduga HIV dan AIDS Mendapatkan Pemeriksaan HIV-AIDS Sesuai Standar
100%
4
Angka kesembuhan penderita TB
75%
5
Persentase terduga Tuberkulosis Mendapatkan Pemeriksaan Tuberkulosis Sesuai Standar
100%
Persentase Respons Verifikasi terhadap SKDR dalam Waktu Kurang dari 24 Jam
100%
4
Persentase Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani < 24 jam
100%
1
JUMLAH desa/kelurahan yang melaksanakan pos pembinaan terpadu (Pos Bindu) PTM
17 DESA/KEL
2
3
897.7
451.1
131.3
44
Perjanjian Kinerja penyakit tidak menular
2
3
5
2
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan
1
Meningkatnya bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap menjadi 100%
1
Persentase desa/kelurahan STBM 80% pada tahun 2020
1
Jumlah puskesmas yang melayani konseling berhenti merokok
6 Pusk
Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar
100%
4
jumlah wanita usia 30-50 tahun dilakukan deteksi dini kanker serviks
5
Persentase puskesmas melaksanakan pelayanan PKPR (Pelayanan kesehatan peduli remaja)
6
Jumlah sekolah mendapatkan pembinaan penanggulangan kanker terpadu paripurna (PKTP
Meningkatnya persentase bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
1
Meningkatnya kualitas lingkungan
418.3
615.6
1600 orang 100%
15 sekolah
Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
100%
2
Persentase desa yang mencapai universal child imunisation (UCI)
100%
1
Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan
95%
3,173.4
1,131.3
45
Perjanjian Kinerja sehat
2
2
Persentase tempat pengelolaan makanan
1
Meningkatnya akses masyarakat terhadap sanitasi dasar
Persentase tempat pengelolaan makanan
2
Persentase puskesmas melaksanakan pengelolaan limbah medis
100%
3
persentase desa/kel yang ODF/stop buang air besar sembarangan
80%
4
Persentase desa/kel STBM
75%
5
Persentase cholinesterase darah masyarakat yang berpotensi terpapar pestisida memenuhi syarat
100%
6
Persentase tempat pengelolaan pestidida memenuhi syarat
100%
7
Cakupan pengendalian vektor lalat di TPS
100%
1
Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang memenuhi syarat
75%
2
Persentase rumah sehat
98%
3
Persentase sumber air minum memenuhi syarat kesehatan
62%
1
Persentase hasil produksi Rumah Tangga tidak mengandung bahan berbahaya
100% 27.4
46
Perjanjian Kinerja
3
memenuhi syarat kesehatan
memenuhi syarat kesehatan
2
Seluruh Desa/kelurahan di Kota Denpasar menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
1
2
Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
25%
Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
100%
Jumlah Desa/kelurahan yang mengikuti lomba kebersihan dan PSN Tingkat Kota Denpasar
4 desa/kel di 4 kec
80.5
578.8
103.7
47
Perjanjian Kinerja
BAB AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016
III
3.1 Pengukuran Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah. Pengukuran berdasarkan
kinerja
Dinas
Kesehatan
Kota
Denpasar
dilakukan
Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2016-2021 serta dokumen
perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016. Pengukuran tingkat capaian kinerja dimaksud,dilakukan dengan cara membandingkan antara Target
pencapaian
realisasinya.Dasar
indikator hukum
kinerja
yang
yang
dipergunakan
telah dalam
ditetapkan penilaian
dengan adalah
berpedoman kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja. Dalam peraturan ini juga mengatur tentang kriteria yang dipergunakan dalam penilaian kinerja organisasi pemerintah. Akan tetapi untuk menggambarkan skala nilai peringkat kinerja dikutip dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, yaitu sebagai berikut: digunakan skala ordinal sbb :
a. > 90 % Sangat Tinggi (sangat berhasil) b. 75% s/d 90% Tinggi (berhasil) c. 65% s/d 75% Sedang (cukup berhasil)
48
Perjanjian Kinerja d. 50% s/d 65% Rendah (kurang Berhasil e. < 50 % Sangat Rendah (tidak berhasil)
Tabel 3.1 Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
SASARAN
INDIKATOR
URAIAN
Realisasi
Kinerja
2016
2016
2016
1
Penyediaan jasa komunikasi,sumber daya air dan listrik dan alat tulis kantor
100%
100%
100%
2
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, kendaraan dinas, dan perlengkapan gedung kantor
100%
100%
100%
3
Terpenuhinya sarana dan prasarana puskesmas
100%
100%
100%
4
Terpenuhinya mobil puskesmas keliling
6 bh
6 bh
100%
5
Pembangunan puskesmas rawat inap terakreditasi
0
0
0
Meningkatnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia Kesehatan
6
Pelaksanaan kursus singkat/pelatihan
7 kali
7 kali
100
7
Terpenuhinya usulan tenaga medis dan paramedis untuk ditugaskan di puskesmas pembantu, puskesmas dan puskesmas rawat inap
60%
60%
100%
1
Tersedianya dokumen perencanaan, pelaporan dan evaluasi
8
Persentase penyelesaian dokumen perencanaan pelaporan dan evaluasi tepat waktu
100%
100%
100%
1
Meningkatnya mutu pelayanan
9
Persentase puskesmas terakreditasi
2
2
100%
1
1
Terwujudnya pengadaan peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasarana di dikes puskesmas dan jaringannya
Target
49
Perjanjian Kinerja kesehatan standarisasi dan akreditasi
10
Persentase puskesmas dengan nilai Indeks Kepuasan Konsumen (IKM) > 80
100%
100%
100%
11
Puskesmas berprestasi
1 Pusk
1 Pusk
100%
12
Tenaga kesehatan teladan
4 Nakes
4 nakes
100%
13
Persentase penduduk ditemukan katarak dilaksanakan operasi katarak
100%
100%
100%
14
Persentase penduduk dengan gangguan jiwa dirujuk
100%
100%
100%
15
Persentase tenaga dan sarana kesehatan dibina
100%
100%
100%
1
Ketersediaan obat dan alat kesehatan di puskesmas
16
Persentase ketersediaan obat di puskesmas
91%
90%
99%
2
Persentase penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas
17
Persentase penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas
100%
100%
100%
18
Terpenuhinya kebutuhan alat alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar di pusk
100%
100%
100%
Pelayanan Kesehatan Penduduk miskin
19
Terlayaninya penduduk miskin melalui JKBM dan JKN
100%
100%
100%
Persentase peserta BPJK yang terlayani di Fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
20
Persentase peserta BPJK yang terlayani di Fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
100%
100%
100%
21
Persentase kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
50%
50%
100%
22
Persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
100%
100%
100%
1
1
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan
50
Perjanjian Kinerja kesehatan bagi ibu, bayi, anak remaja dan lansia
23
cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K1
100%
101%
101%
24
cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K4
98%
99%
101%
25
Persentase puskesmas yang melakukan orientasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
100%
100%
100%
26
Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal Sesuai Standar
100%
99%
99%
27
Persentase Ibu Bersalin dan Nifas Mendapatkan Pelayanan
100%
99%
99%
28
Persalinan dan Nifas Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya
100%
101%
101%
29
Cakupan ibu hamil dengan komplikasi tertangani
30
persentase persalinan di fasilitas kesehatan
31
80%
80%
100%
100%
101%
101%
Cakupan pelayanan ibu nifas (KF1)
98%
101%
32
Cakupan pelayanan ibu nifas Ke 3 (KF3)
98%
99%
110%
33
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
100/100.000 KH
48/100.000 KH
100%
34
Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
100%
95%
35
Persentase bayi dengan BBLR
<5%
1.6%
100%
95%
100%
51
Perjanjian Kinerja 36
Cakupan kunjungan neonatus pertama kali (KN1)
100%
95%
95%
37
Cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3)
98%
95%
95%
38
Cakupan Neonatal dengan komplikasi ditangani
80%
77%
90%
39
Cakupan pelayanan bayi
92%
89%
90%
40
Menurunkan angka kematian bayi
41
Persentase KB Aktif
70%
77,7%
100%
42
Cakupan pelayanan balita
80%
89%
110%
43
Persentase Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
100%
89%
90%
44
cakupan kunjungan balita
91%
89%
98%
45
Persentase puskesmas mampu melaksanakan penanganan KTA (kekerasan terhadap anak)
100%
100%
100%
46
Persentase puskesmas menyelenggarakan kelas ibu balita
100%
100%
100%
47
persentase anak balita di SDIDTK (Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang)
92%
90%
99%
48
Persentase puskesmas melaksanakan manjemen terpadu balita sakit (MTBS dan Manajemen terpadu balita muda (MTBM)
100%
100%
100%
49
Menurunkan angka kematian Balita
15/1000 KH
15/1000 KH
1/1000 KH
1/1000 KH
100%
100
52
Perjanjian Kinerja 50
Persentase lansia memperoleh pelayanan kesehatan
51
Persentase puskesmas ramah lansia
52
72%
70%
98%
100%
100%
100%
Persentase Usia 60 tahun Keatas Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
100%
100%
100%
100%
100%
1
Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan
53
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
2
Menurunkan 31,60prevalensi Balita Gizi kurang dan gizi buruk
54
Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk
8%
0.15%
100%
3
Meningkatnya status gizi balita dan bumil KEK
55
Persentase bumil mendapat tablet tambah darah (TTD)
99%
99%
100%
56
Persentase ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK) mendapat makanan tambahan (PMT)
50%
15,8%
31,6%
57
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
75%
100%
100%
58
Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif
42%
43%
100%
59
Persentase balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul Vit A
99%
94%
98%
60
Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD)
41%
36,78%
89,71
61
persentase puskesmas melaksanakan surveilans gizi
100%
100%
100%
4
Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif
53
Perjanjian Kinerja
1
Meningkatnya Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
meningkatnya promosi kesehatan di SD, Puskesmas dan Puskesmas pembantu
1
Meningkatnya Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
62
Persentase balita ditimbang berat badannya di posyandu
83%
84%
100%
63
Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
55%
100%
100%
64
Persentase Desa/Kel dengan TOGA memenuhi syarat
60%
100%
100%
65
Persentase Satuan Pendidikan Dasar mendapatkan Promosi Kesehatan
100%
100%
100%
66
Persentase Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Melaksanakan Promosi Kesehatan
100%
100%
100%
67
Persentase Promosi untuk Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
100%
100%
100%
68
Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
79%
83%
110%
69
Persentase desa siaga aktif
100%
100%
100%
70
Persentase posyandu aktif
65%
54%
80%
54
Perjanjian Kinerja 1
Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
71
Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
72
Persentase Usia 15 – 19 tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
73 74
1
2
100%
100%
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja
10%
100%
100%
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga
10%
100%
100%
215/100000 pddk
317/100000 pddk
60%
< 1%
