Jurnal Akupresure Dan Shin In Jyutsu Teu 6.docx

  • Uploaded by: ni made yuni antari
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnal Akupresure Dan Shin In Jyutsu Teu 6.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,222
  • Pages: 18
MAKALAH KEPERAWATAN KOMPLEMENTER “Jurnal Keperawatan Terapi Akupresur Dan Shin Jin Jyutsu”

OLEH : KELOMPOK 3

Ni Komang Ayu Nopi Savitri Ni Komang Megawati Ni Luh Ayu Karmini Ni Luh Putu Eka Rasnuari Ni Luh Putu Very Yanthi Ni Luh Sutamiyanti Ni Made Desy Ardani Ni Made Heni Wahyuni Ni Made Sri Damayanti Ni Made Widiadnyani Ni Made Yuni Antari Ni Putu Ayu Swastiningsih

(183222928) (183222929) (183222930) (183222931) (183222932) (183222933) (183222934) (183222935) (183222936) (183222937) (183222938) (183222939)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI 2019

KATA PENGANTAR “Om Swastyastu” Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “jurnal Keperawatan terapi akupresur dan shin jin jyutsu”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komplementer. Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga semangat, buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini. “Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, Februari 2019

Kelompok

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2 1.3 Tujuan .................................................................................................. 2 1.4 Manfaat ................................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep dasar penyakit .......................................................................... 3 2.1.1 Pengertian .......................................................................................... 3 2.1.2Jenis Enuresis .................................................................................... 3 2.1.3 Tinjauan Jurnal .................................................................................. 3 2.2 Konsep dasar penyakit ........................................................................ 7 2.2.1 Pengertian .......................................................................................... 7 2.2.2 Jenis insomnia ................................................................................... 7 2.2.3 Penyebab ........................................................................................... 7 2.2.4 Tinjauan Jurnal .................................................................................. 8 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan .............................................................................................. 13 3.2 Saran ..................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.Terapi disini diartikan sebagai usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit.Komplementer bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia. Pengobatan komplementer atau alternative menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan. Klien yang menggunakan terapi komplementer memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistic pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya (Widyatuti, 2008). Masa usia

prasekolah

merupakan periode

berlangsungnya

perkembangan yang sangat pesat (Muscari, 2005). enuresis

pertumbuhan dan

atau mengompol merupakan

gangguan tumbuh kembang pada anak usia prasekolah. Prevalensi enuresis bervariasi sesuai dengan usia anak dan dilaporkan cukup tinggi. Solanski (2014) menjelaskan bahwa prevalensi enuresis lebih besar pada anak usia 5-6 tahun yaitu sebesar 34,4% dari 140 anak di desa Gujarat India. Insomnia adalah gangguan tidur yang sering dikeluhkan lansia yang ditandai dengan kesulitan untuk tidur dan mempertahankan tidur. Menurut studi penelitian yang telah dilakukan University of California 40-50% orang dengan usia lebih dari 60 tahun telah mengalami gangguan tidur (Roepke & Ancoli, 2010).. Prevalensi insomnia di Indonesia pada lansia tergolong tinggi yaitu sekitar 67% dari populasi yang berusia diatas 65 tahun. Hasil penelitian didapatkan insomnia sebagian besar dialami oleh perempuan yaitu sebesar 78,1% dengan usia 60-74

Terapi non farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan farmakologis (obat anti hipertensi) yang lebih baik (Dalimartha, 2008). Salah satu metode penyembuhan terapi pada anak enuresis yaitu akupresur. Akupresur merupakan ilmu 1

pengobatan yang berasal dari Cina, dengan teknik penyembuhan dengan menekan, memijat bagian dari titik tertentu pada tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital (Hartono, 2012). Di Indonesia, terapi akupresur masih belum banyak mendapatkan perhatian terutama di bidang akademis. Terapi akupresur juga telah memiliki panduan lengkap atau standar operasional prosedur untuk melakukan tindakannya. Terapi akupresur berfungsi untuk memperbaiki fungsi ginjal dan meningkatkan fungsi otot detrusor pada kandung kemih. Teknik relaksasi genggam jari (Finger hold) adalah teknik relaksasi sederhana dan mudah yang dapat dilakukan siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta energi didalam tubuh. Teknik menggenggam jari disebut juga teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu adalah akupresure Jepang. Teknik ini menggunakan sentuhan sederhana dari tangan dan pernafasan untuk menyeimbangkan energi dalam tubuh.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana konsep dasar penyakit enuresis? 1.2.2 Bagaimana terapi komplementer akupresure dapat menyembuhkan enuresis? 1.2.3 Bagaimanakah konsep dasar penyakit insomnia 1.2.4

Bagaimanakah pengaruh pemberian terapi genggam jari dan dzikir terhadap kejadian insomnia?

