BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia
individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010). Populasi lansia berusia ≥ 60 tahun sebanyak 10% dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2050 di dunia. sedangkan lansia berusia ≥ 85 tahun meningkat 0,25 % (Holdsworth, 2014) Lansia adalah sekelompok orang yang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Jumlah lansia di dunia, termasuk negara Indonesia bertambah tiap tahunnya. Pada tahun 2012persentase penduduk usia 60 tahun keatas adalah 7,58%, sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 8 %, pada tahun 2014 meningkat menjadi 8,2% dan tahun 2015 meningkat menjadi 8,5% ( BPS 2015). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan menurut badan Koordinasi Keluarga Berencana 1
Nasional (BKKBN) ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek social. Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentannya terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena perubahan berbagai macam dalam struktur, fungsi, sel dan jaringan serta sistem organ. Secara ekonomi penduduk lansia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa tidak lagi memberikan banyak manfaat bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua sering sekali dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan lansia . Dari aspek social, penduduk lansia merupakan satu kelompok social sendiri. Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan. Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani hari tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat usia harapan hidup penduduk yang semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorang pun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda. 2
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun. Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau sakit. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia. Adapun program kesehatan lansia
yang ada di Indonesia
yang diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan lansia yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus 3
meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Lansia (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang selayaknya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini yaitu : “Bagaimanakah Profil, Trend Issue, Masalah kesehatan, dan kebijakan perawatan lansia”? 1.3 1. 2. 3. 4.
Tujuan Penulisan Untuk mengetahui bagaimanakah Profil lansia Untuk mengetahui Bagaimanakah Tren Isue Untuk mengetahui Bagaimanakah Masalah kesehatan lansia Untuk mengetahui Bagaimanakah kebijakan perawatan
lansia
1.4 Manfaat Digunakan sebagai bahan dasar pengetahuan dan sebagai upaya pengembangan ilmu keperawatan gerontik, sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan pelayanan keperawatan.
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Profil Lansia Permasalahan
terutama
karena
global
faktor
disebabkan
usia
dan
keterbatasan
biologis.
Bantuan
lansia dan
perlindungan bagi lansia diperlukan di berbagai bidang seperti kesempatan
kerja,
kesehatan,
kemudahan
dalam
penggunaan
pendidikan fasilitas
dan
dan
pelatihan,
sarana
serta
prasarana umum, kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, keagamaan, dan lain-lain. Selain itu lansia yang berpengalaman dan memiliki keahlian perlu diberi kesempatan untuk tetap turut serta berpartisipasi dalam pembangunan dan hidup berlansia . Salah satu contoh permasalahan yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut usia (old age dependency ratio). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk lansia. Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan guna menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan para lansia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun lansia . 5
Proporsi
penduduk
lansia
di
Indonesia
mengalami
peningkatan cukup signifikan selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,3 juta jiwa (4,48 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 1971 menjadi 19,3 juta (8,37 persen dari total
keseluruhan
penduduk
Indonesia)
pada
tahun
2009.
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan.
Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini
menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010-2035, jumlah penduduk lansia di Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 4,16 juta jiwa atau sekitar 8,67 persen dari total penduduk Jawa Barat, yang terdiri dari sebanyak 2,02 juta jiwa (8,31 persen) lansia laki-laki dan sebanyak 2,14 juta jiwa (9,03 persen) lansia perempuan. Publikasi ini menyajikan profil lansia di Jawa Barat meliputi rasio ketergantungan, status perkawinan, peran dalam rumah tangga, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan kondisi sosial ekonomi. Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah diantaranya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, yang antara lain meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, seperti pembangunan sarana ibadah dengan
6
penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia; 2) Pelayanan kesehatan, melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; 3) Pelayanan untuk prasarana
umum,
yaitu
mendapatkan
kemudahan
dalam
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; 4) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan administrasi pemerintahan (Kartu Tanda Penduduk seumur hidup), pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan,
akomodasi,
pembayaran
pajak,
pembelian
tiket
rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Semua hal tersebut di atas memerlukan keterlibatan peran dan tanggung jawab pemerintah dan lansia serta lembaga maupun organisasi
sosial
untuk
bersama-sama
berkomitmen
mewujudkan kesejahteraan bagi para lansia.
dalam
Seluruh upaya ini
dilakukan dengan memberdayakan para lansia untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembangunan guna mengurangi kemiskinan, memperoleh kesehatan yang lebih baik dan mendukung kehidupan sosial
kelansia
memperhatikan
an.