0,6
100%
Menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat penyakit bersumber binatang
75
Incidence rate penyakit DBD
76
CFR penyakit DBD
77
Persentase kasus gigitan hewan penular rabies mendapatkan penanganan
80
100
100
menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat penyakit menular langsung
78
Prevalensi HIV /AIDS
<5
<5%
100
79
Persentase angka kasus HIV yang diobati
47%
74.36%
100
80
Persentase Terduga HIV dan AIDS Mendapatkan Pemeriksaan HIVAIDS Sesuai Standar
100%
100%
100%
81
Angka kesembuhan penderita TB
75%
75%
100%
55
Perjanjian Kinerja 82
1
1
1
Meningkatnya kewaspadaan dan penanggulangan wabah
Meningkatnya upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular
Meningkatnya persentase bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Persentase terduga Tuberkulosis Mendapatkan Pemeriksaan Tuberkulosis Sesuai Standar
100%
100%
100%
83
Persentase Respons Verifikasi terhadap SKDR dalam Waktu Kurang dari 24 Jam
100%
100%
100%
84
Persentase Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani < 24 jam
100%
100%
100%
85
JUMLAH desa/kelurahan yang melaksanakan pos pembinaan terpadu (Pos Bindu) PTM
17 DESA/KEL
50 desa/kel
100%
86
Jumlah puskesmas yang melayani konseling berhenti merokok
6 Pusk
4 Pusk
80%
87
Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar
100%
100%
100%
88
jumlah wanita usia 30-50 tahun dilakukan deteksi dini kanker serviks
1600 orang
1607 ORANG
100%
89
Persentase puskesmas melaksanakan pelayanan PKPR (Pelayanan kesehatan peduli remaja)
100%
100%
100%
90
Jumlah sekolah mendapatkan pembinaan penanggulangan kanker terpadu paripurna (PKTP
15 sekolah
15 sekolah
100%
91
Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
100%
100%
100%
92
Persentase desa yang mencapai universal child imunisation (UCI)
100%
100%
100%
56
Perjanjian Kinerja 1
2
Meningkatnya kualitas lingkungan
Meningkatnya akses masyarakat terhadap sanitasi dasar
93
Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan
95%
96%
100%
94
Persentase puskesmas melaksanakan pengelolaan limbah medis
100%
100%
100%
95
persentase desa/kel yang ODF/stop buang air besar sembarangan
80%
69%
90%
96
Persentase desa/kel STBM
75%
23%
30%
97
Persentase cholinesterase darah masyarakat yang berpotensi terpapar pestisida memenuhi syarat
100%
100%
100%
98
Persentase tempat pengelolaan pestidida memenuhi syarat
100%
100%
100%
99
Cakupan pengendalian vektor lalat di TPS
100%
100%
100%
100
Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang memenuhi syarat
75%
77%
100%
101
Persentase rumah sehat
98%
98,55%
100%
57
Perjanjian Kinerja
Persentase sumber air minum memenuhi syarat kesehatan
62%
77,5%
100%
103
Persentase hasil produksi Rumah Tangga tidak mengandung bahan berbahaya
100%
100%
100%
104
Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
25%
25,23%
100%
105
Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
100%
100%
100%
106
Jumlah Desa/kelurahan yang mengikuti lomba kebersihan dan PSN Tingkat Kota Denpasar
32
1
Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
4 desa/kel di 4 kec
4 desa/kel di 4 kec
100%
Dari 106 indikator yang ditetapkan pada perjanjian kinerja seluruhnya sudah dapat dilaksanakan oleh dinas kesehatan Kota Denpasar beserta jajarannya dengan nilai kinerja sangat baik.
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran strategis 58
Perjanjian Kinerja
3.2.1 Hasil Pencapaian sasaran I
3.2.1 Sasaran 1: Pengadaan, peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasarana di dinas dan puskesmas Ada 5 indikator yang ditetapkan untuk mencapai sasaran Pengadaan, peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasarana di dinas dan puskesmas dan seluruhnya sudah mencapai target yang ditetapkan.
3.2.2 sasaran 2: Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur Ada 2 indikator yang ditetapkan pasa sasaran strategis ini dan seluruhnya sudah mencapai target yang diperjanjikan 3.2.3 Sasaran 3 Tersedianya dokumen perencanaan, pelaporan dan evaluasi, dengan 1 indikator sasaran dan sudah mencapai target 3.2.4 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, Untuk mengukur keberhasilan terhadap capaian sasaran strategis ini ditetapkan lima indikator 1. Tahun 2016 ditargetkan 2 puskesmas terakreditasi, realisasinya 4 puskesmas sudah terakreditasi yaitu Puskesmas II Denpasar Barat terakreditasi paripurna, Puskesmas IV Densel terakreditasi madya, Puskesmas III Denut terakreditasi madya, Puskesmas I Denpasar Timur Terakreditasi Utama 2. Hasil survey kepuasan konsumen di 11 Puskesmas se Kota Denpasar menunjukkan nilai indeks kepuasan konsumen > 80% dicapai oleh seluruh puskesmas 3. Untuk tahun 2016 Puskesmas yang maju berprestasi adalah Puskesmas II Denpasar Barat Dengan memperoleh juara I di tingkat Nasioanal 4. Tenaga kesehatan yang mewakili Kota Denpasar dalam lomba tenaga teladan tingkat provinsi :
59
Perjanjian Kinerja - Tenaga gizi pusk I Denpasar Timur juara I tingkat Provinsi - Tanaga dokter, kesehatan masyarakat dan bidan berhasil memperoleh juara II tingkat provinsi 3.2.5 Persentase ketersediaan obat dan alkes di Puskesmas. Untuk sasaran strategis ini disepakati 3 indikator yang seluruhnya sudah mencapai target yang ditetapkan dengan kinerja baik. 3.2.6 Pelayanan kesehatan penduduk miskin, Ada 2 indikator pada sasaran meningkatkan upaya kesehatan dasar dan rujukan yaitu cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin dan cakupan penduduk dengan gangguan jiwa dirujuk. Masyarakat miskin yang ada di Kota Denpasar berjumlah 69.165 jiwa, seluruhnya (100%)
sudah tercakup dalam Jaminan Kesehatan nasional
sebagai Penerima bantuan iuran (PBI) APBN. Seluruh masyarakat miskin yang memerlukan
pelayanan
kesehatan
dasar
dan
rujukan
sudah
dilayani
di
puskesmas. Faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah: 1. Adanya dukungan kebijakan anggaran yang cukup untuk menjamin kesehatan penduduk miskin di wilayah kota Denpasar 2. Adanya kemudahan masyarakat untuk mengaskes fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer 3.2.7 Persentase peserta BPJS dilayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Untuk sasaran strategis ini ditetapkan 2 indikator. Seluruh peserta BPJS yang memerlukan pelayanan kesehatan di FKTP sudah terlayani. Kepesertaan JKN ditargetkan 50% ditahun 2016 realisasinya sudah mencapai 58% yang terdiri dari Penerima bantuan iuran (PBI) APBN sebanyak 69.165 orang, Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak 293.552 orang, Pekerja bukan penerima upah sebanyak 139.167 orang dan bukan pekerja (BP) sebanyak 25.787 orang.
3.2.8
Meningkatnya
ketersediaan
dan
keterjangkauan
pelayanan
kesehatan yang bermutu bagi ibu dan anak
60
Perjanjian Kinerja Ada tiga puluh satu
indikator yang ditetapkan untuk mencapai sasaran
strategis Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi ibu dan anak, seluruh indikator pada sasaran strategis ini sudah berhasil dengan baik (seluruh indikator capaiannya kinerjanya diatas 90%). Beberapa indikator yang merupakan indikator
derajat kesehatan
masyarakat Kota Denpasar diantaranya
a. Angka Kematian Ibu Angka kematian ibu ( AKI ) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, dan pelayanan kesehatan waktu melahirkan.
Grafik 3.1 AKI Kota Denpasar Tahun 2012-2016
60
59.7
56
54
40 21.8
20
16.1
AKI Per 100.000 KH
0 2012
2013
2014
2015
2016
Pada grafik diatas terlihat dalam tiga tahun terakhir angka kematian ibu di Kota Denpasar cenderung berfluktuasi cukup besar. Pada tahun 2013 dan 2014 AKI di Kota Denpasar sudah dapat ditekan namun meningkat kembali secara signifikan pada tahun 2015 dan 2016 Angka Kematian Ibu Maternal di Kota Denpasar tahun 2016 (54 per 100.000 KH) sudah lebih rendah dari target Rentsra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016 (100 per 100.000 KH). Jika dibandingkan dengan target
61
Perjanjian Kinerja Nasional (125 per 100.000 KH) maupun target tingkat Propinsi Bali (100 per 100.000 KH), maka AKI per 100.000 Kelahiran Hidup di Kota Denpasar berada jauh di bawah target yang telah ditetapkan. Selama tahun 2016 di Kota Denpasar terjadi 7 kematian ibu yang terdiri dari 5 kematian ibu hamil dan dan 2 orang ibu nifas. Upaya yang sudah dilakukan selain rutin melaksanakan Audit Maternal Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar permasalahan penyebab kematian. Kegiatan lain juga sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang mengakibatkan kematian ibu tersebut. Strategi kedepannya yang akan diambil untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu adalah dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program agar ikut bersama – sama memantau ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa setelah melahirkan (Nifas) dengan gerakan sayang ibu. Melalui upaya – upaya ini
di harapkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di Kota
Denpasar dapat di tekan.
b. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu disuatu
daerah.
AKB
merupakan
indikator
yang
sangat
mengetahui status kesehatan anak khususnya bayi dan
berguna
untuk
dapat mencerminkan
tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan secara umum, status kesehatan penduduk secara keseluruhan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. AKB
merupakan salah satu indikator yang sensitive
terhadap ketersediaan, pemanfaatan dan kwalitas pelayanan perinantal.
AKB
juga mempunyai asosiasi dengan GNP (Gross National Product) perkapita : pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pelendidikan ibu dan keadaan gizi keluarga. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir dapat juga di gambarkan seperti pada grafik di bawah ini.
62
Perjanjian Kinerja Grafik 3.2 Angka Kematian Bayi tahun 2012-2016
1
1 0.7
0.5
0.5
0.6
0.56 AKB
0 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Dps
Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar dalam lima
tahun terakhir cenderung berfluktuasi, dan
meningkat di tahun 2016 namun masih dibawa target renstra dinas kesehatan kota Denpasar 2016-2021.
Pada tahun 2016 terjadi 14 kematian bayi dari 14.689 lahir hidup.
Kematian Bayi umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses penanganan persalinan. Gangguan perinatal merupakan salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil yang mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ janin.
Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kematian pada bayi meliputi imunisasi TT pada ibu hamil, persalinan yang bersih, perawatan mata, ASI dini dan eksklusif dan pemberian antibiotika untuk penyebab kematian
63
Perjanjian Kinerja karena infeksi. Kemudian untuk penyebab kematian karena asfiksia dan trauma kelahiran dilakukan upaya berupa resusitasi dan penghangatan. Sedangkan untuk mencegah kematian bayi karena kelainan kongenital dilakukan upaya yang meliputi terapi spilis bagi WUS penderita spilis dan suplementasi Folat pada ibu hamil.
