Kutipan Justice In The World

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kutipan Justice In The World as PDF for free.

More details

  • Words: 1,252
  • Pages: 5
Peter J. Henriot, SJ.: apa yang membuat dokumen sinode ini penting, dan bernilai lebih daripada perhatian yang biasa, adalah penekanannya pada tema dosa sosial. Penekanan itu adalah kunci untuk apa yang dapat dipandang sebagai teologi “baru” dari keterlibatan sosial Gereja. “Baru” sekurangnya dalam arti bahwa itu tidak pernah sebelumnya secara sedemikian jelas dieksplikasi dalam suatu dokumen otoritatif Roma. Secara teologis, ia membantu kita untuk mengerti secara lebih komplit dan mencukupi tentang mengapa Gereja secara sosial terlibat dan bagaimana Gereja terlibat. Charles M. Murphy: Inti ambiguitas tentang pengertian konstitutif sepertinya terletak dalam konsepsi yang berbeda tentang keadilan seperti apa yang diacu….Keutamaan keadilan yang manusiwai, natural, seperti yang dijelaskan dalam risalah-risalah filosofis …hanya dapat dipahami sebagai bagian integral tetapi tidak essensial dari pewartaan Injil. Tetapi pengertian biblis tentang tindakan pembebasan Allah yang membutuhkan jawaban manusia …mesti didefinisikan sebagai hakikat dari Injil itu sendiri….. Donal Dorr: satu kata dalam Iustitia in Mundo yang di sekitarnya banyak kontroversi diperdebatkan adalah kata “konstitutif”. Dengan mengatakan bahwa tindakan untuk keadilan adalah suatu dimensi atau elemen konstitutif dari pewartaan Injil, sinode memastikan bahwa aktivitas seperti itu tidak pernah dapat dihilangkan sebagai sesuatu yang insidental dalam karya Gereja. Padanya mesti diberi tempat sentral. Bahkan sejak dokument tersebut digulirkan, bagian ini, kata ini, telah dikutip dalam kesempatan-kesempata yang tak terbilang jumlahnya untuk memperlihatkan bahwa secara resmi Gereja menolak pandangan bahwa tindakan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil menempatkan tempat kedua dari hal-hal yang lebih “spiritual” dan “religius”. Nyatanya, pernyataan itu telah menjadi semacam manifesto bagi mereka yang sedang berjuang untuk kebebasan politik melawan regim atau struktur opresif dan yang ingin meminta dukungan Gereja untuk aktivitas seperti itu. Francis Schussler Fiorenza: Dokumen ini penting karena menyatakan bahwa misi untuk mentransformasi dunia bukanlah sekunder, tak pantas atau tiruan; misi ini konstitutif terhadap pewartaan Injil. Dokumen ini melampaui penegasan-penegasan sebelumnya, melampaui pandangan keadilan dan pembebasan hanya sebagai prasyarat dan konsekuensi dari misi Gereja.

Dokumen-dokumen Gereja, terutama pernyataan kepausan, telah sering mengutip teks ini, tetapi mereka tidak pernah menggunakan ungkapan “konstitutif” secara independen dari teks yang dikutip. The International Theological Commission…mengusulkan bahwa “konstitutif” bukan berarti essensial, tetapi integral. Bagaimanapun, formulasi dari Iustitia in Mundo secara hati-hati dinuasakan. Dokumen itu menyatakan bahwa transformasi dunia, dalam suatu cara, adalah konstitutif terhadap pewartaan Injil. Itu tidak berarti satu-satunya atau elemen ekslusif dari pewartaan Injil. Tetapi jika transformasi terhadap keadilan hilang, distorsi atas Injil terjadi.

Pelayanan keadilan adalah suatu usaha untuk inbreaking Kerajaan Allah, baik dalam hidup personal maupun dalam semua sistem: politik, ekonomi, sosial dan religius – yang di dalamnya kehidupan ini dihidupi. Pelayanan keadilan mengejar damai. Damai tidak sama dengan “tenang” yang sering menjadi tujuan dari sistem yang menindas ketika mereka berusaha meredakan teriakan orang-orang yang tertindas. Damai dapat disamakan dengan “syalom” – kehidupan yang dibawa dalam kepenuhannya dalam rencana Allah. Dalam bahasa Paulus VI dari Populorum Progressio (art. 47):…… Suatu program pelayanan keadilan yang integral berjalan untuk menyempurnakan komunitas manusia. Dalam komunitas dunia ini tidak ada lagi orang asing, hanya saudara-saudari, semuanya diperuntukan untuk ambil bagian dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukanlah suatu cara berbicara tentang dunia yang akan datang; sebaliknya ia adalah dunia hari ini ketika ia mengjasi suatu “dunia yang ditransformasikan secara sempurna sesuai dengan rencana Allah”. Ketidakadilan sistemik visited upon “orang lain” yang berbeda dari kita karena/melalui kondisikondisi hidup atau yang dipisahkan oleh geografi cenderung melampaui skop lampu sorot fisik kita. Namun inilah soal apa yang disebut Kerajaan Kristus itu. Sesungguhnya jika kita tidak bekerja untuk suatu solusi, kita adalah bagian dari masalahnya. Untuk sejumlah alasan , program yang tidak integral sering tidak mencapai sasaran. Suatu problem umum dari pelayanan keadilan adalah bahwa kita meminta umat untuk mengambil bagian dalam pendirian profetis tetapi kita tidak memberi mereka spiritualitas untuk meneguhkan

