Makalah "K. H. AHMAD DAHLAN SEBAGAI PEMBAHARU ISLAM DI INDONESIA" K. H. AHMAD DAHLAN SEBAGAI PEMBAHARU ISLAM DI INDONESIA MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Studi Islam 2 yang dibina oleh Bapak Wage, M.Pd.
Oleh: Diah Arum Ristanti (1201040002) Santiatun (1201040020) Arief Panggih Rahayu (1201040022)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan Penulisan 2 BAB II PEMBAHASAN 3 A. Kehidupan dan Kepribadian 3 B. Kepeloporan dan Amal Pembaruan 5
D. Pendekatan Kultural 9 BAB III PENUTUP 12 A. Kesimpulan 12 B. Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan memberikan arti yang sangat luar biasa bagi kaum muslim di Indonesia. Ahmad Dahlan memberikan sumbangsih yang sangat besar karena dengan pemikiran beliau yang sangat modere n menjajadikan umat muslim masa itu memiliki pengetahuan baru yan bebas dari fanatisme dan t radisionalisme. Banyak pertentangan dalam usaha beliau dalam memperjuangkan pemikiran cerd as beliau untuk mengajak kaum muslimin kembali kejalan Allah sesuai dengan Al Quran. Pemiki ran beliau saat itu sangat berbeda dengan para Kiyai masa itu. Ahmad Dahlan mendirikan sekola h dengan menggunakan kursi dan papan tulis untuk memberikan pelajaran kepada muridnya, hal ini merupakan penerapan metde belajar ala Barat.
Pemikiran Ahmad Dahlan tentang paham agama merupakan hal yang sangat mendasar dan menj adi ciri gerakan pembaharu beliau. Awal pembaharuan beliau yakni menentukan arah kiblat yang semula hanya berpatokan pada arah barat, beliau memberikan pengetahuan arah kiblat yang tepa t sesuai dengan kordinat kabah. Selain itu beliau mengupas tuntas tentang penafsiaran Al Quran dan menjadi dasar segala sesuatu, karena saat itu belum ada yang menjadikan Al Quran sebagai d asar perilaku masyarakat. Dalam mempelajari Al Quran tidak hanya dibaca dalam bahasa Arab, namun beliau lebih pada orientasi pada penghayatan dan pengamalan. Bagaimana menafsirkan A l Quran, apa maksudnya, apakah larangan, apakah perintah, apakah perintah ini diwajibkan dan a pakah sudah dikerjakan?. Hal tersebut yang menjadikan Ahmad Dahlan memiliki semangat untu k mempebaharui Islam yang ada di Indonesia.
B. Tujuan Tujauan penyusunan makalah ini yaitu: 1. Memberikan wawasan tentang pendiri Muhammadiyah. 2. Memaparkan tentang kehidupan Ahmad Dahlan. 3. Peran Ahmad Dahlan dalam perkembangan islam. 4. Amal usaha Muhammadiyah yang ada pada awal pendirian Muhammadiyah. 5. Memberi pengetahuan kepada pembaca tentang pendekatan kultural yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehidupan dan Kepribadian Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwisy adalah putra keempat K.H. Abu Bakar, yang bersa udara kandung tujuh orang. Ibunya adalah Siti Aminah, putri dari Haji Ibrahim. Ahmad Dahlan k ecil tergolong anak yang cerdas, santun, dan menjadi teladan bagi temanteman sebayanya. Sebagaimana lazimnya anak kyai dan sebagai Khatib Amin terkenal di Kauma n, Ahmad Dahlan juga memperoleh perlakuan sosial yang positif dalam relasi sosial masyarakat setempat. Dari perkawinan dengan nyi Walidah tahun 1889 kyai haji Ahmad Dahlan dikaruniai enam a nak yaitu Djohanah, Siradj, Siti Busyro, Siti Aisyah, Irfan dan Siti Zuharah. Nyi Walidah Dahlan menjadi tokoh utama gerakan ‘Aisyiyah, yang didirikan tahun 1917 di Yogyakarta, dan mendam pingi kyai Dahlan hingga wafat pada tahun 1923. Sedangkan nyai Walidah Dahlan wafat tahun 1 946, yakni 23 tahun setelah kyai Dahlan dipanggil Allah. Figur kyai Ahmad Dahlan diakui ketokohannya oleh kawankawannya dari golongan lain. Alimin, tokoh komunis yang juga sering berdialog dengan kyai Da hlan, memberikan kesaksian: “K.H. Ahmad Dahlan; orangnja djudjur dan saleh. Hidupnja sederh ana dan tidak sombong, begitu pula tidak suka mentjela. Saja kenal sedjak mudanja”. Sosok kyai Dahlan memang menjadi daya tarik sendiri. Dalam kesahajaannya, kyai Dahlan luas pergaulanny a dengan sikap yang rendah hati, sehingga banyak memperoleh rasa hormat dan kepercayaan. Ah mad Dahlan sungguh sosok mujahid (pejuang) dan mujadid (pembaru) dakwah yang lentur dan mencair dengan segala golongan dan orang dari berbagai kalangan. Kendati sering berdebat deng an tokoh agama Kristen, tetapi tetap menjaga perkawanan seperti dengan Pastur van Lith dari M untilan.