Dari segi promosi kesehatan, telah dilaksanakan Penyuluhan
kesehatan kepada remaja putri dan peningkatan pengetahuan kader.
Lebih dari 90% kematian bayi di Kota Denpasar pada tahun 2016 terjadi pada usia kurang dari 28 hari dan 50% lebih kematian disebabkan oleh BBLR. Hal ini mengindikasikan kesehatan ibu pada saat hamil sangat berperan dalam perkembangan kesehatan janin.
Kematian bayi di Kota Denpasar lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki (1,7 /1000 KH) dibandingkan bayi perempuan (0,1/1000 KH).
Angka Kematian Bayi di Kota Denpasar untuk tahun 2016 sudah di bawah target yang ditetapkanpada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar untuk tahun 2016 (15/1000KH). Bila kita bandingkan dengan realisasi tahun 2015 (0,6 per 1000 KH) maka angka kematian bayi
tahun 2016 mengalami sedikit
peningkatan.
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencantumkan target kematian bayi 15 per 1000 kelahiran hidup untuk tahun 2016, sedangkan Kematian Bayi di Kota Denpasar
Angka
sudah dibawah target dan ini menunjukan
bahwa pelayanan kesehatan bagi bayi di Kota Denpasar sudah cukup baik karena petugas dan sarana kesehatan sudah menjangkau seluruh wilayah desa/kelurahan yang ada di Kota Denpasar.
64
Perjanjian Kinerja c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Tahun 2016 seluruh persalinan sudah ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
d. Cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan
oleh
tenaga
kesehatan.
Pelayanan
kunjungan
nifas
didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas kesehatan (termasuk bidan di
desa/
polindes/
poskesdes)
dan
kunjungan
rumah.
Pelayanan
kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan tekanan
darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3)
pemeriksaan
lokhia
dan
pengeluaran
pervagina
lainnya;
4)
pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; dan 6) pelayanan KB pasca persalinan Gambar 3.4 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kota Denpasar Tahun 2012 sampai dengan 2016
65
Perjanjian Kinerja 99.1
99.1
99
99 98.9
98.8
98.8 98.7 98.6
98.8
98.6
98.5 98.4 98.3 2012
2013
2014
2015
2016
Cakupan pelayanan ibu nifas
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan Kf-3). Indikator ini menilai
kemampuan
pemerintah
dalam
menyediakan
pelayanan
kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar. Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 99%
sedikit
meningkat
bila
dibandingkan
2016 adalah sebesar
tahun
2015
(98,8%).
Sementara target cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan target Renstra 2016-2021 adalah 98%. Jadi capaian pelayanan ibu nifas Kota Denpasar sudah melampaui target yang ditetapkan. Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah pemberian vitamin A. Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A selama tahun 2016 sebesar 99,44%. Gambar 3.5 Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
66
Perjanjian Kinerja
99 Pusk II Den Bar
99.7 97
Pusk IV Den Sel
106 101
Pusk II Den Sel
103 101
Pusk I Den Tim
98.3 98.7
Pusk III Den Ut
101 95
Pusk I Den Ut
98 88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
e. Persentase ibu hamil mendapat pelayanan K1 dan persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan K4
Pelayanan kesehatan ibu hamil (antenatal) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), serta KB Pasca persalinan. Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar yang ditetapkan. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu: minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada 67
Perjanjian Kinerja triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Cakupan K1 menggambarkan besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Cakupan K4 menggambarkan besaran ibu hamil mendapatkan pelayanan
yang
antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali
kunjungan yaitu sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Gambar dibawah ini memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil selama lima tahun terakhir :
Gambar 3.6 Cakupan K1 dan K4 Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2016
68
Perjanjian Kinerja 102 101
101
100
100
100.17
100.4 100 % Cakupan K1
99
98.8 98.4
98
98.13
98.2
% Cakupan K4
98
97 96 Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka droup out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. Pada tahun 2016 kesenjangan antara K1 dan K4 sebesar 2,2% hal ini berarti terdapat 2,2% ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan K1 pada trimester I, namun tidak melakukan pemeriksaan sampai K4. Bila kita bandingkan dengan target renstra dikes kota Denpasar 2016-2021 maka cakupan K1 dan K4 di Kota Denpasar sudah melampaui target yang ditetapkan. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan 100% ibu hamil di Kota Denpasar
sudah
memeriksakan
kehamilannya,
namun
kelemahan
Riskesdas 2007 ini tidak ditanyakan lebih lanjut frekuensi pemeriksaan dan pada trimester berapa pemeriksaan dilaksanakan. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan K4 adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan ibu, dan tingkat sosial ekonomi (Dep Kes, 2009).
69
Perjanjian Kinerja
d. Cakupan Komplikasi kebidanan yang ditangani
Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdarahan per vagina, hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mm Hg, diastole > 90 mmHg) dengan atau tanpa edema pre tibial, ancaman persalinan premature, infeksi berat dalam kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju), dan infeksi masa nifas (Depkes, 2010). Jumlah sasaran bumil risti/ komplikasi diperoleh dari proyeksi supas yaitu sebesar 20% dari seluruh sasaran ibu hamil. Jumlah seluruh ibu hamil di Kota Denpasar berdasarkan data proyeksi supas sebesar 16.855 orang, sehingga jumlah bumil risti/komplikasinya diprediksi sebesar 3.371 orang. Selama periode tahun 2016 ditemukan ibu hamil dengan komplikasi sebesar 2.426 orang dan seluruhnya sudah ditangani. Namun bila hasil penanganan ibu hamil dengan komplikasi ini dibandingkan dengan target berdasarkan hasil supas maka pencapaian Kota di Denpasar baru sebesar 80%. Renstra Dikes Kota Denpasar 2016-2021 menetapkan 80% ibu hamil dengan risti/komplikasi di tahun 2016 harus tertangani. KInerja untuk indikator ini sudah mencapai target yang ditetapkan
Gambar 3.7 Cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
70
Perjanjian Kinerja Kota Denpasar Pusk II Den Bar Pusk I Den Bar Pusk IV Den Sel Pusk III Den Sel Pusk II Den Sel Pusk I Den Sel Pusk II Den Tim Pusk I Den Tim Pusk III Den Ut Pusk II Den Ut Pusk I Den Ut
80 81.1 86 83 82.3 81.7 74.4 83.9 85.2 80.7 63.4 80.6 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Untuk tahun 2016 seluruh puskesmas capaiannya sudah diatas 80% hanya puskesmas II Denpasar Utara capaiannya masih di bawah 80%. Kedepannnya perlu ditingkatkan
upaya penemuan dini ibu hamil risti/komplikasi oleh
Puskesmas melalui system surveilans aktif sehingga Puskesmas tidak hanya bersikap pasif menunggu pasien datang berkunjung.
e. Cakupan kunjungan bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio1-4, dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperolah pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
71
Perjanjian Kinerja mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar pada tahun 2016 sebesar 89,3% mengalami sedikit Peningkatan dari tahun 2015 (85%), sedangkan target pelayanan kesehatan bayi pada renstra Kota Denpasar untuk tahun 2016 adalah 92%. Dengan demikian target cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar belum
terpenuhi,
kedepannya perlu kerja keras semua pihak dalam meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar. Gambar 3.8 Cakupan Pelayan Kesehatan bayi Di Kota Denpasar Menurut Puskesmas Tahun 2016 KOTA DENPASAR Pusk II Den bar Pusk I Den Bar Pusk IV Den Sel Pusk III Den Sel Pusk II Den Sel Pusk I Den Sel Pusk II Den Tim Pusk I Den Tim Pusk III Den Ut Pusk II Den Ut Pusk I Den Ut
89.3 91.4 90.5 82.7 93.1 82.2 83.4 87.2 90.1 83.1 99.9 91.4 0
20
40
60
80
100
120
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Puskesmas dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah Puskesmas I Denpasar Utara sedangkan terendah di Puskesmas II Denpasar Selatan. Terpenuhinya target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu tiap bulannya, peran kader dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu serta keaktifan tenaga puskesmas dalam membina posyandu.
72
Perjanjian Kinerja f. Cakupan peserta KB Aktif Program keluarga berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15-49 tahun. Untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran wanita usia
subur
atau
pasangannya
diprioritaskan
untuk
menggunakan
alat
kontrasepsi. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB aktif (peserta KB yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi),
cakupan
peserta
KB
yang
baru
menggunakan
alat/metode
kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Gambar 3.9 Persentase KB Aktif dan KB Baru Menurut Puskesmas Tahun 2016 90
81.4
80
80.2 71.2
81.9
82
82.8
85
85
75.1
71.7
74.9
77.9
70 60 50 40
29.9
30 20 10
23.3 13.4
11.9
10.7
23.9 11.9
11.1
10.7 3.1
2.7
5
0
KB Aktif KB Baru
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
73
Perjanjian Kinerja
Jumlah PUS di Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 81.124, dari jumlah ini 11,9,9 % merupakan peserta KB baru dan 77,9% merupakan peserta KB Aktif. Rata-rata cakupan peserta KB aktif pada tahun 2016 adalah 77,9%, mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 (80,9%). Target Renstra Kota Denpasar untuk persentase
peserta KB aktif pada tahun
2016 adalah 70% sehingga capaian Kota Denpasar sudah memenuhi target. Pada Tahun 2016,
peserta KB aktif yang menggunakan metode
kontrasespi jangka panjang (MKJP) sebesar 51,8% dan peserta KB aktif yang menggunakan non MKJP 48,2%.
