Komunikasi.docx

  • Uploaded by: Pipin Afindra Putri
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komunikasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,920
  • Pages: 13
PRINSIP-PRINSIP BERKOMUNIKASI Prinsip-prinsip komuniaksi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana. Ph.D membuat istilah-istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu: Prinsip 1: Komunikasi adalah suatu proses simbolik Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti di katakan sussanne K. Langer, adalah kebutuhan kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dengan keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk suatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata – kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek maknanya di sepakati bersama, misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan kehormatan atau kecintaan terhadap Negara kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat di presentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan.

Prinsip 2: Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang memberikan makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Contohnya anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau ia tersenyum dia bisa di tafsirkan bahagia, kalau ia cemberut ia di tafsirkan ngambek. Prinsip ini menyadarkan kita bahwa setiap perilaku kita bisa menafsirkan sesuatu karenanya kita kemudian sebaiknya was-was dalam setiap tindakan agar tidak menimbulkan pemaknaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Prinsip 3: Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimensi isi yang berbeda. Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda.Cerita yang penuh dengan kekerasan dan sensualitas yangdisajikan televisi boleh jadi menimbulkan pengaruh lebih hebat, misalnya dalam bentuk peniruan oleh anak anak atau remaja, bila di bandingkan dengan penyajian cerita yang sama lewat majalah atau radio, karena televisi memiliki sifat audio visual, sedangkan majalah mempunyai sifat visual saja, dan radio mempunyai sifat audio saja. Prinsip 4: Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai). Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak sengaja

sama

memperhatikan disadari untuk

sekali anda)

(ketika terjadinya

anda

(misal

hingga

ketika

komunikasi

menyampaikan

komunikasi.

suatu

Meskipun

anda yang

melamun benar-benar

pidato). kita

sementara

orang

direnacanakan

dan

Kesengajaan

sama

sekali

bukanlah tidak

syarat

bermaksud

menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial untuk ditafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita.

Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-cakap dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari. Akan tetapi kita juga akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut menyampaikan berita yang sangat menarik bagi kita. Adanya perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan asumsi-asumsi orang lain yang bisa benar atau belum tentu benar secara mutlak. Sebagai contoh ketika seorang mahasiswa mempresentasikan makalahnya dengan sering menggaruk-garuk kepalanya maka kita akan berasumsi bahwa mahasiswa tersebut kurang siap, walaupun mahasiswa tersebut tidak demikian. Untuk membuktikan bahwa niat atau kesengajaan bukan syarat mutlak berkomunikasi dapat dilihat dari contoh kasus sebagai berikut ; Ketika anak muda yang belum tahu tata krama Yogya-Solo berjalan di depan orang yang lebih tua pada masyarakat Yogyakarta dan Solo klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan dicap sebagai anak yang tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja. Dalam komunikasi sehari-hari terkadang kita mengucapkan pesan verbal yang tidak kita

sengaja.

Namun

lebih

banyak

pesan

nonverbal

yang

kita

tunjukan

tanpa

kita sengaja. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung. Terlepas dari

apakah

komunikasi bukanlah antara

anda

yang syarat

menyengaja

disengaja mutlak

orang-orang

perilaku

dibuat

bagi

berbeda

tampak

seseorang budaya

tersebut tidak

untuk

ketidak

atau

sengaka.

tidak. Jadi,

berkomunikasi. sengajaan

Kadang-kadang niat

kesengajaan

Dalam

komunikasi

berkomunikasi

ini

lebih

relevan lagi untuk kita perhatikan.

