Komposisi_tenaga_kerja_berdasarkan_pendi.docx

  • Uploaded by: m ronaldo prenarta
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komposisi_tenaga_kerja_berdasarkan_pendi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,314
  • Pages: 7
Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan Mari kita melihat pada masalah SDM di Indonesia yang semakin kompleks. Hal ini dicirikan oleh beberapa indikator berikut: Jumlah penduduk yang semakin hari semakin bergejolak, pertumbuhan angkatan kerja lebih besar ketimbang ketersediaan lapangan kerja, ditribusi penduduk antar daerah tidak merata, ketidaksesuaian kompetensi SDM dengan pasar kerja, distribui informasi tentang pasar kerja yang lambat atau timpang, tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan secara terus menerus menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan, dan pada akhirnya menyebabkan semakin rendah kualitas SDM Indonesia. (BPS, 2006) Kualitas SDM yang baik diharapkan dapat mengisi lapangan pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Sebagaimana berkembang dalam masyarakat yang berharap banyak dengan mengenyam pendidikan tinggi, diharapkan mampu mendapatkan pekerjaan yang mapan dan kemudian akan meningkatkan taraf hidup mereka. Namun kesempatan kerja yang terbatas telah membuat penyerapan tenaga kerja lebih condong dalam kompetisi semakin ketat antar pencari kerja sehingga seringkali mereka melamar dan menerima pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Berarti dalam hal ini, Indonesia masih menganut sistem ekonomi pengangguran friksional. Sebenarnya ketersediaan tenaga kerja di Indonesia cenderung memiliki jenjang pendidikan yang cukup tinggi. Selain itu, saat ini pengangguran yang paling tinggi terjadi pada penduduk dengan jenjang pendidikan tertinggi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Padahal sebenarnya konsep SMK sangat baik, dimana pelajar dididik untuk siap bekerja dan dibekali pula dengan kemandirian. Namun, pola pembentukan SMK di Indonesia lebih berbasis pada kuantitas dan kurang memperhatikan mutu atau kualitasnya. Jika demikian, maka gejala ini tentu perlu segera diperbaiki agar tidak semakin membudaya yang buruk dan lulusan SMK benar-benar siap bekerja atau menciptakan lapangan kerja baru. Dalam mengatasi masalah tersebut, diperlukan penyelenggaraan pusat-pusat keunggulan keahlian untuk memetakan lulusan SMK agar lulusan SMK lebih bermutu dan berdaya saing. Selain itu keahlian lulusan SMK diharapkan dapat sesuai dengan lokasi dimana SMK tersebut berdiri, sehingga lulusannya dapat mengembangkan potensi yang ada pada daerah tersebut dan kemampuan lulusan dapat mengikuti perkembangan kebutuhan lapangan pekerjaan yang terus berubah setiap waktu. Dengan demikian SMK dapat berperan sebagaimana mestinya, yakni mengurangi pengangguran berpendidikan. Keinginan untuk membangun daya saing bangsa melalui SDM yang berkelanjutan nampak cukup merata untuk semua bangsa. Pilar utama daya saing bangsa adalah human capital atau sumber daya manusia, modal manusia, yang kedua adalah inovasi teknologi. Kualitas SDM dapat dilihat dari kemampuannya untuk mengisi lowongan