Langkah pembaruan yang dipeloporinya dimulai ketika muda, sekitar 20 atau 21 tahun setela h pulang dari Makkah. Ahmad Dahlan pergi menunaikan ibadah haji yang pertama yakni tahun 1 889, beberapa bulan setelah menikah dengan nyi Walidah. Waktu itu perjalanan haji lewat kapal laut menempuh perjalanan sekitar dua bulan dan tiba di Mekkah pada bulan Rajab, sehingga ada
waktu tiga bulan sampai Dzulhijah untuk memanfaatkan waktu di Tanah Suci. Usai berhaji Ahm ad Dahlan kembali ke Tanah Air pada bulan Safar. Kembali dari Mekkah membawa inspirasi bar u bagi Ahmad Dahlan dalam pemahaman keagamaan sekaligus menanamkan benih pergerakan. Pengetahuan dan wawasan keislamannya bertambah dan diajarkan kepada muridmurid ayahnya karena Ahmad Dahlan sering diberi tuga ayahnya K.H. Abu Bakar untuk mengaj ar. Tahun 1903 Ahmad Dahlan pergi haji yang kedua, bersama putranya yang masih berumur 6 t ahun (Siradj Dahlan), waktu cukup lama sambil bermukim selama 18 bulan di Mekkah. Perjalan an haji kedua merupakan momentum paling menentukan dalam sejarah hidup Ahmad Dahlan, ka rena sejak itu ia memiliki pemikiranpemikiran tajdid hasil perenungan dan sekaligus persentuhan dengan pemikiranpemikiran yang mekar di Timur Tengah pada saat itu. Ahmad Dahlan sepulang dari haji yang pertama tahun 1889, memulai hidup berumah tangga dengan berdagang yang diberi modal oleh ayahnya, selain aktif mengajar mengaji. Pada tahun 18 90 ibunya meninggal, menyusul pada tahun 1986 ayahnya meninggal. Karena ayahnya, K.H. Ab u Bakar adalah khatib amin kraton dan penghulu masjid besar Yogyakarta, maka masyarakat Yo gyakarta dan keluarga termasuk Ahmad Dahlan benarbenar kehilangan tokoh panutan. Tanggung jawab Dahlan semakin bertambah, sebab sepeninggal ayahnya, jabatan khatib amin diserahkan oleh pihak kraton kepada Ahmad Dahlan selaku peneru snya. Menjadi khatib amin bagi Ahmad Dahlan semakin mengukuhkan sosoknya sebagai ulama ata u kyai yang memperoleh legitimasi kraton sebagai simbol kekuasaan yang kuat dalam masyaraka t Yogyakarta. Maka menjadi lengkap, ulama muda yang pernah bermukim dan naik haji di Mekk ah alMukarramah, sebagai guru mengaji dan membawa risalah agama yang mencerdaskan generasi m uda dan masyarakat keumatan, dan diakui oleh sistem kekuasaan dan masyarakat tradisional sete mpat, sehingga memperoleh posisi dan peran sosiokeagamaan yang kuat dalam legimitasi sosiologis yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat in donesia.
B. Kepeloporan dan amal pembaruan
K.H. Ahmad Dahlan dikenal dengan sosok pembaru yang menonjolkan gerakan amaliah. Sel ain itu, kyai dari Kauman ini dikenal sebagai penggerak perjuangan Islam yang tangguh, bervisi j auh kedepan, dan menampilkan karya kepeloporan. Karya amaliah kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya sangat monu mental. Artinya, amaliah yang dirintis dan dipeloporinya selain lahir karena ruh pemahaman Isla m yang menggelora dalam jiwanya respons terhadap tuntunan zaman, juga membawa dampak ya ng luar biasa bagi kemajuan umat dan bangsa. Dengan hal ini dapat didaftar sejumlah pembaruan atau kepeloporan kyai Dahlan dalam merintis dan meletakkan dasar pembaruannya yang melahir kan Muhammadiyah. 1. Meluruskan arah kiblat, shalat Id (hari raya) di lapangan, dan menjauhkan praktik agama dari syiri k, tahayul, bid’ah, dan khurafat. Ahmad Dahlan juga memahamkan paham Islam agar shalat Idul Fitri maupun Idul Adha di lapangan terbuka, karena sunah Nabi yang mu’tabar memang demikia n dan Nabi hanya sekali melaksanakan shalat Id di asjid itupun karena hujan. Demikian pula lang kah kyai Dahlan mengajak umat Islam bertauhid yang murni dan membebaskan dari syirik, tahay ul, bid’ah, dan khurafat. 2. Pembinaan umat melalui pengajianpengajian secara melembaga. Sebelum mendirikan Muhammadiyah, kyai Dahlan melakukan keg iatan-kegiatan pengajian untuk para remaja dan pemuda, ibuibu dan umat di lingkungan Kauman maupun tempat lain. Di majelismajelis itulah kyai Dahlan memperkenalkan paham Islam untuk kembali pada Al-Qur’an dan AsSunnah (al-ruju’ al-Qur’an dan wa alSunnah) mengajak umat untuk maju dalam segala lapangan kehidupan. 3. Mempelopori pendirian sekolah Islam modern. Sebenarnya sejak tahun 1911 kyai Dahlan telah m endirikan sekolah yang diberi Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Madrasah tersebut sebaga i perintisan dari “sekolah” yang dikembangkan kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum kepada para muridnya da ri sekolah Raja (Queen school) dan sekolah pamong praja (OSVIA) di rumahnya. 4. Mendirikan PKU, panti asuhan, dan pelayanan sosial. Gagasan awal pelayanan sosial Muhammadi yah tersebut justru lahir dari inspirasi kyai Dahlan ketika mengupas dan mengajarkan AlQur’an surat Al-Ma’un, yang diajarkan berkali-kali hingga muridnya merasa jenuh dan bosan.