1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar penaykit enuresis. 1.3.2 Untuk mengetahui terapi komplmenter akupresure dapat menyembuhkan enuresis. 1.3.3 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit insomnia. 1.3.4

Untuk mengetahui pemberian terapi genggam jari dan dzikir terhadap kejadian insomnia?

1.4 Manfaat 1.

Mahasiswa mampu melakukan/ mengaplikasikan jurnal keperawatan akupresur dan shin jin jyutsu pada dunia Kesehatan.

2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit 2.1.1 Pengertian Enuresis Enuresis adalah keluarnya urine yang disengaja atau involunter di tempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan terjadi pada anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali terhadap kandung kemih secara volunter. Pada umur empat tahun seharusnya seorang anak sudah dapat menguasai otot sfingter eksterna vesika urinaria. Dikatakan terdiagnosis enuresis jika terjadi pada anak yang usia perkembangnnya minimal 5 tahun dan terjadi minimal 2 kali seminggu selama 3 bulan.

2.1.2 Jenis Enuresis terbagi menurut periode dan waktu terjadinya, antara lain: 1. Berdasarkan Periode Terjadinya a. Enuresis primer Terjadinya enuresis bila sebelumnya tidak pernah ada periode kontinensi selama paling sedikit satu tahun. b. Enuresis sekunder Terjadi bila sebelumnya pernah ada periode kontinensi selama lebih dari satu tahun. 2. Berdasarkan Waktu Terjadinya a. Enuresis nokturna Yaitu enuresis yang hanya terjadi pada waktu malam hari saja, lebih sering didapatkan kasus pada anak-anak. b. Enuresis diurnal Yaitu enuresis yang terjadi pada siang hari ketika anak tidak tidur. c. Enuresis campuran

2.1.3 Tinjauan Jurnal 1. Metode Penelitian Desain penelitian mengunakan pre eksperimental dengan rancangan one pretest posttest design. Sampel penelitian sebanyak 32 anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan 3

penentuan menggunakan cluster random sampling dengan kriteria inklusi yaitu anak yang mengalami enuresis, anak yang bertempat tinggal di Dusun Gasek Wetan Jabung Malang, anak usia prasekolah (3-6 tahun) dan anak yang bersedia menjadi responden selama bulan juli 2018. Penelitian ini dilakuakn sebanyak 3 kali perlakuan pemijatan pada titik 6 yaitu titik shenmen, qihai, guanyuan, taixi, shenshu dan sanyijiao sehingga menurunkan frekuensi enuresis. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar observasi. Metode analisa data yang di gunakan yaitu uji wilcoxon. 2. Hasil a. Berdasarkan jenis kelamin Sebagian besar 62,5% yaitu 20 responden berjenis kelamin perempuan dan didapatkan setengahnya 50,0% yaitu 16 responden berumur 3 tahun.Frekuensi enuresis sebelum diberikan terapi akupresur sebagian besar 68,8% yaitu 22 responden mengalami frekuensi sering enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dan setelah diberikan terapi akupresur sebagian besar 71,9% yaitu 23 responden mengalami frekuensi tidak pernah enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Gasek Wetan Jabung Malang. b. Berdasarkan uji analisis Penelitian ini mengunakan uji wilcoxon untuk menentukan pengaruh terapi akupresur terhadap frekuensi enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Gasek Wetan Jabung Malang, pengambilan keputusan data dilihat dari tingkat signifikasi (α) kurang dari 0,05. Hasil uji wilcoxon didapatkan p value = (0,000) < (0,050) sehingga H1 diterima, artinya ada pengaruh terapi akupresur terhadap frekuensi enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Gasek Wetan Jabung Malang. Hasil penelitian menunjukkan diketahui sebelum terapi akupresur didapatkan nilai median sebesar 2 artinya responden mengalami frekuensi sering enuresis dan setelah terapi akupresur didapatkan nilai median sebesar 0 artinya responden mengalami frekuensi tidak pernah enuresis. 3. Pembahasan a. Frekuensi Enuresis Sebelum Diberikan Terapi Akupresur Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)

