Khutbah Idul Fitri 2009

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Khutbah Idul Fitri 2009 as PDF for free.

More details

  • Words: 3,018
  • Pages: 10
KHUTBAH 'IDUL FITHRI 1430 H/ 2009 M DI MASJID AT-TAKHOBAR TELKOM DIVRE V JAWA TIMUR Oleh : DR. K. H. Ahmad Imam Mawardi, MA Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Sudah sempurna puasa kita dengan hadirnya bulan Syawal yang telah menutup bulan mulia Ramadlan. Takbir membesarkan asma Allah berkumandang di seluruh penjuru mengesankan gempitanya kemenangan kaum muslimin yang telah berupaya mengalahkan hawa nafsu dan membersihkan hati nurani, menguburkan takabbur dan menyuburkan tasyakkur, serta menghentikan laknat dan menebarkan rahmat. Satu bulan kita melatih diri, satu bulan kita menempa diri, satu bulan kita sekolah ruhani, satu bulan kita belajar peka atas perintah dan kewajiban yang telah dititahperintahkan oleh Allah, Dzat yang Maha Kuasa, Maha Pengampun, dan Maha Kasih dan Sayang. Tersisa harapan, semoga apa yang kita lakukan diterima oleh-Nya, walau kita sadar masih banyak kesalahan dan kelalaian yang kita lakukan dalam bulan Ramadlan yang mulia ini. Semoga Allah mengampuni. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Hari ini bercampur perasaan kita, antara senang dan sedih. Senang karena telah melampaui berbagai ujian dan selesai atas izin Allah menunaikan ibadah puasa. Sementara itu, kita bersedih meninggalkan Ramadlan yang mulia yang telah menjadi media efektif mengembalikan kita kepada fithrah (kesucian) sebagai hamba yang beriman dan bertaqwa.  Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang melupakan Allah karena terlalu disibukkan oleh berbagai masalah dunia.  Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang tidak pernah punya waktu untuk sekedar menyebut asma Allah, Tuhan yang tidak pernah lupa memberikan rizki pada setiap hamba-Nya.  Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang lupa dan tidak sempat mengunjungi masjid, rumah Allah, sementara rajin mengunjungi tempat-tempat yang melalaikan kita pada Allah.  Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang lupa membersihkan hati dengan al-Qur'an, sementara rajin membersihkan dan merawat tubuh dengan berbagai cara.

1

 Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang lupa pada saudara dan tetangga yang miskin papa dan kelaparan, sementara kita kenyang dan berlebihan Bulan Ramadlan yang baru saja kita tinggalkan telah mengubah semuanya, kita kembali menjadi manusia baru yang suci, kembali pada fitrah, yakni manusia yang memiliki kesadaran sebagai hamba yang bertuhankan Allah dan kesadaran sebagai makhluk yang saling membutuhkan dengan makhluk yang lain. Hari ini kita bersama berikrar menjadi manusia yang peduli pada agama dan peduli pada kemanusiaan yang daslam bahasa al-Qur'an disebut dengan istilah hablun min Allah, wa hambun min al-Nas. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Ramadlan boleh berlalu, tetapi nilai-nilai yang telah ditanamkannya harus tetap kita pertahankan, karena kita tidak tahu apakah kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan Ramadlan yang akan datang. Nilai kebersamaan dan kasih sayang seperti yang tercermin dalam berbuka dan sahur bersama, nilai kebersamaan dalam perjuangan yang diperoleh dari tarawih bersama, nilai-nilai Qur'ani yang tertancap dalam melalui tadarrus bersama, dan nilai-nilai ketaqwaan lainnya harus tetap menjadi landasan hidup kita sehari-hari kita. Allah berfirman dalam surat alNahl ayat 92:



   

   

   



 



 









 



                      Artinya: "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu."  