Gambar 3.10 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Alat/Metode Kontrasepsi Tahun 2016
12.3
4.7 IUD
42.8
MOP MOW
Implan
IUD 34,5
suntik pil
1.8
7.1
kondom
0.1
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Sebagian besar peserta KB Aktif adalah wanita (95,2%), hanya 4,7% peserta KB aktif berjenis kelamin laki-laki. Terdapat kesenjangan yang tinggi antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasi penggunaan alat KB. Untuk itu
74
Perjanjian Kinerja perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan partisipasi laki-laki terhadap penggunaan metode/alat KB.
g. Angka Kematian Balita(AKABA) AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dan dinyatakan per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita dihitung dengan menjumlahkan kematian bayi dengan kematian balita. Berdasarkan pedoman MDGs disebutkan bahwa nilai normatif >140 tinggi, 71-140 tinggi, 20-40 sedang dan <20 rendah. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini
Gambar 3.11 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH Di Kota Denpasar Th 2012 sampai dengan Th 2016
1.5 1.1
1 0.5
0.7
0.6
0.8
0.68 AKABA/1000 KH
0 2012
2013
2014
2015
2016
75
Perjanjian Kinerja Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Denpasar Tahun 2016
Secara Nasional ditetapkan AKABA sebesar 40/1000 KH. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar 2016-2021menetapkan target AKABA Kota Denpasar sebesar 15/1000 KH. Pada tahun 2016 terdapat 16 kematian balita (14 kematian bayi dan 2 kematian anak balita). Angka kematian balita di Kota Denpasar tergolong rendah (<20). Rendahnya angka kematian balita (AKABA) di Kota Denpasar disebabkan karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko yang mengakibatkan kematian bagi balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizi anak cukup baik serta peranan dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini adalah: 1. Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Denpasar sangat mudah, sudah tersedia Puskesmas yang melayani 24 jam dan fasilitas puskesmas rawat inap 2. Tersedia buku KIA untuk ibu hamil yang merupakan penghubung bagi semua tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada ibu hamil, sehingga kemanapun ibu hamil memeriksakan kehamilan dan melahirkan riwayat kesehatannya tetap bisa dipantau 3. Tersedianya pedoman rujukan kehamilan, persalinan dan bayi baru lahirSedangkan Strategi pemecahan masalah yang telah dilaksanakan: 1. Meningkatkan promosi kesehatan 2. Meningkatkan kepesertaan KB 3. Melaksanakan penjaringan kasus anemia dan KEK pada remaja putrid 4. Mengoptimalkan
peran
lintas
sector
dalam
mendukung
program
kesehatan
3.2.8 Meningkatnya status gizi bayi, balita dan ibu hamil dengan 10 indikator sasaran.
76
Perjanjian Kinerja a. Cakupan gizi buruk mendapatkan perawatan: 100% balita yang menderita Gizi buruk sudah mendapatkan perawatan. b. Persentase bumil mendapatkan tablet tambah darah Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil merupakan upaya untuk menekan anemia pada ibu hamil. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan kepada sasaran ibu hamil dengan suplementasi tablet besi folat (200 mg feSO4 dan 0,25 mg asam folat) dengan memberikan setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut. Cakupan pemberian tablet besi dalam kurun waktu lima tahun terakhir terutama pada ibu hamil seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 3.12 Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah Fe 1 & Fe 3 Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
102 101 100
101 100
100
99.99
98.09
98.13
98.23
100.4
99 98
98.6 97.99
97 96 2012
2013
2014
2015
Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
2016
Fe1 Fe3
2016-2021 ditetapkan
target Fe1 dan Fe 3 sebesar 99%. Data pada grafik 4.9 di atas menunjukkan bahwa cakupan Fe 1 dan Fe 3 pada tahun 2016 sudah
melebihi target yang
telah ditetapkan pada renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
77
Perjanjian Kinerja c. Persentase bayi usia 0 – 6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif ditargetkan sebesar 42% tahun 2016 sedangkan capainnya sebesar 43,9% Pengaturan pemberian ASI ekslusif bertujuan untuk: -
Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Ekslusif sejak dilahirkan
sampai
berumur
enam
bulan,
dengan
memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya. -
Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya
-
Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah terhadap ASI Ekslusif (Kemenkes, 2015)
Kebijakan
global
(WHO
dan
Unicef)
dan
kebijakan
nasional
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan, kemudian diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak berumur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI selama 2 tahun. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja pada bayi mulai dari lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan apapun karena sampai umur tersebut kebutuhan zat gizi bayi bisa dipenuhi dari ASI atau air susu ibu saja. Indonesia memiliki komitmen
untuk
melaksanakan
“Deklarasi
Innocenti”
tahun
1990
yang
menyatakan bahwa setiap Negara diharuskan memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu, agar berhasil memberikan ASI secara ekslusif kepada bayinya (Pedoman pengelolaan air susu ibu di tempat kerja, 2011). ASI
mengandung
kolostrum
yang
kaya
akan
antibody
karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah yang tinggi sehingga pemberian ASI Ekslusif dapat mengurangi resiko kematian pada bayi.
Gambaran
cakupan
ASI
Eksklusif
berdasarkan
Puskesmas
di
Kota
Denpasar tahun 2016 seperti pada grafik di bawah ini :
78
Perjanjian Kinerja
Gambar 3.13 Persentase cakupan ASI Ekslusif berdasarkan Puskesmas Tahun 2016
% ASI Ekslusif Pusk IV Densel
41.2
Pusk III Densel
42.1
Pusk II Densel
38.2
Pusk I Densel
41.5
Pusk III Denut
33.9
Pusk II Denut
45.4
Pusk I Denut
71.6
Pusk II Dentim
39.2
Pusk I Dentim
66.1
Pusk II Denbar
71.6
Pusk I Denbar
33.8 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sumber: Seksi Gizi Bidang Bina Kesehatan Keluarga Dikes Kota Denpasar
Cakupan ASI Ekslusif terendah di Puskesmas I Denpasar Barat dan Puskesmas III Denpasar Utara, perlu adanya berbagai upaya yang mampu
79
Perjanjian Kinerja meningkatkan capaian ASI Ekslusif di Kota Denpasar sehingga bisa mencapai target yang ditetapkan. Masih rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena kebanyakan ibu-ibu yang memiliki bayi bekerja mencari nafkah untuk menunjang kebutuhan keluarga sehingga tidak ada kesempatan untuk memberikan ASI secara eksklusif mulai sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan dan lebih banyak memberikan susu formula pada bayinya. Langkah yang telah dilakukan meningkatkan cakupan ASI Ekslusif di Kota Denpasar adalah meningkatkan promosi tentang pentingnya ASI Ekslusif dan teknik penyimpanan ASI yang dapat dilakukan oleh ibu bekerja sehingga ASI nya tetap bisa dinikmati bayi dan ibu tidak perlu berhenti bekerja. Selain itu perlu
dilakukan
sosialisasi
ke
instansi
pemerintah
dan
swasta
tentang
pentingnya menyiapkan ruangan sebagai pojok ASI.
d. Persentase balita usia 6-59 bulan mendapatkan kapsul Vit A Target capaian kinerja untuk indikator Cakupan balita mendapatkan kapsul vitamin A adalah 99%, realisasinya sebesar 94,76% sehingga capaian kinerjanya sebesar 95,7% (sangat baik). Pemberian kapsul vit A dilaksanakan dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vit A berperan terhadap penurunan angka kematian,pencegahan kebutaan serta pertumbuhan dan kelangsungan hidup anak. Upaya penanggulangan masalah kurang vitamin A masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak balita pada bulan Pebruari dan Agustus. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi diintegrasikan melalui posyandu dan Puskesmas. Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini :
80
Perjanjian Kinerja
Gambar 3.14 Cakupan Pemberian Vitamin A Di Kota Denpasar Tahun 2012 s.d 2016
100
99.9
100
99.62
Cakupan Vit A Balita
98.29
99 98 97 96 95
94.76
94 93 92 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Seksi Gizi Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Pada gambar diatas terlihat cakupan pemberian Vitamin A dosis tinggi mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga perlu usaha yang lebih keras dalam meningkatkan partisipasi balita ke posyandu.
3.2.9
Meningkatnya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan, terdiri dari 4 indikator
Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Keberadaan posyandu sampai saat ini masih memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan 81
Perjanjian Kinerja derajat kesehatan masyarakat khususnya pada golongan balita. Posyandu memiliki lima program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk dan bersma masyarakat. Ratio posyandu dengan balita di kota denpasar adalah 1 posyandu melayani 100 balita. Tahun 2016 ditargetkan 65% persen posyandu aktif namun capaiannya baru 54% (kinerja =80%) Gambar 3.14 PERSENTASE POSYANDU BERDASARKAN STRATA DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016
5.23
0.22 45.75 Pratama Madya
48.8
Purnama Mandiri
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar
Pada gambar diatas terlihat bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu
purnama
dan
proporsi
terendah
adalah
posyandu
mandiri.
Lambatnya perkembangan posyandu ke arah posyandu mandiri tidak terlepas dari kurang berperan sertanya masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu terutama dalam hal dukungan dana untuk operasional kegiatan posyandu. Saat ini dana operasional posyandu sebagian besar masih berasal dari
bantuan
pemerintah.
Kedepannya
perlu
upaya
intensif
untuk
meningkatkan jumlah posyandu mandiri
82
Perjanjian Kinerja
3.2.10
Meningkatkan
upaya
promosi
kesehatan
di
tingkat
pendidikan dasar dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan indikator 3 kinerja yang seluruhnya sudah mencapai target dengan kinerja baik
3.2.11
Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS dengan
indikator sasaran persentase rumah tangga ber PHBS
Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah tangga di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 3.15 Tren persentase Rumah Tangga ber PHBS di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 66
83.6 81.5 79.6
78.4
72.9
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
83
Perjanjian Kinerja
Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir jumlah rumah tangga yang ber PHBS sudah cenderung mengalami
peningkatan
walaupun
sempat
mengalami
sedikit
penurunan di tahun 2014 namun sudah dapat ditingkatkan kembali pada tahun 2015. Capaian ini sangat baik mengingat peran PHBS yang begitu penting dalam membantu menumbuhkan budaya hidup yang baik dibidang kesehatan. Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar 2016-2021 dicantumkan target rumah tangga ber PHBS untuk tahun 2016 sebesar 79%. Pencapaian Kota Denpasar sebesar 83,6 hal ini menunjukkan pencapaian Rumah tangga ber PHBS di tahun 2016 sudah mencapai target yang ditetapkan pada Renstra, untuk tahun selanjutnya perlu terus digalakkan upaya untuk meningkatkan cakupan rumah tangga ber PHBS
dengan meningkatkan pembinaan PHBS di
rumah tangga dengan menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat melalui penyuluhan baik secara individu maupun berkelompok agar setiap orang, kelompok atau keluarga tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Untuk mencapai rumah tangga ber PHBS terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI ekslusif 3. Menimbang balita setiap bulan 84
Perjanjian Kinerja 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah
3.2.12
Persentase
anak
dan
remaja
mendapatkan
kesehatan sesuai standar. Terdapat 4 indikator untuk
skrining
mendukung
pencapaian sasaran ini, yang seluruhnya sudah mencapai target yang di perjanjikan
3.2.13
Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
menular dengan delapan indikator. Indikator yang perlu dijelaskan:
a. Prevalensi kasus HIV/AIDS HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh penderitanya sehingga penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit yang lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. HIV positif dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, sero survey dan survey terpadu biologis dan perilaku (STBP). Di Kota Denpasar terdapat seluruh Puskesmas sudah melaksanakan layanan VCT.