4

frekuensi enuresis sebelum diberikan terapi akupresur tergolong mengalami sering enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Gasek Wetan Jabung Malang. Responden yang mengalami frekuensi sering enuresis disebabkan tidak buang air kecil sebelum tidur, sehingga pada saat malam hari anak tidak bisa menahan kencing apabila kandung kemih penuh, terdapat kegagalan dalam toilet traning dan kurangnya pengetahuan tentang toilet learning pada ibu. Responden yang tergolong sering mengalami enuresis diketahui dalam beberapa hari yaitu sebanyak 2 – 3 kali. Faktor genetik seperti terdapat genetik dari orang tua yang menderita enuresis atau susah menahan air kecil saat malam hari. Suwardi (2000), menemukan sekitar 70% keluarga dengan anak enuresis salah satu atau lebih anggota keluarga lainnya juga menderita enuresis. Faktor psikologis seperti anak mengalami stres sehingga sulit menahan kencing sewaktu tidur malam. Faktor pola tidur seperti anak tidur nyenyak sehingga tidak bangun dalam menanggapi sensasi kandung kemih penuh. Faktor tidak adanya informasi tentang cara pengendalian enuresis seperti membiasakan kencing sebelum tidur malam. Faktor kapasitas kandung kemih yang belum mengalami pelebaran. Anak yang mengalami kesulitan menahan kencing berhubungan erat dengan hambatan perkembangan fungsional kandung kemih yang dapat disebabkan oleh kelainan lokal atau masalah psikologi dimana anak malu mengungkapkan keinginannya untuk enuresis (Suwardi, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perubahan sering mengalami enuresis menjadi tidak pernah enuresis. Kejadian sering mengalami enuresis banyak terjadi pada perempuan dan berbanding kebalik sama penelitian lainnya. Kejadian enuresis lebih besar pada anak laki-laki yaitu 60% dan anak perempuan 40% (Kurniawati, dkk., 2008 dalam Fitricilia, dkk., 2013). Penelitian pada 10.960 anak di Amerika, prevalensi enuresis pada anak laki-laki yang berusia 7 dan 10 tahun adalah 9% dan 7%, sedangkan pada anak perempuan yang berusia 7 dan 10 tahun adalah 6% dan 3% (Lane & Robson, 2009 dalam Fitricilia, dkk., 2013). Statistik menunjukkan, 25% anak enuresis pada usia 5 tahun akan menurun menjadi 5% pada usia sampai 10 tahun dan tinggal 2% pada usia 10-15 tahun (Kurniawati, dkk., 2008 dalam Fitricilia, dkk., 2013). Menurut Child Development Institute Toilet Training pada penelitian American Psychiatric Association, dilaporkan bahwa 10-20% anak usia 5 tahun, 5% 5

anak usia 10 tahun, hampir 2% anak usia 12-14 tahun, dan 1% anak usia 18 tahun masih mengompol (Medicastore, 2008 dalam Elvira, 2015). Kejadian sering mengalami enuresis yang banyak terjadi pada perempuan disebabkan oleh faktor genetik dan masalah psikologi dimana anak

malu mengungkapkan keinginannya

untuk enuresis. b. Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Frekuensi Enuresis Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Adanya penurunan frekuensi enuresis setelah diberikan terapi akupresur secara signifikan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Gasek Wetan Jabung Malang. Penurunan kejadian enuresis disebabkan oleh pemberian terapi akupresur sehari sekali selama 3 hari perlakuan, serta anak secara rutin sebelum tidur malam buang air kecil sesuai informasi yang disampaikan oleh peneliti. Tindakan kejadian enuresis perlu didukung oleh peran ibu dalam melakukan terapi akupresur pada anak dan mengingatkan anak untuk buang air kecil sebelum tidur (Riyadi dan Sukarmin, 2009). Berdasarkan hasil penelitian dapat dipahami bahwa pemberian terapi akupresur sehari sekali selama 3 hari perlakuan mampu menurunkan frekuensi enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun). Terapi akupresur dilakukan penekanan pada titik shenmen terletak tepat pada lekukan pergelangan tangan lurus jari kelingking yang bertujuan untuk menenangkan pikiran, titik qihai terletak 2 jari di bawah pusar yang bertujuan meningkatkan fungsi otot detrusor pada kandung kemih, titik guanyuan terletak 4 jari dibawah pusar yang bertujuan untuk menurunkan rasa nyeri, titik sanyinjiao terletak 4 jari di mata kaki bagian dalam yang bertujuan untuk menurunkan nyeri, titik taixi terletak dibekang mata kaki bagian belakang yag bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman dan meningkatkan fungsi otot detrusor pada kandung kemih dan titik shenshu terletak antara ruas tulang punggung bagian pinggang ke II dengan ke III ke samping 2 jari kanan dan kiri (Ikhasn, 2017). Enam titik tersebut dapat meningkat endorpin, menciptakan ketenangan yang mampu menurunkan frekuensi enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun). Teknik pengobatan akupresur bertujuan untuk membangun kembali sel-sel dalam tubuh yang melemah serta mampu membuat sistem pertahanan dan meregenerasi sel tubuh 6