5. Mendirikan Taman Pustaka, Majalah Suara Muhammadiyah, dan lembaga penolong haji. Kyai Da hlan juga merintis lembaga taman pustaka tahun 1921, yakni menjadi lembaga penting dalam pe nyebaran informasi dan kesadaran mengembangkan tradisi baca-tulis. 6. Mendirikan ‘Aisyiyah. Kyai Dahlan terbilang cemerlang ketika mengagas lahirnyaorganisasi Isla m pertama di ruang publik yakni ‘Aisyiyah tahun 1917, yang sebelumnya merupakan pengajian i bu-ibu dan anakanak putri yang bernama Sapatresna, dan diketuai oleh nyai Walidah Dahlan. Sejumlah karya ny ata kyai Dahlan dan Muhammadiyah generasi awal masih dapat ditunjukkan, termasuk gerakan p enanggulangan bencana yang menjadi bagian dari kegiatan PKO, mempelopori pengumpulan da n pembagian zakat secara tersistem, dan gagasan mendirikan Universitas Muhammadiyah. C. Pemikiran Pembaruan Kyai Dahlan sering disebut sebagai man of action, manusia amal, karena demikian menonjol dan kuatnya melahirkan pembaruan dibidang amal. Junus salam dan Muhammad Djazman AlKindi termasuk yang berpendapat demikian. Namun demikian, tajdid amaliah itu bukan tanpa pe mikiran yang mendasar. Pemikiran kyai Dahlan bertumpu pada tajdid atau pembaruan, karena itu tokoh dari Kauman Yogyakarta ini dimasukkan dalam barisan pembaru atau mujadid. Dalam penilaian cendikiawan Nurcholish Majdid (1983: 310), bahwa kyai Dahlan adalah sosok pencari kebenaran yang hakiki, yang secara cerdas mampu menangkap makna tersirat tafsir AlManar, dan lngkah tajdidnya bersifat break-trought, tanpa prakondidi sebelumya. Kepeloporan dan karya amaliah kyai Dahlan telah mengubah zaman dan keadaan umat Islam serta bangsa Indonesia. Banyak rintisan amaliahnya yang bersifat monumental. Kelihatannya se derhana jika dipandang dari alam pikiran saat ini tetapi justru menjadi titik perubahan dan merup akan suatu pembaruan manakala dikaitkan dengan konteks masa itu. Kepeloporan pembaruan me mang harus dilihat dalam konteks kelahiranya dan dampaknya bagi masa depan dalam ranah keh idupan yang luas. Dalam pendidikan K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya telah mel ahirkan terobosan berupa sistem pendidikan Islam modern yang holistik atau integratif. Lembaga pendidikan Muhammadiyah yang memadukan pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum s erta membangun kepribadian atau watak yang kuat dan berkemajuan melalui sistem sekolah mer upakan bentuk pendidikan Islam terpadu (integratif) bahkan holistik (menyeluruh), yang menjadi
ciri umum lembagalembaga pendidikan Islam modern baik melalui sekolah, pondok pesantren, maupun boarding sc hool dalam berbagai model. Karena itu jika kini kalangan Muhammadiyah mendirikan sekolah dengan sistem terpadu ses ungguhnya merupakan sistem pendidikan yang sejak awal dirintis K.H. Ahmad Dahlan dan Muh ammadiyah generasi awal, meskipun sebagian kalangan Muhammadiya mungkin mengalami kep utusan ide dasar dari pendirinya itu. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang paham agama merupakan pikiran yang mendasar dan menjadi ciri dari pembaruannya. K.H. Ahmad Dahlan tampak sederhana ketika mengupas soal a gama, khususnya dalam mengupas AlQur’an. Tetapi dalam kesederhanaan itu tersimpan ketajaman dalam memahami AlQur’an ditambah dengan orientasi pada penghayatan dan pengalaman, bukan sekedar teoritik. Da ri tafsirnya yang analitik itu tampak sekali daya kritis K.H. Ahmad Dahlan dalam memahami Isla m, khususnya Al-Qur’an. Pendiri Muhammadiyah itu sangat membenci taklid atau mengikuti pendapat orang tanpa day a kritis. Karena itu selain mengajak umat Islam supaya kembali pada sumber ajaran Islam yang a sli yakniAl-Qur’an dan AsSunnah, pada saat yang sama mengajak untuk berpikir kritis dan lebih jauh lagi berijtihad. K.H A hmad Dahlan selalu menganjurkan muridmuridnya untuk berpikir maju, termasuk kalau menjadi kyai harus menjadi kyai yang maju. Selal u ada ide-ide baru di benaknya, sehingga melahirkan amal pembaruan yang berkemajuan. Pemikiran kyai Dahlan yang melampaui zamannya tampaknya karena pembawaannya yang c erdas. Kyai Dahlan merupakan sosok pemikir yang kritis terhadap setiap yang dipelajarinya. Ke majuan berpikir kyai Ahmad Dahlan terlihat pula dalam hal gerakan kaum perempuan, yang mel ahirkan ‘Aisyiyah tahun 1917. Ketika kaum perempuan kala itu diapndang sebagai manusia kela s dua dibandingkan lakilaki, baik dalam pandangan agama maupun budaya, Kyai dari Kauman ini tanpa belajar emansip asi dari Barat bahkan mempelopori gerakan kebangkitan perempuan Islam. Hal yang menarik dari K.H. Ahmad Dahlan kendati menganjurkan pemikiran maju, tokoh ini tid ak alergi tasawuf. Kitab tasawuf dipelajarinya. Sifat raja’ atau pasrah menghadap Tuhan tidak m
embuat kyai Dahlan melarikan diri dari dunia, tetapi justru bermujahadah atau bersungguhsungguh dalam hidup dan perjuangan menegakkan Islam di muka bumi tanpa kenal lelah. D. Pendekatan Kultural Kyai Dahlan sesungguhnya dalam mewujudkan gagasannya tidak lepas dari pendekatannya yang cenderung kultural atau memahami budaya dan alam pikiran manusia. Sebagaimana beliau mengajarkan surat AlMa’un dan mengkontekstualisasikan dengan tuntutan masyarakat miskin, anak yatim, dan kaum tersisih secara sosial menunjukkan orientasi kultural dalam pendekatan dakwahnya. Kyai Dahlan telah menghadirkan “ teologi pembebasan” (theology of liberation) dalam menghadirkan Islam s ebagai gerakan pembebasan, pemberdayaan, dan pencerahan masyarakat. Karena itu Islam dihad irkan dalam wujud pranata – pranata sosial baru yang melekat dengan denyut nadi kehidupan masyarakat. Kyai Dahlan tetap dengan keyakinannya untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam yang m enggarap lahan pemberdayaan, pengembangan, dan pembaruan kehidupan masyarakat. Dalam be rdakwah Kyai Dahlan juga sangat memperhatikan sasaran atau masyarakat dakwah sesuai denga n