Konsep Berfikir Kritis

  • Uploaded by: mas thomas
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Berfikir Kritis as PDF for free.

More details

  • Words: 856
  • Pages: 3
Konsep Berfikir Kritis Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia tercipta. Seorang filsuf pernah berkata, "Aku hidup karena berpikir". Peoses berpikir merupakan suatu hal yang natural, lumrah, dan berada dalam lingkaran fitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami gangguan jiwa pun merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya. Saat kita berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan menjadi bias, tidak mempunyai arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan egosentris. Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana cara dia berpikir, sehingga dari pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan penemuan atau pun inovasi baru dalam hidupnya. Bukankah seorang pahlawan lahir dari cara berpikirnya yang selalu besar. Ilmuwan-ilmuwan ternama dunia pun mengubah wajah dunia yang primitif menjadi dunia yang luar biasa ini dengan perubahan pemikiran. Saat ini kita adalah seorang mahasiswa, lebih tepatnya adalah seorang mahasiswa ITB. Mahasiswa yang berada dalam lingkaran orang-orang terbaik dari bangsa ini. Manusiamanusia yang sesungguhnya sanggup mengubah peradaban dunia ini, yang sanggup mengubah wajah bangsa ini menjadi lebih baik. Di dalam derasnya arus akademis, kita juga adalah pemikir-pemikir. Tidak sedikit dari kehidupan sosial yang menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa. Kebijakan pemerintah pun tidak luput dari pengamatan mahasiswa. Tapi, apakah buah pemikiran kita sudah memiliki standar intelektual? Benarkah pemikiran kita sudah kritis? Pemikiran yang bukan hanya sekedar muncul dari rasa emosional atau asumsi dan justifikasi, namun sebuah karya intelektual yang hadir secara ilmiah, atas dasar validitas dan analisis suatu data. Jangan-jangan kita hanya terjebak dalam arus provokasi yang 'memaksa' untuk berpikir kritis, namun hanya untaian kata-kata tanpa arti yang keluar. Seorang mahasiswa bukanlah pemuda tanpa visi, tanpa arah, namun pemuda yang dibangun secara intelektual menjadi cadangan negeri ini. Untuk itu, kita perlu belajar banyak dari guru/dosen kita. Sama halnya saat kita mencoba untuk berpikir secara kritis. Seharusnya kita paham akan konsep berpikir kritis sehingga kita tidak terjebak dalam pemikiran kita sendiri. Menurut Paul & Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas. Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif. Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah:

Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris kita. Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication). Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus menjawab beberapa hal sebagai berikut. Tujuan dari sebuah gagasan/ide Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide Sudut pandang dari gagasan/ide Informasi yang muncul dari gagasan/ide Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut Implikasi dan konsekuensi Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut Dasar-dasar ini yang pada peinsipnya perlu dikembangkan untuk melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau

nilai ilmiah yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari hal-hal yang kita pikirkan. Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah. Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pemecah masalah bangsa Indonesia ini. Referensi: Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical Thinking "CONCEPTS & TOOLS". The Foundation of Critical Thinking. California

Related Documents


More Documents from "Amalina Shadrina"

Plate Buckling
May 2020 38
Study In Europe
June 2020 21
May 2020 37