ﻀﻞﱠ ﹶﻟﻪ ِ ﻼ ﻣ ﷲ ﹶﻓ ﹶ ُ ﻬ ِﺪ ِﻩ ﺍ ﻳ ﻦ ﻣ ،ﺎﺎِﻟﻨﻋﻤ ﺕ ﹶﺃ ِ ﺌﹶﺎﺳﻴ ﻦ ﻭ ِﻣ ﺎﺴﻨ ِ ﻧ ﹸﻔﻭ ِﺭ ﹶﺃ ﺮﻦ ﺷ ﷲ ِﻣ ِ ﻮ ﹸﺫ ﺑِﺎﻧﻌﻭ ﻩ ِﻔﺮﺘﻐﻧﺴﻭ ﻪﻴﻨﺘ ِﻌﺴ ﻧﻭ ﻩﻤﺪ ﻧﺤ ﺪ ِﻟﻠﱠ ِﻪ ﻤ ﺤ ِﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟ ،ﻮﹸﻟﻪ ﺳ ﺭ ﻭ ﻩﺒﺪﻋ ﺍﻤﺪ ﺤ ﻣ ﹶﺃﻥﱠﻬﺪ ﻭﹶﺃﺷ ﻚ ﹶﻟﻪ ﻳﺷ ِﺮ ﹶﻻﺪﻩ ﺣ ﻭ ﷲ ُ ﻪ ِﺇﻻﱠ ﺍ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ِﺇﹶﻟﻬﺪ ﺷ ﹶﺃ،ﻱ ﹶﻟﻪ ﺎ ِﺩﻼ ﻫ ﻪ ﹶﻓ ﹶ ﻀِﻠ ﹾﻠ ﻳ ﻦ ﻣ ﻭ ﺎ ٍﻥ ِﺇ ﹶﺣﺴ ﻢ ِﺑِﺈ ﻬ ﻴﺎِﺑ ِﻌﻭﺗ ﲔ ﺎِﺑ ِﻌﺍﻟﺘﺤِﺒ ِﻪ ﻭ ﺻ ﻭ ﻠﹶﻰ ﺁِﻟ ِﻪﻋﻤ ٍﺪ ﻭ ﺤ ﺎ ﻣﺪِﻧﻴﻠﹶﻰ ﺳﻢ ﻋ ﺳﱢﻠ ﻭ ﺻ ﱢﻞ .ﻳ ِﻦﺪ ﻮ ِﻡ ﺍﻟ ﻳ ﱃ ﻬﻢ ﺍﻟﱠﻠ . ﹶﻥﻮِﻠﻤﺴﻢ ﻣ ﺘﻧﻭﹶﺍ ِﺇﻻﱠﺗﻦﻮ ﻤ ﺗ ﻭ ﹶﻻ ﺗﻘﹶﺎِﺗ ِﻪ ﻖ ﺣ ﷲ َ ﺍ ﺍﺗ ﹸﻘﻮﺩ ﺍﷲ ِﺇ ﺒﺎﺎ ِﻋ ﹶﻓﻴ,ﺪﺑﻌ ﺎﹶﺃﻣ Jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah, Hari ini adalah hari raya Qurban yang selayaknya disambut dengan suka cita oleh kaum muslimin. Namun ada pertanyaan mengusik hati kita, mengapa kita mesti berbahagia? Mengapa pula sebagian saudara kita yang datang bergelombang dari segala penjuru mata angin menuju Baitul Haram almuqaddas dengan kerendahan hati dan ketaatan memenyambut panggilan sang Maha Perkasa, meninggalkan semua yang dicintainya juga sangat berbahagia?. Apa makna buat kita merayakan peristiwa ketika Allah meminta Rasul Ibrahim menyembelih buah hatinya?