taraf perkembangan alam pikiran dan keadaannya, tidak bersifat pemaksaan dan hanya berdasa rkan pada pemikiran dirinya saja. Profesor Sugoro Purbakawaca, yang dikenal sebagai priyayi dan abangan, memeberikan pe ngakuan atas pengalaman perkenalannya dengan kyai Haji Ahmad Dahlan. Berikut pengakuan P urbakawaca (dengan kutipan asli dalam bahasa Indonesia ejaan lama). “ Kyai Dahlan adalah seor ang pendidik, yang benar – benar berjiwa pendidik. Saja sewaktu masih sekolah di Kweekschool Djetis dalam tahun 1914 – 1918 pernah mendapat pelajaran dari beliau. Kalau saja ingat kejadian waktu ini sungguh – sungguh historis sekali. Sewaktu dikalangan kami angkatan muda mengemukakan pertanyaan ke pada belia, apakah tidak boleh bersembahyang dengan memakai bahasa Jawa , oleh Kyai Dahlan diperbolehkan. Setelah mengetahui bahasa Arabnya, baru kami tidak berkeberatan tidak lagi men ggunakan bahasa Jawa. Cara beliau yang bijaksana ini menimbulkan perhatian dan kekaguman k ami, karena berbeda dengan cara pesantren yang kolot. Sikap kami terhadap beliau lain tidak ha nyalah kagum dan hormat, sebagai seorang anak yang berada disamping orang tuanya. Segala pe rnyataan yang diajukan anak – anak muda, semuanya dapat ditampung oleh beliau dengan jawaban –
jawaban yang memuaskan. Beliau itu orang besar yang bisa melintasi batas yang memisahkan k aum Islam dan kaum agama lainnya. Antara lain beliau bersahabat dengan Pastoor van Lith di M untilan yang merupakan tokoh dikalangan keagamaan. Dan suatu kejadian pada waktu Kyai dahl an tidak ragu – ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya. Gejala ini saja sudah menarik, sehingga dengan ini p erhatian terhadap kyai Dahlan bertambah meluas dan menimbulkan perhatian untuk mempelajari ilmunya. Dengan sikap kyai Dahlan , agama Islam dalam perkembangannya memasuki masa bar u yang sebetulnya memberikan harapan banyak, terutama menghilangkan sifat fanatik dan henda k menanamkan Agama Islam lebih mendalam dalam masyarakat. Karena bagaimanapun juga aga ma Islam telah memajukan banyak segi – seginya yang demokratis yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia umumnya. Dan dengan sika p Kyai Dahlan tadi kehidupan keagamaan seperti di Jawa Tengah, terutama di Jogja telah menun jukkan toleransi yang sangat besar, bahkan lebih dari itu, yaitu sikap harga menghargai dan deng an demikian terhindar dari bencana perpecahan dalam keluarga dan masyarakat. Sayang bahwa l anjutan dari usaha Kyai Dahlan itu belum memadai dengan contoh – contoh yang diberikan oleh beliau. Akan tetapi mempunyai penuh harapan terhadap “ Angkatan Muda”. (Departemen Penerangan, 1963: 213 – 214). Pengakuan Purbakawaca tersebut merupakan salah satu dari fakta tentang pendekatan kultu ral yang dilakukan oleh Kyai Dahlan dalam menyebarluaskan ajaran Islam. Islam ditampilkan sel ain mempertimbangkan kondisi dan alam pikiran masyarakat, sekaligus toleran dan membawa pa da kemajuan. Karena itu Muhammadiyah generasi awal selain tampak mempelopori banyak ide – ide baru, sekaligus menmapilkan Islam yang ramah dan mencair. Hal itu bukan berarti Islam dis ubordinasikan dalam kebudayaan setempat, tetapi sebagaimana dakwah benar – benar dijalankan dengan prinsip hikmah, pendidikan yang baik, dan argumentasi yang lebih baik . Sebagaimana sejatinya dalam dakwah yang diajarkan Alloh (OS Al – Nahl: 125). Banyak pemikiran dan langkah pembaruan Kyai Dahlan yang masih dapat dianalisis dan diur aikan secara rinci, tetapi garis besarnya tampak pada pembaharuan di bidang pemahaman agama, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, tablig di ruang publig, peng organisasian haji dan zakat, dan lebih khusus lagi dalam melahirkan gerakan perempuan.
Atas pemikiran dan karya pembaruannya yang bersejarah itu, maka Pemerintahan Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 657 tanggal 27 Desember 1961 (Hadikusuma, t.t: 10) menganugerahi Kyai Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional atas kiprah monumentalnya yakni: 1. KHA Dahlan telah melopori pembangunan umat Islam Indonesia untuk menyadari nasi bnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat, 2. Dengan organisasi Muham madiyah yang didirakannya telah memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya; Ajara n yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar im an dan islam, 3. Dengan organisasinya Muhammadiyah telah melopori amal – usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi pembangunan dan kemajuan bangsa, den gan jiwa ajaran Islam, 4. Dengan organisasinya Muhammadiyah bagian Wanita atau Aisyiyah tel ah melopori pembangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi s osial, setingkat dengan kaum pria.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ahmad Dahlan merupakan tokoh penting dalam gerakan pembaharu Islam di Indonesia. Banyak ide pemikiran beliau yang memberikan pencerahan umat muslim yang lama dalam belenggu penj ajahan dan fanatisme paham masa itu. Ahmad Dahlan beserta Istrinya juga memberikanamal usa ha Muhammadiyah yang sangat maju mulai dari pendidikan, sosial, gerakan kaum perempuan da n lain sebagainya. Akhmad dahlan memiliki pemikiran yang sangat cerdas dan memiliki keingin an memperbaharui Islam yang ada di Indonesia sejak usia masih sangat muda. Beliau memiliki si fat yang sangat bijaksana dalam mengambil sebuah pemikiran. Beliau merupakan pencerah umat muslim di Indonesia. B. Saran Setelah membaca makalah yang penulis susuun bahwa kita akan mengetahui siapa pendiri muha mmadiyah, peran pendiri Muhammadiyah serta mengetahui seluk beluk perjuangan pendiri Muh ammadiyah. Penyusun mengetahui masih kurang sempurnanya makalah ini, besar harapan penyu sun bahwa untuk pemakalah selanjutnya dapat menyempurnakan makalah ini. Penyusun juga san gat membuka saran dan masukan demi semurnanya makalah ini.