Mereka
fungsi,
diberdayakan
kearifan,
dengan
pengetahuan,
tetap
keahlian,
keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya. Arah, strategi 7
pembangunan,
dan
pemberdayaan
lansia
dalam
rangka
peningkatan kesejahteraan mereka dilakukan secara terpadu dan lintas sektor.
Oleh karena itu, data statistik dan indikator yang
memberikan gambaran makro mengenai kondisi dan potensi penduduk lansia di berbagai bidang seperti demografi, pendidikan, kesehatan, dan kegiatan sosial, di tingkat nasional maupun provinsi, sangatlah diperlukan untuk dalam merumuskan dan mengevaluasi hasil pembangunan dan pemberdayaan penduduk lansia. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembangnya dari bayi, anak-anak, dewasan dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Azizah, 2015). Lansia menurut Constantinides adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Sedangkan dalam proses penuaan terjadi penurunan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya (Darmojo, 2014). Selain penurunan pada jaringan tubuh manusia dalam proses penuaan juga mengalami perubahan kesehatan. Menurut Praticia (2014), masalah kesehatan yang meliputi kemunduran dan kelemahan
pada
lansia
salah 8
satunya
adalah
intellectual
impairment (gangguan intelektual/demensia). Sedangkan menurut Azizah (2015) terjadi pula perubahan-perubahan pada lansia yaitu perubahan fisik, perubahan kognitif, perubahan spiritual dan perubahan psikososial. Salah satu perubahan kognitif yang terjadi pada lansia yaitu perubahan memori atau daya ingat. Seperti yang dijelaskan oleh Azizah (2015), pada lansia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang sering kali paling awal mengalami penurunan. Kerusakan kognitif pada lansia yang berupa penurunan daya ingat biasa disebut penyakit demensia. Seperti yang dijelaskan oleh Setiono dan Hidayati (2014) bahwa demensia adalah gangguan fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir yang perlahan namun semakin memburuk (Hidayati, 2014). Semakin memburuknya fungsi kognitif pada lansia, maka akan berdampak terhadap penurunan kemampuan aktivitas seharihari. Sedangkan Azizah (2015) menjelaskan bahwa demensia dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas sehari-hari karena dipengaruhi kumpulan gejala yang ada seperti penurunan fungsi kognitif, perubahan mood, dan tingkah laku. Menurut Setiono dan Hidayati
(2014),
penyandang
demensia
selain
mengalami
kelemahan kognitif secara bertahap, juga akan mengalami kemunduran aktivitas sehari-hari (activity of daily/ADL). Awalnya, kemunduran
aktivitas
sehari-hari
ini
berwujud
sebagai
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas hidup yang kompleks 9
(complexs activity of daily living) lambat laun, penyandang tersebut tidak mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari yang dasar (basic activity of daily living) (Hidayati, 2014). Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun, selanjutnya terbagi dalam usia 70-75 tahun (young old). 75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old). Sedangkan menurut pendapat Sumiati (dalam Bandyah, 2010) membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut: Umur 40-65 tahun: masa setengah umur (prasenium) 65 tahun ke atas : masa lansia (senium) (Bandyah, 2010).
2.2
Trend Issue Lansia Tren Issue yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik
adalah tindakan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980. Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
10
2.3
Masalah Kesehatan Lansia
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu : 1.
Immobility (kurang bergerak)
a.
Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau
lebih. b.
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri,
lemah, kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia. c.
Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang
mengalami penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paruparu dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain. d.
Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat. 2.
Instability (Instabilitas dan Jatuh)
11
a.
Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan lain-lain. b.
Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada
pasien misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan,
gangguan
keseimbangan,
penyakit
misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat terpeleset dll). c.
Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala,
cedera jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi. d.
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah
instabilitas dan riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin. 3.
Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
12
a.
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang
tidak dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan. b. diobati
Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat bila
penyakit
yang
mendasarinya
diatasi
misalnya
infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala. c.
Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi
yaitu keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin.. d.
Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
13
e.
Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol
pasien sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi. 4.
Intelectual
Impairement
(Gangguan
Intelektual
Seperti
Demensia dan Delirium) a.
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori
didapat
yang
disebabkan
oleh
penyakit
otak,
yang
tidak
berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna. b.
Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia
mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas. c.
Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan
obesitas. d.
Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik
yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi. e.
Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan
memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), 14
gangguan
proses
pikir
(diorientasi
waktu,
tempat,
orang),
komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur. 5.
Infection (infeksi)
a.
Pada lanjut usia terdapat
beberapa penyakit sekaligus,
menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. b.
Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai
dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai. c.
Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain
berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut. 6.
Impairement of hearing, vision and smell (gangguan
pendengaran, penglihatandan penciuman) a. Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi b.
Penatalaksanaan
untuk
gangguan
pendengaran
pada
geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi koklea. 15
c.
Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi,
katarak atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak. 7.
Isolation (Depression)
a.
Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada
lanjut usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan. b.
Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan. 8.
Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar
25% pada usia 40-70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan. 9. Impecunity (Tidak punya penghasilan) a.
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik
dan
mental
akan
berkurang 16
secara
berlahan-lahan,
yang
menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. b.
Usia
pensiun
dimana
sebagian
dari
lansia
hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. c.
Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan
teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi. 10.
Iatrogenic(penyakit karena pemakaian obat-obatan)
a.
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis
sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit. b.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek
dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. 11.
Insomnia(Sulit tidur)
a.
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya. 17
b.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan
oleh lansia yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari. c.
Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur,
santai mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan membaca. 12.
Immuno-defficiency
(penurunan
sistem
kekebalan
tubuh),Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun. 13. Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi 14.
Impaction (sulit buang air besar)
a.
Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan
yang kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain. 18
b.
Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus
menjadi tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.
2.4
Kebijakan Perawatan Lansia Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan
bagian dari pembinaan keluarga. Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat.
Juga
kesehatan
keluarga
diselenggarakan
untuk
mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera. Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara optimal, dilakukan dengan cara: peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga dan lansia
dengan pemberian
kesempatan untuk berperan dalam kehidupan keluarga. Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia lanjut yaitu : 1) Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan. 2) Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang PokokPokok Organisasi Departemen kesehatan 3) Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Departemen Kesehatan 19
4) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. 5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang berlakunya Sistem kesehatan Nasional dan RP3JPK 6) Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990 tentang Pembentukan Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia Lanjut. 7) Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang Pembentukan Tim Kerja Geatric. Upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan lansia, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program asuransi social federal yang dirancang untu
menyediakan
perawatan
kesehatan
bagi
lansia
yang
memberikan jaminan keamanan social. Medicare dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambhan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang berkelanjutan
obat-obat
yang 20
diresepkan,
kaca
mata
dan
perawatan gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on Aging, 1991). Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredar antara satu Negara dengan lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana lansia yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata dan perawatan gigi Adapun program kesehatan lansia yang ada di Indonesia yang diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan lansia yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga
lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus
menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Lansia
(JPKM). Dengan strategi ini
diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang layak Hukum Perlindungan Lansia. Empat peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan lanjut usia, yaitu :
21
1. Undang-undang Kesejahteraan
Nomor
Lanjut
Usia
13
Tahun
yaitu
1998
yang
Tentang
menjadi
dasar
pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain adalah ”bahwa
pelaksanaan
pembangunan
yang
bertujuan
mewujudkan lansia adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial lansia makin
yang makin membaik dan usia harapah hidup
meningkat,
sehingga
jumlah
lanjut
usia
makin
bertambah” 2. Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yaitu “Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan,
keserasian,
dan
keselarasan
dalam
perikehidupan. Dengan arah agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan
sehingga
pembangunan
dengan
berperan
dalam
memperhatikan
fungsi
kegiatan kearifan,
pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraannya” Selanjutnya tujuan
dari
semua
itu
adalah
untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
22
Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan berlansia , berbangsa dan bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan yang meliputi : a. b. c. d. e.
