KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Buku Pedoman Menyumpit Suku Akit Hatas di Desa Titi Akar. Buku
ini dibuat sebagai pedoman dari
pelaksanaan tradisi menyumpit yang dilakukan oleh masyarakat Suku Akit di Desa Titi Akar, Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan dan motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Pihak Universitas Riau 2. Bapak Sukarto sebagai Kepala Desa Titi Akar Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis 3. Bapak Anyang .B telah berpartisipasi dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan buku pedoman menyumpit ini.
Page | i
P a g e | ii
4. Bapak Wak Tiam selaku kepala Adat Suku Akit Hatas Desa Titi Akar. 5. Bapak Atan selaku wakil ketua Adat Suku Akit Hatas Desa Titi Akar. 6. Semua Masyarakat Desa Titi Akar 7. Rekan-rekan mahasiswa KUKERTA Desa Titi Akar 2018. Penulis
telah
menyelesaikan
buku
pedoman
menyumpit ini dengan sebaik mungkin. Namun, penulis menyadari buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan komentar yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku pedoman ini.
Desa Titi Akar, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................ i DAFTAR ISI .............................................................. ii I. PENDAHULUAN ................................................... 1 1. Sejarah Singkat desa Titi Akar ...................... 3 2. Asal Usul Suku Akit ...................................... 4 II. MENYUMPIT 1. Sejarah Menyumpit ........................................ 8 2. Perlengkapan Menyumpit .............................. 9 3. Cara Pembuatan Sumpit ............................... 13 4. Jalannya Permainan Menyumpit 4.1. Persiapan ................................................ 18 4.2. Aturan dalam menyumpit ........................ 18 4.3. Tahap-tahap permainan ........................... 19
Page | iii
P a g e | iv
III. PENUTUP.......................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA .............................................. 23 TENTANG PENULIS ............................................. 24
Page |1
BUKU PEDOMAN MENYUMPIT SUKU AKIT HATAS DI DESA TITI AKAR
I. PENDAHULUAN Desa-desa adat sebagai warisan budaya yang aktif dan masih ada hingga saat ini (living heritage) merupakan kekayaan budaya Indonesia. Keberadaan desa adat sebagai pewaris, pelestari sekaligus pelaku aktif
kearifan
lokal,
sangat
potensial
dalam
mempertahankan identitas budaya serta membangun kesadaran akan keberagamaan budaya di Indonesia. Dengan demikian, desa adat merupakan bagian dari kekayaan bangsa yang wajib dilestarikan dan salah satu upaya
pelestariannya
adalah
dengan
melakukan
revitalisasi. Revitalisasi desa adat merupakan proses atau cara menggiatkan kembali potensi-potensi desa adat dalam pelestarian kebudayaan.
Page |2
Desa adat ditandai dengan adanya sekelompok orang yang berada pada wilayah teritorial tertentu, dengan sistem aktivitas ekonomi yang seragam serta adanya keterikatan genealogis. Selain itu, desa adat juga memiliki prinsip hidup, pola interaksi berkelanjutan dalam aktivitas sehari-hari, serta memiliki seperangkat aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang dipatuhi bersama. Desa Titi Akar adalah salah satu desa yang dapat
dijadikan
desa
adat
dikarenakan
banyak
