Labkesda Lp.docx

  • Uploaded by: elinaria
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Labkesda Lp.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,718
  • Pages: 10
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN (HB) A. Dasar Teori Hemoglobin adalah senyawa protein dengan Fe yang memberi warna merah pada darah.Sruktur HB yang terjadi :  Haem : Senyawa Fe2+ yamg dikelilingi4 cincin piral  Globin : Senyawa protein yang terjadi dari 2 rantai α dan 2 rantai β Jenis-jenis Hemaglobin 1. HB yang normal ada 2 yaitu:  Hb F yangterdapatpada janin,sampai 6blan ,Hb F kadarnya 25% terhadap O2 lebih baik dari pada Hb A ,Hb F (Hb Foetal)  Hb A,hanya terdapat pada orang dewasa Hb (HbAdult) 2. Hb yang Abnormalyaitu :  Hb S (Hb side/sabit)  Hb M (Methemoglobincismen) Hb merupakan komponen utama entrosit yangberperan sebagai alat transport O2 dan CO2. Fungsi Hemoglobin:  Mengatur pertukaran O2 dan CO2didalam jaringan tubuh  Mengambil O2 dari paru-paru kemudian di bawa seluruh jaringan tubuh untuk dipakai sebagaibahan bakar  Membawa O2 dari jaringan tubuh sebagai sisa hasil metabolism sibawake paru-paru untuk dibuang Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat diketauidengan mengukur kadar Hb.Bila kadar Hb seseorang tersebut kekurangan darah.Kekurangan darah inidsebutanemia bila dsertai dengan jumlah eritrosit dibawahnormal dan nilai hematocrit juga dbawah normal.Di laboratorium klinik,kadar Hbdapat di tentukan dengan bermacam-macam cara yang banyakdi pakaiadalah:  Cara kolorimetrik (Hb Sahli)  Cara Fotoelektrik (Sianmethemologlobin) B. Metode AutoHematologi Analyzar C. Tujuan Untukmengukur kadar hemoglobin dalam darah D. Pinsip Hemoglobin oleh asam klrida(HCI 0,1 N) diubah menjadi hematin asamyang berwarna coklat tua.Penambahan auadest sampai warnanya sama dengan standart warna.Kadarahemoglobin dibaca dalam satuangra/deciliter(g/dl). E. 

Alat Auto hematologi Analyzer

   F.    

Tabung hemoglobin Rak tabung hemoglobin Tissue Reagensia Rinse Diluent Lyse Probe

G. 

Bahan Pemeriksaan Sampel darah

H. Cara Kerja  Aalat dihidupkan dengan menekan tombon ondibelakang  Masukan password  Sebelum memeriksa sampel,memeriksa bahan control terlebih dahulu agar mengetahui bahwaalatmasih akurat.  Kemudian,setelah memasukan alat.Sampel darah harus dihomogen kan terlebih dahulu  Setelah darah homoge,menekan tombol analysis  Masukan darah e jarum penghisap  Lalu menekantombol jarum penghisap  Alatakan memproses di dalam secara otomatis  Jikahasil sudah terlihat,maka tekan tombol print kemudian hasil pemeriksaan akan keluar secara otomatis  Sebelum alat dimatikan,dibersihkan terlebih dulu menggunakan larutan probe cleanser  Tekan tombol menu→shutdown→OK  Kemudian,larutan probe cleanser dimasukan kedalam jarum penghisap dan tekan tombol jarum penghisap  Jika akanmelakukan proses pencucian selam 5 menit  Setelah itu,akan muncu tulisan please power of  Alat dimatikan denganmenekan tombol off dibelakang. I.       

Nilai Normal Laki-laki Perempuan Bayi(matur,darah tali pusat Bayi 3 bulan Anak-anak 1 tahun Anak-anak 3-6 tahun Anak-anak10-12 tahun

: 13-18 g/dl : 11,5-16,5 g/dl : 13,5-19,5 g/dl : 9,5-13,5 g/dl : 10,5-13,4 g/dl : 12,0- 14,0 g/dl : 11,5-14,5 g/dl

J.

Hasil Pemeriksaan No Nama/kode sampel 1 410 2 411 3 415 4 417 5 419

Hasil Pemeriksaan 14,4 g/dl 6,2 g/dl 10,5 g/dl 15,3g/dl 13,0 g/dl

DAFTAR PUSTAKA Gandasoebrata,R.2004.Penuntun laboratorium klinik.Dian Rakyat.Jakarta Depkes.1994.PENUNTUN PEMERIKSAAN HEMATOLOGI.Puslabkes. Muslim,Azahridkk,2006.Buku Penuntun Pratikum Hematologi (Pemeriksaan Darah Lengkap) Semester II.Jurusan Analis Kesehatan.Poltekkes.

PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE

A.

Dasar Teori

Adanya glukosa di dalam urine disebut glukosa, ada 2 hal yang dapat menyebabkan glukosa yaitu : 1.

Bila kadar glukosa dalam plasma melampaui batas kemampuan daya reabsoorbsi ginjal.

2.

Bila kemampuan daya reabsorbsi ginjal menurun.

Pemeriksaan glukosa urine dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1.

Berdasarkan pada reaksi reduksi dan terdiri dari 2 metode yaitu benedict dan fehling.

2.

Berdasarkan reaksi enzimatik yaitu dengan metode carik celup.

Metode benedict banyak digunakan di laboratorium bila dibandingkan dengan metode fehling, hal ini disebabkan : 1.

Kadar uric acid dan kreatinin yang tinggi tidak dapat mereduksi benedict tetapi dapat mereduksi fehling.

2.

Pada benedict hanya menggunakan 1 jenis larutan saya, sedangkan pada fehling menggunakan 2 jenis larutan.

3.

Reagen benedict lebih sensitif daripada reagen fehling.

4.

Reagen benedict bias dipakai untuk menentukan kadar gula secara kasar.

5.

Pemakaian bahan urine sedikit.

Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah melewati berbagai proses di ginjal. Kelainan glukosa urine, pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urine. Glukosaria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorbsi glukosa. Hal ini dapat terjadi ditemukan pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksis, sindroma chusing, phaeochromocytoma peningkatan tekanan intraknial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosaria kehamilan dan sindroma fanconi. Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita diabetes mellitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urine yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronal dan obat-obatan seperti streptomyein,

salisilat dan vitamin C. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urine. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-180 mg% (Baron, 1990). Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine yaitu diantaranya jumlah air yang diminum, keadaan sistem saraf , hormon ADH, banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan menjadi osmotic, pada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa diikuti kenaikan volume urine (Evelyn, 2011). B.

Tujuan

Menentuka ada tidaknya glukosa dalam sampel urine dengan dasar reaksi reduksi.

C.

Prinsip

Glukosa dalam sampel akan mereduksi garam kompleks dari reagen benedict (ion cupri direduksi menjadi cupro) dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O dengan warna kuning hingga merah bata.

D.

Metode

Semi kuantitatif benedict.

E.

Keselamatan Kerja

Hal-hal dalam pemanasan sebab tabung bisa pecaj atau cairan bisa berhamburan.

F.

Alat 1.

Tabung Reaksi

2.

Rak Tabung Reaksi

3.

Pipet Tetes

4.

Karet Penghisap/Vacum Pomp

5.

Tissue

6.

Penjepit Tabung

7.

Pipet Ukur 5 ml

8.

Lampu Spritus Bunsen

9.

Botol Reagen

G.

H.

Reagensia 1.

Benedict

2.

Sampel

3.

Urine Pagi

4.

Urine PP

5.

Urine Sewaktu

Cara Kerja 1.

Siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering.

2.

Pipet 5 ml reagen benedict masukkan ke dalam tabung

3.

Tambahkan ke tabung reaksi tersebut 4 tetes urine, kocok hingga bercampur rata

4.

Dengan menggunakan penjepit tabung, panaskan di atas api hingga mendidih selama 1-2 menit atau masukkan tabng ke dalam air mendidih selama 5 menit

I.

5.

Angkat tabung, biarkan dingin selama 5 menit

6.

Amati reaksi yang terjadi dan catat hasilnya

Pembacaan 1.

(-)

: Bila larutan tetap biru

2.

(+)

: Bila larutan hijau kekuning-kuningan dengan sedikit endapan kuning,

kadar glukosa antara 0,5% - 1% 3.

(++)

: Bila larutan menjai kuning dengan endapan banyak (kuning keruh),

kadar glukosa antara 1% - 1,5% 4.

(+++)

: Bila warna menjadi jingga atau lumpur keruh, kadar glukosa antara 2% -

3,5% 5.

(++++) 3,5%

:Merah keruh atau larutan jernih endapat merah, kadar glukosa lebih dari

J.

Nilai Normal (-) Negatif

K.