Prinsip 5: Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan psikologis.Waktu

juga

mempengaruhi

makna

terhadap

suatu

pesan,

misalnya

orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain, sebagai

konteks

sosial

juga

akan

mempengaruhi

orang-orang

berkomunikasi,

misalnya dua orang yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak ada orang, namun dengan adanya orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair. Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna tertentu, sedangkan makna tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan psikologis. Sebagai contoh bahwa komunikasi berhubungan dengan ruang adalah akan dianggap “kurang sopan” apabila menghadiri acara protokoler dengan memakai kaos oblong. Adapun waktu dapat mempengaruhi makna komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut seoarang yang berlangganan koran Republika dan koran itu selalu datang jam 05.30 kemudian dengan tiba-tiba datang jam 09.00 tentunya pelanggan tersebut akan mempunyai persepsi-persepsi tertentu. Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon,” “ acara televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila dikemukakan dimasjid. Suasana

psikologis

peserta

komunikas

juga

sangat

mempengaruhi

suasana

komunikasi. Contohnya ketika diputarkan lagu mellow, seseorang yang sedang patah hati bisa menjadi sentimental kemudian menangis karena lagu itu mendukung suasanya hatinya. Sebaliknya, jika lagu itu didengar seorang workaholic akan terkesan sangat cengeng. Komunikasi begitu kompleks, kita harus paham betul pada situasi apa dan dimana kita berkomunikasi agar dapat berjalan efektif.

Prinsip 6: Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

Ketika orang – orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tata krama. Artinya orangorang memiliki strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan meresponnya. Prinsip ini mengansumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku manusia, minimal secara persial dapat di ramalkan. Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi. Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya , orangorang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu disadari dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.

Prinsip 7: Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap orang mengandung sisis internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oelh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi. Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi yaitu: sistem internal (seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam

berbagai lingkungan sosialnya) dan sistem eksternal (sistem yang terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta, dan temperatur ruangan). Komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan sistem eksternal tersebut. Lingkungan dan objek memengaruhi komunikasi kita namun persepsi kita atas lingkungan kita juga memengaruhi cara berperilaku. Lingkungan dimana para peserta komunikasi itu berada merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar.

Prinsip 8: Semakin mirip latar belakang budaya semakin efektiflah komunikasi jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi), yaitu adanya persamaan persepsi akan suatu hal. Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Semakin banyak persamaan antara komunikator dan komunikan, maka komunikasi yang berlangsung lebih mudah, karena keberanekaragaman pesan dimengerti keduanya.

Prinsip 9: komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti. Meskipun terdapat banyak model komunikasi, sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah. Beberapa pakar komunikasi mengakui sifat sirkuler atau dua arah komununikasi ini. Komunikasi sirkuler ditandai dengan beberapa hal berikut : 1.

Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara.

2.

Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah).

3.

Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.

4.

Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit.

Pada dasarnya, unsur tersebut tidak berdada dalam suatu tatanan yang bersifat linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi beroprasi dalam suatu tatanan tadi, tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang acak.

Prinsip 10: Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan struktural Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses bahwa komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi di antara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Seperti juga waktu dan eksitensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (Continous). Bahkan kejadian yang sangat sederhanapun, seperti “Tolong ambil garam” melibatkan rangkaian kejadian yang rumit bila pendengar memenuhi permintaan tersebut. Untuk lebih memudahkan pengertian, kita dapat megatakan bahwa peristiwa itu dimulai katika orang A meminta garam dan berakhir ketika orang B membirikan garam itu. Namun kita tidak dapat mengukur peristiwa itu hanya berdasarkan apa yang terjadi antara permintaan akan garam dan pemberian garam itu. Baik A atau B telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka untuk merumuskan dan menafsirkan pesan serta menanggapinya secara layak. Komunikasi sebagai proses dapat dianalogikan dalam pernyataan Heraclitus enam abad sebelum Masehi bahwa “ seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali. Jadi dalam kehidupan manusia, tidak pernah saat yang sama datang dua kali. Pandangan serupa juga dapat diterapkan pada fenomena berikut ini. Ketika Anda menonton sebuah film Titanic misalnya untuk kedua kalinya keesokan harinya pada jam yang sama dan duduk dikursi yang sama sekalipun, maka hakikatnya film itu bukanlah film yang sama, karena film yang anda tonton kedua untuk kedua kalinya itu adalah film yang pernah anda tonton sebelumnya. Begitu jugalah komunikasi ; komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian menjadi bagian dari sejarah kita. Dalam proses komunikasi itu, para peserta mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat kaomunikasi verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal. Menanggapi salah satu elemen komunikasi, misalnya pesan verbal saja dengan mengabaikan semua elemen lainya, menyalahi gambaran komunikasi yang sebenarnya sebagai proses yang