(Fengge, 2012). Hasil penelitian ini sepaham dengan penelitian yang dilakukan oleh Elvira (2015), membuktikan bahwa pemberian terapi akupresur efektif untuk menurunkan frekuensi enuresis pada anak usia prasekolah. Menurut Suwardi (2000), penurunan enuresis pada anak sekolah dengan cara non farmakologi yaitu terapi akupresur. Orang tua berperan penting dalam memberikan terapi akupresur pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) secara rutin sebelum tidur malam. 2.2

Konsep Dasar Penyakit Insomnia

2.2.1 Pengertian Insomnia Isomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu initial insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur tidak ada, intermittent insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur sebab sering terbangun, dan terminal insomnia adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur kembali.( Aziz, 2008) Insomnia suatu kesulitan untuk tidur, atau bertahan tidur, atau tidur dengan nyenyak. Dampaknya adalah distress (stres yang mengganggu) yang pada keesokan harinya bermanifestasi sebagai rasa lemas, lesu, menurunnya kemampuan berpikir, serta menjadi mudah tersinggung. (Iwan, 2009) 2.2.2 Jenis Insomnia Insomnia ada tiga jenis: 1. Jenis transient (artinya cepat berlalu), oleh karena itu insomnia jenis ini hanya terjadi beberapa malam saja. 2. Jenis Jangka pendek. Jenis dapat belangsung sampai beberapa minggu dan biasanya akan kembali seperti biasa. 3. Jenis kronis (atau parah) gangguan tidak dapat tidur berlangsung le bih dari 3 minggu.

2.2.3 PENYEBAB INSOMNIA

1)Faktor Psikologi :

7

1. Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insonia transient. 2. Problem Psikiatri 3. Depresi paling sering ditemukan. Kamu bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak kamu ingini, adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur. 4. Sakit Fisik 5. Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat di tanggulangi dengan baik ,gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.

2). Faktor Lingkungan a) Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur. b) Gaya Hidup c) Alkohol , rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur. 2.2.4 Tinjauan Jurnal a)

Pendahuluan

Menurut Data WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini.Menurut United Nations (2015) Indonesia memiliki jumlah lansia urutan ke-4 terbesar didunia, setelah negara China, India dan Amerika. Menurut Data Badan Pusat Statistik (2014) menyebutkan bahwa jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05% dari seluruh penduduk Indonesia. Dan berdasarkan hasil Angka Proyeksi Penduduk tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat menjadi 3,83 juta jiwa atau sebesar 11,43% (Badan Pusat Statistik, 2014). Proses menua lansia memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ 8

tubuh semakin menurun. Berkaitan dengan proses menua, terdapat perubahan yang mempengaruhi

penurunan

aktivitas

lansia.