makalah KH. AHMAD DAHLAN Written By Husaini on Sabtu, 02 Mei 2015 | 12.55 Makalah Perkrmbangan Pemikiran Modern Dalam Islam II
KH. AHMAD DAHLAN DI S U S
U N OLEH HUSAINI (511201716) Dosen Pembimbing Prof. Dr. Misri A Muchsin M.Ag Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam II
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh Fakultas Adab Dan Humaniora Jurusan Adab Sejarah Dan kebudayaan
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Banda Aceh, 03 May 2015
Husaini Nim. 511202716
Daftar Isi Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Bab II Pembahasan A. Biografi KH. Ahmad Dahlan B. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah 1. Faktor Subyektif 2. Faktor Obyektif 3. Faktor Obyektif Yang Bersifat Internal 4. Faktor Obyektif Yang Bersifat Ekternal 5. Tujuan Berdirinya Muhammadiyah C. Pola Pemikiran KH. Ahmad Dahlan
1. Pemikiran Pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan D. Tokoh-tokoh Muhammadiyah Bab III Penutup Kesimpulan Daftar Pustaka
BAB I PEMBAHASAN A. Latar Belakang K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan tanggal 1 Agustus 1868 di Kauman Yogyakarta dan wafat tanggal 23 Februari 1923. Nama kecilnya adalah Muhammad Darwis. Ayahnya bernama KH. Abu Bakar (seorang ulama dan Khatib terkemuka di Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan ibunya Siti Aminah (puteri dari H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu kesultanan juga). Ia merupakan anak ke-empat dari tujuh bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Permulaan pendidikan Muhammad Darwis adalah memperoleh pengajaran dan pendidikan membaca (mengaji) al-Qura’an dari ayahnya, K.H. Abu Bakar di rumah sendiri, dan pada usia 8 tahun di sudah lancar dan tamat membaca al-Qur’an. Seiring dengan perkembangn usia yang semakin bertambah, M. Darwis yang sudah tambah remaja mulai belajar agama Islam tingkat lanjut. Tidak sekedar membaca al-Qur’an, dia jug belajar fiqih dari K.H. M. Soleh dan belajar nahwu dari K.H. Muhsin. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia setelah NU. Pendidikan telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah, besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat Islam dan pencerdasan bangsa. Dalam konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentaskan bangsa Indonesia dan umat islam dari kebodohan dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem pendidikan “modern” yang telah terjaga identitas dan kelangsungannya.
Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah satu pembaharuan pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah K.H. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya penulis akan membahas makalah yang berjudul “Tokoh Pendidikan Islam K.H Ahmad Dahlan”.
BAB II PEMBAHASAN A. Biogfari KH. Ahmad Dahlan Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.[1] Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang
kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
B. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah Ada beberapa faktor berdirinya Muhammadiyah, diantaranya sebagai berikut : 1. Faktor Subyektif Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sbagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KH Ahmad. Dahlan terhadap Al Qur'an dalam menelaah, membahas dan meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat MUhammad ayat 24 yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat. Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KHA. Dahlan ketika menatap surat Ali Imran ayat 104: "Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung ". Memahami seruan diatas, KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangan sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Islam amar Makruf Nahi Munkar di tengah masyarakat kita. 2. Faktor Obyektif Ada beberapa sebab yang bersifat objektif yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah, yang sebagian dapat dikelompokkan dalam faktor internal, yaitu faktor-faktor penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam Indonesia, dan sebagiannya dapat dimasukkan ke dalam faktor eksternal, yaitu faktor-faktor penyebab yang ada di luar tubuh masyarakat Islam Indonesia.
3. Faktor obyektif yang bersifat internal
a. Ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-Quran dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia. b.
Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku ”Khalifah Allah di atas bumi”.
4. Faktor obyektif yang bersifat eksternal a. Semakin meningkatnya Gerakan Kristenisasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia. b. Penetrasi Bangsa-bangsa Eropa, terutama Bangsa Belanda ke Indonesia. c. Pengaruh dari Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam..
5. Tujuan berdirinya Muhammadiyah Tujuan dari berdirinya organisasi ini ialah mengadakan dakwah Islam, memajukan pendidikan dan pengajaran, menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan tempat ibadah dan wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang berarti, berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam, serta berusaha dengan segala kebijaksanaan supaya kehendak dan peraturan islam berlaku dalam masyarakat. Rumusan tujuan ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Desenber 1950. Setelah organisasi ini berdiri, sekolah yang didirikan semakin banyak, karena pendirian sekolah dan madrasah menjadi prioritas dalam setiap gerakan Muhammadiyah. Oleh karena itu, di mana ada cabang perkumpulan organisasi ini dipastikan terdapat sekolah atau Madrasah Muhammadiyah. Hal ini dimungkinkan karena kalangan pendukung Muhammadiyah kebanyakan berasal dari kaum pedagang dan pegawai di wilayah perkotaan sehingga mudah untuk dikoordinasikan.[2]
C. Pola Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta
keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia. Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan bid’ah, khurafat dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat, misalnya tentang uapcara kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan, sunatan, menziarahi kuburan yang dikeramatkan, memberikan makanan sesajen kepada pohon-pohon besar, jembatan, rumah angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama tidak dikenal dalam Islam. Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan: “ Dadiji kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah)[3] Bahkan hal tersebut sangat bertentangan dengan Islam, sebab dapat mendorong timbulnya kepercayaan syirik dan merusak aqidah Islam. Inti gerakan pemurnian ajaran Islam seperti pendahulunya, Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab cukup bergema. K.H. Ahmad Dahlan dan pengikutnya teguh pendirian dalam upaya menegakkan ajaran Islam yang murni sesuai al-Qur’an dan Hadis, mengagungkan ijtihad intelektual bila sumber-sumber hukum yang lebih tinggi tidak bisa digunakan, termasuk juga menghilangkan taklid dalam praktik fiqih dan menegakkan amal ma’ruf nahi munkar. 1 Pemikiran Pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada di Indonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain:
a. Pendidikan Integralistik K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu: 1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci; 2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia; 3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt. Pribadi K.H. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelekprofesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah. 1.
Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam Madrasah-madrasah Pendidikan Agama
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini. Sebagai contoh, K.H. Ahmad Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum lembaga pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah: 1. Baik budi, alim dalam agama 2. Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum) 3. Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
2. Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern Belanda Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat, tetapi dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih awal dengan gaya pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan system pendidikan baru yang diberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin memodernisasi sekolah keagamaan tradisional. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Muallimin dan Muallimat, Muballighin dan Muballighat. Dengan demikian diharpakan lahirlah kaderkader Muslim sebagai bagian inti program pembaharuannya yang bisa menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah dan membantu menyampaikan misi-misi dan melanjutkannya di masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga bekerja keras meningkatkan moral dan posisi kaum perempuan dalam kerangka Islam sebagai instrument yang efektif dan bermanfaat di dalam organisasinya karena perempuan merupakan unsur penting berkat bantuan istri dan koleganya sehingga terbentuklah Aisyiah . di tempattempat tertentu, dibukalah masjid-masjid khusus bagi kaum perempuan, seseuatu yang jarang ditemukan di Negara-negara Islam lain bahkan hingga saat ini. K.H. Ahmad Dahlan juga membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Watan.[4]
D. Toko-tokoh Muhammadiyah 1. KH. Ahmad Dahlan 2. KH. Ibrahim 3. KH. Mas Mansyur 4. Ki Bagus Hadikusuma 5. AR. Sutan Mansur 6. KH. Ahmad Badawi 7. KH. Faqih Usman 8. KH. AR. Fachruddin 9. Prof. Dr. H. Amien Rais 10. Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin
BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya K.H. Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi dunia pendidikan di Indonesia ini. Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan mempelajari perubahanperubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau mushola. Pada tahun 1912 beliau mendirikan Muhammadiyah yang semata-mata bertujuan untuk mengadakan dakwah Islam, memajukan pendidikan dan pengajaran, menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan
tempat ibadah dan wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang berarti, berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam Ide-ide yang di kemukakan K.H.Ahmad Dahlan telah membawa pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula bersistem pesantren menjadi sistem klasikal, dimana dalam pendidikan klasikal tersebut dimasukkan pelajaran umum kedalam pendidikan madrasah. Meskipun demikian, K.H. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan pendidikan moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.
Daftar Pustaka Junus salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Tangerang: Al-Wasat Publising House, 2009), hal.56. See more at: http://sunrisebw.blogspot.com/2014/05/tokoh-pendidikan-islam-kh-ahmaddahlan.html#sthash.ixIusf7f.dpuf http://asbarsalim009.blogspot.com/2014/02/latar-belakang-berdirinya-muhammadiyah.html Soedja, Muhammad, 1993. Cerita tentang kyiai haji Ahmad Dahlan, Jakarta: Rhineka Cipta Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jember: Mutiara Offset Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia[1] Junus salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Tangerang: Al-Wasat Publising House, 2009), hal.56. [2] See more at: http://sunrisebw.blogspot.com/2014/05/tokoh-pendidikan-islam-kh-ahmad-
dahlan.html#sthash.ixIusf7f.dpuf [3] http://asbarsalim009.blogspot.com/2014/02/latar-belakang-berdirinya-muhammadiyah.html
[4] Soedja, Muhammad, 1993. Cerita tentang kyiai haji Ahmad Dahlan, Jakarta: Rhineka Cipta
DAFTAR PUSTAKA
Nashir, DR. Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan Islam. Yogyakarta. Suara Muhammadiyah.
konsep pendidikan menurut K.H. AHMAD DAHLAN (1868-1923M)
S.R.Noviyanti,Semester IV
Sabtu, 13 Juli 2013
K.H. AHMAD DAHLAN (1868-1923M) TAWARAN BARU TENTANG METODE PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang pahlawan nasional yang banyak memberikan konstribusi pada dunia pendidikan Islam di Indonesia ini. Ia seorang da’i sekaligus organisatoris Islam yang mampu mewujudkan suatu sistem lembaga Islam yang terpadu yang hasilnya kini dikembangkan terus oleh para generasinya. Nama Ahmad Dahlan bukanlah nama yang asing dalam dunia pendidikan, ia lebih banyak dikenal orang sebagai pendakwah atau pembaharu sosial budaya di Indonesia. Namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri, ia telah memberikan nilai-nilai yang berharga pada pendidikan Islam agar dapat selangkah lebih maju dengan orang-orang Eropa, contohnya dengan lahirnya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang sampai saat ini tetap exist dan qualified.
II. RIWAYAT HIDUP K.H. AHMAD DAHLAN K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1868 dalam sebuah keluarga yang shaleh dan tinggal dalam atmosfer religius yang kental. Sumber lain menyebutkan bahwa Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama Muhammad Darwis, anak seorang kyai Haji Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, seorang Khatib di Masjid Sultan kota tersebut, dan ibunya adalah anak Haji Ibrahim, seorang penghulu. Setelah ia menyelesaikan pendidikannya di pesantren Yogyakarta, ia melanjutkan studinya ke Mekkah. Disinilah ia menemukan tulisan-tulisan pembaharu muslim, yaitu: AlAfghani, dan Syaikh Muhammad Abduh di Mesir.
Ketika ia berada di Mekkah, ia membuat suatu terobosan baru dengan membuat tanda shaf dalam masjid agung dengan memakai kapur, tanda yang ia berikan itu bertujuan untuk memberikan arah kiblat yang benar dalam masjid. Namun hal itu mendapat perlawanan dari petugas masjid setempat, dan dengan cepat membersihkan lantai masjid dan tanda shaf yang dituliskan oleh Dahlan. Sekembalinya dari mekkah, ia memberikan pengajaran di beberapa sekolah (pesantren). Ia mengajar ke beberapa kota sambil menawarkan penjualan batiknya kepada setiap orang. Hal ini dilakukan guna membantu kesulitan orang tuanya. Adapun sebagai Ulama Islam, ia merupakan seseorang yang memiliki otak brilian dan jiwa toleran yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pribadinya yang memberikan perhatian utamanya pada kehidupan religius, ketidakefesienan pendidikan agama, aktifitas misionaris kristen dan sikap anti agama dari kaum cerdik pandai. Dari sinilah ia disebut sebagai pemimpin yang memiliki komitmen yang tinggi kepada sikap moderat dan toleransi agama. Pada tanggal 1 Desember 1911, Ahmad Dahlan mendirikan sebuah sekolah dasar dalam lingkungan Kraton Yogyakarta. Di sekolahan ini pelajaran umum diberikan oleh beberapa pribumi berdasarkan sistem pendidikan gubernemen. Inilah sekolah Islam swasta pertama yang mendapatkan subsidi dari pemerintah. Dalam hubungan sosial, ia sangat aktif dalam segala usaha yang bertujuan membangun pendidikan bagi masyarakat. Ia pernah menjadi anggota Budi Utomo cabang Yogyakarta pada tahun 1908 dan menjadi pimpinannya. Sebagian besar dari anggota kelompok ini adalah dari kelompok priyayi dan hampir tidak ada ulama yang masuk menjadi anggotanya. Dalam mewujudkan dunia pendidikan Islam ini, ia lakukan bersamaan dengan kegiatan yang dilakukn oleh H.O.S. Cokroaminoto.Kalau Cokroaminoto lebih banyak menekankan tentang teori-teori politik dan sosiologi, maka Ahmad Dahlan lebih banyak memberikan penekanan pada ajaran-ajaran keagamaan Islam dilingkungan masyarakat. Dari semua ini nampak, walau hanya sebagian saja, sosok kepribadian Ahmad Dahlan yang begitu dinamis, tolerir, dan mempunyai watak yang progresif dan konstruktif. Namun sayangnya tidak sempat menuliskan ide-ide dan harapan-harapan kepada kita dalam bentuk tulisan. Mugkin dikarenakan kesibukan dan keseriusan beliau di dalam mewujudkan aspek pendidikan dalam tataran praktis dan aplikatif, bukan teoritis-teoritis saja.