sinambung dan dinamis yang kita sebut sebagai transaksi. Transaksi menunjukan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan, sehingga kita tidak dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan lainnya. Pernyataan bahwa komunikasi telah terjadi sebenarnya bersifat artifisial dalam arti bahwa kita coba menangkap suatu gambaran diam (statis) dalam proses tersebut dengan maksud untuk menganalisis kerumitan pristiwa tersebut, dengan menonjolkan komponen-komponen atau aspek-aspeknya yang penting.implikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah ( dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya). Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyadian (enconding) dan penyadian balik (decoding). Kedua proses itu, meskipun secara teoretis dapat dipisahkan, sebenarnyaterjadi serempak, bukan bergantian. Sebetulnya, para peserta komunikasi merupakan sumber informasi, dan masing-masing membeeri serta menerima pesan secara serentak. Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. Jadi, perspektif transaksional memberi penekanan pada dua sifat pristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi. Para pesertanya menjadi saling bergantung, dan komunikasi mereka hanya dapat dianilisi berdasarkan konteks pristiwanya.

Prinsip 11: Komunikasi bersifat irreversibel Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sedah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut. Suatu prilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena itu merupakan peristiwa, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Misalnya para pemimpin negara yang menyalahgunakan kekuasaan dan kemudian jatuh dari kekuasaan akibat ulah mereka, seperti Ferdinand Marcosdan soeharto, dan menimbulkan efek tertentu berupa perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap para pemimpin itu, pengaruh itu tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya.

Apa

lagi

bila

penyampaian

pesan

itu

dilakukan

untuk

pertama

kalinya.

ketika anda tempil pertama kali untuk melakukan presentasi atau pidato, anda harus mempersiapkannya secara lebih hati hati, karna kesan halayak terhadap kinerja anda akan cenderung sulit dihilangkan sama sekali berdasarkan prinsip ini. Curtis et al mengatakan bahwa kesan pertama itu cenderung abadi. Dalam kaitan ini, kita bisa memahami pribahasa “sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. Pesan yang menyinggung perasaan orang lain mungkin bisa dimaafkan tapi tidak bisa dilupakan (to forgive but not to forget). Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini seyogyanya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang lain sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali meskipun kita berusaha meralatnya. Contohnya ketika pembeli menawar harga sebuah baju yang awalnya 80.000 menjadi 60.000, pedagang tidak setuju dan menurunkan harga menjadi 70.000. Ketika terjadi tawar menawar baju yang sukup alot antara pedagang dan pembeli, secara tidak sengaja (keceplosan) pedagang menurunkan harga menjadi 60.000, tapi kemudian ia meralatnya. walaupun perkataan tersebut diralat namun efeknya telah terjadi yaitu pembeli tidak akan mau lagi jika harga baju dinaikkan. Ia tidak akan mau membeli baju tersebut lebih dari 60.000 karena si pedagang tadi telah menurunkan harganya. Dalam komunikasi massa, sekali wartawan menyiarkan berita yang tanpa disengaja mencemarkan nama baik seseorang, maka nama baik orang itu sulit dikembalikan lagi ke posisi semula, meskipun surat kabar, majalah, radio atau televisi itu telah minta maaf dan memuat hak jawab sumber berita secara lengkap. Ada saja pihak yang telah menaruh prasangka buruk kepada sumber berita sudah dipulihkan melalui permohonan maaf media cetak dan media elektronik yang bersangkutan atau pemuatan hak jawab sumber berita secara lengkap, bahkan bila hal itu misalnya dicetak satu halaman penuh pada halaman dimana berita pencemaran nama baik sumber berita dimuat sebelumnya. Sekali kita mengirimkan suatu pesan, kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali. Sifat irreversible

ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati2 untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali.

