Ka Iii_hg 7_hipospadia.pptx

  • Uploaded by: Hanifa Febsayana
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ka Iii_hg 7_hipospadia.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,811
  • Pages: 26
Asuhan Keperawatan pada Anak Hipospadia

Anggota HG 7

Alyani Yasmin 1406544690 Lisa FitrianI 1406544311 Windy Olivia Yuriza 1406624123

Outline • • • • • • •

Definisi dan Klasifikasi Etiologi Patofisiologi Komplikasi Pengkajian Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada Kasus

Definisi • Hipospadia  Bahasa Yuniani (Boyke,2016) Hypo = dibawah

Spaden= lubang

• Hipospadia adalah suatu kondisi di mana meatus (pembukaan uretra) berada di bawah kepala penis, selain di bawah bisa saja terletak di sepanjang permukaan bawah bagian batang penis. (Hockenberry, 2015)

• Diklasifikasikan berdasarkan letak meatusnya yaitu sepanjang permukaan ventral penis (glanular, coronal, midpenile, penoscrotal, perineum).

(Bowden, 2010)

Adapun Pengklasifikasian yang lebih terperinci

(Hadidi, 2013)

Etiologi • Etiologi yang tepat belum diketahui. • Insiden hipospadia ini terjadi kepada 1 dari 250 sampai 300 bayi yang baru lahir. • 10% sampai 15% bayi yang terkena hipospadia biasanya memiliki turunandari keluarga laki-lakinya seperti saudara atau ayahnya yang memang terkena hipospadia juga. • Karena kekurangan hormon testosteron • terjadi karena adanya kelainan pada faktor endokrin yang mempengaruhi perkembangan alat kelaminnya. • Ada juga hubungan potensial antara konsumsi estrogen selama kehamilan dan pengembangan hipospadia. (Hockenberry, 2015)

Patofisiologi • Minggu ke 6  Pembentukan uretra laki-laki diawali dengan terjadinya pembentukan alur uretra di tuberkulum genital • Minggu ke 9  Terjadi pelipatan pada area sepanjang jalur pembentukan penis terjadi sepanjang garis ventral dari perineum ke arah poros distal. Secara bersamaan, juga membentuk lengkung korona, yang membelah kepala penis. Bersamaan dengan ini terjadi pula pembentukan uretra pada penis. Kalau uretra terbentuk sempurna maka penis pun terbentuk sempurna tapi kalau misalnya meatus sampai perineum aja berarti penis tidak sempurna berbentuk pendek dan tidak ada preputiumnya • Minggu ke 12  mengikuti perkembangan uretra sampai selesai. (Bowden, 2010)

Komplikasi • Infertilitas • Gangguan psikologis  HDR

Pengkajian Anamnesa Riwayat Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan DIagnostik

Anamnesa Riwayat Riwayat keluarga yang juga mengalami hipospadia • 8% anak yang lahir dengan hipospadia cenderung memiliki ayah dengan riwayat hipospadia (Cincinnati Children’s Hospital Medical Center, 2016) Riwayat infertilitas orang tua • Orangtua yang melakukan fertilisasi in vitro karena infertilitas, anaknya cenderung lebih sering mengalami insiden hipospadia (Gatti, 2015) Kehamilan usia tua dengan paparan lingkungan yang mengandung bahan estrogenik • Bahan ini dapat menggangggu aktivitas hormonal (Gatti, 2015)

Pemeriksaan Fisik • Untuk melihat apakah meatus tepat berada di ujung penis dan mengkaji foreskin (Urology Care Foundation, 2017)

Inspeksi

• menaruh salah satu tangan di atas skrotum pada pangkal paha kemudian melakukan palpasi pada testis

Palpasi

Pemeriksaan Diagnostik

Prenatal fetal ultrasonography

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

• dilakukan pada trimester ke tiga, untuk mendeteksi hipospadia pada anak melalui alat ultrasonografi. dengan hipospadia terlihat membulat/tumpul di ujungnya tidak seperti penis normal yang terlihat meruncing/lurus (Çayan, F & Çayan, S, 2013)

• menunjukkan temuan lebih lanjut terkait hipospadia, berkaitan dengan ultrasonography (Nemec, Kasprian, Brugger, Bettelheim, Nemec, Krestan, & Prayer, 2011).

Voiding Cystogram • pemeriksaan dengan sinar X pada bladder dan uretra, untuk mengetahui abnormalitas saluran urinari ketika dari pemeriksaan fisik diketahui lokasi hipospadia berada di dekat skrotum (National Institutes of Health, 2015)

Penatalaksanaan

Operasi

•pada anak yang berusia 6 sampai 12 bulan lebih mudah untuk membatasi pergerakannya serta dapat mengurangi rasa traumatis pada anak. •dapat ditunda sampai anak berusia 2.5 tahun.

