Kanker Kolon Ini 1.docx

  • Uploaded by: Nur Oktavia Rhosani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kanker Kolon Ini 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,995
  • Pages: 34
KEPERAWATAN BEDAH

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA DENGAN KANKER KOLOREKTAL

oleh Kelompok 2 / D 2017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

KEPERAWATAN BEDAH

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA DENGAN KANKER KOLOREKTAL disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Bedah Dosen Pengampu Ns. Nur Widayati, S. Kep., MN

oleh Kelompok 2 / D 2017 Rizki Iffatul Afifah NIM 172310101209 Muhammad Rofiki NIM 172310101174 Anis Widyawati NIM 172310101204

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER KOLOREKTAL 1. Anatomi Fisiologi Kolon

Kolon adalah bagian usus besar antara usus buntu dan poros usus, yang terdiri dari kolon ascending, tranversum, desoending, dan sigmoid. Rectum adalah ujung usus besar sebagai kelanjutan usus besar sigmoid sampai ke dubur. (Hendra T. Laksmana. 2005 dalam Syaifuddin. 2010). Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dengan panjang ratarata 1,5 m, dan lebar 5-6 cm. Lapisan usus besar yang tersusun dari dalam keluar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. Ukuran kolon lebih besar dari usus halus, mukosa lebih halus dari usus halus, dan tidak memiliki vili. Serabut longitudinal dalam muskulus eksterna membentuk tiga pita, taenis coli yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut haustra. Pada bagian bawah terdapat katup iliosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar, berfiungsi merespon gelombang peristaltik. Bagian-bagian dari colon antara lain :

1) Sekum merupakan kantong yang terletak dibawah muaraileum pada usus besar. Panjang 6 cm, lebar 7,5 cm. Sekum terletak pada fossa iliaka kanan diatas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale. Sekum dibungkus oleh paeritoneum sehingga dapat bergerak bebas, tidak mempunyai mesentrum. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka disebelah medial dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu plika caecalis, menghasilkan suatu kantong peritoneum kecil, recessus retrocaecalis. 2) Kolon asenden bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan abdomen.Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan dan di hati membelok ke kiri.Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra) dan dilanjutkan dengan kolon transversum. 3) Kolon transversum terletak tepat di bagian bawah perut dan menjalar dari kanan ke arah kiri. Kolon transversum melekat pada perut akibat adanya kerja dari sekelompok jaringan yang disebut sebagai omentum. 4) Kolon desenden terletak di bagian kiri perut dan berakhir pada kolon sigmoid. 5) Kolon Sigmoid sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak 15 cm di atas anus. Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile). 6) Rektum merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral.Mukosa rektum lebih halus dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir,

sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan. Usus besar terdiri atas membrane mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada bagian distalnya (rektum).Vili usus tidak dijumpai pada usus ini.Kelenjar usus yang berukuran panjang ditandai dengan banyaknya sel goblet, sel absorptif dan sedikit sel enteroendokrin. Dalam usus besar juga terdapat cecum (usus buntu), yaitu bagian awal usus besar yang berbentuk kantong. Cecum juga berperan dalam penyerapan nutrisi dan air walaupun tidak signifikan. Pada cecum terdapat appendix (umbai cacing), kemungkinan merupakan sisa-sisa organ tubuh yang dimiliki nenek moyang manusia (organ vestigial). Fisiologi dari Colon 1) Memindahkan makanan Fungsi pemindahan makanan ini dilakukan oleh sekum. Ketika makanan yang sudah dicerna memasuki sekum, maka bagian ini mulai mengembang untuk menampung makanan tersebut dan memindahkannya ke bagian inti usus besar. 2) Menyerap Air Pada kolon air diserap. Penyerapan air dilakukan agar dihasilkannya limbah padat berupa feses. 3) Menyerap Vitamin

Di dalam usus besar, terdapat sejumlah bakteri yang hidup dan menghasilkan banyak vitamin. Diantaranya adalah vitamin K dan biotin yang kemudian diserap kembali oleh tubuh melalui usus besar. 4) Mengurangi PH Selain menghasilkan vitamin, bakteri yang ada di dalam usus besar juga memproduksi asam lemak yang menyebabkan kadar keasaman di dalam usus meningkat. Untuk itu, usus besar berfungsi menghasilkan larutan alkali yang membantu mengurangi kadar keasaman sehingga memperoleh keseimbangan pH. 5) Melindungi dari Infeksi Usus besar mempunyai lapisan lendir, bermanfaat untuk melindungi lapisan usus dari bakteri berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi pada usus. 6) Mengeluarkan Kotoran Rektum menjalankn fungsi ini. Setelah semua sari-sari makanan dan air terserap, maka terjadi proses pembentukan tinja padat atau feses yang kemudian dikeluarkan melalui rectum.