Prinsip 12: komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah penasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktual. Agar komunikasi efektif, kendala struktual kendala ini harus juga diatasi. Misalnya, meskipun pemerintah berusaha payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga aceh dan warga papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan masyarakat di wilayah wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan mengangkutnya kepusat. Komunikasi antara berbagai etnik, baik antara warga tionghoa dengan warga pribumi, antara suku madura dengan suku dayak di sambas (kalimantan) atau antara warga pendatang (bugis makassar) dan warga pribumi di ambon, juga tidak akan efektif bila terdapat kesenjangan ekonomi yang lebar diantara pihak pihak tersebut, juga bila pihak pihak tertentu tidak memperoleh akses atau mengalami diskriminasi dalam lapangan pekerjaan yang seharusnya juga terbuka bagi mereka. Hubungan antara warga tionghoa dan warga pribumi akan semakin efektif bila warga tionghoa pun diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan anggota TNI, tidak hanya sebagai pedagang atau pegawai bank swasta seperti yang terjadi selama ini Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu. Karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Esensi dari konflik harus tetap dicari dan diselesaikan. Misalnya konflik antara GAM dan pemerintah tidak akan pernah selesai walaupun pemerintah sudah berusaha melakukan komunikasi

seefektif

mungkin

apabila

pemerintah

tidak

memenuhi

janjinya

untuk

mensejahterakan rakyat di daerah tetapi terus menerus hanya mengeruk kekayaan daerah guna memperkaya pusat. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi.

http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/PrinsipPrinsipKomu_TOTOKMARYONO_12901.pdf https://www.academia.edu/10185976/Prinsip-Prinsip_Komunikasi file:///C:/Users/Asus/Downloads/2044-4059-1-SM.pdf

Komunikasi efektif adalah adanya saling memahami apa yang dimaksud oleh sipemberi pesan dan yang menerima pesan. Padadasarnya, apayang dikomunikasikan dalam bentuk lisan harus tersampaikan pesannya secara akurat. Komunikasi edukatif merupakan sesuatu keharusan bagi siapapun dalam membangun kehidupan bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan kata-kata mutiara Sayyidina umar “addibu auladikum bighoiri tarbiyatikum, fainnahum khuliqu lizamanin ghairu zamanikum” artinya didiklah anak-anakmu dengan pola pendidikan yang berbeda dengan pola pendidikan kalian, karena sesungguhnya mereka dilahirkan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu”. Kata-kata mutiara menyimpan makna cukup mendalam, karena keberhasilan manusia dalam menggapai kehidupan ditentukan oleh kualitas menyampailan materi atau informasi kepada orang lain. Bagaimana melakukan komunikasi menjadi sangat penting dalam konteks kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. Tidak semua komunikasi memiliki manfaat yang positif, banyak realitas komunikasi yang justru untuk kepentingan negatif. Komunikasi edukatif adalah proses menyampaikan informasi kepada orang atau pihak lain yang dilakukan secara terencana atas dasar kesadaran dengan maksud untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, orang lain dan masyarakat. Setiap komunikasi selalu ada komunikan (yang diajak komunikasi) dan komunikator (orang yang melakukan komunikasi). Hubungan antara komunikan dan komunikator sangatlah dekat dalam arti selalu berinteraksi atau berhubungan secara intens untuk menyampaikan pesan. Mengapa perlu komunikasi edukatif ? Dalam kehidupan manusia dilakukan dengan berbagai cara untuk mencapai citacita. Tidak semua suka dengan hal-hal yang positif walaupun pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang senang kepada kebaikan. Dari sinilah dapat diambil pelajaran bahwa masih banyak manusia yang cenderung melakukan hal-hal yang negatif, seperti tawuran, konflik diantara elit maupun sesama, narkoba, sindikat penipuan dan perampokan. Terjadinya transaksi jahat tersebut juga dilakukan melalui proses komunikasi antara satu dengan lainnya. Fenomena tersebut tidak bisa dikatakan sebagai komunikasi yang edukatif. Sardiman AM (1996) dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar dijelaskan bahwa interaksi atau komunikasi dikatakan bernuansa edukatif jika memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut;