ﺪ ﻤ ﺤ ﷲ ﺍﹾﻟ ِ ﻭ ﺒﺮ ﹶﺍﷲُ ﹶﺃ ﹾﻛﺒﺮ ﹶﺍﷲُ ﹶﺃ ﹾﻛﺒﺮﹶﺍﷲُ ﹶﺃ ﹾﻛ Jamaah shalat idul adha yang mulia, Bagi muslimin ada tiga hari raya, yakni idul firi, idul adha dan hari Jumat. Idul fitri merupakan perayaan bagi muslim yang lolos dalam ujian madrasah Ramadlan, dimana dipersembahkan semua ibadah dengan segala rintangannya untuk meraih Barakah dan AmpunanNya. Dan pada hari Jumat dengan penuh kesadaran kita membersihkan diri lalu mengesampingkan selaksa urusan duniawi untuk meraih keutamaan Allah. Sebagaimana kedua ied tersebut, Idul adhapun membawa pesan yang sama. Berkenaan dengan ibadah Qurban Allah menyatakan dalam surat AlHajj 37:
ﲔ ﺴِﻨ ِ ﺤﺸ ِﺮ ﺍﻟﹾﻤ ﺑﻭ ﻢ ﺍ ﹸﻛﻫﺪ ﺎﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﻪ ﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠﺮ ﹶﻜﺒﻢ ِﻟﺘ ﺎ ﹶﻟ ﹸﻜﺮﻫ ﺨ ﺳ ﻚ ﻢ ﹶﻛ ﹶﺬِﻟ ﻨ ﹸﻜﻯ ِﻣﻘﹾﻮﻪ ﺍﻟﺘ ﺎﹸﻟﻳﻨ ﻦ ﻭﹶﻟ ِﻜ ﺎﻫﺎﺅﻭﻟﹶﺎ ﺩِﻣ ﺎﻣﻬ ﻮﻪ ﹸﻟﺤ ﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠﻳﻨ ﻦ ﹶﻟ Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik Jelas kiranya bagi kita bahwa berkurban adalah salah satu cara Hamba menuju perbuatan berkategori Taqwa. Hal ini disebabkan qurban merupakan realisasi cinta dan rasa dekat hamba dengan Tuhannya yakni dengan menyerahkan yang terbaik yang dimilikinya hanya untuk Allah semata. Jadi bukan pada fisik binatang kurban terletak esensi taqwa namun ketaatan tanpa syarat itulah intinya. Hadirin yang bebahagia, Mari kita tengok ke belakang kisah Ibrahim. Setelah raja Namruj mencoba membakarnya, dan kemudian Allah melindungi dan menyelamatkannya, maka Ibrahim bertahun/tahun memohon kepada Allah agar diberi keturunan yang taat. Selanjutnya Allahpun menganugerahinya dengan anak yang tampan dan cerdas. Ujianpun tidak berhenti disini. hingga suatu hari Allah memerintahkan Ibrahim untuk meninggalkan Ismail kecil dan Ibunya Hajar di tengah gurun pasir nan gersang berdua saja. Namun kali ini Allah masih memperkenankan Ibrahim menjenguk mereka sesekali. Seiring dengan perjalanan waktu maka Ismailpun telah tumbuh menjadi pemuda gagah yang siap membantu ayahnya. Namun suatu malam bermimpilah Ibrahim. Allah menyatakan dalam surat Asshaffat 102:
ﺪﻧِﻲ ﺠ ِ ﺘﺳ ﻣﺮ ﺆ ﺎ ﺗﻌ ﹾﻞ ﻣ ﺖ ﺍ ﹾﻓ ِ ﺑﺎﹶﺃﻯ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳﺗﺮ ﺎﺫﹶﺍﺮ ﻣ ﻧ ﹸﻈﻚ ﻓﹶﺎ ﺑﺤﻲ ﹶﺃ ﹾﺫﺎ ِﻡ ﹶﺃﻧﻤﻨ ﻯ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟﻲ ﹶﺃﺭ ِﺇﻧﻨﻲﺑﺎﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ ﻌ ﺴ ﺍﻟﻌﻪ ﻣ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﺎﹶﻓﹶﻠﻤ ﻦ ﺎِﺑﺮِﻳﻦ ﺍﻟﺼ ﻪ ِﻣ ﺎ َﺀ ﺍﻟﱠﻠِﺇ ﹾﻥ ﺷ Maka tatkala Ismail sampai pada umur yang sanggup bekerja bersama-sama Ibrahim, maka Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka coba pikirkan apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan membuktikan bahwa aku termasuk orang-orang yang sabar." Hadirin, Allah menunjukkan kepada kita tentang hakekat Taqwa dengan kisah agung ini. Minimal tiga kali Ibrahim harus membuktikan bahwa cintanya kepada Allah adalah segalanya dan tanpa batas. Sulit bagi kita untuk membayangkan betapa beratnya meninggalkan anak dan isteri di tengah gurun pasir tanpa air dan tanaman dan makanan. Namun disini Ibrahim masih diijinkan untuk menengoknya sesekali. Tapi bagaimana dengan menyembelih anak yang sudah lama ditunggu hingga Ibrahim beranjak renta? Ini merupakan ujian cinta tertinggi bagi manusia, bahkan bagi seorang nabi sekalipun. Ujian di atas mengajarkan bahwa setiap muslim akan diuji kecintaanya kepada Allah, dengan menihilkan semua yang ada di hatinya kecuali sang Pencipta. Bila kecintaan kepada sang Khaliq lebih besar maka dia akan menjadi orang yang berhasil membebaskan dirinya dari perbudakan makhluq dan hawa nafsunya dan menjadi orang yang merdeka secara hakiki. Ibrahim membuktikan bahwa dia terbebas dari pengaruh emosi dan intelektualitasnya dengan tidak mempertanyakan perintah yang sepintas tidak wajar. Oleh sebab itulah Ibrahim mendapat predikat Khalilullah (atau teman dekat Allah) karena teman dekat Allah pasti tahu Kekuasaan Allah atas makhluqnya dan menaatinya tanpa keraguan. Allah berfirman: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al-Ahzab 33:36) Begitulah Ibrahim dan para Rasul sukses menjadikan diri mereka contoh bagi Ummatnya dalam konsisitensi keimanan mereka.
ﺪ ﻤ ﺤ ﷲ ﺍﹾﻟ ِ ﻭ ﺒﺮ ﹶﺍﷲُ ﹶﺃ ﹾﻛﺒﺮ ﹶﺍﷲُ ﹶﺃ ﹾﻛﺒﺮﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ َُ Hadirin Yang berbahagia, Allah menegaskan kepada kita dalam banyak ayat bahwa tak mungkin bagi seseorang menyatakan keimanannya tanpa ada proses verifikasi berupa ujian. Namun hanya hamba yang cerdas saja yang mengerti bahwa esensi ujian adalah kenyamanan dan kebahagiaan dan bukan kepedihan atau kesulitan, sebagaimana dinyatakan oleh Allah:
ﺴ َﺮ ْ ﺴ َﺮ وَﻻ ُﻳﺮِﻳ ُﺪ ِﺑ ُﻜ ُﻢ ا ْﻟ ُﻌ ْ َ ُﻳﺮِﻳ ُﺪ اﻟَّﻠ ُﻪ ِﺑ ُﻜ ُﻢ ا ْﻟ ُﻴ Allah menghendaki atas kamu kemudahan, dan tak pernah Allah menyulitkanmu. JIka pada saat ujian datang keadaan terasa begitu sulit maka Allah kemudian menjamin bahwa ujian selalu bersifat sementara sebagaimana firmannya dalam Al-Insyirah 5-6:
ﺴﺮًا ْ ﺴ ِﺮ ُﻳ ْ ن َﻣ َﻊ ا ْﻟ ُﻌ ﺴﺮًا ِإ ﱠ ْ ﺴ ِﺮ ُﻳ ْ ن َﻣ َﻊ ا ْﻟ ُﻌ َﻓِﺈ ﱠ Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Dan sesudah kesulitan ada kemudahan. Ibrahim dan Ismail secara sempurna membuktikan keyakinannya akan janji Allah bahwa pasti ada hikmah dan kebaikan dibalik setiap ujian. Allah menjelaskan dalam Ashaffat 102
ﻦ ِ ﺠﺒِﻴ َ ﺳَﻠﻤَﺎ َو َﺗَﻠّ ُﻪ ِﻟ ْﻠ ْ َﻓَﻠ َﻤّﺎ َأ
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