Hasil Pemeriksaan No

Nama/Kode Sampel

Hasil Pemeriksaan

1

410

(-) Negatif, warna tetap biru

2

Ny. W

(-) Negatif, warna tetap biru

3

Ny. T

(-) Negatif, warna tetap biru

4

Ny. Y

(-) Negatif, warna tetap biru

5

Tn.G

(-) Negatif, warna tetap biru

6

Tn. T

(-) Negatif, warna tetap biru

7

Tn. Y

(-) Negatif, warna tetap biru

DAFTAR PUSTAKA Baron, D. N. 1990. Patologi Klinis, Ed IV, Terjemahan Andrianto. P dan Gunakan J. Jakarta : Penerbit EGC Evelyn, P.2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Gandosoebrata, 2004. PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK. Dian Rakyat. Panduan Praktikum Urinalisa

PEMERIKSAAN PROTEIN URINE A. Dasar Teori Pada keadaan normal, urine yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urine 24 jam adalah 1.003 ± 1.003. PH bersifat (Ph 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 – 8,0. Selain itu jyga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim. Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glikosa, asam amino, protein dan berbagai senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porifin yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit tertentu. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria-proteinuria biasanya merupakan petunjuk adanya kerusakan ginjal.. Proteinuria terjadi karena 1.

Glomeura filtrasion (GFR) meningkat

2.

Kelemahan basal membran glomerulus

3.

Kelainan tubulus

4.

Perubahan protein sehingga mudah di filtrasi (misalnya pada multple myelema)

Pemeriksaan terhadap protein sehingga mudah dalam pemeriksaan rutin. Pemeriksaan ini berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Tingkat kekeruhan yang terbentuk menunjukkan banyak sedikitnya protein yang terdapat dalam urine. Oleh karena itu syarat urine yang akan diperiksa adalah urine harus benar-benar jernih. B. Tujuan Menentukan ada tidaknya protein didalam urine.

C. Prinsip Terjadi reaksi presitipasi ditandai dengan tampaknya kekeruhan dan endapan putih D. Keselamatan kerja Hati-hati dalam pemanasan tabung reaksi E. Alat 1.

Tabung reaksi

2.

Penjepit tabung

3.

Tissue

4.

Pipet ukuran 5ml

5.

Rak tabung reaksi

6.

Lampu spritus

7.

Pipet tetes

8.

Botol reagen

F. Reagensia Asam asetat 6%

G. Sampel Urine sewaktu

H. Cara kerja 1. Siapakan tabung reaksi yang bersih dan kering 2. Masukan urine ke dalam tabung reaksi 2,5 – 5ml menggunakan spuit 3. Didihkan tabung tersebut diatas api dengan menggunakan penjepit tabung selama 30 detik 4. Tambahkan secara perlahan 3 – 5 tetes asam asetat 6% 5. Amati perubahan terjadi

I. Pembacaan 1.

(-)

: tidak ada kekeruhan

2.

( + 1) : ada kekeruhan ringan tanpa butir – butir ( 0,01 – 0.05 % protein )

3.

( +2 ) : kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir – butir dalam kekerihan

( 0,05 – 0,2 % ) 4.

( +3 ) : urine jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping – keping ( 0,2 – 0,5 % )

5.

( +4 ) : urine sangat keruh dan kekeruhan berkeping – keping besar atau

bergumpal – gumpal atau pun memadat ( lebih dari 0,5 % protein )

J. Nilai normal ( - ) negatif

K. Hasil pemeriksaan No

Nama / kode sampel

1

410

2

Ny. T

3

Tn. T

4

Ny. W

5

Tn. Y

6

Tn. G

7

Ny. Y

Hasil pemeriksaan ( - ) negatif, tidak ada kekeruhan / jernih ( - ) negatif, tidak ada kekeruhan / jernih ( - ) negatif, tidak ada kekeruhan / jernih ( - ) negatif, tidak ada kekeruhan / jernih ( - ) negatif, tidak ada kekeruhan / jernih ( - ) negatif, tidak ada kekeruhan / jernih ( +1 ) positif, adanya kekeruhan ringan

DAFTAR PUSTAKA

Gandaseobroto.R.2009.PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK.Dian rakyat panduan praktik urinalisa Kurniawan, F. B. 2005 kimia klinik : praktik analis kesehatan jakarta ; EGC Poedjiadi, A. 2013. Dasar – dasar Biokimia. Bandung; UI Press

Related Documents

Labkesda Lp.docx
November 2019 2

More Documents from "elinaria"

Labkesda Lp.docx
November 2019 2
Lp Dahlia 4.docx
November 2019 8