1. Atas dasar kesadaran. Artinya komunikasi yang dibangun benar-benar diketahui dan pahami secara utuh oleh komunikan dan komunikator. 2. Memiliki tujuan tertentu dan jelas. Komunikasi benarbenar dimaksudkan untuk membangun persaudaraan keakraban antara satu dengan lainnya. 3. Mengarahkan orang lain menuju hal-hal yang positif. Artinya apa yang dikomunikasikan benar-benar dimaksudkan untuk keperluan yang baik dan benar dari perspektif norma sosial maupun agama. 4. Menghasilkan produk yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain (masyarakat). Artinya, komunikasi tersebut benar-benar memiliki atau memberi nilai tambah bagi proses kehidupan manusia. Komunikasi harus selalu dilakukan secara edukatif di dasarkan dengan beberapa asumsi sebagai berikut ; 1. Setiap manusia adalah mahluk individu dan sosial yang selalu ingin berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. 2. Interaksi atau komunikasi antara manusia selalu didasarkan maksud yang mulia. 3. Pada hakekatnya setiap manusia akan meraih kesuksesan jika memiliki motivasi yang tinggi dalam beraktivitas. Salah satu aspek yang mampu menumbuhkan motivasi dilakukan melalui komunikasi. 4. Setiap manusia selalu memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu, salah satu cara untuk menambah wawasan atau pengetahuan perlu dengan komunikasi yang baik dan benar. 5. Dalam teori konflik, manusia pada hakekatnya cenderung senang kepada hal-hal yang menyimpang. Komunikasi yang baik dan benar dimaksudkan untuk membentuk atau membimbing manusia agar tidak mudah terjerumus kedalam sikap dan perilaku yang negatif atau menyimpang. 6. Dalam teori struktural fungsional adalah, hakekatnya setiap manusia memiliki sikap dan karakter yang baik, patuh aturan. Komunikasi edukatif merupakan sarana untuk membentuk, membimbing dan membina manusia untuk meraih cita-cita kehidupan yang baik dan benar sesuai norma agama dan sosial. Apa yang dikatakan dan di sampaikan manusia kepada orang lain harus benarbenar yang berorientasi kepada kemaslahatan atau kemanfaatan bagi dirinya sendiri, orang lain dan masyarakat. Indikator komunikasi yang menghasilkan kemanfaatan di tanda dengan beberapa hal sebagai berikut: 1. Hikmah, artinya apa yang dilakukan dan diucapkan benarbenar memeprhatikan berbagai aspek kemnausiaan (kebijaksanaan/ keatifan). 2. Mauidhoh hasanah, artinya apa yang dilakukan harus dengan kata-kata atau kalimah yang baik. 3. Wajaldilhum bil lati hiya ahsan, artinya kalaupun harus dengan berdebat, juga harus dilakukan dengan cara yang baik. 4. Yakmuru bil makruf, artinya memiliki keinginan atau komitmen untuk mengajak melakukan hal-hal yang positif. Komunikasi di bangun untuk mengajak orang lain agar melakukan hal-hal yang positif.

Komunikasi Edukatif merupakan hubungan timbal balik yang terjadi antara guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu proses pendidikan. Tujuan yang akan dicapai dari komunikasi edukatif adalah untuk dapat menghasilkan lulusan yang dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap positif sehingga dapat berfikir sistematis, rasional dan lebih kritis terhadap segala permasalahan yang dihadapi. Dikatakan adanya komunikasi edukatif dikarenakan terjadinya transfer pengetahuan dan nilai-nilai serta normanorma dari guru oleh peserta didik. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan baik apabila komunikasi juga berjalan dengan lancar. Namun sebaliknya, kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan baik apabila komunikasi berjalan tidak lancar. Ketika seorang guru memberikan materi kepada peserta didiknya, maka secara tidak langsung akan terjadi proses komunikasi, dan apabila komunikasi berjalan baik maka dengan segera peserta didik akan memberikan umpan balik (feedback) sehingga nantinya akan tercapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan tersebut tidak lain adalah tercapainya prestasi belajar yang tinggi.

More Documents from "Pipin Afindra Putri"