Tanpa disadari waktu olehnya, ia pun kembali kepada Tuhan, dengan ikhlas. Alau begitu jasa-jasa beliau masih dikenang sampai saat ini, khususnya dalam dunia pendidikan, dengan lahirnya lembaga pendidikan Muhammadiyah.
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DALAM PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN I.
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN DAN PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN Secara tradisional, seseorang akan dipengaruhi faktor geografis yang menunjukkan bahwa latar belakang sosial berpengaruh terhadap proses pendewasaannya. Kampung Kauman sebagai termpat kelahiran Darwis terkenal sebagai daerah lingkungan santri. Dahlan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat Kauman, dan oleh karena itu ia sangat dipengaruhi oleh tradisi sosial daerah tersebut. Pengaruh itu nampak dari kebiasaan-kebiasaannya yang ulet dalam memperdalam pengetahuan keagamaan. Darwis sejak kecil tidak dididik pada lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda, karena barang siapa yang memasukkan anaknya ke sekolah tersebut akan dianggap sebagai orang kafir, karena telah memasuki pola kehidupan kafir Belanda. Sebagai alternatif, ia dididik melalui cara pengajian, kemudian oleh ayahnya ia dikirim untuk belajar pada beberapa guru mengaji yang lain. Pada masa itu (abad 19) menurut Steer Brink ada 5 kategori guru: guru ngaji qur’an, guru kitab, guru tarekat, guru ilmu ghaib, dan guru yang tidak menetap di suatu tempat. Adapun kitab yang dipelajari oleh Darwis adalah kitab-kitab yang berkaitan dengan ilmu fiqh, ilmu nawu, ilmu falaq, qira’ah dan ilmu hadits, sehingga ia dianggap menguasai dasar-dasar pemikiran keilmuan yang sesuai dengan sistem pengetahuan. Pada tahun 1890 ia dikirim ayahnya ke Mekkah untuk memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Ahmad Dahlan diakui sebagai salah seorang tokoh pembaharuan dan pergerakan Islam di indonesia, antara lain karena ia berperan dalam mengembangkan pendidikan Islam dengan
pendekatan-pendekatan yang lebih modern, dan banyaknya pengalaman keislaman masyarakat yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits. Sebelum mendirikan Muhammadiyah, beliau telah berjuang dalam perkumpulan Jam’iyyah alKhair, Budi Utomo dan Syarekat Islam. Ia termasuk salah seorang ulama yang mula-mula mengajar agama Islam di sekoah negeri, seperti sekolah guru (Kweekschool) di Jetis Yogyakarta dan Mosvia di Magelang. Puncak dari kegiatan dan perjuangan beliau ialah dengan mendirikan Muhammadiyah. Ketika Muhammadiyah didirikan untuk pertama kalinya, sesungguhnya di Yogyakarta telah berdiri perkumpulan-perkumpulan atau pengajian yang bermacam-macam, seperti: Ikhwanul Muslimin, Priyo Utomo, Taqwimuddin, Syarikat Muhtadi, Walfajri, dan sebagainya. Atas ide yang diberikan K.H.Ahmad Dahlan, maka akhirnya perkumpulan-perkumpulan diatas banyak yang meleburkan dirinya ke dalam Muhammadiyyah sebagai ranting-rantingnya, demikian juga perkumpulan-perkumpulan agama di luar Jawa tidak ketinggalan untuk ikut bergabung. Adapun tujuan beliau mendirikan organisasi ini adalah untuk membebaskan umat Islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupannya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam.
II.
GAGASAN PEMBAHARUAN DAN PERJUANGAN DAHLAN Pada tahun 1890 ayah Dahlan meninggal dunia, kemudian oleh Sultan Hamengkubuwono VII Dahlan diangkat sebagai pengganti kedudukan ayahnya menjadi khatib di masjid agung Kauman Yogyakarta. Setelah ia duduk sebagai abdi dalem, oleh para teman seprofesi dan para kyai Dahlan diberi gelar Ketib Amin, artinya ketib yang dapat dipercaya. Gelar tersebut mencerminkan suatu proses pendidikan dirinya dengan dorongan apa yang disebutkan David C.MC.Clelland. Need for achievement, yaitu cara berpikir tertentu yang kurang lebih sangat jarang dijumpai, akan tetapi apabila ada pada diri seseorang, cenderung menyebabkan orang itu bertingkah laku giat. Hal ini berdampak pada penyebaran gagasangagasannya, meskipun gagasan tersebut tidak cocok dengan pemikiran keagamaan yang hidup di daerah Yogyakarta. Gagasan Dahlan yang berbeda dengan pemikiran masyarakat zamannya mempunyai landasan pemikiran yang prinsipil dipandang dari sudut filsafat ilmu.
III.