Tidur

merupakan

bentuk

aktivitas

yang

mempengaruhi kualitas kesehatan individu. Ketika seseorang beranjak tua maka akan banyak memerlukan istirahat dengan membutuhkan waktu tidur yang berkualitas. Bentuk gangguan tidur yang dialami lansia adalah insomnia. Insomnia pada lansia disebabkan karena kurangnya kegiatan fisik sepanjang hari, tidur yang sebentar-sebentar sepanjang hari, gangguan cemas dan depresi, suasana kamar yang kurang nyaman, sering berkemih ketika malam hari dan infeksi saluran kemih (Maryam, 2008). Insomnia adalah gangguan tidur yang sering dikeluhkan lansia yang ditandai dengan kesulitan untuk tidur dan mempertahankan tidur. Menurut studi penelitian yang telah dilakukan University of California 40-50% orang dengan usia lebih dari 60 tahun telah mengalami gangguan tidur (Roepke & Ancoli, 2010). Insomnia merupakan gejala yang dapat mengganggu aktivitas dan produktifitas lansia. Oleh karena itu, lansia harus mendapatkan terapi yang sesuai. Terapi pada penderita insomnia dapat berupa farmakologi atau non-farmakologi. Dari penelitian yang dilakukan, terapi non-farmakologi menjadi pilihan karena biaya lebih murah dan lebih efektif dibandingkan dengan terapi farmakologi, Terapi non-farmakologi memiliki kelebihan 4 dibandingkan terapi farmakologi yang tidak menimbulkan ketergantungan dan efek samping. Sala satu terapi non-farmakologi yang dapat diterapkan untuk menurunkan insomnia pada lansia adalah dengan mengkombinasikan terapi genggam jari dengan terapi dzikir. b) Metode Metode penelitian ini merupakan metode penelitian kuantitatif.Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu penelitian quasy eksperiment.Desain dalam penelitian kuantitatif ini adalah quasy eksperiment non-equivalent control group with pre-post test. Desain non-equivalent control group with pre-post test dilakukan dengan membandingkan perlakuan disuatu kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama, sehingga sering dilakukan dalam penelitian lapangan (Riyanto, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah 38 orang dari 79 orang yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta yang mengalami insomnia dan 22 orang dari 30 orang yang tinggal di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta yang mengalami insomnia. Responden diberian informed consent dan surat persetujuan. Responden tidak diperkenakan mengkonsumsi obat tidur selama 9

penelitian.Mengukur tingkat insomnia dengan menggunakan insomnia rating scale sebelum perlakuan terhadap kelompok intervensi dan kelompok control. Mengukur tingkat insomnia pada hari ke-4 dengan lembar observasi insomnia rating scale sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. c) 1.

Hasil Dan Pembahasan Hasil Frekuensi tingkat insomnia sebelum diberi perlakuan sebagian besar responden dengan

tingkat insomnia sedang, yaitu sebanyak 7 responden (46,7%) pada kelompok eksperimen dan sebanyak 9 responden (60%) pada kelompok kontrol. Sesudah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen 3 responden (20%) bukan insomnia, 9 responden (60%) dengan insomnia ringan, 3 responden (20%) dengan insomnia sedang dan tidak ada yang mengalami insomnia berat. kelompok kontrol 2 responden (13,3%) dengan insomnia ringan, 10 responden. 66,7%) dengan insomnia sedang, 3 responden (20%) dengan insomnia berat dan tidak ada yang bukan insomnia. 2.

Pembahasan Hasil penelitian sebelum dilakukan perlakuan menunjukan baik kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol dengan tingkat insomnia yang sama, yaitu rata-rata mengalami tingkat insomniasedang, yaitu sebanyak 7 responden (46,7%) pada kelompok eksperimen dan sebanyak 9 responden (60%) pada kelompok kontrol. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Revi Diana (2016) yang mengemukan bahwa sebagian besar responden yang akan dilakukan pembedahan mengalami kecemasan ringan yaitu 62,5% pada kelompok kontrol dan 56,3% pada kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan sesudah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen 3 responden (20%) tidak insomnia, 9 responden (60%) dengan insomnia ringan, 3 responden (20%) dengan insomnia sedang dan tidak ada yang mengalami insomnia berat. Pada kelompok kontrol 2 responden (13,3%) insomnia ringan, 10 responden (66,7%) dengan insomnia sedang, 3responden (20%) dengan insomnia berat dan tidak ada yang mengalami bukan insomnia. Hasil penelitian menggambarkan pada kelompok eksperimen yang diberikan terapi genggam jari dan dzikir tingkat insomnia cenderung turun, ke insomnia ringan dan berpotensi bukan insomnia. Sedangkan pada kelompok kontrol yang diberikan terapi genggam jari dan dzikir tingkat insomnia masih tetap, rata-rata insomnia cenderung sedang atau meningkat. Menurut Liana 10