Allah menggunakan kata aslama yang berarti menyerah. Inilah hakikat agama kita hadirin, pasrah-menyerah . Dengan pasrah jiwa manusia menjadi terasa lapang, dan hilanglah beban kesulitan karena telah diserahkan kepada dzat yang maha menguasai segala kesulitan kita. Hilang beban-beban keduniaan yang hakekatnya lebih banyak memberi beban dibanding kenikmatan. Tidak perlu ada stress, depresi dan aneka penyakit jasmani dan rohani yang sebenarnya dibuat sendiri oleh manusia. Maka ied, hadirin yang mulia, berfungsi menyadarkan keislaman kita. Akankah kita masih memenuhi hati kita dengan kecintaan terhadap keduniaan dan kemaksiatan dan menolak perintah Allah baik secara tersembunyi maupun terang-terangan? Mari kita tengok apa yang terjadi disekitar kita, tentu akan kita dapati ironi yang terkadang bersifat kronis. Begitu banyak diantara diantara saudara kita yang menyatakan berislam dan mengerjakan hampir semua rukun islam, namun dengan berbagai macam dalih merusak rajutan keimanannya sendiri dengan berma’siyat kepada Allah. Mereka menumbuhsuburkan ajaran nenek moyang yang berakar pada kejahiliyahan seperti mengerjakan sedekah laut, sedekah bumi, mengerjakan khurafat atau klenik, memasang rajah, mengunjungi manusia dungu yang disebut orang pintar dsb. Allah mewanti-wanti kita dalam surat albaqarah 165:
وﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﻣﻦ ﻳﺘﺨﺬ ﻣﻦ دون اﷲ أﻧﺪادا ﻳﺤﺒﻮﻧﻬﻢ آﺤﺐ اﷲ واﻟﺬﻳﻦ ءاﻣﻨﻮا أﺷﺪ ﺣﺒﺎ ﷲ وﻟﻮ ﻳﺮى اﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮا إذ ﻳﺮون اﻟﻌﺬاب أن اﻟﻘﻮة ﷲ ﺟﻤﻴﻌﺎ وأن اﷲ ﺷﺪﻳﺪ اﻟﻌﺬاب Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat syirik itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
ﷲ ُ ﺪ ﻤ ﺤ ﷲ ﺍﹾﻟ ِ ﻭ َ ﺮﹶﺍﷲُ ﹶﺃ ﹾﻛﺒ
ﺒﺮﹶﺃ ﹾﻛ
ﺒﺮﹶﺍﷲُ ﹶﺃ ﹾﻛ
Hadirin, ma’asyiral muslimin hadaniyallah waiyyakum ajma’in, Bangunan tauhid yang dirintis Rasulullah bertujuan membentuk masyarakat baru. Masyarakat dengan tauhid sebagai fondasi, ukhuwah islamiyah sebagai ikatan, keadilan sebagai sistem kehidupan, dan rahmatan lil ‘alamin sebagai cita-cita peradaban. Sehingga penyembahan kepada berhala dan kuburan diganti dengan ibadah hanya kepada Allah. Tradisi negatif dan tidak masuk akal namun diterima secara umum, digeser oleh ajaran syariat. Kehormatan yang ditentukan oleh jabatan dan kekayaan, diganti dengan ketakwaan. Dan perlombaan memperebutkan harta dan kedudukan, diganti dengan amal shalih. Sungguh ajaib, hanya dalam jangka waktu satu abad kaum muslimin telah membebaskan setengah dari separuh wilayah bumi yang dihuni manusia dari kebodohan dan kebinasaan. Kesejahteraan, kemakmuran, keadilan dan kemajuan di segala bidang dirasakan oleh seluruh umat manusia. Pada masa Umar bin Abdul ‘Aziz, para petugas zakat mengelilingi benua Afrika untuk mencari orang miskin yang akan diberikan zakat, tapi mereka tidak menemukannya. Allah menjanjikan kepada kaum beriman dalam surat alaäraf 96