Penyebaran
HIV-AIDS tidak mengenal batas daerah maupun wilayah. Perkembangan kasus AIDS dan infeksi HIV yang dilaporkan di Kota Denpasar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
85
Perjanjian Kinerja Grafik 5.3 Jumlah Kasus Baru HIV-AIDS Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016 800
Kasus
600 400 200 0
2012
2013
2014
2015
2016
HIV
294
290
332
638
626
AIDS
310
326
379
601
796
Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir jumlah kasus baru HIV-AIDS meningkat secara signifikan. Penularan kasus HIV-AIDS dominan melalui hubungan seks, jarum suntik yang tercemar HIV, ibu hamil yang HIV positif. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyebaran kasus HIV-AIDS di Kota Denpasar. Salah satunya adalah melakukan skrining terhadap pendonor darah. Pada tahun 2016 Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Cabang
Kota
Denpasar
yang
berkedudukan
di
RSUD
Wangaya
telah
melakukan skrining terhadap 4.151 pendonor darah . Dari jumlah tersebut sebanyak 11 sampel darah (0,26%) positif terinfeksi HIV-AIDS. Disamping itu juga Dinas Kesehatan Kota Denpasar bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar secara aktif melaksanakan penyuluhan/KIE ke tempat-tempat kerja/perusahaan terutama yang termasuk dalam kategori resiko tinggi seperti panti-panti pijat. Tujuan penyuluhan atau KIE tersebut adalah agar kelompok berisiko tersebut mau datang ke Klinik VCT untuk memeriksakan diri secara berkala. Prevalensi kasus HIV tahun 2016 masih dibawah 0,5% sehingga capaian kinerja indikator ini sebesar 100%
86
Perjanjian Kinerja
b. Incidence rate dan case fatality rate DBD Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan
ditularkan
oleh
merupakan negara tropis yang
vector
nyamuk
aedes
aegypty.
Indonesia
secara umum mempunyai risiko terjangkit
penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di kawasan pemukiman maupun tempat-tempat umum, kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa. Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Kota Denpasar merupakan dearah endemis DBD baik tingkat desanya maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut – turut selalu dilaporkan adanya kasus DBD. Untuk daerah endemis kriteria kejadian luar biasa (KLB) DBD adalah terjadinya satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus secara bermakna 2 kali lipat dari periode sebelumnya Jumlah kasus DBD pada tahun 2016 adalah 2.851 kasus, terdiri dari 1.644 penderita laki-laki dan 1.207 perempuan. Incidence rate DBD pada tahun 2016 adalah sebesar 317,7 per 100.000 penduduk, bila dibandingkan dengan IR DBD tahun 2016
adalah sebesar 178,7 per 100.000 penduduk maka terjadi
peningkatan IR DBD yang cukup bermakna. Kematian akibat DBD pada tahun 2016 sebanyak 18 orang (CFR=0,6%). Grafik 3.31 IR DBD di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
87
Perjanjian Kinerja 350 317.7
300 250
249.9 211.7
200
178.7
150
142.8
100
IR DBD
50 0 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber seksi P2B2 Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Tiga hal penting dalam upaya pemberantasan DBD adalah 1) Peningkatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor yang dilaksanakan di Kota Denpasar adalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras,menutup dan mengubur) plus menabur larvasida. Tingginya kasus DBD di Kota Denpasar disebabkan oleh lingkungan dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan penduduk serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih
rendahnya
peran
serta
masyarakat
dalam
pemberantasan
sarang
nyamuk. Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kota Denpasar untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui Fogging massal maupun fokus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program 3 M plus, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta peningkatan sanitasi lingkungan.
Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kota Denpasar untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melaksanakan kegiatan PSN dengan cara 3M-Plus serta peningkatan sanitasi lingkungan, Gertak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), lomba Kebersihan, penggerakan
88
Perjanjian Kinerja Jumantik, fogging fokus, fogging massal dan ULV, Larvasidasi masal, MOS PSN, seminar dan workshop DBD, penelitian obat DBD, sosialisasi DBD dan program GEMA PETIK (Gerakan Mandiri Pemantau Jentik) oleh anggota keluarga di rumahnya sendiri sekurang – kurangnya seminggu sekali) Upaya-upaya
yang
telah
dilakukan
tersebut
tidak
akan
berhasil
menurunkan kasus DBD apabila tidak didukung oleh seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan PSN-DBD minimal setiap satu minggu sekali, termasuk juga peran para tokoh-tokoh masyarakat dan penguasa wilayah (Camat, Kepala Desa/Lurah,
Kepala
Lingkungan,
dll)
unutk
memotivasi,
menggerakkan
masyarakat agar berpartisipasi dalam memberantas penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui peningkatan kebersihan lingkungan di masing-masing rumah tangga. Seluruh pasien DBD yang ditemukan sudah ditangani sesuai standar, sehingga capaian kinerja untuk indikator ini sebesar 100%.
c. Tahun 2016 terjadi 4.395 kasus gigitan hewan penular rabies, yang seluruhnya sudah mendapatkan penanganan sesuai tatalaksana kasus (100%) sehingga capaian kinerjanya 100%
Faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah:
1. Sistem kewaspadaan dini berjalan baik 2. Jejaring TB Berjalan baik 3. Peran swasta/LSM dalam penanggulangan penyakit HIV cukup besar 4. Adanya jumantik 5. Dukungan anggaran untuk sasaran ini cukup tinggi Strategi dalam meningkatkan pencapaian sasaran ini adalah 1. meningkatkan kerjasama dengan lintas sector terkait
89
Perjanjian Kinerja 3.2.14
Meningkatnya upaya deteksi dini penyakit tidak menular,
sasaran strategis ini dicapai dengan 6 indikator yang seluruhnya sudah tercapai sesuai target. Jumlah Posbindu di Kota Denpasar sudah mengalami peningkatan sesuai Target renstra Dikes Kota Denpasar 2016-2021.
3.2.15
Meningkatnya
kewaspadaan
dini
dan
penanggulangan
wabah. Sasaran ini diharapkan tercapai melalui 2 indikator yang seluruhnya sudah mencapai target kinerja 100%. Tahun 2016 terjadi 9 kejadian luar biasa yang seluruhnya sudah ditanggani dalam waktu kurang dari 24 jam
3.2.16
Meningkatnya
persentase
bayi
mendapatkan
imunisasi
dasar lengkap. Tahun 2016 dari 15.193 sasaran bayi survivan infant yang ditargetkan, sebanyak 14.249 bayi sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap (93,8%). Renstra Dikes menargetkan 100% bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2016, sehingga capaian kinerja untuk indikator sasaran ini sebesar 93% sedangkan seluruh desa di Kota Denpasar sudah merupakan desa UCI.
Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Radang Selaput Otak, Radang Paru-Paru. Salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi. Tujuan
program
imunisasi
adalah
menurunkaan
morbiditas
dan
mortalitas penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari cakupan desa/kelurahan yang mencapai Universal Child Imunization (UCI) yaitu 80% sasaranmendapatkan imunisasi lengkap. Target keberhasilan program imunisasi adalah minimal 80% desa mencapai UCI. Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kota Denpasar pada tahun 2015 sudah mencapai 100%. Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi dasar lengkap) pada bayi yang dicanangkan pemerintah meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak.
90
Perjanjian Kinerja Campak merupakan penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Di Indonesia imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi diantara imunisasi wajib lainnya. Gambar 3.15 Persentase Capaian Imunisasi Di Kota Denpasar Tahun 2016
106
110 105 100 95
93.34
94
94.5
93.7
90 85
HB < 7hari
DPT3 + HB3 + Hib3
Campak
BCG
Polio 4
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal. Setiap bayi diharapkan agar mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap diukur dengan imunisasi dasar lengkap. Data capaian imunisasi dasar lengkap berdasarkan puskesmas dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 3.16 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas
91
Perjanjian Kinerja Di Kota Denpasar Tahun 2016 Pusk II Den Bar
93.9
Pusk I Den bar
94.2
Pusk IV Den Sel
93.9
Pusk III Den Sel
92.5
Pusk II Den Sel
94.3
Pusk I Den Sel
93.9
Pusk II Den Tim
93.6
Pusk I Den Tim
93.5
Pusk III Den Ut
93.8
Pusk II Den Ut
94.1
Pusk I Den Ut
93.1 91.5
92
92.5
93
93.5
94
94.5
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Pada grafik diatas tergambar bahwa capaian imunisasi dasar lengkap terendah di puskesmas I Denpasar Selatan dan tertinggi di Puskesmas II Denpasar Selatan. d. Cakupan desa/kelurahan UCI UCI desa/kel adalah gambaran suatu desa/ kel dimana ≥80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kel tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Seluruh Desa/kel yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2016 sudah mencapai Desa/kel UCI. Capaian kinerja Cakupan desa/kelurahan UCI
sebesar 100% (sangat baik).
3.2.17
Meningkatnya kualitas lingkungan. Pada sasaran ini ditetapkan
7 indikator sasaran.
92
Perjanjian Kinerja a. Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan Capaian
kinerja
untuk
indikator
Persentase
tempat-tempat
umum
memenuhi syarat kesehatan adalah sebesar 50% (rendah), baru 54% TTU sudah memenuhi syarat kesehatan dari 95% yang ditargetkan. Ada beberapa kegiatan dalam pemeriksaan tempat-tempat umum yaitu: - Pemeriksaan / Pembinaan Sanitasi Hotel dan sertifikat Laik
Sehat Hotel
Setiap hotel harus memiliki surat keterangan laik sehat hotel (Permenkes RI No. 80/ Menkes / Per / II / 1990 ). Kegiatan Pembinaan / pemeriksaan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan serta untuk mendorong pengembangan Pariwisata Nasional. Persyaratan Hiegiene bagi hotel adalah ketentuan – ketentuan yang bersifat teknis kesehatan yang harus dipenuhi untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. - Inspeksi Sanitasi Rumah Sakit Inspeksi Sanitasi Rumah Sakit merupakan penilaian pemeriksaan kesehatan
lingkungan
Rumah
sakit
menyangkut
Variabel
seperti
:
Konstruksi Umum, Ruang bangunan (Ruang perawatan, Ruang Operasi, Ruang Laboratorium, Ruang Sterilisasi dll) penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penanganan sampah, penanganan tempat pencucian,
pengendalian
serangga
dan
tikus
penyehatan
kesehatan
lingkungan serta pengambilan Sampel air Limbah RS, makanan, air bersih dan bahan kimia
dilakukan swapantau oleh petugas instalasi RS setiap
bulan (Kep Men.Kes 1204/menkes/SK/X/2004). b.
Sarana pendidikan baik SD, SLTP dan SLTA Tahun 2016 pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ditargetkan
75% Desa sudah STBM namun baru tercapai 23,3% (10 desa dari 43 desa yang ada). Namun untuk desa bebas buang air besar sembarangan sudah tercapai 69,8%). Sehingga kinerja untuk indikator ini baru sebesar 30%. Hal ini disebabkan karena dalam pencapaian sanitasi total berbasis masyarakat, ada 5 pilar yang kita monitoring 1.
Stop buang air besar sembarangan
93
Perjanjian Kinerja Seluruh penduduk di desa/kelurahan membuang air besar di jamban dan mempunyai septictank kenyataannya masih ada beberapa penduduk yang tidak mempunyai jamban atau punya jamban tapi tidak ada septictank dan kotoran disalurkan ke sungai. 2.