2. Definisi

Kanker adalah sebuah proses penyakit yang ditandai dengan adanya sel abnormal yang ditransformasikan oleh mutasi genetik dari sel DNA (Smeltzer & Bare. 2002 dalam Manggarsari. 2013). Kanker kolorektal dapat didefinisikan sebagai keganansan atau pertumbuhan sel abnormal pada area usus besar (kolon) dan rectum. 3. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dalam permukaan usus besar (kolon) atau rektum/rektal, umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas terdapat adenoma atau berbentuk polip Distribusi kanker pada kolon adalah 20% terdapat di sepanjang kolon asenden, 10% di kolon transversum, 15% di kolon desenden, dan 50 % di rektosigmoideus. 1) Mutasi Gen, Yang biasa disebut sebagai Inherited Familial Colorectal Cancer Syndromes. Sindrom ini terdiri dari dua tipe, yakni Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Hereditary Nonpolyposis Cancer Colorectal Cancer (HNPCC). FAP memiliki karakteristik berupa adadnya kecenderungan dalam pertumbuhan polip kolon secara multipel (ratusan). Sembilan puluh persen dari pasien yang memiliki FAP yang belum mendapat perawatan akan mengalami kanker kolorektal pada usia 45 tahun (Zhang, 2008. Dalam Manggarsari. 2013.). Hereditary Nonpolyposis Cancer Colorectal Cancer atau HNPCC menurut Black (2009) dapat menyebabkan kanker kolorektal karena adanya lesi atau luka pada kolon. Berbeda dengan FAP, biasanya individu dengan HNPCC dapat mengalami kanker kolon pada usia 20 tahun, dengan rerata kejadian pada usia 48 tahun (mendapat diagnosa kanker kolorektal). 2) Usia, dikarenakan pencernaan seseorang dengan usia lebih dari 50 tahun sudah berkurang fungsinya. Begitu pula dengan usus besar. Saat memakan makanan yang mengandung banyak lemak serta kolesterol tinggi,

organ pencernaan tidak menguraikannya akibatnya adalah usus besar tidak dapat menyerap sari-sari makanan dan tinja tidak dapat dibusukkan. Hal itu menyebabkan orang dengan usia lebih dari 50 tahun rentan terkena diare (Gotar Alamsyah. 2007 dalam Manggarsari. 2013.). 3) Pola diet dan nutrisi, Insiden KKR meningkat pada orang-orang yang mengonsumsi daging merahm entah dan atau daging yang telah di proses. Konsumsi daging merah dilaporkan memiliki hubungan lebih erat dengan ensiden KKR. Sedangkan mengonsumsi yang diproses dalam jumlah besar berhubungan dengan KKR pada bagian distal. Karena pada daging merah terdapat Heme Besi. Yang apabila dimasak pada temperatur tinggi memicu produksi amino heterosiklik dan hidrokarbon aromatik polisiklik yang keduanya dipercaya merupakakn bahan karsinogenik. Sehingga disarankan membatasi mengonsumsi daging merah dan daging yang diproses. Buah dan sayur (diet serat) Perbedaan diet berserat serta perbedaan geografik. Peningkatan asupan diet serat mendilusi kandungan lemak menigkatkan masa feses dan mereduksi waktu transit, membentuk asam lemak rantai pendek seperti asetat, butirat dan propionat dalam usus pada fermentasi serat makanan. 4) Aktifitas fisik dan obesitas, Aktifitas fisik meningkatkan motilitas usus. Kurangnya aktifitas meningkatkan resiko obesitas yang berhubungan dengan KKR. Obesitas menyebabkan penimbunan hormon, peningkatan kadar

insulin-like

growth

factor-1

(IGF1)-1,

pemicuan

regulator

pertumbuhan tumor, gangguan respon imun dan stres oksidatif, sehingga memicu terjadinya KKR. 5) Merokok dan alkohol Menyebabkan pembentukan dan pertumbuhan polip adenomatosa, lesi freskursor KKR. Asap rokok yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat diuraikan oleh usus akibatnya asap tersebut menjadi toksin yang menempel erat di dinding-dinding usus. Sedangkan alkohol memiliki kandungan zat

yang sangat berbahaya. Jika alkohol dibarengi dengan merokok akan menciptakan efek sinergis. Sehingga faktor resiko terkena kanker kolorektal semakin besar (Alteri et al, 2001. dalam Manggarsari. 2013.).