kebudayaan-kebudayaan perlu pelestariannya, seperti tradisi menyumpit yang dilakukan oleh suku Akit. Di desa Titi Akar dalam kesehariannya, masyarakat mengembangkan kearifan-kearifan lokal yang tetap dipelihara dan diwariskan, seperti yang terwujud dalam bentuk rumah adat dalam sistem pengetahuan arsitektur bangunan, nilai-nilai budaya dalam sistem kepercayaan dan upacara tradisional, serta nilai-nilai sosial dalam sistem ekonomi berbasis budaya dan lingkungan. Tidak hanya perkara bangunan adat yang diperhatikan pada sebuah desa adat, tradisi yang ada perlu dilestarikan agar generasi
penerus
dapat
menjalankan
serta
mempertahankan tradisi tersebut. Salah satu caranya Page | 2
Page |3
dengan mendokumentasikan perihal-perihal penting yang terdapat pada tradisi tersebut dalam bentuk buku. Buku tersebut dapat menjadi aset penting sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan tradisi tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menyusun buku pedoman menyumpit Suku Akit Hatas desa Titi Akar. 1. Sejarah Singkat desa Titi Akar Asal mula sejarah desa Titi Akar ini dari dua buah dusun kecil di pinggiran Sungai Selat Morong, yang disebut Suling dan Moncong yang dusun ini dibuka oleh suku Akit dan Hatas. Menurut cerita, dahulunya antara dusun Suling dan Moncong sebagai batas/sempadan karena terdapat sebuah anak sungai kecil mengarah ke Timur, di antara kiri kanan anak sungai itu dipenuhi oleh hutan rimba, di antara hutan rimba tersebut tumbuhlah sebatang kayu Ara dengan rindang, akarnya menghubungi (melintangi) anak sungai itu. Dari situlah masyarakat suku Akit dan Hatas menyeberang melewati akar kayu Ara jika ingin menyeberang atau berhijrah ke rumah sanak dan tetangga. Page | 3
Page |4
Lama kelamaan dusun ini memanjang di pinggiran Selat
Morong,
masing-masing
penduduk
yang
menempati dusun Suling dan Moncong ini mencari nama kampung mereka, setelah ada kesepakatan bersama maka dinamakanlah kampung tersebut Titi Akar. “Titi”, bagi mereka adalah jalan dan “Akar” artinya akar dari pada kayu Ara. Jadi, Titi Akar adalah berjalan di atas kayu. 2. Asal Usul Suku Akit Desa Titi Akar merupakan salah satu desa yang ada
di
kecamatan
Rupat
Utara
dengan
jumlah
penduduknya 4174 jiwa. Mayoritas penduduknya adalah suku Akit. Suku Akit mempunyai ciri-ciri khas, seperti bangun tubuh mereka tegap dan lebih tinggi dari orangorang melayu sekitarnya. Kulitnya kecoklatan terbakar matahari dan perairan cuaca menyembunyikan warna aslinya yang kuning, dahinya tinggi seperti ras mongoloid umumnya, tetapi matanya tidak sipit bahkan rambutnya agak ikal. Kelompok-kelompok masyarakat Suku Akit di wilayah kecamatan Rupat Utara ini selain dipimpin oleh Kepala Kampung di masing-masing Page | 4
Page |5
penghulu juga dipimpin oleh kepala suku yang disebut “Bathin” serta dibantu oleh pemuka masyarakat lainnya. Dalam sejarah, masyarakat suku Akit pernah dipimpin oleh enam Bathin, yang sekarang masih berperan dalam kehidupan masyarakat suku Akit, yaitu : 1. Bathin Cenawan lebih kurang tahun 1816-1883 2. Bathin Daud lebih kurang tahun 1883-1934 3. Bathin Pancang lebih kurang tahun 1934-1973 4. Bathin Anyang lebih kurang tahun 1973-1984 5. Bathin Ngok lebih kurang tahun 1984-1995 6. Bathin Selan lebih kurang tahun 1995 sampai sekarang. Bathin ini selain berperan sebagai kepala suku, juga mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan suku Akit.