Cuci tangan pakai sabun
Diharapkan seluruh penduduk di desa/kelurahan cuci tangan sebelum makan, menyiapkan makanan dan setelah buang air dengan menggunakan sabun dan air mengalir, namun masih ada beberapa penduduk yang tidak melaksanakan 3.
Pengelolaan Makanan dan minuman dalam Rumah Tangga Pengelolaan
makanan
minuman
dalam
Rumah
tangga,
bagaimana
makanan ini disiapkan mulai dari bahan pengolahan dan penyajiannya namun masih ada beberapa yang pengolahannya belum baik. 4.
Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah. Setiap Rumah Tangga harus mengelola sampah
dengan baik tidak boleh masih ada sampah berserahan dan tidak boleh membakar sampah 5.
Pengelolaan limbah cair. Limbah cair rumah RT harus dikelola da nada peresapannya. Nemun
kenyataannya masih ada penduduk yang tidak memiliki peresapan untuk limbah cairnya dan tidak berlangganan DSDP
3.2.18
Meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar
Pada sasaran strategis meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar ada tiga indikator yang seluruhnya sudah memenuhi target kinerja yang ditetapkan dengan capaian >90% (sangat baik). a. Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan sesuatu yang vital karena dengan adanya jamban di masing-masing rumah tangga berbagai penyakit yang penularannya melalui
94
Perjanjian Kinerja kotoran manusia seperti kecacingan, diare dan sebagainya dapat dicegah sedini mungkin. Persentase penduduk dengan akses sanitasi yang layak di Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 77% sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2015 (83,3%). Untuk indikator ini ditargetkan 75% penduduk
Kota
Denpasar
memiliki
akses
sanitasi
dasar
yang
layak,
capaiannya sudah 77% b. Persentase rumah sehat Kondisi lingkungan di Kota Denpasar sangat dipengaruhi oleh perilaku hidup manusia dalam menata rumah dan alam sekitarnya. Data di awal tahun 2016 menunjukkan dari 144.250 rumah yang ada di Kota Denpasar, 139.199 (96,5%) sudah termasuk dalam katagori rumah sehat. Untuk tahun 2016 dibina 3.263 rumah yang masih termasuk dalam katagori rumah tidak sehat, dengan hasil 2.960 (90,7%) sudah masuk katagori rumah sehat. Sampai akhir tahun 2016 dari 144.250 rumah, 142.159 (98,55%) rumah yang ada dikota Denpasar sudah merupakan rumah sehat.
Grafik 3.13 Persentase Rumah Sehat di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
95
Perjanjian Kinerja
99.5 99 98.5 98 97.5 97 96.5 96 95.5 95
98.95
98.6
98.55
96.9 96.4
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber seksi PLP dan Kualitas air bidang bina PL Dikes Kota Denpasar
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa cakupan rumah sehat di Kota Denpasar selama 5 tahun terakhir sudah diatas target Renstra Dikes Kota Denpasar Tahun 2016-2021 sebesar 98%. c. Persentase keluarga memiliki akses air minum yang berkualitas. Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota Denpasar pada tahun 2016 mencapai 77,6% Dengan meningkatnya jumlah
masyarakat yang
sudah bisa mengakses air bersih di Kota Denpasar, diharapkan penyakitpenyakit menular melalui air (water borne desease) seperti diare, dapat dicegah atau sedapat mungkin diturunkan kasusnya. Renstra dinas kesehatan kota Denpasar menargetkan 62% keluarga memiliki akses terhadap air minum yang berkualitas, sedangkan capaiannya sudah 77% sehingga capaian kinerjanya sebesar 100%. Penyelenggara air minum di Kota Denpasar adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kota Denpasar (PDAM Kota Denpasar), tahun 2016 sudah dilaksanakan pemeriksaan terhadap kualitas air minum (fisik, bakteriologi dan kimia) dengan hasil memenuhi syarat.
3.2.19 Persentase tempat
pengolahan
makanan
memenuhi syarat
kesehatan
96
Perjanjian Kinerja Sasaran strategis Persentase tempat pengolahan makanan memenuhi syarat kesehatan
memiliki 2 indikator kinerja yaitu persentase Tempat
Pengolahan makanan memenuhi syarat kesehatan dan Persentase hasil produksi rumah tangga tidak mengandung bahan berbahaya. Kedua indikator ini sudah memenuhi target sehingga target kinerjanya sudah baik d. persentase Tempat Pengolahan makanan yang diawasi memenuhi syarat kesehatan Tahun 2016 dikota Denpasar terdapat 4.391 Tempat pengolahan makanan sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 1.108 (25,23%) yang terdiri dari jasa boga sebanyak 57 buah, rumah makanan/restoran sebanyak 372 buah, depot air minum sebanyak 140 buah, dan makanan jajanan sebanyak 539 buah. TPM yang tidak memenuhi syarat sebanyak 3.282 TPM (67,61%) dari seluruh TPM yang ada dilanjutkan dengan pembinaan. Rendahnya persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan di tahun 2016 disebabkan karena adanya peraturan baru bahwa TPM dapat dikatagorikan memenuhi syarat kesehatan apabila sudah memiliki sertifikat laik sehat, hal ini sangat sulit dipenuhi terutama untuk pedagang makanan jajanan.
Faktor pendukung capaian sasaran ini adalah: 1. Adanya pembinaan terhadap industry rumah tangga diharapkan mampu memotivasi pengusaha untuk melaksakan proses produksi sesuai dengan standard hyegine sanitasi personal dan lingkungan yang baik sehingga hasil produksinya aman untuk dikonsumsi Strategi pencapaian sasaran ini adalah: 1. Meningkatkan pembinaan kepada industry rumah tangga
3.2.20 Persentase desa/kelurahan yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
97
Perjanjian Kinerja Pada
sasaran
ini
ada
dua
indikator
yaitu
desa/kelurahan
yang
menyelenggarakan tatanan kawasan sehat dengan capaian kinerja 100% dan jumlah desa yang mengikuti lomba kebersihan dengan capaian kinerja 100%
3.3
Akuntabilitas Keuangan Urusan Wajib Kesehatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota
Denpasar, direalisasikan melalui 19
program dan
42
kegiatan dengan
mengalokasikan belanja sebagai berikut : 1.Belanja tidak langsung
Belanja Pegawai
: Rp. 50.602.070.439,40 (46,12%)
: Rp. 50.602.070.439,40
2.Belanja Langsung
: Rp. 58.660.596.350 (53,88%)
Belanja Pegawai
: Rp. 363.120.000
Belanja Barang dan Jasa : Rp. 43.4343282.681 Belanja Modal
: Rp. 14.863.193.669
3.Total belanja langsung dan Tak langsung
: RP. 109.262.666.789,4 (100 %)
Realisasi : 1.Belanja tidak langsung
: Rp. 48.889.425.257
2.Belanja Langsung
: Rp. 47.026.605.734,44
Belanja Pegawai
: Rp. 277.894.000
Belanja Barang dan Jasa
: Rp. 35.525.861.455,44
Belanja Modal
: Rp. 11.222.850.279
98
Perjanjian Kinerja 3.Total belanja langsung dan Tak langsung
: Rp. 95.916.030.991,5 (87,78%)
Urusan wajib kesehatan
yang dilaksanakan oleh puskesmas merencanakan
pendapatan asli berupa retribusi daerah sebesar Rp. 5.000.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 5.656.145.000, dan lain pendapatan asli daerah yang sah (Kapitasi JKN) ditargetkan sebesar Rp. 16.175.436.285 terealisasi sebesar Rp 12.402.936.480
Sedangkan realisasi untuk masing-masing program dan kegiatan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel IV.2 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Urusan Wajib Kesehatan Tahun 2016
TARGET Fisik No
REALISASI
Keuangan
Fisik
Keuangan
Program/Kegiatan
DINAS KESEHATAN 1
2
Volume
Rp.
Volume
%
Volume
%
3
4
5
6
7
8
Pendapatan ( Retribusi Daerah) a.
Retribusi Kesehatan Pendapatan Lainnya b.
I
Pendapatan JKN
dana
pelayanan
12 bulan
5.000.000
12 bulan
100
5.656.145.000
113,12
kapitasi
12 bulan
16.175.436.285
12 bulan
100
12.402,936.480
76,67
58.660.596.350
43 keg
100
47.482.398.933,44
80,94
Belanja Tidak Langsung
12 bulan
BELANJA LANGSUNG
43 KEG
Program Pelayanan Perkantoran
Administrasi
6.419.758.817
6.116.794.828
95,28%
99
Perjanjian Kinerja 1
1.1. Pelayanan Administrasi Perkantoran
II.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
2
2.1. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur
II
Program Peningkatan Sumber Daya Aparatur
3
3.1
100%
100%
6.419.138.240
Program Pengadaan Perbekalan Kesehatan
4
4.1
Obat
7 orang
dan
97%
97%
168.340.000
6 orang
85,7%
1 buku
100%
2.969.595.202
6.116.794.828
95,28%
5.481.667.221
85,39%
5.481.667.221
85,39%
118.256.100
70,24%
118.256.100
70,24%
2.150.025.327
72,40%
1.234.136.492
74,37%
915.888.835
69,89%
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan 100%
5
97%
168.340.000
1 buku IV.
97%
6.419.138.240
Kapasitas
Pendidikan dan pelatihan formal Pendidikan dan pelatihan luar Prop. Bali Penyusunan Renstra Dikes Kota Denpasar tahun 20162021
6.419.758.817
a. Terpenuhinya bahan obat pelayanan kesehatan Dasar dan obat gigi b. Terpenuhinya bahan obat-obatan penunjang c. Terpenuhinya bahan obat-obatan klinik praja d. Terpenuhinya bahan reagen laboratorium e. Terpenuhinya bahan perbekalan kesehatan PKD f. Terpenuhinya bahan alat kerja penunjang 4.2 Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan a. Terpenuhinya alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas Alat kedokteran umum
1.659.296.060
90%
100%
80,4%
100%
75,86%
100%
97,30%
100%
100%
100%
82,6%
100%
96,9%
100%
1.310.299.142
100%
90%
100%
Alat kedokteran gigi
V
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
6
5.1 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Pusk dan jaringannya
9 Pusk
9 Pusk
100%
9 Pusk
9 Pusk
100%
184.138.000
177.235.845
55.000.000
55.000.000
100%
100
Perjanjian Kinerja a.
Terlayaninya penduduk miskin melalui progran JKBM dan JKN
100%
100%
100%
Sosialisasi Program JKN kepada masyarakat se Kota Denpasar 5.2.Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan.
100%
100%
100%
a.
35 orang
35 orang
100%
11 laporan
11 laporan
100%
15 sekehe
15 sekehe
100%
1 laporan
1 laporan
100%
b. 7
8
Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan jiwa masyarakat b. Pemeliharaan kesehatan indera pengelihatan dan pendengaran masyarakat c. Pemeliharaan kesehatan sekehe kesenian d. Pemeliharaan kesehatan calon jemaah haji 5.3 Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya
1. 2. 3.