kerja yang tersedia. Lemahnya penguasaan iptek SDM Indonesia merupakan salah stau indicator kelemahan dalam penyerapan tenaga kerja. Rendahnya kualitas SDM dalam daya saing dunia kerja nyatanya masih dihadapkan pada besarnya jumlah angkatan kerja yang membludak saat ini terlebih lagi mereka yang tidak siap dalam menerima lingkungan kerja yang menuntut kreativitas dan komitmen tinggi, ditambah tingkat pendidikan yang menuntut profesi sesuai kualifikasinya. Saat ini penyerapan tenaga kerja di Indonesia berdasarkan latar belakang Pendidikannya masih diperhitungkan. Untuk membuat tenaga kerja berpengetahuan, memiliki nilai tinggi dan berketrampilan, akan sangat bergantung pada kualitas pendidikan dan pelatihan yang dimilikinya. Tingkat produktivitas dalam dunia kerja merupakan salah satu tolok ukur kualitas SDM dalam daya saingnya. Daya saing bangsa dapat kita capai dengan meningkatkan kualitas SDM dengan cara apabila dalam memperkerjakan tenaga kerja harus benar-benar dilihat kualifikasi latar belakang pendidikannya, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai tuntutan zaman, perbaikan kondisi ekonomi mikro dan makro serta perbaikan kualitas lembaga publik. Asumsi terpenting adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas harus dilihat dari kualitas sistem pendidikan yang ada di suatu negara. Artinya, jika suatu negara memiliki sistem pendidikan yang baik, maka sistem itu akan mampu melahirkan tenaga kerja yang baik. Nah dengan demikian dunia pendidikan merupakan hal yang sangat esensial dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Mengapa kita semua harus menumbuhkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan mutu pendidikan? Karena pendidikan itu merupakan masalah bangsa dalam hal penyerapan tenaga kerja, jika lulusan tak bermutu maka selain waktu menjadi sia-sia, biaya juga terbuang. Sumber Daya Manusia tidak akan mampu bersaing jika tidak berkualitas. Dan pada akhirnya secara tak langsung menciptakan suatu generasi yang tidak berkompeten dan tidak siap dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, pendidikan berperan strategis dalam konteks pembangunan kapasitas dan peningkatan keahlian, kompetensi profesional, dan kemahiran teknikal. Bangsa yang mempunyai banyak manusia terdidik, berpengetahuan, dan menguasai teknologi pasti memiliki daya saing kuat dalam kompetisi ekonomi global dan dunia kreativitas lapangan pekerjaan. Selain itu juga dalam penyerapan tenaga kerja pun telah terbukti sesuai kualifikasi pendidikannya, jadi tidak asal menerima kerja saja. Selain menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi, Pendidikan yang baik adalah menyediakan tenaga profesional yang diperlukan dunia industri. Pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan daya saing bangsa khususnya dalam dunia kerja. Karena itu, pemerintah harus mengembangkan sistem yang dapat menjamin kesetaraan akses pada pendidikan yang berkualitas agar nantinya dapat menciptakan kader-kader SDM yang unggul. seperti kata pepatah “Harus diakui kalau keberhasilan pembangunan yang

berkelanjutan terletak pada kualitas sumber daya manusia yang unggul. Dan, jalan untuk membentuk SDM berkualitas adalah melalui pendidikan” dengan hal ini, diharapkan dapat mensejahterakan kehidupan bangsa dan mengembangkan jati diri, nilai murni serta budaya bangsa yang produktif dan kompetitif khususnya dalam penyerapan tenaga kerja. PERMASALAHAN Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar didunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Sedangkan negara kelima yang memiliki penduduk terbesar adalah Jepang. Indonesia dengan jumlah penduduk 237.641.326 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia. Tentu saja hal ini menyebabkan Indonesia memiliki sumber daya manusia yang melimpah, yang bisa disalurkan untuk mempercepat proses pembangunan Indonesia. Sumber daya manusia yang melimpah dan didukung oleh sumber daya alam yang juga melimpah merupakan modal yang sangat besar bagi bangsa Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya dari negara lain yang lebih maju dan makmur. Hal ini bisa terwujud kalau pengelolaan SDM dan SDA tadi terlaksana dengan baik, terjadi perimbangan antara pendidikan/skill yang dimiliki oleh tenaga kerja dan ketersediaan lapangan kerja. Masalah akan timbul, apabila terdapat kesenjangan antara jumlah tenaga kerja yang besar dengan minimnya ketersedian lapangan kerja yang ada. Dengan kata lain lapangan kerja yang ada tidak mampu menampung (mempekerjakan) tenaga kerja yang ada, lebih-lebih tenaga kerja yang tidak terampil atau berpendidikan. Masalah ini akan menyebabkan semakin meningkatnya tingkat pengangguran sehingga jumlah penduduk miskin juga semakin besar dan memiliki efek-efek negatif yang lain pula. Semua yang kita paparkan di atas tadi merupakan cerminan dari sebagian permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia yang coba kita jelaskan kali ini. Berikut beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia. 1. Jumlah Angkatan Kerja yang Besar Besarnya angkatan kerja yang ada di Indonesia tidak mampu diserap semuanya oleh kesempatan kerja yang ada, karena tidak berimbangnya jumlah angkatan kerja yang ada dengan ketersediaan kesempatan kerja. Hal ini merupakan pokok yang menyebabkan terhambatnya penyelenggaraan pembangunan ekonomi. 2. Kualitas tenaga Kerja Relatif Rendah Kualitas tenaga kerja yang rendah ini disebabkan karena tingkat pendidikan penduduk yang rendah pula atau belum memadai dengan jenis pekerjaan yang tersedia. Tidak saja disebabkan banyaknya usia putus sekolah, namun juga disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan sehingga tenaga kerja tidak mampu menyerap atau menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Rendahnya kualitas tenaga kerja akan berpengaruh pada tingkat prduktivitas yang ujung-ujungnya menyebabkan proses produksi yang tidak efisien. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa produk Indonesia yang