Ketika
salah
seorang
suku
Akit
ingin
melangsungkan upacara seperti pernikahan, perceraian, khitan dan upacara lainnya maka Bathinlah yang menikahkan, menceraikan dan mengesahkan atau menjadi saksi ketika dilakukannya upacara khitanan tersebut. Kata Bathin merupakan gelaran Sultan Siak Page | 5
Page |6
juga sebagai sebutan untuk Kepala Suku/Kepala Adat pada masa pemerintahan Sultan Syarif Kasim, sehingga istilah tersebut masih dipakai hingga sekarang. “Akit” berasal dari kata “rakit”atau “merakit” yaitu kelompok orang-orang yang mempunyai pekerjaan membawa rakit di sungai jantan atau sungai siak sekarang ini. Semulanya amsayarakat Akit ini adalah rakyat Negeri Kerajaan Siak Sri Indrapura, yang mendapat titah dari Sultan untuk merakit kayu yang sudah ditebang dari hutan melalui sungai Siak. Rakyat kesultanan yang mendapat titah ini terdiri dari kelompok-kelompok yang bekerja secara funsional, yang masing-masing mendapat tugas dengan pembagian sebagai berikut: 1. Kelompok yang menebang kayu-kayu di hutan. 2. Kelompok yang bertugas merakit-rakit (membawa, mengangkat kayu) dari hutan dengan menyusun berbentuk jajaran panjang/rakit. 3. Kelompok yang bertugas untuk membersihkan tepitepi sungai supaya lancarnya jalan aliran sungai Page | 6
Page |7
untuk mempermudah pengangkatan kayu balak (merantas). “Suku Akit ada kaitan sejarah dengan Kerajaan Pagaruyung daerah Sumatera Barat. Pada waktu itu penjajahan Belanda, dimana pemerintahan dilaksanakan dengan sistem kekerasan terutama mengenai masalah pajak. Rakyat dipaksa melunasi kewajiban pajakanya, jika kewajiban itu tidak dilaksanakan maka mereka akan mendapat sanksi hukuman. Keadaan ini sudah tentu membebani dan menyulitkan rakyat, karena antara beban yang diwajibkan dengan keadaan ekonomi tidak seimbang.”
Page | 7
Page |8
II. MENYUMPIT 1. Sejarah Menyumpit Menyumpit adalah salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Akit. Pada saat penjajahan Belanda menyumpit ini juga digunakan untuk melawan penjajah, dimana peluru untuk menyumpit ini diberi racun. Kegunaan
dari
sumpit
ini
tidak
hanya
untuk
mempertahankan diri dimasa penjajahan, tetapi juga digunakan untuk menjaga ladang masyarakat dari hewan-hewan yang mengganggu ladang seperti monyet, burung pipit dan hewan-hewan yang dianggap hama. Racun yang terdapat pada peluru sumpit ini sangat berbahaya jika terkena pada target, bahkan reaksi racun ini dapat bekerja + 10 menit sudah dapat membuat target mati. Tradisi menyumpit ini menggunakan sumpit yang terbuat dari kayu yang panjangnya sekitar 2 meter. Cara melakukan tradisi ini dengan meniup sumpit yang telah diisi peluru yang berbentuk anak panah. Dalam menggunakan sumpit ini dibutuhkan keahlian dan cara Page | 8
Page |9
yang tepat agar sumpit dapat berfungsi maksimal, seperti meniup sumpit ini dibutuhkan napas yang panjang agar peluru dapat bergerak dan mengenai sasaran. Selain napas, tingkat keakuratan dalam melihat target juga menjadi kunci dalam menggunakan sumpit. Pada masa penjajah kemampuan Suku Akit dalam menggunakan sumpit membuat para penjajah waspada, karena racun yang ada pada peluru sumpit sangat sulit diobati. Namun, tradisi menyumpit telah mengalami perubahan dari segi pemanfaatannya. Tradisi ini kini sering ditemukan ketika perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia saja. 2. Perlengkapan Menyumpit a. Batang Sumpit Batang Sumpit terbuat dari kayu male-male, ulin, lanan, dan lainnya
dengan diameter batang
sumpit 3-4 cm, dengan panjangnya + 2 meter, dan diameter lubang +1 cm. Pada proses pembuatan sumpit, batangnya dibuat semakin ujung semakin kecil ukuran diameter batang dan lubangnya hal ini bertujuan untuk mempercepat pergerakan peluru
P a g e | 10
sumpit tersebut. Dipangkal batang sumpit terdapat timah yang berfungsi untuk melindungi bagian pangkal agar tidak terkena air liur pengguna sumpit. Dibatang sumpit juga terdapat rotan yang diikat dimasing-masing ruas batang sumpit dengan tujuan menjaga batang sumpit agar tidak mudah rusak. Selain itu untuk mengatasi adanya kerusakan pada sumpit digunakan lilin lebah yang dilelehkan dan diolesi pada bagian yang rusak.