9
Pembangunan Puskesmas I Denpasar Selatan Pembangunan Puskesmas II Denpasar Selatan Penataan halaman UPT Pengawasan Farmasi dan makanan
184.138.000
5.070.900.000
1 paket
1 paket
100 %
1 paket
1 paket
100%
1 paket
1 paket
100%
5.4 Peningkatan kesehatan masyarakat a. b.
c. d. e. f. g. h. i.
Pelayanan PKPR di Puskesmas Pembinaan PKPR di sekolah
Pembinaan PKTP di Puskesmas Pelayanan pencegahan dan penanggulangan kanker Pelayanan Papsmaear Pelayanan IVA Pelayanan Krayo Terpilihnya juara PKTP untuk tk Kota Denpasar Terpilihnya juara PKTP untuk mewakili Kota Denpasar di Tk Prov Bali
656.777.000 11 pusk
11 pusk
100%
2 SMP 2 SMA
3 SMP 2 SMA
100%
4kec
4kec
177.235.845
96,25%
3.972.743.950
78,34%
624.540.400
95,09%
48.794.220
98,44%
100% 100%
400 org
400 org
2000 org
2000 org
200 org
200 org
12 sekolah
12 sekolah
100% 100% 100% 100%
3 sekolah
3 sekolah 100%
10
5.5
Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan
49.567.000
Terpenuhinya kebutuhan untuk pelayanan
101
Perjanjian Kinerja dan penanggulangan masalah kesehatan
11
360 kali
5.6. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan
a. b.
c. d. e.
f. g.
Pengawasan sanitasi lingkungan pemukiman Pengawasan hygiene sanitasi air bersih dan air minum - Pengambilan sampel bakteri air minum - Pengambilan sampel bakteri air bersih - Pengambilan sampel kimia air bersih - Pengambilan sampel kimia air minum Pemantauan terhadap masyarakat yang berpotensi terpapar pestisida Pengawasan dan pengendalian vektor Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan - Rumah sakit - Puskesmas dan pustu - Pasar - Sanitasi Kolam renang - Sanitasi Hotel - Panti pijat
Monitoring sanitasi berbasis masyarakat Pengelolaan sampah medis puskesmas
1.142.872.500
1.000.233.000
11 pusk
11 pusk
100%
11 pusk
11 pusk
100%
360 sampel
360 sampel
100%
500 sampel
500 sampel
100%
90 sampel
90 sampel
100%
78 sampel
78 sampel
100%
50 sampel
50 sampel
100%
15 TPS, dan 1 TPA
15 TPS, dan 1 TPA
100%
19 sampel
19 sampel
36 sampel
36 sampel
60 lokasi
60 lokasi
7 lokasi
7 lokasi
200 lokasi
200 lokasi
30 lokasi
30 lokasi
87,52%
100% 100% 100% 100% 100% 100%
10 Desa STBM
10 Desa STBM
11 pusk
11 pusk
100%
100%
102
Perjanjian Kinerja
VI
Program Makanan
Pengawasan
Obat
dan
27.410.000
27.383.350
100%
12
6.1 Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya
27.410.000
27.383.350
100%
a. Pemeriksaan laboratorium pewarna dan pengawet pada makanan dan minuman b. Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya
120 sampel
120 sampel
100%
12 lokasi
12 lokasi
100%
VII
Program pengembangan Obat asli Indonesia
81.604.500
80.884.500
99,12%
13
7.1 Peningkatan promosi obat bahan Indonesia di dalam dan luar negeri
81.604.500
79.144.500
97%
a. b.
Pembinaan/lomba toga Pembinaan batra
VIII
Program Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat
14
8.1 a.
b. c. d.
15
10 desa/kel
10 desa/kel
100 %
33 batra
33 batra
100%
dan
3.103.591.850
2.977.038.685
95,90%
Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat Distribusi UKS KIT, leaflet, poster dan bener
2.593.742.500
2.482.501.050
95,71%
451.947.500
98,17%
Pembinaan uks sekolah Bintek sekretariat UKS kecamatan Distribusi KMS kesehatan anak sekolah tingkat TK, SD, SMP, dan SMA
8.2 Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat a. Cetak kartu PHBS b. Pembinaan PHBS c. Siaran Keliling d. Informasi Kesehatan
TK,SD,SMP,d an SMA/SMK
TK,SD,SMP,d an SMA/SMK
20 sekolah 4 kec
21 sekolah 4 kec
16 sekolah
16 sekolah
460.379.350
10.000
10.000
100%
103
Perjanjian Kinerja
16
8.3 Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan a. Proses perijinan tenaga dan sarana kesehatan b. Pembinaan dan pengawasan sarana kesehatan
1 tatanan
1 tatanan
100%
50 kali
50 kali
100%
16 sekolah
16 sekolah
100%
49.470.000
100%
100%
100%
100%
100%
100%
42.590.135
86,09%
IX
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
227.392.800
223.525.050
98,30%
17
9.1 Penanggulangan kurang energy (KEP), Anemia Gizi Besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan keurangan Gizi mikro lainnya
158.842.300
156.738.350
98,67%
66.786.700
97,42%
a. Terintervensinya balita kurang gizi dan balita gizi kurang b. Terlaksananya pemberian MP ASI untuk gakin usia 6-24 bulan
19
9.2
90 orang
90 orang
100%
43 orang
43 orang
100%
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
68.550.500
a. Terselenggaranya Lomba Balita 1 kali
1 kali
(24 orang)
(24 orang)
X
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
507.744.300
404.202.350
79,60%
20
10.1 Pengkajian lingkungan sehat
404.056.500
300.586.250
74,39%
103.616.100
100%
pengembangan
Laporan kegiatan Penyelenggaraan Summit Kota Sehat
21
10.2 Penyuluhan lingkungan sehat
menciptakan
1 laporan
1 Laporan
103.687.800
100%
104
Perjanjian Kinerja Pembinaan dan penilaian lomba PSN dan kebersihan XI
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
22
11.1
Penyemprotan/fogging nyamuk
sarang
- Terpenuhinya kegiatan penyemprotan sarang nyamuk
23
24
4 desa/kel
4 desa/kel
11.724.873.965
16.505.706.543
1.833.977.000
1.541.446.900
84,05%
1.371.628.800
91,56%
100%
11.2.Pengadaan alat dan bahan-bahan fogging
100%
97%
97%
1.498.020.000
- Terpenuhinya belanja bahan dan alat foging
100%
11.3.Pengadaan vaksin penyakit menular
100%
710.139.100
100%
4.675.621.000
97%
97%
30%
30%
100%
100%
904.500
0,1%
-Terlaksananya kegiatan penanggulangan Gigitan hewan penular rabies (GHPR) 25
11.4.Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah a. Terlaksananya kegiatan pelayanan vaksinasi bagi bayi, balita, dan anak sekolah di Kota Denpasar
26
11.5.Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular a. Terlaksananya kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
27
100%
11.6.Pencegahan dan penanggulangan penyakit endemic/epidemic -
28
1.110.547.700
Terlaksananya kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit
100%
11.7.Peningkatan surveillance epidemilogi dan penanggulangan wabah
99%
78,75%
751.232.900
67,64%
6.477.378.585
98,73%
101.734.480
77,48%
100%
6.560.742.147
100%
3.682.198.400
99%
131.299.000
a. Terlaksananya deteksi dini kejadian suatu penyakit 100%
100%
100%
105
Perjanjian Kinerja d. Penanggulangan KLB e. Penyelidikan epidemiologi sesuai jumlah kejadian DBD
29
31
20 kali
80%
100%
100%
100%
11.8 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberkulosa Terselenggaranya pencegahan dan penanggulangan Penyakit Tuberkulosa
30
30 kali
11.9 Pelayanan Pencegahan penanggulangan HIV dan AIDS
dan
Penyelenggaraan pencegahan penanggulangan HIV/AIDS
dan
451.006.300
100%
100%
11.10 Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
100%
94,82 %
1.772.020.865
92,33%
379.512.000
87,03%
100%
1.919.168.200
100%
427.649.113
100%
436.055.500
Terlaksananya KIE Pencegahan penyakit 100%
90%
90%
XII
Program Standarisasi Kesehatan
Pelayanan
1.349.109.600
946.984.109
70,19%
32
12.1 Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan a. Survey indeks kepuasan masyarakat thd pelayanan kesehatan b. Pembinaan/penilaian tenaga kesehatan teladan pusk c. Pembinaan Puskesmas di Kota Denpasar d. Pembinaan dan penilaian pusk berprestasi e. Kalibrasi alat-alat puskesmas dan Gudang farmasi f. Surveilans audit pemeliharaan sertifikat ISO 9001-2008
1.349.109.600
946.984.109
70,19%
11
pusk
11
pusk
11
Pusk
11 Pusk
100%
100% 11 Pusk 11 Pusk 100% 11 Pusk 12 Pusk 100%
12
usk dan 1 GF 4 Pusk
11 Pusk dan 1 GF 4 Pusk
100%
100% XIII
Program pelayanan Penduduk Miskin
33
13.1 Pelayanan Operasi Katarak
XIV
Kesehatan
Program Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana
6.400.000
3.200.000
50%
26.256.400
26.129.700
99,5%
40 orang
106
Perjanjian Kinerja puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya.
34
14.1.Pengadaan Sarana dan Prasarana Posyandu
26.256.400
26.129.700
99,5%
4.995.204.849,44
56,55%
78.966.100
83,87%
387.037.256
63,38%
- Microtois 22 Buah
22 Buah
100%
23 buah
23 buah
100%
714 lbr
714 lbr
100%
- Food model - KMS Balita
XV
Program Kemitraan Pelayanan Kesehatan
35
15.1 Kemitraan Nasional (JKN)
Peningkatan
Jaminan
8.832.429.894
Kesehatan
Terselenggaranya pengadaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan bagi peserta JKN dan Keluarganya di Pusk
XVI
Program Peningkatan kesehatan anak balita
36
16.1 Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita.
100%
pelayanan
a. Terdeteksinya tumbuh kembang anak di Pusk, TK dan Posyandu
80,22%
100%
94.149.000
100 org
100 org
100%
1 kali
1 kali
100%
40 org
40 org
100%
30 org
30 org
100%
b. Terlaksananya seminar Hari anak c. Terlaksananya penyegaran kelas ibu balita d.Terlaksananya pelatihan kesehatan anak
software
XVI I
Program Peningkatan Kesehatan Lansia
Pelayanan
37
17.1.Pelayanan kesehatan lansia
610.630.000
a. pelayanan kes lansia/ sulinggih
194 Sulinggih
194 Sulinggih
100%
b. Pemberian PMT bagi klp rawan/resti
55 KK rawan/resti
55 KK rawan/resti
100%
107
Perjanjian Kinerja c. Safari kesehatan
22 desa/kel
22 desa/kel
100%
d. Pelayanan kesehatan di Pos Pelayanan kesehatan
52 kali
52 kali
100%
188 orang
64 orang
34,04%
e. Pemeriksaan medical check up anggota dewan 38
17.2.Pelayanan pemeliharaan kesehatan (lansia)
82.714.000
82.362.400
99,57%
a. Pelayanan kesehatan lansia 1.400 orang
1.400 orang
100%
11 pusk
11 pusk
100%
b. Lomba senam lansia
XVI II
Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan
265.968.300
249.275.200
93,72 %
39
18.1.Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil industri rumah tangga
80.460.000
80.436.500
99,97%
60.181.700
86,76 %
108.657.000
93,54 %
a. Pemeriksaan laboratorium pada tempat pengolahan makanan b. Pembinaan TPM/Tempat produksi pangan industry Rumah Tangga c.