tidak mampu bersaing dengan produk luar terutama barang-barang yang dihasilkan negara-negara maju. Bukan karena sedikitnya modal yang disediakan dalam proses produksi, justeru sebaliknya biaya produksi tinggi tapi hasil produksi rendah. 3. Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata Luasnya wilayah dan banyaknya kepulauan d Iindonesia serta terkonsentrasinya penduduk di Pulau Jawa juga merupakan penyebab timbulnya permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia. Kondisi geografis Indonesia ini mengakibatkan persebaran penduduk tidak merata. Daerah-daerah luas di Indonesia kekurangan penduduk sementara di Pulau Jawa kelebihan penduduk (padat). Banyaknya penduduk di Pulau Jawa ini dapat menigkatkan investasi di pulau tersebut. Berbagai usaha didirikan namun tetap tidak mampu untuk menekan jumlah pengangguran, malah sebaliknya semakin tinggi. Karena pulau jawa terutama kota-kota besar sudah menjadi daya tarik bagi pencari kerja dari luar Pulau Jawa. Padahal daerah di luar Pulau Jawa memiliki potensi alam yang melimpah dan belum diolah secara optimal. 4. Kesempatan Kerja Masih Terbatas Berbagai sektor pekerjaan yang tersedia baik dibidang agraris, ekstraktif, industri, perdagangan dan jasa tidak mampu menampung besarnya jumlah angkatan kerja yang ada. Ketersediaan kesempatan kerja dibidang-bidang tersebut sangat terbatas bila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang besar. Mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan sehingga tingkat kesejahteraan hidup rendah, karena mereka tidak memperoleh penghasilan. 5. Meningkatnya Pengangguran Muara dari permasalahan ini adalah semakin tingginya tingkat pengangguran. Apalagi tingginya tingkat pengangguran ini semakin diperparah dengan adanya PHK (pemutusan hubungan kerja) besar-besaran. PHK besar-besaran biasanya dilakukan untuk efisiensi perusahaan.Pengangguran ini akan berakibat luas dalam perspektif pembangunan ekonomi negara. Banyaknya jumlah pengangguran merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi negara dan pemicu terganggunya kestabilitasan sosial dan politik.

Alternatif Solusi Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Jumlah Angkatan Kerja yang Besar 2. Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah 3. Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata 4. Kesempatan Kerja Masih Terbatas 5. Pengangguran Solusi Pemecahan Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia Adapun metode yang kita gunakan dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan di Indonesia adalah dengan mengidentifikasi satu masalah kemudian disusul dengan solusi pemecahannya, kemudian beralih ke permasalahan berikutnya hingga akhir masalah secara berurutan. Hal ini kita maksudkan untuk mempermudah pemahaman

dan fokus kepada masalah yang kita paparkan. Dan juga untuk mencari bentuk lain dari sistematika penyusunan yang biasanya ada pada buku-buku paket atau literatur. Masalah Pertama: Jumlah Angkatan Kerja yang Besar Pemecahan masalahnya: Jumlah angkatan kerja yang besar disebabkan karena tingginya tingkat kelahiran atau pertubuhan penduduk. Maka solusi yang harus dilakukan pemerintah dalam menekan atau mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan memaksimalkan pelaksanaan program keluarga berencana. Pemaksimalan program keluarga berencana dapat dilakukan dengan cara sosialisasi dan penyuluhan KB secara intens kepada masyarakat, khususnya kepada pasangan yang baru menikah. Sehingga semakin tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya program keluarga berencana. Hal ini juga bisa dilakukan dengan membatasi usia nikah sehingga dapat menekan terjadi pernikahan dini. Jika program KB berjalan baik, maka jumlah angka pertumbuhan atau kelahiran akan menurun, demikian pula angkatan kerja semakin berkurang. Apabila penurunan jumlah angkatan kerja yang berkurang ini, diikuti dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, maka jumlah penggangguran juga berkurang. Masalah Kedua: Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah Penyebab rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia diantaranya karena rendahnya pendidikan, kurikulum pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang tersedia, kurangnya pelatihan dan pemagangan kerja. Pemecahan masalahnya: Untuk mengatasi masalah rendahnya kualitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Melakukan pelatihan kerja. Pelatihan kerja ini merupakan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan. Dengan demikian melalui pelatihan kerja ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas kerja para tenaga kerja. Pelatihan kerja ini dapat dilakukan dengan mendirikan Balai Latihan Kerja di berbagai daerah. 2. Pemagangan. Pemagangan ini sebenarnya merupakan bagian dari pelatihan kerja, namun pemagangan ini langsung dilakukan di tempat kerja. Tujuan pemagangan adalah untuk memantapkan profesionalitas tenaga kerja. Hal ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah khususnya sekolah kejuruan (SMK) seperti yang dilakukan saat ini. Pemagangan harus dilakukan sesuai dengan jurusan atau jenis pekerjaan yang digelutinya. Salah satu contoh: SMK bidang keuangan hendaknya melakukan pemagangan di perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan keuangan. 3. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat melalui pendidikan formal maupun nonformal. Melalui pendidikan formal, ini dapat dilakukan melalui program wajib belajar 9 tahun seperti saat ini di lakukan, membenahi kurikulum pendidikan untuk mendapatkan sistem pendidikan yang sesuai dengan bursa tenaga kerja, seperti membuka sekolah menengah kejuruan (SMK) di seluruh daerah. Sedangkan melalui pendidikan norformal dapat dilakukan dengan memberikan kursus-kursus atau pelatihan kerja, pelatihan kewirausahaan untuk membuka lapangan kerja baru, dsb.