ﻮ ﹶﻥﺴﺒ ِ ﻳ ﹾﻜ ﻮﺍﺎ ﻛﹶﺎﻧﻢ ِﺑﻤ ﻫ ﺎﺧ ﹾﺬﻧ ﻮﺍ ﹶﻓﹶﺄﻭﹶﻟﻜِﻦ ﹶﻛﺬﱠﺑ ﺽ ِ ﺭ ﻭﹾﺍ َﻷ ﺂ ِﺀﺴﻤ ﻦ ﺍﻟ ﻣ ﺕ ٍ ﺮﻛﹶﺎ ﺑ ﻴﻬِﻢﻋﹶﻠ ﺎﻨﺤﺍ ﻟﹶﻔﹶﺘﺗ ﹶﻘﻮﺍﻮﺍ ﻭﻨﻯ ﺀَﺍﻣﻫ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ ﻮ ﹶﺃﻥﱠ ﹶﺃ ﻭﹶﻟ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami), Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Hadirin yang dirahmati Allah, Seharusnya iedul qurban yang hadir setiap tahun dapat dijadikan sebagai momentum kebangkitan untuk memperbaiki carut marutnya negeri kita ini. Andai saja semua pemimpin dan rakyat bersepakat mengurbankan syahwat kekuasaannya, mengesampingkan semangat kelompok/golongan, menekan egoisme dan menjunjung tinggi kehidupan yang penuh dengan kejujuran, keadilan dan ketaqwaan tentu kita akan rasakan kehidupan yang indah dalam RidlaNya. Namun apa kita saksikan saat ini adalah kecenderungan sirnanya rasa malu, rasa welas asih, dan rasa kebersamaan. Alih-alih berkurban untuk Allah, mencuri, korupsi hingga suap dan manipulasi, menyalahgunakan kekuasaan untuk pribadi, menipu, mempermalukan, dan memfitnah sudah dianggap normal. Kejahatan individual juga semakin marak dan semakin dianggap lumrah, seperti pergaulan bebas pria-wanita semua kelompok usia di rumah-rumah dan di tempat terbuka, pemakaian narkoba pada semua lapisan masyarakat, dan penyiksaan bahkan pembunuhan manusia dengan memotong-motong tubuh korban, membuang di tempat got dan sungai atau malah membakarnya. Sebuah potret kebiadaban yang mungkin tidak sedahsyat itu terjadi di banyak negara non-muslim dan sebuah ironi pada masyarakat dengan mayoritas muslim. Dan akibat kedurjanaan ini kita saksikan saat ini musibah terjadi setiap hari di seantero negeri. Hutan yang gundul karena pembalakan liar, sungai dan laut yang hitam pekat penuh dengan ribuan zat pollutan berbahaya, dan penambangan yang brutal telah menuai badai musibah berupa banjir, tanah longsor, dan penyakit kronis pada organ vital manusia. Belum lagi penyakit-penyakit kronis yang disebabkan akibat pergaulan bebas yang tak kunjung disadari. Hak kaum menyimpang dilindungi atas nama hak asasi. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Sudah saatnya bagi bangsa kita untuk bertaubat dan memperbaiki akhlaq serta muamalatnya dengan Allah dan sesamanya, agar kehancuran demi kehancuran tak berlanjut terus akibat kemurkaan Allah. Momentum kurban sangat tepat untuk mengikis nafsu kebinatangan manusia dan mengangkat nilai-nilai ilahiyah yang bisa menjamin kedamaian, kesejahteraan dan keadilan. Mari kita mulai dari diri kita masing-masing, InsyaAllah.
اﻠﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ ﻠﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ واﻠﻤﺴﻠﻤﺎﺖ واﻠﻤﺆﻤﻨﻴﻦ واﻠﻤﺆﻤﻨﺎت اﻷﺤﻴﺎﺀ ﻣﻨﻬﻢ واﻷﻤواﺖ إﻧﻚ ﺳﻤﻳﻊ ﻗﺮﻴﺐ ﻣﺠﻴﺐ اﻠﺪﻋوات ﻳﺎﻗﺎﺿﻲ اﻠﺤﺎﺠﺎت اﻠﻠﻬﻢ أﻋز اﻹﺳﻼم واﻠﻣﺴﻠﻣﻳﻦ وأﻋﻞ ﻜﻠﻣﺘﻚ إﻠﻰ ﻳوم اﻠﺪﻳﻦ اﻠﻠﻬﻢ اﺟﻌل ﺟﻤﻌﻨﺎ هﺬا ﺟﻤﻌﺎ ﻤﺮﺤوﻤﺎ وﺘﻔﺮﻗﻨﺎ ﻤﻦ ﺑﻌﺪﻩ ﺘﻔﺮﻗﺎ ﻣﻌﺼوﻤﺎ ﻮﻻ ﺘﺠﻌﻞ ﻓﻴﻨﺎ ﺷﻘﻴﺎ أﻮ ﻣﺤﺮﻮﻣﺎ اﻠﻠﻬﻢ أﻨﺖ ﺮﺑﻨﺎ ﻮﻨﺤﻦ ﻋﺑﺎﺪﻚ ﺑﻨﻮﻋﺑﻴﺪﻚ وإﻣاﺀك ﻨﻌﺑﺪﻚ ﻻ إﻠﻪ إﻻ أﻨﺖ ﻓﺎﻏﻔﺮﻠﻨﺎ ذﻨﻮﺑﻧﺎ ﻮﺘﻮﻔﻧﺎ ﻣﻊ اﻷﺑﺮا ﺮ اﻠﻟﻬﻢ أﺻﻟﺢ ﻠﻨﺎ ﺪﻴﻨﻨﺎ اﻟﺬي هوﻋﺼﻤﺔ أﻤﺮﻨﺎ وأﺻﻟﺢ ﻠﻨﺎ ﺪﻨﻴﺎﻨﺎ اﻠﺘﻲ ﻓﻴﻬﺎ ﻤﻌﺎﺷﻨﺎ وأﺻﻟﺢ ﻠﻨﺎ أﺧﺮﺘﻨﺎ اﻠﺘﻲ إﻠﻴﻬﺎ ﻤﻌﺎﺪﻨﺎ واﺟﻌﻞ اﻠﺤﻴوة زﻴﺎﺪة ﻠﻨﺎ ﻓﻲ ﻜﻞ ﺧﻴﺮ واﺟﻌﻞ اﻠﻤوت ﺮاﺣﺔ ﻠﻨﺎ ﻤﻦ ﻜﻞ ﺷﺮ َﺣ َ رَ ﱠﺑﻨَﺂ ءَا ِﺗﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ ب اﻟﻨﱠﺎ ِر َ ﻋﺬَا َ ﺴ َﻨ ًﺔ وَﻗِﻨَﺎ َﺣ َ ﺧ َﺮ ِة ِﻷ َ ﺴ َﻨ ًﺔ وَﻓِﻲ ْا ﺳ َﺘ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ْو ُﻩ ْ ﻓَﺎ,ت ِ ﻦ وَا ْﻟ ُﻤ ْﺆﻣِﻨَﺎ َ وَا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨ ْﻴ,ت ِ ﺴِﻠﻤَﺎ ْ ﻦ وَا ْﻟ ُﻤ َ ﺴِﻠ ِﻤ ْﻴ ْ َوِﻟﺴَﺎ ِﺋ ِﺮ ا ْﻟ ُﻤ,ﻈ ْﻴ َﻢ ﻟِﻰ َوَﻟ ُﻜ ْﻢ ِ ﷲ ا ْﻟ َﻌ َ ﺳ َﺘ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ا ْ َوَأ,ل َﻗ ْﻮﻟِﻰ َهﺬَا ُ َأ ُﻗ ْﻮ .ﺣ ْﻴ ُﻢ ِ ِإﻧﱠ ُﻪ ُه َﻮ ا ْﻟ َﻐ ُﻔ ْﻮ ُر اﻟﺮﱠ Berkurban untuk kesejahteraan hakiki Oleh: Yasir A. Basalamah Dibacakan di kompleks perumahan taman gading, Cilacap Pada Shalat Idul Adlha 10 Dzulhijjah 1429/8 Desember 2008