mereka. Program pelayanan keadilan yang tidak integral tidak mendorong partisipasi aktif untuk jumlah besar atau meneguhkan hati sedikit orang yang punya komitmen. Pekerjanya Sedikit Mayoritas umat Gereja tidak tertarik pada soal keadilan sosial. Sejumlah kecil melakukan pekerjaan yang mengagumkan. Banyak umat tidak melihat pelayanan keadilan sebagai suatu bagian integral dari apa itu kristianitas. Faktanya, banyak yang takut akan hal itu. Mereka tidak mengerti tentang hal itu. Kadang-kadang mereka mendengar tuduhan melawan aktivitas keadilan (seperti mencampurkan agama dan politik, tertipu oleh komunis, atau tidak patriotik), tetapi mereka hanya kecil perhatian untuk mengevaluasi apakah tuduhan itu benar atau tidak. Mengapa ? karena keadilan adalah “di luar sana” dari lingkup hidup kristiani. Mayoritas orang kristen merasa bahwa pelayanan keadilan dilakukan oleh sekelompok kecil dari aktivis “radikal” - yaitu kaum religius dan awam yang sering ditangkap dalam demonstasi melawan senjata nuklir, atau karena melindungi para pengungsi dari kediktatoran. Sebagian besar orang kristen tidak terlibat. Mereka tidak merasa bahwa pelayanan keadilan mesti memainkan peran sentral dalam hidup kristiani. Kebutuhan Untuk Memahami Para Pendengar Sejumlah kecil orang yang aktif dalam pelayanan keadilan bekerja sangat keras. Penabur bekerja tnpa henti, dan mereka memiliki bibit yang luar biasa, yaitu pesan keadilan, untuk ditabur. Seringkali tanah tidak menerima bibit itu. Seringkali itu tidak nampak sebagai suatu persoalan tentang kehendak baik atau kekudusan tanah itu. Problem nampaknya tersebar di mana-mana. Selama berabad-abad ada asumsi yang aman bahwa tanah dapat menerima bibit – dan menunggu bibit itu. Itu sekarang menjadi asumsi yang fatal. Pelayan pastoral tidak dapat lagi menganggap bahwa para pendengar ada di sana , menunggu dan mendengar pesan injil setiap hari. Pelayan sosial sering mengasumsi suatu tingkat penerimaan sebagian pendengar, suatu kerelaan untuk bertindak. Namun banyak “kristen-kristen kultural”, orang-kristen yang hanya menyetujui mosi-mosi, tidak dapat mendengar pesan keadilan. Tentu saja mereka akan terus merespon simptom-simptom

problem keadilan, seperti panggilan untuk mengatasi kemiskinan dan ketunawismaan. Tetapi mereka tidak mendengarkan tantangan untuk mempersoalkan sistem-sistem yang pertama-tama adalah sumber dari problem itu. Mempertanyakan sistem secara psikologis mengancam karena orang-orang tergantung pada stabilitas sistem politik, ekonomi, sosial dan religius mereka. di satu sisi, orang cukup cakap berurusan dengan unsur manusia. Mereka akan mentoleransi permainan kartu yang di dalamnya seseorang bermain curang (kejahatan personal), tetapi di lain pihak, mereka tidak akan memainkan permainan yang memiliki aturan-aturan yang tidak fair (kejahatan sistemik). Orang telah membangun suatu penciuman untuk membongkar dosa personal selama berabad-abad, tetapi mengenali dosa sistemik dan mengakui bahwa seseorang hidup secara internal di dalam suatu sistem yang cacat, adalah suatu langkah besar – dan suatu langkah yang menghancurkan keamanan yang dibutuhkan. Kita harus ingat bahwa orang-orang kristen mengapropriasi iman mereka dalam suatu cara, pada suatu level tertentu, dan sulit untuk bergerak melampaui level tersebut. Kebutuhan untuk Spiritualitas yang Mendukung Kekayaan spiritualitas telah selalu disematkan pada keadilan sosial, namun orang-orang dalam pelayanan keadilan, khususnya jika mereka berurusan dengan ketidakadilan sistemik, memiliki dua teriakan: “tolong kami, kami terbakar habis terlalu cepat dalam karya ini. Kami memerlukan suatu spiritualitas yang akan mempertahankan kami melalui jalan panjang ini.” Mereka juga akan berkata, “kami sedemikian digairahkan oleh pesan keadilan injili, namun banyak orang yang dengan mereka kami berbicara, tidak mendengarkan kami. Mata-mata mereka tidak terarah untuk mednegar pesan kami. Berilah kami spiritualitas yang lebih mendalam yang akan menyentuh hati orang-orang baik ini yang mendengarkan kata-kata kami tetapi bukan pesan kami.” Ketika seorang kristen mengabdikan diri mereka untuk pelayanan sosial, perlulah mereka memiliki suatu spiritualitas mendalam yang berkelanjutan untuk menopang mereka dan menghindari kehangusan yang akhirnya mengganggu kemajuan program keadilan dan perdamaian. Spiritualitas ini harus menginkorporasi di dalamnya suatu strategi pastoral yang memampukan orang-orang kristen untuk menangkap pesan keadilan bukan hanya dengan telinga tetapi juga dengan hati.

Sedemikian banyak sejarah kristianitas telah didasarkan pada spiritualitas batiniah yang dicirikan pertama-tama oleh relasi antara Allah dan seorang individu yang menuntun batin ke arah doa atau suatu gaya hidup kontemplatif. Sementara spiritualitas ini mengantar orang kristen pada kekudusan, ia tidak menuntun mereka untuk ke luar.

Related Documents

Kutipan
April 2020 38
Kutipan
April 2020 32
Kutipan
April 2020 33
Kutipan
April 2020 15
Kutipan
April 2020 20