4. Membenahi upah dan gaji tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga kerja, sehingga memiliki efek yang positif pada peningkatan mutu dan produktivitas kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara diantaranya: meningkatkan upah minimum provinsi (UMP), mengikutkan pekerja dalam program asuransi jaminan sosial, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan, dan perusahaan harus memenuhi hak-hak karyawan seperti hak cuti dan tunjangan hari raya. 5. Peningkatan Gizi dan Kesehatan. Selain apa yang telah kita sebutkan tadi, kualitas atau mutu tenaga kerja dapat juga dilakukan dengan program peningkatan gizi dan kesehatan. Dengan gizi yang baik, maka kesehatan tenaga kerja juga akan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Masalah Ketiga: Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata Persebaran tenaga kerja tidak merata disebabkan karena terkonsentrasi (terpusat)nya penduduk Indonesia di Pulau Jawa. Hampir 60 % penduduk Indonesia berada di pulau Jawa. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak semakin banyaknya jumlah pengangguran di pulau Jawa, sedangkan di luar pulau Jawa pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya yang ada. Pemecahan Masalahnya: Untuk pemecahan masalah tersebut, pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam rangka pemerataan pesebaran tenaga kerja. Berikut ini beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah. 1. Mengadakan transmigrasi, yaitu usaha memeratakan penduduk dari daerah padat ke daerah yang masih sedikit penduduknya. Contoh, memindahkan penduduk Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan dengan membuka lapangan kerja baru. 2. Pemberdayaan tenaga kerja. Hal ini dilakukan dengan cara mengirim angkatan kerja dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja atau pun ke negara lain yang kekurangan tenaga kerja. 3. Pengembangan usaha sektor informal di daerah-daerah, seperti pengembangan usaha-usaha kerajinan. Misalnya, usaha batik, anyaman tikar, kerajinan kayu, dan lainlain. Masalah Keempat: Kesempatan Kerja Masih Terbatas Kesempatan kerja masih terbatas disebabkan karena jumlah angkatan kerja masih lebih besar dari peluang kerja atau kesempatan kerja yang tersedia. Pemecahan Masalahnya: Untuk mengatasi terbatasnya kesempatan atau peluang kerja ini dapat dilakukan dengan cara pengembangan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penanaman modal dalam negeri. Usaha lainnya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah terbatasnya lapangan kerja ini adalah dengan pengembangan pekerjaan umum, seperti pengadaan proyek pembangunan jalan, pembuatan saluran air, irigasi, pembuatan jembatan, dan perbaikan jalan.

Masalah Kelima: Pengangguran Masalah pengangguran ini disebabkan oleh keempat masalah yang disebutkan di atas, oleh karena itu pengangguran dapat di tekan atau diperkecil bila keempat masalah tadi juga sudah dapat diatasi. Pengangguran di samping disebabkan oleh keempat masalah tadi, bisa juga terjadi karena sering terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan ketergantungan angkatan kerja pada lowongan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah dan perusahaan. Mereka lebih suka menunggu lowongan pekerjaan dibuka, jarang sekali angkatan kerja yang berkeinginan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri melalui kegiatan wirausaha

More Documents from "m ronaldo prenarta"