Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan.docx

  • Uploaded by: mila
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,974
  • Pages: 17
MAKALAH “Peran Berfikir Kritis dan Proses Keperawatan” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Keperawatan Dosen Pengajar: Bapak Purwanto

OLEH: KELAS DIII KEPERAWATAN TK.II KELOMPOK 2:

1. 2. 3. 4.

Devita Karlina Dwi Nur Rizkia S Tri Oktavia Ummy Hajrah

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Peran Berfikir Kritis dan Proses Keperawatan. Dan kami berterima kasih kepada Bapak Purwanto. selaku Dosen Mata Kuliah Metodologi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran yang membangun demi perbaikan makalah yang kami buat. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Balikpapan,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………... DAFTAR ISI ………………………………………………………...... BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... a. Latar Belakang ………………………………………………… b. Rumusan Masalah ……………………………………………….. c. Tujuan …………………………………………………………… BAB II TINJAUAN TEORI ………………………………………………… 1. Peran Perawat dalam Berfikir Kritis ………………………. 2. Berfikir kritis dalam Proses Keperawatan ……………………… 3. Standar Asuhan Keperawatan atau Proses Keperawatan ………….. BAB III PENUTUP …….……………………………………………………… 1. Kesimpulan ……………………………………………………………. 2. Saran ………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasimempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Peran Perawat dalam Berfikir Kritis ? 2. Apa yang dimaksud dengan Berfikir kritis dalam Proses Keperawatan ? 3. Apa yang dimaksud dengan Standar Asuhan Keperawatan atau Proses Keperawatan ? C. Tujuan 1.Untuk mengetahui Peran Perawat dalam Berfikir Kritis 2.Untuk mengetahui Berfikir kritis dalam Proses Keperawatan 3.Untuk mengetahui Standar Asuhan Keperawatan atau Proses Keperawatan

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Peran Perawat dalam Berfikir Kritis Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Berfikir kritis ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan. Maka dari itu perawat dituntut untuk berfikir kritis dalam melakukan tindakan kepada klien ataupun pasiennya.

Berfikir kritis yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Beberapa alasan mengapa perawat harus berfikir kritis yakni : 1. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi 2. Penerapan profesionalisme 3. Pengetahuan teknis dan keterampilan teknis dalam memberi asuhan keperawatan. 4. Berfikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas Berfikir kritis juga sebagai konsep dasar dalam berfikir yang berhubungan dengan proses belajar. Kritis merupakan berbagai sudut pandang. Berfikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis pada perawat menunjukkan kemampuan mereka dalam berfikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab, integritas intelektual, intuisi, pola pikir terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Karakteristik berfikir kritis adalah : 1. Berkonsep Harus ada konsep, konsep itu sendiri adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konsep merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak. 2. Rasional dan beralasan. Artinya pendapat yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata. 3. Reflektif Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian. 4. Bagian dari suatu sikap. Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain. 5. Kemandirian berfikir Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya. 6. Berfikir adil dan terbuka Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. 7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan. Berfikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

Berbagai bagian yang digunakan dalam penelitian dan komponen, pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan sikap berfikir kritis.

Bagian berfikir kritis antara lain: 1. Menentukan tujuan 2. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah 3. Menujukan bukti 4. Menganalisis konsep 5. Asumsi Berfikir

kritis

juga

merupakan

kegiatan

mengevaluasi

atau

mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berfikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berfikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berfikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dalam penerapan pembelajaran berfikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu : 1.

Feeling Model Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir

kritis

mencoba

mengedepankan

perasaan

dalam

melakukan

pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien. 2.

Vision Model Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesa, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien. Berfikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.

3.

Examine Model Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.