4. Manifestasi Klinis Klasifikasi penyakit adalah pengelompokan kategori penyakit menurut sel abnormal yang terdapat pada penyakit tersebut sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Klasifikasi penyakit kanker kolorektal berupa penentuan stadium penyakit kanker kolorektal tersebut. Penentuan stadium awal kanker kolorektal sangat diperlukan, hal ini mendorong peneliti-peneliti untuk melakukan penelitian. Tingkat stadium kanker colon (Diyono. 2013. Dalam Arafat, B. Bangkit. 2015):

1.

Stadium 0 (Carsinoma in Situ): kanker hanya pada lapisan terdalam dari kolon atau rektum.

2.

Stadium I: sel kanker telah tumbuh pada dinding dalam kolon atau rektum, tapi belum menembus ke luar dinding.

3.

Stadium II: sel kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot dari kolon atau rektum. Tetapi sel kanker di sekitarnya belum menyebar ke kelenjar getah bening.

4.

Stadium III: kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening di daerah tersebut, tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain.

5.

Stadium IV: kanker telah menyebar di bagian lain dari tubuh, seperti hati, paru-paru, atau tulang.

5. Patofisiologi Umumnya tumor kolorektal merupakan poli adenoma yang berkembang menjadi adenokarsinoma. Saat ini, insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Pada umumnya polip berkembang dengan lambat dalam kurun waktu 5-10 tahun untuk menjadi ganas. Polip membesar di lumen dan mulai menginvasi dinding usus. Biasanya tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black & Hawks, 2014). Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian”

dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan (Black & Hawks, 2014).

Polip adenoma  Polip maligna  Menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya  Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran kanker kolon dapat melalui 3 cara, yaitu penyebaran secara langsung ke organ terdekat, melalui sistem limpatikus dan hematogen, serta melalui implantasi sel ke daerah peritoneal. Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding dan meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Penyebaran perkontinuitatum menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta. Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal mengakibatkan peritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites. Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending (Black dan Jacob, 1997). Kanker kolorektal terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):

1.

Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.

2.

Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.

3.

Tertanam ke rongga abdomen.

6. Pathway Polip adenoma diusus biasanya berupa adenokarsinoma

Polip maligna

Menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur jaringan

Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer, dengan 3 cara

Polip membesar didalam lumen dan menginvasi dinding usur, 510 tahun polip berkembang menjadi ganas

Tumor diusus kanan menyebabkan nekrosis dan ulkus

Penyebaran langsung ke organ terdekat

Melalui sistem limpatikus dan hematogen Implantasi sel ke daerah paritoneal

Tumor diusus kiri bermula dari massa kecil yg menyebabkan ulkus pada suplai darah

7. Pemeriksaan Penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang menurut (Kemenkes. 2016) : 1.

Endoskopi Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukan dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi total.

2.

Enema barium dengan kontras ganda Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras ganda.

3.

CT colonography (Pneumocolon CT) Modalitas CT yang dapat melakukan CT kolonografi dengan baik adalah modalitas CT scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume rendering. Kolonoskopi virtual juga memerlukan software khusus.

8. Penatalaksanaan Medis 1. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. 2. Pentahapan dilakukan dengan endoskopi, ultrasonografi, dan laparoskopi. 3. Ajuvan: kemoterapi, terapi radiasi, dan atau imunoterapi. Pemeriksaan Diagnostik (Ekawati Ratna. 2012) : 1.

Tes darah samar pada feses atau kotoran (Fecal Occult Blood Test- FOBT) Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes ini dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid) juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.

2.

Sigmoidoskopi Merupakan pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel seperti kabel kopling yang ujungnya ada alat petunjuk yang ada cahayanya

dan bisa teropong. Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker) makan polip bisa diangkat. 3.

Endoskopi Penting untuk dilakukan karena gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.

4.

Radiologi Terdiri dari : foto dada untuk melihat ada tidaknya metastase kanker ke paru. Dan foto kolon (barium enema) dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu stitura.

5.