Bowden (1) meningkatkan kemampuan anak untuk berkemih dengan posisi berdiri dengan aliran yang lurus (2) memberbaiki penampilan fisik dari alat kelamin anak unuk alasan psikologis, (3) mempertahankan organ seksual anak. Hockenberry (2015)

(2010)

Penanganan preoperatif Pemberian obat 2 tahap:  sedative (penenang) diberikan 1.5 sampai 2 jam  analgesik-atropin diberikan sesaat sebelum anak masuk ke ruang operasi Efek samping: ruam pada kulit Menjaga psikologis : perawat atau keluarga mendampingi sampai pemberian obat penenang

Post operasi • Cek TTV • tanda-tanda komplikasi yang mungkin muncul setelah prosedur pembedahan • mencatat saat berkemih pertama anak setelah prosedur operasi • mengatur intake cairan • mencatat adanya sensasi terbakar yang dirasakan anak • Jika anuria lebih dari 6 jam pasca operasi -> laporkan dokter

Tindakan Keperawatan Post Operasi • Alat bantu perkemihan: stent silicon atau kateter urin • Anak dilarang untuk melakukan permainan yang membuat kaki jadi mengangkang, bermain pasir, berenang, dan beraktivitas berat sampai ada izin dari dokter bedah (Hockenberry, 2015). • Berikan salep di daerah penis untuk mencegah infeksi • Penkes mengenai cara mengosongkan kantung urinn dan mencegah adanya lipatan pada selang, aliran balik, atau hambatan yang ada pada selang kateter atau stent • Dorong keluarga untuk meningkatkan intake cairan pada anak

Asuhan Keperawatan

Kasus Anak T laki-laki berusia 13 tahun, datang ke poli bedah diantar Ibunya untuk konsultasi ke dokter bedah karena rujukan dari dokter klinik dekat rumahnya. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data bahwa Ibu mengatakan awalnya anak akan dilakukan khitan di klinik, namun setelah anak diinsisi (sedikit) dokter di klinik menghentikan dan menjelaskan bahwa proses sirkumsisi anak T tidak bisa dilanjutkan dan anak T dianjurkan untuk segera konsultasi ke dokter bedah. Berdasarkan hasil pemeriksaan di poli bedah anak T dianjurkan untuk dilakukan operasi uretroplasti karena didapatkan meatus uretra di daerah penil.

Analisis Data No.

Data objektif

Data subjektif

Diagnosa keperawatan

1.

- ditemukan meatus uretra di daerah

-

Ansietas b.d krisis situasional

penil

Data tambahan :

(prosedur pra operasi)

- pra-operasi

-

Gelisah

-

Ketakutan

-

Distress

-

wajah tegang

-

gemetar/ tremor

-

jantung berdebar-debar

-

gangguan tidur

2.

- pra-operasi

-

Insomnia b.d ansietas dan

Data tambahan :

stress.

-

mengatakan sulit tertidur

-

mengatakan sulit tidur nyenyak

-

mengatakan kurang puas tidur (saat ini)

-

perubahan pola tidur

-

perubahan emosional

Analisis Data (2) No.

Data objektif

Data subjektif

Diagnosa keperawatan

3.

- post-operasi

-

Nyeri akut b.d agen cedera

Data tambahan :

fisik (prosedur post operasi)

-

melaporkan rasa nyeri

-

ekspresi perilaku (mis. Gelisah, menangis, merengek)

4.

- post-operasi

fokus pada diri sendiri

-

Gangguan eliminasi urin b.d

Data tambahan :

obstruksi mekanik (post

-

mengalami kesulitan di awal berkemih

operasi)

-

retensi/ inkotinensia

sering berkemih 5.

- post-operasi

-

Risiko infeksi b.d

Data tambahan :

Data tambahan :

ketidakadekuatan primer

suhu meningkat hingga 390

-

(perubahan integritas kulit),

-

nyeri akut

prosedur invasif

Rencana Asuhan Keperawatan (Pra-operasi) Masalah keperawatan 1 : Domain 9 : Koping/ Toleransi stress Kelas 2 : Respon koping Ansietas (00146) Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonomy (sumber biasanya tidak spesifik dan tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal tersebut merupakan isyarat kewaspadaan untuk memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Kriteria hasil : 1.

Ansietas anak berkurang dengan terlihat anak mulai tenang

2.

Anak mampu mengendalikan diri terhadap ansietas : mengurangi perasaan khawatir, tegang atau perasaan yang tidak teridentifikasi

3.

Anak sudah mampu fokus pada stimulus tertentu

4.

Anak sudah mampu mengatasi stressor dengan kopingnya

Intervensi -

Bantu orang tua atau orang terdekat untuk tidak memperlihatkan kecemasan mereka terhadap anak

-

Minta orang tua atau orang terdekat untuk memberi penenangan, penerimaan, dan dukungan terhadap anak

-

Dorong anak untuk mengungkapkan perasaannya

-

Meningkatkan koping anak agar anak dapat mengurangi kecemasannya, seperti bercerita dan bermain

-

Mengajarkan anak teknik menenangkan diri (teknik relaksasi), contoh : teknik napas dalam dan sentuhan teurapetik

Lanjutan … Masalah keperawatan 2 : Domain 4 : Aktifitas/ Istirahat Kelas 1 : Tidur/ Istirahat Insomnia (00095) Definisi : gangguan baik kuantitas maupun kualitas yang menghambat fungsi tidur. Kriteria hasil : 1.

