koruptor bukan tikus tikus-tikus tak pernah kenyang rakus-rakus bukan kepalang otak tikus memang bukan otak udang kucing datang tikus menghilang(iwan fals) tikus memang nakal, rakus, tidak punya otak, licik dan tidak bisa dididik. sampai sekarang hewan ini tidak pernah membawa mamfaat terhadap manusia. melainkan hanya sebagai perusak dan sumber mala petaka. berbeda dengan hewan lain, kalau pun merusak, tapi masih ada yang mereka miliki dapat digunakan manusia. apakah kulitnya, bulunya, bahkan kotorannya. tapi tikus, memang perusak yang multi komplit. sebutan terhadap tikus yang busuk, berperangai buruk serta pencuri ulung yang tidak pernah bisa diperbaiki lagi, memang tidakah berlebihan. lihat saja identitas si tikus, adanya di got-got, tempat pembuangan sampah, kerjanya mencuri apa saja yang dia suka, menggigit, membolongi, dan mencemari, sifatnya keras kepala dan tak pernah jera walau pun sudah banyak kerabatnya yang dihukum mati. sebagaimana tikus, koruptor juga ada dimana-mana. artinya koruptor dan penyakit korupsi tidak hanya ada di indonesia. dulu negara cina adalah salah satu negara terkorup di dunia. begitu pun negara ginseng korea, sangat terkenal dengan korupsinya. akan tetapi ternyata mereka bisa memerangi penyakit kronis ini. apa tipsnya? pemerintah cina memerangi koruptor dengan memberikan hukuman super berat. bagi pejabat maupun takyat yang berani korupsi berarti siap mati. karena hukuman bagi koruptor hanyalah hukuman mati. dan itu benar-benar dilaksanakan. cina pun berhasil, pejabat dan rakatnya tidak berani korupsi dan koruptor pun jera. sedangkan di korea, selain komitmen terhadap penegakan supremasi hukum, generasi mereka sudah diberikan pendidikan tentang anti korupsi sedari dini. bahkan anti korupsi sudah masuk ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah. siswanya ditanamkan jiwa anti koruptor, hinanya koruptor, serta rasa malu apabila mengambil yang tidak miliknya, karena itu hanyalah kerjaan koruptor. dan orang korea pun berhasil. koruptor di cina dan korea sama-sama manusia seperti di indonesia. begitu pun tikus-tikus di cina, juga seperti tikus yang ada di indonesia. tapi walau pun tikus di indonesia tidak ada bedanya dengan tikus di cina sana, ternyata tidak demikian dengan koruptornya. karena koruptor di cina dan korea masih bisa jera, masih bisa dikembalikan rasa malunya, dan akal mereka masih bisa mengerti akan buruknya prilaku korupsi. lalu bagaimana dengan koruptor indonesia? walau sulit diprediksi bisa seperti cina dan korea, tapi yang jelas mereka bukanlah tikus berwujud hewan bebal yang tidak bisa dibentuk lagi. selagi ada kemauan kuat pemerintah untuk menegakkan hukuman berat tanpa pandang bulu terhadap koruptor, mau memberi keteladanan dan bersungguh-sungguh dalam mendidik, tentu ada harapan untuk perubahan ke arah perbaikan. karena sekali lagi, koruptor tetaplah manusia biasa yang pada asasinya punya rasa, harga diri, akal dan budi pekerti dan bukanlah seekor tikus