Ultrasonografi (USG) Berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.

6.

Hispatologi

Gambaran

hispatologi

karsinoma

kolorektal

ialah

adenokarsinoma dan perlu ditentukan differensiasi sel. 7.

Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam) Pemeriksaan keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari, pemeriksaan ini tidak selalu menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di kolon saja dan belum menyebar ke rectum.

8.

Pemeriksaan darah dalam tinja.

9.

CT Scan Dapat mengevaluasi abdominal cavity dan pasien kanker kolon pre operator. Bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa, dan organ lainnya di pelvis. CT Scan sangat berguna untuk mendeteksi pada pasien dengan nilai CEA yang meningkat setelah pmbedahan kanker kolon. CT Scan memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya dalam menentukan stage dari lesi sbelum tindakan operasi.

10. Whole Body PET Scan Imaging Merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul kembali). 11. Pemeriksaan DNA tinja.

12. Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus besar. Jika tumor terletak dibawah bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon dibagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid. 13. Sitoskopi Indikasinya adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai invasi keganasan ke kandung kemih. 14. Biopsi Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi maka sifat biopsi akan sangat berguna. 15. Imagingteknik MRI, CT Scan, Transrectal Ultrasound merupakan bagian dari teknik imaging yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan screening test. 16. MRI Sensitifitas MRI lebih tinggi daripada CT Scan. MRI dipergunakan untuk mengidentifikasi metastasis ke hepar. 17. Colok dubur Merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan bila ada tumor di rektum akan teraba dan diketahui dengan pemerksaan ini. 18. CEA (Carcio Embryonic Antigen) Untuk pemeriksaan organ spesifik maupun tumor spesifik, CEA dapat meninggi pada : a. Tumor epitelia dan mesenkima b. Emfisema pulmonom c. Sirosis hati d. Hepatitis e. Perlemakan hati f.

Pankreatitis

g.

Kolitis ulserosa

h.

Penyakit chron

i.

Divertikulitis

j.

Tukak peptik

k. Orang sehat yang perokok Peranan CEA penting misalnya pada diagnosis karsinoma kolon yang sudah ditegakkan CEA meninggi yang kemudian menurun setelah dioperasi. Bial dikemudian hari CEA meninggi lagi, kemungkinan residif dan metastasis menjadi besar sekali. Tetapi kadang-kadang ada juga residif dan metastasis tanpa meningginya kadar CEA. Berdasarkan penelitian CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 gr/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. 19.

Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 201 )

9. Komplikasi Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal, antara lain : 1.

obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi

2.

Perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi organ peritoneal

3.

Perluasan langsung ke organ-organ yang berdekatan Komplikasi yang timbul setelah pembedahan (reseksi usus besar)

berdasarkan waktu munculnya komplikasi, yaitu komplikasi cepat dan lambar, komplikasi cepat : 1.

Kardiorespirasi

2.

Kebocoran anastomosis

3.

Infeksi luka

4.

Retensi urine

5.

Impoten

Komplikasi lambat meliputi :

1.

Kekambuhan

2.

Sistemik

3.

Lokal

Kasus Seorang pasien perempuan usia 45 tahun beragama islam dirawat hari pertama di RS Harapan kita. Pasien mengatakan nyeri yang tercekik-cekik dan sering merintih kesakitan serta sesekali ingin menggaruk daerah sekitar stoma. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan dan hanya makan setengah porsi makan, pasien tidak bisa melakukan aktivitas sendiri dan aktivitasnya dibantu oleh keluarga. Pasien mengatakan sufah mulai 5 bulan yang lalu merasakan nyeri dan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit sepertinya.jika terasa sakit pasien hanya membeli obat diwarung. Sebelum sakit pola makan 3x sehari dan pola eliminasinya BAB 3 hari sekali. saat ini klien terpasang infus RL 20tpm. hasil TTV menunjukkan TD 120/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 37˚ C, RR 24 x/menit TB 150 cm BB 44 kg. pagi ini klien mengeluh nyeri pada perutnya tepat dibagian kuadran IV dan menunjukkan nilai skala nyeri 5.

10. Pengkajian a. Identitas klien Nama

: Ny.T

Umur

:45 tahun

Jenis Kelamin

:Perempuan

Suku/Bangsa

: Tidak terkaji

Agama

: Islam

Pendidikan Pekerjaan Alamat

: Tidak terkaji : Tidak terkaji : Tidak terkaji

Tanggal Masuk RS

: 15 maret 2019

Jam Masuk RS

: 08.00 WIB

Diagnosa Medis

: ca. Colon

No. Registrasi

: B31xxx

b. Keluhan utama Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kuadran IV c.