Anak sudah mulai mampu mengontrol waktu tidur

2.

Anak sudah mulai mampu mengurangi kecemasannya

Intervensi

-

Bantu anak untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan, atau ancaman yang menganggu dirinya

-

Minta kerjasama anak untuk mempertahankan rutinitas waktu tidur anak yang biasanya (sebelum operasi).

-

Bantu anak untuk merasa nyaman dan aman dengan suasana malam hari.

-

Bantu anak saat transisi ke waktu tidur dengan mendorong untuk lebih diam dan mengurangi aktifitas sebelum waktu tidur

-

Minta orang tua atau orang terdekat untuk memberi penenangan, penerimaan, dan dukungan terhadap anak untuk mengurangi rasa ketakutan anak.

Rencana Asuhan Keperawatan (Post-operasi) Masalah keperawatan 3 : Domain 12 : Kenyamanan Kelas 1 : Kenyamanan fisik Nyeri akut (00132) Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik aktual atau potensial atau digambarkan serupa demikian (International Association for the Study of Pain), tiba tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat yang diakhirnya dapat diprediksi atau diantisipasi. Kriteria hasil : 1.

Anak mengatakan nyeri berkurang atau hilang

2.

Anak mulai tampak tenang

3.

Anak dapat beraktifitas secara perlahan

4.

Anak dapat tidur nyenyak

Intervensi -

Mengkaji dan mengevaluasi nyeri atau ketidanyamanan, menggunakan metode PQRST dan skala wajah

-

Manajemen nyeri dan teknik relaksasi seperti relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi, dan berikan

sentuhan teraupetik -

Mengedukasi orangtua tentang manajemen nyeri dan melaporkan apabila nyeri tidak biasa

-

Berikan analgesik bila diperlukan (kolaborasi)

Lanjutan … Masalah keperawatan 4 : Domain 3 : Eliminasi dan pertukaran

Kelas 1 : Fungsi urinaria Gangguan eliminasi urin (00016) Definisi : disfungsinya eliminasi urin Kriteria hasil : 1. Anak sudah mampu buang air kecil secara perlahan hingga lancar 2. Anak tidak merasakan nyeri saat buang air kecil Intervensi -

Pemakaian kateter urin

-

Pantau eliminasi urin anak meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna

-

Ajarkan orang tua dan orang terdekat untuk mencatat haluaran urin yang diperlukan

-

Pertahankan pola eliminasi urin anak

-

Beri tau orang tua tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih

Lanjutan … Masalah keperawatan 5 : Domain 11 : Keamanan/ Perlindungan Kelas 1 : Infeksi Risiko infeksi (00016) Definisi : kerentanan pada invasif dan terserang organisme pathogen yang dapat mengganggu kesehatan. Kriteria hasil : 1.

Anak dapat merasakan berkurangnya infeksi dan gejala lainnya

2.

Penyembuhan luka primer : tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan luka secara sengaja

Intervensi

-

Memantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah)

-

Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

-

Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap dan lain-lain)

-

Menjelaskan kepada anak dan keluarga tentang risiko infeksi

-

Melakukan pengendalian infeksi (ajarkan cara mencuci tangan yang benar,membersihkan lingkungan dengan

benar, penerapan teknik universal precaution) -

Melakukan kolaboratif: pengendalian infeksi: berikan terapi antibiotik bila diperlukan

Referensi • • • • • • • •

Bowden, Vicky R., Greenberg, Cindy Smith. 2010. Children and Their Families The Continuun of Care. Philadelphia: Wolters Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins. Boyke, Dian Nugraha. 2016. Pendidikan Seks Usia Dini. Jakarta: Mizan Publika. Hadidi, Ahmed., Montgomery, David. 2013. Hypospadias Surgery. New York: Springer. Hockenberry, Marilyn J., Wilson, David. 2015. Wong’s Nursing Care of Infants and Children. Canada: Elsevier. Potts, Nicki L., Mandleco, Barbara L. 2012. Pediatric Nursing: Caring for Children and Their Families, Third Edition. USA: DELMAR CENGAGE Learning. Bulechek, G.M.; et al (Eds). (2013). Nursing Interventions Classification 6th ed. USA: Elsevier. Herdman, T.H.; Kamitsuru, S. (Eds). (2014). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2015-2017 10th ed. Oxford:WilleyBlackwel. Moorhead, S.; et al (Eds). (2013). Nursing Outcomes Classification 5th ed. USA: Elsevier.

Pertanyaan • Wita HG 6 : faktor risiko lingkungan eksrogenik?obat-obatan saat ibu hamil? • Aryan HG5 : pemeriksaan uretra?hubungan uretra dg kasus? • Anak dpt merasakan infeksi

Related Documents

Ka Leo O Ka Liona
June 2020 21
Ka Leo O Ka Liona
May 2020 25
Ka Leo O Ka Liona
June 2020 25
Ka Leo O Ka Liona
June 2020 24
Kuroshitsuji-ka
April 2020 11
Aset Ka
November 2019 45

More Documents from ""