Gambar 1. Batang Sumpit
P a g e | 11
b. Anak panah sumpit (Damek) Anak panah sumpit terbuat dari pohon kapau yang diambil pelepah bagian belakangnya dengan ukuran +15 cm. Damak dibuat dengan bentuk runcing pada ujungnya, hal ini bertujuan untuk mengenai sasaran atau target. Bagian ujung anak panah yang berbentuk runcing disebut pono. Pono ini mempunyai fungsi sebagai penahan anak panah dari pergerakan angin sehingga anak panah dapat mengenai target dengan mudah. Bagian batang anak panahnya disebut Onyang. Fungsi dari Onyang sebagai bagian yang menancap pada sasaran.
Onyang
Pono
Gambar 2. Anak Panah (Damek)
P a g e | 12
c. Racun Racun ini hanya ada pada penggunaan sumpit untuk pertahanan diri dan menjaga ladang. Racun ini terbuat dari rebusan kayu ipuh selama berjam-jam dan disaring air rebusan kayu tersebut. Air rebusan ini akan dimasak kembali hingga berwarna hitam pekat
dan
memiliki
kandungan
racun
yang
berbahaya. Biasanya racun ini dicelupkan pada ujung anak panah. Reaksi dari racun sangat cepat bekerja dan dapat melumpuhkan target atau sasaran.
4. Target Pada
mulanya
dalam
menyumpit
menggunakan target hidup sesuai dengan situasi penggunaannya. Namun, pada saat ini dalam tradisi menyumpit telah menggunakan target berupa objek tidak hidup, seperti papan target yang terbuat dari kardus, papan, sterofoam. Dimana pada target akan dilukis pola dan memiliki skor pada tiap pola yang dikenai. Adanya perubahan fungsi dari menyumpit ini, terutama digunakan dalam permainan membuat variasi target juga bertambah.
P a g e | 13
Gambar 3. Target 3. Cara Pembuatan Sumpit a. Batang Sumpit Proses pembuatan batang sumpit dimulai dari mengambil pohon male-male atau ulin dengan ukuran +2 meter. Lalu bagian dalam batang dilubangi menggunakan mesin bor dengan diameter lubang +1cm. Batang sumpit juga dibuat semakin ke ujung semakin kecil. Pada batang sumpit diikat rotan sehingga terbentuk ruas-ruas.
P a g e | 14
Gambar 4. Pohon Ulin
Gambar 5. Batang sumpit
Pada batang sumpit ditambahkan pembidik yaitu tujun dan sangkoh. Tujun merupakan pembidik untuk posisi vertikal dan sangkoh untuk posisi horizontal. sangkoh tujun
Gambar 6. pembidik
P a g e | 15
b. Anak Panah Sumpit Proses pembuatan anak panah sumpit terbagi dua, yaitu pembuatan Onyang dan Pono. 1) Onyang Onyang dibuat dari pelapah pohon kapau, yang diambil pada bagian belakang pelepah tersebut.
Kemudian
pelepah
tersebut
dikeringkan hal ini bertujuan agar membuat onyang yang dihasilkan menjadi lebih kuat dan tidak mudah patah.
Gambar 7. Pohon Kapau
Gambar 8. Pohon kapau yang sudah dikeringkan
P a g e | 16
Setelah
proses
pengeringan
dilakukan
onyang pun dapat dibentuk seperti jarum dengan diameter sekitar 0,2 cm. Onyang harus dibentuk semakin ke ujung semakin kecil dan runcing dengan cara merautnya menggunakan pisau khusus seperti gambar di bawah ini.
2) Pono Pono dibuat dari akar pohon. Proses pembuatannya sama dengan pembuatan onyang hanya berbeda bentuknya saja. Pono dibentuk dengan pisau khusus sehingga menjadi seperti gambar di bawah ini.
P a g e | 17
3) Sasaran atau target Sasaran dibuat
pada
permainan
menggunakan
menyumpit
sterofoam
atau
gabus yang dibentuk lingkaran. Setelah sterofoam dibentuk, kemudian dilukiskan pola diatasnya sesuai point permaianan. Pada masing-masing point ditempelkan gambar-gambar
hewan
yang
sering
menjadi target dalam menyumpit, seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3. Target
P a g e | 18
4. Jalannya Permainan Menyumpit a. Persiapan Pertama-tama siapkan semua perlengkapan menyumpit seperti batang sumpit, anak panah
dan
sasaran/target.