PEMIKIRAN PENDIDIKAN K.H.AHMAD DAHLAN
K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang tidak banyak meninggalkan tulisan. Beliau lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal atau praktisi daripada filosof yang banyak melahirkan pemikiran dan gagasan-gagasan tetapi sedikit amal.Sekalipun demikian tidak berarti bahwa K.H.Ahmad Dahlan tidak memiliki gagasan. Amal usaha Muhammadiyyah merupakan refleksi dan manifestasi pemikiran beliau dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Istilah pendidikan disini dipergunakan dalam konteks yang luas tidak hanya terbatas pada sekolah formal
tetapi
mencakup
semua
usaha
yang
dilaksanakan
secara
sistematis
untuk
mentransformasikan ilmu pengetahuan, nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu kepada generasi muda. Dalam konteks ini termasuk dalam pengertian pendidikan adalah kegiatan pengajian, tablig, dan sejenisnya. 1. Tujuan Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan tidak secara khusus menyebutkan tujuan pendidikan. Tetapi dari pernyataannya yang disampaikannya dalam berbagai kesempatan, tujuan pendidikan K.H. Ahmad Dahlan adalah “Dadijo Kijahi sing kemadjoean, adja kesel anggonmu njamboet gawe kanggo moehammadijah”. Dalam pernyataan sederhana tersebut, terdapat beberapa hal penting yaitu Kijahi, kemadjoean, dan njamboet gawe kanggo moehammadijah. Istilah Kiai merupakan sosok yang sangat menguasai ilmu agama. Dalam masyarakat Jawa, seorang kiai adalah figur yang sholeh, berakhlak mulia, dan menguasai ilmu agama secara mendalam. Istilah Kemajuan secara khusus menunjuk kepada kemodernan sebagai lawan dari kekolotan dan konservatisme. Pada masa K.H.Ahmad Dahlan, kemajuan sering diidentikkan dengan penguasaan ilmu-ilmu umum atau intelektualitas dan kemajuan secara material. Sedangkan kata njamboet gawe kanggo moehammaddijah merupakan manifestasi dari keteguhan dan komitmen untuk membantu dan mencurahkan pikiran dan tenaga untuk kemajuan umat Islam pada khususnya, dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, tujuan pendidikan menurut K.H Ahmad Dahlan adalah untuk membentuk manusia yang : a.
Alim dalam ilmu agama.
b. Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum.
c.
Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyyah dalam menyantuni nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat. Rumusan tujuan pendidikan tersebut merupakan “pembaharuan” dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendididkan pesantren hanya bertujuan untuk menciptakan individu yang sholeh dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya pendidikan model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang di dalamnya tdak diajarkan agama sama sekali. Pelajaran di sekolah ini menggunakan huruf latin. Akibat dualisme pendidikan tersebut, lahirlah dua kutub intelegensia: lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum, dan lulusan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama. Melihat ketimpangan tersebut, beliau berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh: menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual, serta dunia dan akhirat. Baginya kedua hal tersebut merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. 2. Materi Pendidikan Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut, K.H.Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a.
Pendidikan moral,akhlaq, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah.
b.
Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh, yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dan akal pikiran serta antara dunia dan akhirat.
c.
Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat. Meskipun demikian, K.H.Ahmad Dahlan belum memiliki konsep kurikulum dan materi pelajaran yang baku. Muatan kurikulum pelajaran agama menurut K.H.Ahmad Dahlan bisa dilihat dari materi pelajaran agama yang diajarkannya dalam pengajian-pengajian di madrasah dan pondok Muhammadiyyah. K.R.H Hajid, salah seorang muridnya mengumpulkan ajaran gurunya ke dalam sebuah buku berjudul “Ajaran K.H.A. Dahlan” dan 17 kelompok ayat-ayat alQur’an yang merupakan catatan pribadinya selama mengikuti pelajaran agama.
Sejalan dengan ide pembaharuannya, K.H.Ahmad Dahlan adalah seorang pendidik yang sangat menghargai dan menekankan pendidikan akal.Dia berpendapat bahwa akal merupakan sumber pengetahuan. Tetapi seringkali akal tidak mendapatkan perhatian yang semestinya.Karena itulah maka pendidikan harus memberikan siraman dan bimbingan yang sedemikian rupa sehingga akal manusia dapat berkembang dengan baik. Untuk mengembangkan pendidikan akal, beliau menganjurkan diberikannya pelajaran ilmu mantiq di lembaga-lembaga pendidikan.
3. Metode Mengajar Di dalam menyampaikan pelajaran agama, K.H Ahmad Dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Disamping menggunakan penafsiran yang kontekstual, beliau berpendapat bahwa pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Gagasan Ahmad Dahlan tentang “Pembumian” ajaran al-Qur’an tersebut antara lain tercermin dalam pengajaran surat Al-Ma’un yang dalam perkembangannya melahirkan Majelis Pembinaan Kesejahteraan Umat (MPKU). Untuk mewujudkan gagasan tersebut, K.H.Ahmad Dahlan melakukan dua langkah strategis yaitu dengan mengajarkan pelajaran agama ekstrakurikuler di sekolah gubernemen. Sistem penyelenggaraan dan kurikulum sekolah Muhammadiyyah yang didirikannya memiliki dua perbedaan mendasar dengan sekolah dan lembaga pendidikan pada umumnya. Dilihat dari segi kurikulum, sekolah tersebut mengajarkan tidak hanya ilmu umum tetapi juga ilmu agama sekaligus. Hal ini merupakan terobosan baru mengingat pada saat itu lembaga pendidikan umum (sekolah) hanya mengajarkan pelajaran umum dan sebaliknya, lembaga pendidikan agama (pesantren) hanya mengajarkan pelajaran agama. Dengan kurikulum tersebut,Ahmad Dahlan berusaha membentuk individu yang “utuh” dengan memberikan pelajaran agama dan umum sekaligus. Dilihat dari sistem penyelenggaraannya, sekolah tersebut meniru sistem persekolahan model Belanda. Dalam mengajar beliau menggunakan kapur, papan tulis, meja, kursi, dan peralatan lain sebagaimana lazimnya sekolah Belanda. Berkaitan dengan langkah tersebut, beliau berpendapat bahwa untuk memajukan pendidikan diperlukan cara-cara sebagaimana yang digunakan dalam sekolah yang maju. Meniru model penyelenggaraan sekolah tidak berarti mengabaikan ajaran
agama sebab penyelenggaraan sistem pendidikan merupakan wilayah muamalah yang harus ditentukan dan dikembangkan sendiri. .