Riwayat penyakit a. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk RS Harapan Kita tanggal 15 maret 2019 pukul 08.00 WIB dengan keluhan nyeri pada perut bagian kuadran IV .Pasien masuk rumah sakit dengan ca.Colon. Pasien akan dilakukan operasi Colostomy pada tanggal 16 maret 2019. b. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan nyeri kurang lebih 5 bulan yang lalu. Dan tanggal 15 maret 2019 pasien dirujuk ke RS Harapan Kita c. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita atau mempunyai penyakit seperti pasien dan penyakit menular lainnya Pola fungsi kesehatan

d. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL GORDON a.

Persepsi terhadap kesehatan – Manajemen Kesehatan Pasien dan keluarga mengatakan apabila ada salah satu anggota keluarganya yang sakit biasanya dibelikan obat diwarung atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau dokter rumah

b.

Pola aktivitas dan latihan Sebelum sakit pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari hari sebagai pedagang dan ibu rumah tangga. Akan tetapi selama dirawat dirumah sakit pesien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri dan segala aktivitasnya dilakukan ditempat tidur. Pola aktivitas selama pasien sakit adalah sbb : Aktivitas

0

1

2

Mandi

V

Berpakaian

V

Eliminasi

V

Makan

V

Mobilisasi

V

3

4

Keterangan 0: mandiri 1: dibantu sebagian 2: perlu bantuan orang lain 3:perlu bantuan orang lain dan alat 4: tergantung dan tidak mampu Pasien terlihat lemah karena efek dr anestesi

c.

Pola istirahat tidur Tidak terkaji

d.

Pola nutrisi dan metabolic Sebelum sakit pola makan pasien teratur 3x sehari dengan menu nasi,lauk,sayur satu porsi habis dan pasien minum kurang lebih 6-8 gelas/hari.

Selama dirawat diRS, pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu lunak(bubur,lauk, sayur)dan hanya menghabiskan ½ porsi saya. Pasien minum kurang lebih 5-6gelas/hari. Saat dikaji pasien mengatakan sedang puasa. e.

Pola eliminasi Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 3hari sekali dan pasien mengatakan sebelum dirawat di RS sejak 5bulan yg lalu pasien mengalami kesulitan BAB. Saat BAB pasien merasakan sakit pada anusnya. Fesesnya berbentuk kecil tipis berwarna coklat tua dengan kosistensi keras.

f.

Pola kognitif dan perseptual Sebelum dan selama sakit pasien tidak mengalami gangguan pada indra pendengaran,penglihatan, perasaan dan penciuman. Semua fungsi indra masih berfungsi dengan baik. Pasien mengatakan nyeri dengan managejemen nyeri sbb: P : Luka post operasi Q: nyeri dirasa cekit-cekit R : Nyeri dirasakan pada perut kuadran ke-IV S : Nyeri dirasakan pada skala 5 T : Nyeri dirasakan terus-menerus

g.

Pola konsep diri Pasien mengatakan ingin cepat sembuh

h.

Pola koping Tidak terkaji

i.

Pola sexual –reproduksi Tidak terkaji

j.

Pola Peran dan Hubungan Hubungan pasien dan keluarga baik dan harmonis

k.

Pola Nilai dan Kepercayaan Pasien beragama islam

e. PEMERIKSAAN FISIK a.

Keadaan Umum

: Lemah

b.

Tingkat kesadaran

: Composmentis

c.

TTV

: TD Nadi

80 x/menit

Suhu

37˚ C via aksila

RR d.

Anthropometri

: TB BB

e.

Kepala

120/80 mmHg

24 x/menit 150 cm 44 kg

: Bentuk kepala mesoshepal, kulit kepala

bersih tidak ada ketombe, rambut hitam bergelombang f.

Mata

: Konjungtiva tidak anemis

g.

Hidung

: Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak

ada epitaksis, tidak ada pernafasan cuping hidung h.

Mulut

: Mulut bibir tidak sianosis, mukosa mulut

lembab berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, susunan gigi rapi, lengkap dan bersih i.

Leher

: Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar

tiroid, trakea lurus fungsi menelan baik j.