Pelayanan keagamaan dan mental spiritual Pelayanan kesehatan Pelayanan kesempatan kerja Pelayanan pendidikan dan pelatihan Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan
prasarana umum f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum g. Perlindungan sosial h. Bantuan sosial Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban, yaitu : a.
Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan
bijaksana berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya; b. Mengamalkan dan mentransformasikan
ilmu
pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus; c. Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus. b. Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan
menciptakan
suasana
yang
menunjang
bagi
terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Sedangkan
pemerintah, 23
lansia
dan
keluarga
bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi : a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain
adalah
pembangunan
sarana
ibadah
penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia. b. Pelayanan kesehatan dilaksanakan
dengan melalui
peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik. c. Pelayanan untuk prasarana mendapatkan
kemudahan
dalam
umum,
penggunaan
yaitu fasilitas
umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus. d. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat rekreasi, penyediaan tempat
24
duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum. Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing. 3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia. a. Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan lansia
yang berjumlah paling banyak 25
orang. b. Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab
di
bidang
kesejahteraan
rakyat,
kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana, ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, permukiman dan
prasarana
wilayah,
pemberdayaan
perempuan,
kebudayaan dan pariwisata, perhubungan, pemerintahan dalam negeri. Unsur lansia organisasi lansia
adalah merupakan wakil dari
yang bergerak di bidang kesejahteraan
sosial lanjut usia, perguruan tinggi, dan dunia usaha. c. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi Provinsi/Kabupaten/Kota Lanjut Usia.
25
d. oleh
Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan Gubernur
pada
tingkat
provinsi,
dan
oleh
Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota. 4. Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia. a. Pengangkatan anggota Komnas
Lansia
oleh
Presiden. b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial
26
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Berdasarkan Profil Lansia. Menunjukkan bahwa hasil
Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010-2035, jumlah penduduk lansia di Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 4,16 juta jiwa atau sekitar 8,67 persen dari total penduduk Jawa Barat, yang terdiri dari sebanyak 2,02 juta jiwa (8,31 persen) lansia laki-laki dan sebanyak 2,14 juta jiwa (9,03 persen) lansia perempuan. Publikasi ini menyajikan profil. Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun, selanjutnya terbagi dalam usia 70-75 tahun (young old). 75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old). Tren Issue yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tindakan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuaan. Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara optimal, dilakukan dengan cara: peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga dan lansia
dengan pemberian
kesempatan untuk berperan dalam kehidupan keluarga. 3.2
Saran 27
Meningkatkan program lansia dengan cara memberikan lebih memperhatikan kondisi lansia sehingga lansia dapat menikmati masa tuanya dengan sehat dan sejahtera baik itu kondisi kesehatan, psikis, dan rohaninya.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminah, E dan Shinta W. (2011). Perbedaan Jenis Kelamin terhadap Kemampuan Dalam Pelajaran Matematika. Socioscienti, Jurnal-jurnal Ilmu Sosial. Volume 3 Nomor 1, Februari 2011.
2. Anderson. (2012). Health Locus of Control and Health Behaviour. Journal of Health Psychology, vol. 3 (2) :
3. Badan Pusat Statistik R.I. (2009). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI
4. Depkes RI. (2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan I. Jakarta
5. Ekasari, Fatma. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.
6. Nugroho, W .(2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta:EGC
29
7. Robards, J. et-al. (2012). Marital Status, Health and Mortality. 73 (2012) 295-299
30