Selama Ramadlan, kita telah menenun kain bernama kain ketakwaan yang dianyam dari benang-benang kesabaran, ibadah, keiimanan, syukur, kasih sayang dan lain sebagainya. Maka janganlah sampai kain yang baru selesai kita tenun, kita cerai beraikan kembali hanya karena memenuhi keingin dan hawa nafsu. Tantangan hidup memang berat, rintangan akan terus menghadang, sebagaimana cobaan akan selalu datang. Tapi dengan tetap

2

berupaya seraya berlindung dan memohon pertolongan kepada Allah dengan segala kemampuan menjalankan perintah-perintahNya, yakinlah kita akan selalu dalam bimbingan-Nya. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Sungguh tidak ada yang lebih bahagia dibandingkan dengan orang yang beriman kepada Allah. Sungguh tidak ada orang yang lebih tenang dibandingkan dengan orang yang telah membersihkan batinnya dari segala sifat-sifat kotor. Sungguh tidak ada yang lebih senang dibandingkan dengan orang yang mampu membahagiakan orang lain. Allah menyatakan hal ini adalam banyak firmannya, dan Rasulullah menjadi contoh teladan yang telah menjadi bukti bagi seluruh alam. Sungguh tidak ada kemusyrikan, kemunafikan dan kekafiran yang mengantarkan pada kebahagiaan hakiki. Sungguh tidak ada maksiat dan pengingkaran yang akan mengantarkan pada ketenangan hidup. Sungguh tidak ada kejahatan dan perbuatan menyakiti orang lain yang mengantarkan pada hidup senang hakiki. Allah telah banyak menyatakan dalam banyak ayatnya, dan musuh-musuh Allah telah menjadi bukti sejarah yang tidak mungkin dipungkiri dan terlupakan. Di manakah Fir'aun yang katanya dulu gagah perkasa, mulia dan mengaku menjadi Tuhan, di manakah sekarang Namrudz yang dengan bengisnya telah membakar kekasih Allah Ibrahim As., di manakah sekarang Abrahah sang gubernur Yaman yang gagah berani mau merobohkan Ka'bah, di manakah sekarang kaum Ad yang arogan menganggap dirinya paling hebat sehingga melupakan Allah, di manakah sekarang Qarun yang katanya kaya raya tapi bakhil itu, di manakah sekarang Abu Jahal yang mata hatinya tertutup rapat oleh ambisi dan kesombongannya sehingga tidak mau mengakui kenabian Nabi Muhammad. Adakah yang masih mulia? Jawabannya tidak ada. Allah menantang:                   Artinya: "Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." 



Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Karena itulah, mari kita berlindung kepada Allah, janganlah kita menjadi Fir'aun modern yang tidak mau menyembah Allah tapi justru ingin disembah karena telah memiliki harta dan kekuasaan. Janganlah menjadi Namrudz modern yang mau memusuhi dan membunuh orang-orang yang dengan tulus mengajak pada kebenaran tauhid. Janganlah menjadi Abrahah modern yang mau 3

merobohkan syi'ar agama Allah. Janganlah menjadi Qarun modern yang kaya tapi tidak peduli pada fakir miskin, anak yatim dan orang lain yang membutuhkannya. Janganlah menjadi Abu Jahal modern yang tetap buta hati sementara kajian, pengajian dan pelatihan keagamaan gencar diadakan. Dan janganlah menjadi bangsa 'Ad modern yang sombong tidak mau mengikuti firman Allah hanya karena memiliki kemampuan diri yang luar biasa. Kita harus menyatakan:

‫سبحان ال و الحمد ل و ل اله ال ال و ال اكبر و ل حول و ل قوة ال بال العلى العظيم‬ Artinya: "Maha suci Allah, segala puji adalah bagi-Nya, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Agung, dan tiada kemampuan serta kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung." Alahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Hari ini mari kita berikrar untuk menjaga kefitrahan kira, memelihara nilai-nilai takwa yang telah kita terima pada bulan Ramadlan. Kita bersihkan diri dari dosa (akhlak tercela), kita isi hati dengan kebaikan-kebaikan.(akhlak terpuji). Marilah kita satukan kesalehan ritual kita dengan kesalehan sosial kita, kesalehan batin dengan kesalehan lahir kita, sehingga kita bisa mewujudkan segala manfaat untuk diri kita dan orang lain. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dinyatakan bahwa suatu hari ada dialog antara Rasulullah dengan para sahabatnya, Rasulullah bersabda: "Siapakah di antara kalian yang berpuasa hari ini?" Abu Bakar menjawab: "Saya" Rasulullah bertanya lagi: " Siapakah di antara kalian yang hari ini mengantarkan jenazah?" Abu Bakar menjawab: "Saya" Rasulullah bertanya lagi: "Siapakan di antara kalian yang hari ini memberikan makan orang muskin?" Abu Bakar menjawab: "Saya" Rasulullah bertanya lagi: "Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?" Abu Bakar menjawab: "Saya" Kemudian Rasulullah bersabda: ‫( ما اجتمعن فى امرىء ال دخل الجنة‬Tidaklah berkumpul sifat-sifat tersebut pada seseorang kecuali ia masuk syurga). Al-Anqarawi ketika menafsirkan hadits ini menyatakan bahwa yang dimaksud masuk syurga adalah masuk syurga tanpa adanya hisab. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah

4

Apa makna hadits di atas? Ia bermakna bahwa puasa kita harus disertai dengan perilaku yang positif, yang bermanfaat dan bernilai sosial sehingga mampu menjadi penghantar kita menuju ridla Allah Swt. Karena itu, melalui mimbar mulia ini, saya mengajak kepada diri sendiri dan kepada saudaraku semuanya, marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah dan berupaya semaksimal mungkin mengeliminasi segala sifat-sifat negatif yang ada dalam diri kita. Kita kosongkan hati dari arogansi, iri hati, dengki dendam dan sombong (AIDS) yang telah terbukti dalam sejarah menjadi sebab runtuhnya kemuliaan dan munculnya derita serta kehinaan. Bersihkan hari, sucikan nurani, sehingga datanglah bahagia menghuni hati yang tentran dan damai. Hari ini mari kita berikrar untuk menjadi hamba Allah yang memiliki kebersihan hati dan kemuliaan akhlak. Mari kita renungkan hadits Nabi ketika suatu waktu beliau ditanya oleh sahabatnya tentang akhlak yang utama atau akhlak yang mulia. Beliau menjawab: ‫ان تعطى من حرمك و تصل من‬ ‫ قطعك و تعفو عمن ظلمك‬yang berarti: (1) kesediaanmu untuk memberi atau berderma kepada orang yang tidak pernah berderma kepadamu, (2) kerelaanmuuntuk menyambung hubungan (silaturrahmi) dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, (3) kelegaan hatimu untuk memaafkan orang yang berbuat dhalim kepadamu.. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Memberi sesuatu kepada orang yang memberikan sesuatu pada kita adalah suatu yang biasa, tetapi memberikan sesuatu kepada mereka yang justru tidak pernah memberi apa-apa bahkan membatasi diri dari kita adalah suatu perbuatan yang luar biasa. Bersilaturrahmi pada orang yang telah bersilaturrahmi pada kita adalah suatu hal yang biasa, tetapi menyambung hubungan dengan orang yang telah memutuskan hubungan dengan kita adalah perbuatan yang luar biasa mulianya. Saling bermaafan dengan orang yang tidak nyata-nyata bersalah dengan kita adalah suatu hal yang biasa, tetapi memaafkan orang yang nyata-nyata menganiaya kita adalah suatu hal yang luar biasa mulianya. Semuanya membutuhkan KEBESARAN HATI dan KEBERSIHAN JIWA. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Selanjutnya, marilah kita jaga kebesaran hati dan kebersihan jiwa itu sehingga kita tetap istiqamah menjadi insan terbaik menurut Allah Swt. Ada tiga hal yang harus ruti kita lakukan: Pertama adalah muhasabah (maknanya: self-examination to detect impurities of intention/ pengujian atau koreksi diri untuk mengetahui kekurangan diri dan ketidak sempurnaan niat kita). Kita renungkan diri kita sendiri, cari kekurangan dan kelemahan kita untuk kita perbaiki pada masa berikutnya, janganlah sibuk mencari kesalahan orang lain, sibuklah mencari kesalahan diri. Ada peribahasa Indonesia