Abdomen

: Bentuk perut datar, terdapat stoma pada

kuadran kiri bawah, warna merah muda Au : bising usus 4 x/menit Pa : Tidak teraba pengerasan VU, tidak teraba pembesaran hepar dan lien Pe : Tymphan

Ekstremitas Atas : Tangan kiri terpasang infuse RL 20 tpm, capillary refill ka=ki ≤ 2 detik, tangan kanan dan kiri tidak ditemukan edema dan sianosis ·

Genetalia

: Terpasang dower chateter ukuran 16, pada

anus teraba benjolan f. DATA PSIKOLOGIS Status Emosi

: Pasien kooperatif

g. DATA SPIRITUAL Tidak terkaji

h. PROGRAM TERAPI Instruksi post operasi : a.

Diit lunak 1900 kkalori (bubuk,lauk,sayur)

b.

Infuse RL 20 tpm

c.

Injeksi cefotaxine 2x1 gram

d.

Tramadol 3x30 gram

e.

Bising Usus+: boleh makan

11. Diagnosa Keperawatan No Tanggal

DATA FOKUS

MASALAH

ETIOLOGI

Ttd

1

Sabtu, 16

DS: Pasien mengatakan

Nyeri akut

Trauma

maret 2019

nyeri pada perut bagian

jaringan dan

Π

kuadran IV

reflek

Manajemen nyeri:

spasme otot

P : Pasien mengatakan nyeri

sekunder

post op.

akibat operasi

A.W

Q : Pasien mengatakan nyeri terasa cekit-cekit R : Pasien mengatakan nyeri pada perut bag.kuadran IV S: skala nyeri 5 T : nyeri terus – menerus DO : Pasien mengatakan memegangi perut bag.yang nyeri dan merintih kesakitan 2

Sabtu, 16

DS : Pasien mengatakan

Keseimbangan Peningkatan

maret 2019

tidak nafsu makan

nutrisi kurang

Pasien mengatakan hanya

dari kebutuhan kalori dan

menghabiskan ½ porsi

tubuh

kebutuhan

kesulitan

makan

dalam

DO :

mencerna

TB : 150cm

kalori yang

BB : 44kg

mencukupi

Diit lunak 1900 kkalori

sekunder

(bubur, lauk, sayur)

Π A.W

akibat kanker

3

Sabtu, 16

DS : Pasien mengatakan

Resiko infeksi Tempat

maret 2019

ingin menggaruk-garuk

masuk

daerah sekitar stoma

organism

DO : Didapatkan luka stoma

sekundr

yang terlihat basah dan

akibat

merah (H1)

pembedahan

Π A.W

4

Sabtu, 16

DS : Pasien mengatakan

Defisit

Kelemahan

maret 2019

perlu bantuan orang lain

perawatan diri

atau nyeri

untuk melakukan aktivitas

post operasi

dan tidak leluasa bergerak DO : aktivitas

: 2

Beepakaian : 2 Eliminasi

: 2

Makan

: 2

Mobilisasi : 2 Pasien bedrest total Keterangan pasien perlu bantuan orang lain

Berdasarkan NANDA 2015-2017, diagnose yang sering muncul pada kanker colon adalah : 1.

Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat operasi

2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori yang mencukupi sekunder akibat kanker

3.

Resiko infeksi b.d tempat masuknya organism sekunder akibat pembedahan

4.

Defisit perawatan diri b.d kelemahan atau nyeri post operasi

12. Intervensi dan Implementasi

Π A.W

No

DIAGNOSA

TUJUAN

.

KEPERAWATA

&KRITERIA

N

HASIL

Nyeri akut b.d

Setelah dilakukan

trauma jaringan

tindakan

dan reflek spasme

keperawatan

otot sekunder

selama 1x 24 jam

akibat operasi

nyeri berkurang

1. Memantau tanda-tanda vital TTV klien dan untuk 2. Kaji ulang mengetahui memanajemen keadaan umum nyeri dan lakukan klien

dengan KH :

pengkajian ulang

1. Skala nyeri

nyeri P,Q,R,S,T

1.