Maka dari itu befikir kritis sangat penting untuk seorang perawat karena perawat harus mampu melakukan tindakan yang sesuai atau benar dengan kebutuhan klien ataupun pasiennya dengan tahap maupun langkah untuk melakukannya sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah dilakukan dengan baik dan tidak akan terjadi ketidak adilan atau kesenambungan antara pasien satu dengan lain walapun beda budaya maupun Negara karena perawat harus melakukan tindakan demi kebutuhan pasein maupun kliennya.

2. Berfikir Kritis dalam Proses Keperawatan Proses berfikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:  Penggunaan bahasa dalam keperawatan Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan ide, pikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan.  Argumentasi dalam keperawatan Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan

kebenaran,

mengklarifikasi

isu,

memberikan

penjelasan,

mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok.  Pengambilan keputusan dalam keperawatan. Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.  Penerapan proses keperawatan Penerapan dalam proses keperawatan:

1. Pada tahap pengkajian Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh perawat diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu social 2. Perumusan diagnosa keperawatan Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat dapat menentukan masalah yang benar-benar dirasakan klien secara rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam menentukan masalah atau diagnosa keperawatan klien, baik diagnosa keperawatan yang sifatnya beresiko. Berfikir kritis memerlukan konsep dan ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan diagnosa, karena diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah suatu konsep. 3. Perencanaan keperawatan Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alasan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan

yang diberikan. Hal ini merupakan

keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam mensintesa ilmuilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang tepat. Kemudian diperlukan pula keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien dan dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan 4. Pelaksanaan keperawatan Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau tidak berhasil.

5. Evaluasi keperawatan Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar klien. Pada proses evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan penting karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Fungsi Berfikir Kritis dalam Proses Keperawatan Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut : 

Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.



Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.



Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.



Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.



Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.



Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.



Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.



Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.



Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.



Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.



Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.



Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.



Mengevaluasi keperawatan.

penampilan

kinerja

perawat

dan

kesimpulan

asuhan

Perilaku Pemikiran Kritis dan Aplikasi Dalam praktik keperawatan 1. Percaya diri Belajar

bagaimana

memperkenalkan

diri

kepada

klien,berbicara

secara

meyakinkan saat memulai terapi atau prosudur.dengan membuat klien mengira ada tidak dapat melakukan perawatan yang aman.selalu mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukan tindakan keperawatan.dorong klien untuk bertanya. 2. Berfikir independen Baca literatur tentang keperawatan terutama jika terdapat berbagai pedapat mengenai satu subjek yang sama.berbicaralah dengan perawat lain dan berbagi ide mengenai tindakan keperawatan. 3. Tanggung jawab Dan Otoritas Mintalah batuan jika anda tidak yakin bagaimana melakukan keterampilan keperawatan selalu merujuk pada aturan dan prosedur manual untuk mengulang langkah-langkah

suatu

keterampilan.laporkan

semua

masalah

secepat

mungkin,ikuti semua standar praktikum keperawatan yang anda miliki. 4. Mau mengambil resiko jika pengetahuan yang anda punya membuat anda bertanya megenai perintah dari klinik anda,maka lakukanlah.bersedia untuk merekomendasikan pendekatan alternatif dalam perawatan,jika teman anda hanya mendapatkan sedikit keberhasilan dalam merawat kliennya. 5. Disiplin Selalu sistematis dalam setiap hal yang anda lakukan.gunakan kriteria berdasarkan ilmu dan bukti yang dikenal untuk aktivitas seperti pengkajian dan evaluasi.luangkan waktu untuk menjadi lebih sistematis dan gunakan waktu anda yang seefektif mungkin. 6. Persisten Hati-hati dengan jawaban mudah,jika teman kerja anda memberikan informasi yang tidak lengkap tentang klien,maka perjelas informasi tersebut dan bicaralah dengan klien secara langsung.jika masalah yang sama terus berlangsung di divisi keperawatan,maka ajaklah teman kerja anda,lihatlah polanya dan carilah penyelesaiannya bersama.