40
258 Lokasi
100%
1.100 lokasi
1.100 lokasi
100%
18.2.Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan restaurant
a.
41
258 Lokasi
Pembinaan restaurant
dan
pengawasan
69.358.300
400 lokasi
18.3 Pengawasan dan Pengendalian keamanan dan kesehatan makanan kantin sekolah a. b.
Pembinaan dan pemeriksaan kantin sekolah Lomba kantin sehat SD
400 lokasi
100%
116.150.000
220 kantin
220 Kantin
12 kantin SD
7 Kantin SD
XIX
Program Peningkatan keselamatan Ibu melahirkan dan anak
982.533.000
831.570.350
84,63
42
19.1.Pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu
65.883.000
56.623.850
85%
- Pelayanan kesehatan ibu dan anak sesuai standar
100%
100%
100%
- Audit Maternal Perinatal - Terbentuknya Tim Rujukan Maternal
108
Perjanjian Kinerja Neonatal
43
4 kali
4 kali
100%
1 Tim
1 Tim
100%
19.2.Pelayanan kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir a. Ibu bersalin dengan aman dan bayi lahir sehat
916.650.000
774.946.500
100%
100%
100%
1 kali
1 kali
100%
11 orang
11 orang
100%
84,54 %
b. Pelatihan pelayanan antenatal c. Pembinaan bidan teladan
UPTD Puskesmas Pendapatan Asli Retribusi daerah)
Daerah
(
Hasil
Berdasarkan tabel diatas ada beberapa kegiatan yang realisasi keuangannya di bawah delapan puluh persen (85%) antara lain : 1.
Kegiatan Pendidikan dan pelatihan formal realisasi keuangan sebesar 70,24% hal ini disebabkan
karena pada penyusunan renstra narasumber yang awalnya direncanakan dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta batal dan kita mencari narasumber di Politeknik Bali dan Biro Organisasi Setda Provinsi Bali sehingga biaya transportasi dan akomodasi narasumber tidak diamprah. 2.
Kegiatan Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan realisasi fisik mencapai 90% namun
realisasi keuangan sebesar 74,37% hal ini disebabkan karena ada beberapa item barang tidak bisa direalisasikan/diadakan karena harga di e-katalog lebih mahal dari pada harga yang ditetapkan pada DPA, dan ada beberapa alat masih tersedia sehingga tidak diadakan 3.
Kegiatan Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan realisasi fisik sudah
mencapai 100% sedangkan realisasi keuangan sebesar 69,89%, hal ini disebabkan karena harga di e catalog lebih rendah dari harga yang tercantum pada DPA sehingga ada kelebihan dana 4.
Kegiatan Pengadaan peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya realisasi fisik sebesar 100% sedangkan keuangan 78,34% hal ini karena adanya sisa dana karena rekanan menawar lebih rendah dari anggaran yang kita pasang di DPA
109
Perjanjian Kinerja 5.
Kegiatan penyemprotan/foging sarang nyamuk realisasi fisik sebesar 97% sedangkan realisasi
keuangan sebesar 84,05% hal ini disebabkan karena pada dana perubahan 2016 adanya kesalahan kode rekening, yang seharusnya untuk makanan dan minuman rapat ditaruh pada kode rekening makanan dan minuman kegiatan sehingga tidak bisa diamprah. 6.
Kegiatan pengadaan vaksin penyakit menular realisasi fisik 30% dan realisasi keuangan 0,1% hal
ini disebabkan karena gagal lelang untuk pengadaan vaksin anti rabies, namun kegiatan penanggulangan gigitan hewan penular rabies di tahun 2016 tetap dapat diselenggarakan dengan baik karena ada bantuan VAR dari dinas kesehatan Provinsi Bali 7.
Kegiatan pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah realisasi fisik 100% sedangkan
realisasi keuangan 78,75% hal ini disebabkan karena sisa lelang pengadaan vaksin 8.
Kegiatan Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, Realisasi fisik sudah
mencapai 100% namun keuangan hanya 67,69% hal ini disebabkan karena sisa pengadaan dari bahan kimia (reagen untuk pemeriksaan HIV, Sphilis dan Tuberkolosis serta desinfektan /Kaporit) dari anggaran 551.101.500 terealisasi 303.857.000. namun semua item bahan kimia sudah terealisasi sesuai kebutuhan. 9.
Peningkatan surveillance epidemilogi dan penanggulangan wabah realisasi keuangan sebesar
77,48% hal ini disebabkan karena ada sisa dana penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dimana pada tahun 2016 terjadi 20 kali KLB dari prediksi 30 KLB 10. Kegiatan evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan realisasi keuangan sebesar 70,19% hal ini karena adanya sisa dana dari honor, akomodasi akomodasi dan transportasi narasumber. 11. Kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan anak balita reslisasi keuangan sebesar 83,87% hal ini disebabkan adanya sisa dana honor narasumber untuk golongan IV dengan pendidikan S2. 12. Kegiatan pelayanan kesehatan lansia realisasi fisik sebesar 86,8% realisasi keuangan 63,38% hal ini disebabkan karena anggota DPR banyak yang tidak hadir untuk medical check up. Dari 166 orang anggota dewan yang terdaftar tercatat 64 orang mengikuti pemeriksaan medical check up.
110
Perjanjian Kinerja
BAB PENUTUP
IV
4.1 KESIMPULAN
Dinas Kesehatan Kota Denpasar sebagai instansi teknis yang melayani Kesehatan penduduk Kota Denpasar, selalu berusaha untuk memanfaatkan sumber daya manusia, dana dan sarana yang ada dengan baik, dan berusaha melaksanakan
tugas
seoptimal
mungkin.
Kegiatan
program-program
pembangunan kesehatan telah dilaksanakan dengan mengacu pada Perencanaan Strategis
5
Tahun
yang
dijabarkan
dalam
rencana
kinerja
tahunan.
Pembangunan kesehatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk 19 program pembangunan kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Denpasar sebagai pelaksana atau instansi teknis telah melaksanakan tugas/kegiatan, baik kegiatan yang didanai seperti yang telah di sampaikan di atas, maupun kegiatan yang tidak didanai sebagai implementasi dari tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Dengan memperhatikan paparan yang disampaikan pada point-point sebelumnya,
tingkat
keberhasilan
Kesehatan Kota Denpasar
pencapaian
pelaksanaan
tugas
Dinas
secara umum dapat dikatakan berhasil, karena
sebagian besar target yang ada dapat dicapai dengan baik. Pernyataan tersebut didukung oleh Pencapaian 4 indikator penting yang mendukung pembangunan kesehatan seperti angka kematian Bayi, Angka kematian ibu dan prevalensi gizi buruk yang masih terus dapat ditekan sehingga berada dibawah target yang ditetapkan serta berada dibawah AKB dan AKI Provinsi Bali. Disamping itu lebih dari 80% indikator pelayanan kesehatan dasar, indikator kesehatan rujukan,
111
Perjanjian Kinerja indikator epidemiologi dan penanggulangan KLB serta indikator promkes dan pemberdayaan masyarakat sudah mencapai target yang ditetapkan. Bila dilihat dari aspek pendanaan, dari 44 kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar sebagian besar
realisasinya sudah
mencapai lebih dari 80%. Kegiatan yang tidak mencapai 80% umumnya disebabkan karena adanya efesiensi, dan kurangnya koordinasi dengan instansi lain pada saat penyusunan rencana anggaran. Dari 106 indikator pelayanan kesehatan dasar yang ditetapkan 1 indikator tidak mencapai target yang ditetapkan yaitu persentase desa STBM baru mencapai 23,3% dari target 75% yang ditetapkan.
4.2 PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
Permasalahan yang dihadapi dalam Pembangunan Kesehatan adalah bahwa masalah kesehatan merupakan permasalahan yang penyelesaiannya tidak bisa hanya dilakukan oleh instansi Kesehatan saja, tetapi memerlukan kerjasama lintas sektor, masyarakat dan LSM. Oleh karena itu dukungan peran serta masyarakat, LSM, sektor terkait seperti sektor pendidikan, Bappeda, Pertanian, Dinas PU dan lain-lain sangat dibutuhkan sehingga pembangunan di Bidang Kesehatan di Kota Denpasar dapat terwujud sesuai dengan Visi dan Misi Dinas Kesehatan. Pembiasaan diri untuk berperilaku hidup bersih dan sehat maupun kemandirian dalam pembiayaan pengobatan sangat diperlukan.
Disamping itu pembangunan yang kita laksanakan dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan masyarakat jika tidak dilaksanakan dengan berwawasan kesehatan. Partisipasi aktif dari masyarakat baik dalam bentuk Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembangunan kesehatan adalah antara
lain
peran
serta
masyarakat
dibidang
kesehatan
masih
kurang,
112
Perjanjian Kinerja koordinasi lintas sektor maupun lintas program, dan masih adanya daerah kumuh. Untuk mengatasi masalah tersebut beberapa upaya yang dilaksanakan antara lain : 1. Memberikan informasi / penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan. 2. Memberikan insentif bantuan kepada para kader kesehatan. 3. Secara terus menerus melaksanakan koordinasi baik lintas sektor maupun lintas program 4. Koordinasi dalam upaya meningkatkan anggaran untuk bidang kesehatan. Dilihat dari aspek pendanaan yang dikelola Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dari 44 kegiatan yang dilaksanakan 13 kegiatan (13,6%) realisasi dananya dibawah 85%. Solusi atau pemecahannya yang dapat dilakukan adalah kedepannya agar serapan dana bisa lebih maksimal adalah: 1. Melaksanakan
koordinasi dengan pusat (Depkes) dalam penyusunan
rencana kegiatan yang dananya dari pusat. 2. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait terhadap kegiatan yang dilaksanakan. 3. Menyiapkan sarana prasarana dan SDM (tenaga) yang matang sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
4.3 SARAN
2. Mengingat
masih
rendahnya
persentase
desa
STBM
maka
perlu
meningkatkan usaha promosi kesehatan 3. Meningkatkan
koordinasi
lintas
program
dan
lintas
sektor
dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan
113
Perjanjian Kinerja 4. Meningkatkan koordinasi dengan pusat (Depkes) dalam penyusunan rencana kegiatan
yang dananya dari pusat, terutama dalam hal juknis
sehingga perencanaan yang kita buat sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan.
114