INTERVENSI

1. Memonitor

berkurang dari 5 menjadi 3

3. Posisikan pasien senyaman

2. Pasien

2. mengetahui tingkatan nyeri pasien 3. memberi kenyamanan pada klien

mungkin

mengatakan lebih nyaman

Rasional

4. Lakukan kompres hangat

3. Pasien terlihat

kering disekitar

tidak memegangi

lluka post op

4. memberi sensasi nyaman dan mengurangi rasa nyeri setelah operasi

nafas dalam dan

5. mengurangi perasaan cemas atau pasien agar 5. Ajarkan tehnik tenang relaksasi dengan 6. mengurangi latihan nafas ketegangan atau dalam membuat perasaan lenih tenang 6. Ajarkan teknik

tehnik distraksi

distraksi

bag.yang nyeri

4. Pasien mampu untuk melakukan tehnik relaksasi dengan latihan

5. TTV 110-

7. Berikan obat

7.

140/80-90 mmHg

analgetik

rasa nyeri yang

(tramadol) 3x30

dirasakan

6. Nadi 80-

gr sesuai advice

100x/menit

dokter

8. Anjurkan klien untuk istirahat min 6-7 jam/hari

2.

mengurangi

8. meminimalkan terjadinya kelelahan pada pasien

Ketidakseimbang

Setlah dilakukan

1. Berikan porsi

1. Dapat

an nutrisi kurang

tindakan

makan sedikit tapi memenuhi diet

dari kebutuhan

keperawatan

sering

tubuh b.d

selama 2x24 jam.

peningkatan

Kebutuhan

2. Anjurkan untuk kebutuhan

kebutuhan kalori

nutrisi klien

makan selagi

2. memenuhi

dan kesulitan

ter[enuhi dengan

makanan masih

kebutuhan

dalam mencerna

criteria hasil:

hangat

nutrisi klien

kalori yang

1. Nafsu makan

mencukupi

pesien meningkat

3. Memonitor BB masuknya nutrisi

sekunder akibat

ditandai dengan

tiap hari

kanker

pasien mampu

klien sesuai dengan

3. mengetahui

dan mendeteksi perubahan gejala

menghabiskan 1

4. Berikan

dini

porsi makan.

pendkes ttg

4. pasien dapat

pentingnya nutrisi melakukan gaya 2. BB klien

bagi tubuh

hidup yang sehat

meningkat 0,3kg 2

dengan

hari

memikirkan

5. Anjurkan

asupan

3. Nilai albumin

pasien untuk

nutrisinya

dan hb normal

makan makanan

5. untuk

(albumin 3,5-5,0

yang mengandung memenuhi

gr/dl, Hb 13-16 %) protein

nutrisi klien

(telur,daging,temp e, tahu) dan

6. mengetahui

makanan yang

asupan yang

mengandung zat

masuk

besi (sayuran hijau,daging,dll)

6. Monitor infuse RL 20tpm 3.

Resiko infeksi b.d tempat masuknya organism sekunder akibat pembedahan

Setelah dilakukan

1. Monitoring

1. Meminimalk an masuknya tindakan tanda-tanda virus infeksi keperawatan infeksi pada tubuh 2. Menjaga luka selama 3x24jam setelah diharapkan klien 2. Proteksi infeksi operasi tidak terjadi dengan cara supaya tetap bersih dan infeksi di area luka lingkungan sekitar terhindar dari post operasi harus bersih,luka infeksi 3. Menghindari dengan KH : tidak boleh kena adanya virus 1. Luka air sampai jahitan penyebab bersih,tidak ada di angkat infeksi masuk kemerahan di 4. Menjaga sekitar luka kebersihan luka

2. Tidak ada pus di 3. Lakukan sekitar luka

perawatan luka dengan arsetif

3. Suhu normal 36-37,5°C

4. Cuci tangan sebelum

4.

4. Lekosit 4-11

melakukan

ribu/mmk

tindakan

Defisit perawatan

Setelah dilakukan

1.monitor

1. mengetahui

diri b.d

tindakan

kemampuan

perkembangan

kelemahan atau

keperawatan sela

aktifitas klien

kesehatan dari

nyeri post operasi

ma 2x24 jam

pasien

diharapkan

2.motivasi klien

2. untuk

kebutuhan sehari-

untuk melakukan membangun

hari klien

aktifitas

kemauan pasien

terpenuhi dg KH:

kebutuhan sehari

untuk sembuh

1.pasien mandi 1

hari secara

3. mengurangi

X dengan bantuan

mandiri

terjadinya halhal yang tidak

2. kulit pasien

3. bantu klien

terlihat bersih dan

dalam melakukan misalnya jatuh

wangi

aktifitas secara mandiri

diinginkan

3.gigi pasien

4. untuk

terlihat bersih dan

4. lakukan

mengetahui

tidak berbau dg

mobilisasi secara

kondisi pasien

menggosok gigi 2

bertahap

X sehari

4. pasien mampu makn 3X sehari tanpa bantuan orang lain

13. Evaluasi Hari, tanggal Diagnosa Keperawatan

Catatan Perkembangan

TTD

Sabtu, 16

Nyeri akut b.d trauma

S: Pasien mengatakan nyerinya

maret 2019

jaringan dan reflek

sudah berkurang dan merasa

Π

spasme otot sekunder

lebih nyaman, dengan

akibat operasi

pengkajian ulang nyeri P: pasien mengatakan nyeri terasa cekit-cekit Q: pasien mengatakan nyeri karena post op R: pasien mengatakan nyeri pada perut kuadran IV S: Skala nyeri3 T: pasien mengatakan nyeri kadang-kadang

A.W

O: Pasien tampak lebih nyaman dan terlihat tidak memegangi perut bagian perut yang nyeri TD : 120/80 mmhg N : 20 x / menit A: masalah nyeri akut teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi 6 dan 7 Sabtu, 16

Ketidakseimbangan

S: pasien mengatakan mau

maret 2019

nutrisi kurang dari

makan dan mampu

kebutuhan tubuh b.d

menghabiskan 1 porsi

peningkatan kebutuhan

makanan.

kalori dan kesulitan

O : TB : 150 cm, BB : 44,1 kg

dalam mencerna kalori

, IMT : 19,6

yang mencukupi

Albumin : 3,7 gr/dl

sekunder akibat kanker

Hb : 14,6 %

Π A.W

A : masalah teratasi sebagian P : pertahankan intervensi 1, 5, 6 Sabtu, 16

Resiko infeksi b.d

S : pasien mengatakan

maret 2019

tempat masuknya

nyerinya berkurang dan tidak

organisme sekunder

gatal.

akibat pembedahan

O : disekitar area luka terlihat kemerahan tetapi tidak timbul push A : masalah teratasi

Π A.W

P : pertahankan intervensi 1, 2 , 3, 4,5 Sabtu, 16

Defisit perawatan diri

maret 2019

b.d kelemahan atau nyeri memenuhi kebutuhan seharipost operasi

S : pasien mengatakan mampu

hari secara mandiri meskipun kadang masih memerlukan bantuan orang lain. O : pasien mampu makan sendiri tanpa bantuan orang lain. A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

Π A.W

DAFTAR PUSTAKA Arafat, B. Bangkit. 2015. Asuhan Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Purwokerto. http://repository.ump.ac.id/1366/3/BHAYU%20BANGKIT%20ARAFAT%2 0BAB%20II.pdf [Diakses pada tanggal 12 Maret 2018] Black, J.C & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah edisi 8 buku 3. Singapore: Elsheiver Ekawati

Ratna.

2012.

Pemeriksaan

Diagnostik

Kanker

Kolorektal.

https://id.pdfcoke.com/document/86157638/Pemeriksaan-Diagnostik-KankerKolorektal Kemenkes. 2016. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal. Jakarta; komite penanggulanagan kanker nasional Manggarsari. 2013. Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan Kanker Kolorektal di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto. Depok: Fakultas Imu Keperawatan Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351543-PR-Manggarsari.pdf [Diakses pada 12 Maret 2018] Syaifuddin. 2010. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC Smeltzer, S. C. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta: EGC Smeltzer, S. C., Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. (Ed 8). (Vol. 3). Jakarta: EGC Suddart & Brunnerth. 2000. buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta; EGC Sukarda IGD. 2000. Biologi tumur dalam Onkologi Klinik. Surabaya; Airlangga University press Smeltzer, S. C., Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. (Ed 8). (Vol. 3). Jakarta: EGC

Related Documents

Kanker Kolon Ini 1.docx
November 2019 7
Kanker Kolon (1).pptx
November 2019 11
Kolon Kromatografi
May 2020 19
Kanker
August 2019 50
Ini
April 2020 39
Ini
October 2019 65

More Documents from "wahyu"

Sop Wsd.docx
November 2019 1
Kanker Kolon (1).pptx
November 2019 11
Kanker Kolon Ini 1.docx
November 2019 7
Tugas Klipping.docx
June 2020 32
Kerangka Tubuh.docx
November 2019 51
Mading Kamar 4.docx
December 2019 34