5

yang sudah hampir terlupakan, yaitu: “Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan terang terlihat.” Sebuah penggambaran bahwa kesalahan orang lain walaupun kecil sangat gampang kita temukan, tetapi kesalahan kita sendiri walaupun sangatlah besar sulit untuk disadari. Kalau ini yang terjadi dan menjadi agenda kehidupan yang tak terkoreksi dan terbaiki dalam jangka waktu lama, maka akan terbiasalah sikap menyalahkan orang lain dengan merasa dirinyalah yang paling benar, akan mudah kita membesar-besarkan kesalahan kecil orang lain sementara mengentengkan kesalahan besar kita sendiri. Na’udzubillah min dzalik. Muhasabah adalah metode penyembuhannya. Kedua adalah riyadlah (self-discipline or spiritual exercise/ kedisiplinan diri untuk melatih spiritual diri). Latihan pengembangan jiwa dengan berupaya menghilangkan akhlak yang tercela (istilah yang sering digunakan al-Ghazali: al-madzmumah) untuk kemudian digantikan dengan akhlak yang terpuji (al-mahmudah). Ibadah dalam Islam, seperti shalat, puasa, zakat dan haji sebenarnya memiliki dimensi riyadlah ini. Ketika shalat, secara filosofis dan simbolik kita dilatih untuk tidak sombong, mengakui kelemahan diri betapapun kita kaya dan berpangkat, berikrar bahwa semuanya adalah milik Allah; inna shalaty wa nusuky wa mahyaya wa mamaty lillahi Rabb al-‘Alamin (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah, milik Allah). Sebuah ikrar yang sangat luar biasa makna spiritualnya. Ketika puasa, kita dilatih untuk menjaga hati dan jasmani kita dari hal-hal yang mengecewakan kita dan orang lain. Berikut pula amal ibadah yang lain. Oleh karena itu, riyadlah yang dimaksud dalam kajian ini tidaklah lain melainkan memaksimalkan olah potensi spiritualitas kita dengan konsisten menjalankan ibadah. Ketika kita mampu, maka janji Allah akan berlaku, yakni jaminan kebahagian yang hakiki di dunia dan di akhirat nanti. Allah berfirman dalam surat Hamim AsSajdah/Fushshilat ayat 30:                 Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". 

   

  







 



 

Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan juga Imam Ali Karramallahu Wajhahu dalam kitab Nahjul Balaghahnya menyatakan bahwa ayat ini adalah jaminan dari Allah Swt. Kepada mereka yang konsisten dalam imannya untuk mendapatkan kebahagiaan sejati (real 6

happiness). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya dan sesungguhnya Allah tidak pernah memungkiri janji-janji-Nya. Dan yang ketiga adalah mujahadah ( the daily combat against the lower self, the nafs/ perlawanan terus menerus melawan nafsu kita) sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an surat an-Nazi’at (79) ayat 40-41:

  

 

  



 



 









Artinya: “ Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.” Karena itulah dalam tashawwuf, seperti yang dinyatakan oleh alQusyairi dalam kitab al-Risalahnya juz I hal. 393, dikenal sebuah ungkapan perintah: “Bunuhlah egomu dengan pisau mujahadah.” Ketika ketiga hal tersebut sukses kita lakukan, maka saat itulah kita bisa memiliki kebeningan hati yang memancarkan kasih sayang, menebarkan kesejukan, melambangkan keindahan, memunculkan kebenaran, melahirkan kebaikan dan mewujudkan keadilan. Sayangnya, inilah tiga hal penting yang terlupakan oleh kebanyakan kita yang mendambakan kemakmuran di tengah kegersangan, menginginkan kedamaian ditengah benturan dan kekerasan di negeri kita tercinta, Indonesia. Kita senang mengetahui kejelekan orang lain, lupa kejelekan kita sendiri, kita suka membuka aib orang lain sementara tiada sadar aib diri, mencari-cari kesalahan orang lain sementara menyembunyikan kesalahan diri, menebarkan luka dan kecewa di hati orang lain seraya menari diatas penderitaan mereka. Kita sering lupa bertanya: “Bagaimana saya sendiri, sudah baikkah?.” Allah berfirman dalam surat al-Hujurat (49) ayat 11:





    

  

 



   





  

 







 



 



   

   



  

  

 



 



Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan 7

pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim." Dan dalam surat yang sama ayat 12 Allah berfirman pula:





 

  



 









 

 

 





    









          

  

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian pasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha penerima taubat dan Maha Penyayang."



Akhirnya marilah kita mencoba dan berusaha memenuhi perintah Allah dalam surat Ali Imran ayat 102:



  

 



 

  

 







Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa; dan janganlah sekali-kali engkau mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.” Ketakwaan itu adalah dengan keteguhan terhadap ikrar diri kita kepada Allah, ikrar penghambaan kita kepada Allah, yang selalu kita jaga dengan proses pembeningan hati. Berbahagialah orang yang bening hatinya. Firman Allah dalam al-Qur’an surat as-Syu’ara’ (26) ayat 88-89:  



       





 Artinya: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna lagi, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

8



Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd 'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah Kaum Muslimin Muslimat yang berbahagia. Di akhir khutbah ini, marilah kita bersama berdoa kepada Allah, kita tundukkan muka, tengadahkan tangan dan hadapkan hati ke hadlirat Ilahi Rabbi. Bismillahirrahmanirrahim Ya Allah, Ya Rabbal Izzati Hari ini hambaMu bersimpuh dihadapanMu Mengucap syukur atas segala rahmat, nikmat dan karuniaMu Rahmat dan nikmatMu begitu besar, begitu melimpah Sementara ibadah dan pengabdian kami begitu sedikit Tiap saat nikmat dan rahmatMu kami rasakan Tapi tiap saat pula kami berbuat salah dan dosa Pintu ampunMu selalu Kau buka Tapi kami sering begitu enggan untuk bertaubat kepadaMu Ya Allah.. Hari ini kami sadar akan kelemahan kami Kami sadar akan kekurangan kami Kami atas atas bertumpuknya salah dan dosa kami Ampuni kami ya Allah, tunjuki kami ke jalanMu yang lurus Tuntunlah kami dengan lentera iman, dengan cahaya al-Qur’an dan cahaya Islam. Ya Allah, Ya Rabb Sering kami sia-siakan umur yang kau berikan kepada kami, Dan kami tidak tahu sampai kapan kau berikan nikmat umur itu pada kami Berilah kami kemampuan beramal baik di sisa umur kami Berilah kami kemampuan membuktikan ikrar kami kepada-Mu Terimalah amal ibadah kami ya Allah Walau kami tahu puasa kami tidaklah sesempurnya puasa RasulMu Muhammad Walau kami tahu zikir kami tidak sekhusyu’ dzikir malaikatMu Walau kami tahu keimanan kami tidak sekuat keyakinan Ibrahim kekasihMu Ijinkan kami memperoleh ridlamu dengan segala keterbatasan kami Ya Allah, Ya Rabbi Engkaulah tempat kami meminta Eangkaulah tempat kami bergantung Kabulkan doa kami, terimalah pinta kami, jadikan kami hambaMu Yang Kau ridlai. Amin Ya Rabb al-‘Alamin.

9

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar La Ilaha Illa Allah wa li Allah al-Hamd.

10

Related Documents

Hakekat Idul Fitri
June 2020 22
Ucapan Idul Fitri
June 2020 34
Hotd-idul-fitri
October 2019 35