Target
yang
digunakan telah dibuat pola sesuai yang dibutuhkan. Pada masing-masing pola akan memiliki skor yang berbeda-beda dan akan mempengaruhi
hasil
dari
pelaksanaan
permainan. Selanjutnya, dalam permaian menyumpit
lokasi
permainan
harus
dipastikan aman, terutama pada lokasi target diletakkan tidak dibenarkan penonton atau pemain lain berada disekitarnya.
b. Aturan Permainan Pada permainan menyumpit jarak antara pemain dan target + 15 meter untuk kategori dewasa dan +10 meter untuk kategori pelajar. Setiap pemain diberi kesempatan menyumpit dengan 5 peluru persatu kali permainan. Pemain yang mengenai sasaran
P a g e | 19
dengan skor tertinggilah yang akan menjadi pemenang.
Gambar 4. Sketsa arena permainan c. Tahap-tahap permainan 1) Pemain diberi satu batang sumpit yang berisi 5 peluru serta satu target. 2) Mekanisme
permainan,
pada
saat
menyumpit pemain harus menghembus sumpit dan mengarahkan sumpit ke sasaran/target. Pada target telah berikan skor untuk tiap pola yang dikenai.
P a g e | 20
3) Pelaksanaan menyumpit Pada pelaksanaan menyumpit saat ini sering ditemukan pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya setiap 17 Agustus. Untuk pelaksanaan di desa Titi Akar menyumpit ini dilakukan oleh orang dewasa. Rasa antusias tidak hanya terlihat pada peserta lomba saja, tetapi para penonton juga memadati lokasi lomba untuk menyaksikan secara langsung keseruan dari permainan menyumpit ini.
P a g e | 21
Gambar 4. Pelaksanaan Menyumpit
III. PENUTUP Menyumpit adalah salah satu tradisi unik dari Suku Akit Hatas di Desa Titi Akar. Tradisi ini pada masa lampau ditujukan untuk pertahanan diri dan menjaga ladang dari hewan yang dianggap hama. Pada saat ini tradisi menyumpit sudah beralih penggunaannya yaitu sebagai permainan rakyat pada perayaan HUT RI. Perbedaan menyumpit masa kini dengan masa lampau tidak hanya terletak pada pelaksanaannya saja, tapi juga pada perlengkapan yang digunakan. Menyumpit pada masa lampau menggunakan racun pada anak panahnya sesuai dengan fungsi dari dilakukannya menyumpit. Namun, saat ini menyumpit tidak menggunakan racun lagi karena itu menjadi bagian dari permainan rakyat dan diperlombakan. Sasaran dari menyumpit tidak lagi makhluk hidup tetapi sasaran yang bisa terbuat dari kardus, triplek ataupun sterfoam. Pada sasaran juga dilukis pola-pola yang memiliki skor tersendiri dan menjadi acuan dalam permainan menyumpit ini.
Page | 22
DAFTAR PUSTAKA Nur,
Muharrami.
2005.
Unsur-Unsur
Islam
dan
Aninisme dalam Upacara Pengobatan Berdeker Suku Akit di Desa Titi Akar Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis [skripsi]. Pekanbaru (ID) : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Page | 23
TENTANG PENULIS
1. NAMA NIM FAKULTAS
: MUHAMMAD HAFIZ : 1503115501 : FMIPA
2. NAMA NIM FAKULTAS
: NURUL ELNICA : 1505112098 : FKIP
Page | 24
P a g e | 25
3. NAMA NIM FAKULTAS
: RINA LESMANASARI : 1502121764 : FEB
4. NAMA NIM FAKULTAS
: AHMAD IRWANSYAH : 1506120802 : FAPERTA
P a g e | 26
5. NAMA NIM FAKULTAS
: DINDA AISYAH : 1508122124 : FK
6. NAMA NIM FAKULTAS
: DINA PURWANTI : 1505110013 : FKIP
7. NAMA
: YULIA SISKA DELFA
P a g e | 27
NIM FAKULTAS
8. NAMA NIM FAKULTAS
: 1503123247 : FMIPA
: VIMALA VALENTINA : 1505112373 : FKIP