7. Kreatif Lihatlah pendekatan berbeda lainnya jika tindakan yang anda berikan tidak berhasil pada klien.sebagai contoh,klien yang sedang mengalami rasa nyeri mungkin memerlukan posisi yang berbeda atau teknik distraksi.jika mungkin , libatkanlah anggota keluarga klien dalam beradaptasi terhadap pendekatan keperawatan yang anda lakukan agar dapat dilakukn dirumah. 8. Rasa ingin tahu Selalu bertanya mengapa.sebuah tanda klinis atau gejala sering merupakan indikasi dari berbagai masalah. Eksplorasi dan belajar lagi segala hal mengenai klien agar dapat membuat keputusan klinis yang tepat. 9. Intregitas Kenali saat dimana pendapat anda bertentangan dengan pendapat lain,lihat kembali posisi anda dan putuskan bagaimana cara terbaik yang dapat memuaskan semua orang.jangan melanggar standart keperawatan dan kejujuran dalam memberikan perawatan pada klien 10. Rendah hati Kenali situasi dimana anda memerlukan informasi lebih untuk membuat suatu keputusan.jika anda merupakan orang baru di suatu divisi, maka mintlah untuk di orientasikan pada area divisi tersebut. Mintalah perawat yang telah bekerja didivisi tersebut untuk membimbing anda secara teratur.

3. Standar Asuhan Keperawatan atau Proses Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan secara resmi telah diberlakukan untuk diterapkan di seluruh rumah sakit melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Standar asuhan keperawatan terdiri dari : Standar I

: Pengkajian keperawatan.

Standar II

: Diagnosa keperawatan.

Standar III

: Perencanaan keperawatan.

Standar IV

: Intervensi keperawatan.

Standar V

: Evaluasi keperawatan.

Standar VI

: Catatan asuhan keperawatan.

a. Standar I ( Pengkajian ) Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi : 

Pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku, sistematis, diisi



Pengelompokan data dengan kriteria : data biologis, data psikologis, data sosial, data spiritual.



Perumusan masalah dengan kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan, perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

b. Standar II (Diagnosa Keperawatan) Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari masalah, penyebab/gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat. c. Standar III (Perencanaan) Perencanaan

keperawatan

disusun

berdasarkan

diagnosa

keperawatan

.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi : 

Prioritas masalah dengan kriteria : masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas pertama., masalah-masalah yang mengancam kesehatan

seseorang

adalah

prioritas

kedua,

mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

masalah-masalah

yang



Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria : spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik, ada batas waktu.



Rencana tindakan dengan kriteria : disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga, menentukan alternative tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumberdaya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.

d. Standar IV (Intervensi Keperawatan) Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang diten tukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarganya dengan kriteria : 

Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.



Menyangkut keadaan bio, psiko, social, spiritual pasien.



Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga.



Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.



Menggunakan sumber daya yang ada.



Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic.



Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan mengutamakan keselamatan pasien.



Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.



Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.



Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.



Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.



Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

e. Standar V (Evaluasi) Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana, untuk menilai perkembangan pasien dengan kriteria : setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi terhadap indikator yang ada pada rumusan tujuan, selanjutnya hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, evaluasi dilakukan sesuai standar. f. Standar VI (Catatan) Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria : dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan

dilaksanakan,

penulisannya

harus

jelas

dan

ringkas

serta

menggunakan istilah yang baku, sesuai pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku dan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis. fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut : 

Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.



Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.



Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.



Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.



Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.

2. Saran Pembaca diharapkan mampu mempelajari dan menelaah cara berpikir kritis sebagai seorang perawat profesional pemula. Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.

DAFTAR PUSTAKA http://www.ilmukeperawatan.info/2016/03/proses-keperawatan-2.html ( diakses 9 Okt 2016 ) https://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/konsep-dasar-asuhan-keperawatan/ diakses 10 okt 2016 )

(

https://sites.google.com/site/stikeshusada/ikd-1/standar-praktek-keperawaan ( diakses 10 Okt 2016 )

Related Documents


More Documents from "frenandi septian"