(2008) Teknik relaksasi genggam jari (Finger hold) adalah teknik relaksasi sederhana dan mudah yang dapat dilakukan siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta energi didalam tubuh. Teknik menggenggam jari disebut juga teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu adalah akupresure Jepang. Teknik ini menggunakan sentuhan sederhana dari tangan dan pernafasan untuk menyeimbangkan energi dalam tubuh. Tangan yang terdiri dari jari dan telapak tangan adalah alat bantu sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan tubuh (Ramadina, Utami dan Jumaini, 2014). d) Pengaruh Pemberian Terapi Genggam Jari Dan Dzikir Terhadap Kejadian Insomnia Pada Lansia Penurunan tingkat insomnia padalansia disebabkan karena pemberian terapi genggam jari dan dzikir. Mekanisme relaksasi genggam jari dijelaskan melalui teori gate-control yang menyatakan bahwa stimulus kutaneous mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih cepat dan besar. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan deltaA yang berdiameter kecil. Proses ini terjadi di kornu dorsalis medula spinalis sebagai tempat memproses nyeri. Relaksasi genggam jari akan menghasilkan impuls yang kemudian dikirim melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf non-nosiseptor mengakibatkan gerbang tertutup sehingga stimulus pada korteks serebri dihambat atau dikurangi akibat counter stimulus dari menggenggam jari. Akibatnya intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modulasi akibat dari stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih dulu mencapai otak sehingga tidak ada nyeri yang dirasakan (Pinandita, Purwanti, & Utoyo, 2012). Hasil tersebut didukung penelitianIdris, Desi Natalia Trijayanti., & Astarani, Kili (2016), Ada perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberi teknik relaksasi genggam jari dengan nilai p= 0,000. Karena hasil data adalah < α yang berarti Ha diterima (terapi relaksasi genggam jari berpengaruh terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal Kota Kediri). Dan dapat disimpulkan skala nyeri pada lansia di RW 1 dan 2 sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi genggam jari emngalami perubahan yang signifikan. Menurut penelitian Sudiyanto, Henry.,& Wahid, Abdul (2017), yang melakukan penelitian pengaruh terapi dzikir terhadap kualitas tidur pasien hospitalisasi di Rs Islam Sakinah Mojokerto, dengan metode penelitian quasy eksperimental dengan rancangan pre-post test with Control Group. 11

e)

Efektifitas Terapi Genggam Jari dan Dzikir terhadap Penurunan Insomnia pada Lansia

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian terdahulu yaitu Windartik (2015) tentang efektivitas relaksai genggam jari dan relaksasi benson pada pasien post operative sectio caesarea. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penurunan tingkat nyeri pada kelompok relaksasi genggam jari adalah p= 0,016 dan p= 0,05 pada relaksasi benson, dengan kesimpulan ada pengaruh dari kedua relaksasi, tetapi relaksasi genggam jari lebih efektif terhadap perubahan tingkat nyeri pasca operasi caesarea (Windartik, Yuniarti, & Akbar, 2015). Menurut penelitian Reflio (2014) tentang pengaruh terapi Al-Zikir terhadap kualitas tidur lansia diperoleh nilai ratarata kualitas tidur (skor PSQI) pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan terapi zikir adalah sebesar 14,48 dan pada kelompok kontrol sebesar 13,67. Setelah diberikan intervensi dengan terapi zikir, terjadi penurunan rata-rata kualitas tidur (skor PSQI) yang artinya perbaikan kualitas tidur, menjadi 9,05, dan pada kelompok kontrol yang tidak diberi terapi menjadi 13,62. Semakin kecil skor yang diperoleh maka semakin baik kualitas tidur responden dengan hasil uji statistik pvalue = 0,000 (p<0,05) sehingga ha diterima yang artinya ada terapi zikir efektif terhadap kualitas tidur lansia (Reflio, Dewi, & Utomo, 2014).

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Enuresis adalah keluarnya urine yang disengaja atau involunter di tempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan terjadi pada anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali terhadap kandung kemih secara volunter. Pada umur empat tahun seharusnya seorang anak sudah dapat menguasai otot sfingter eksterna vesika urinaria. Dikatakan terdiagnosis enuresis jika terjadi pada anak yang usia perkembangnnya minimal 5 tahun dan terjadi minimal 2 kali seminggu selama 3 bulan. Frekuensi enuresis sebelum diberikan terapi akupresur sebagian besar 68,8% yaitu 22 responden mengalami frekuensi sering enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dan setelah diberikan terapi akupresur sebagian besar 71,9% yaitu 23 responden mengalami frekuensi tidak pernah enuresis pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Dusun Gasek Wetan Jabung Malang. Penurunan kejadian enuresis disebabkan oleh pemberian terapi akupresur sehari sekali selama 3 hari perlakuan, serta anak secara rutin sebelum tidur malam buang air kecil sesuai informasi yang disampaikan oleh peneliti. Tindakan kejadian enuresis perlu didukung oleh peran ibu dalam melakukan terapi akupresur pada anak dan mengingatkan anak untuk buang air kecil sebelum tidur. Teknik menggenggam jari disebut juga teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu adalah akupresure Jepang. Teknik ini menggunakan sentuhan sederhana dari tangan dan pernafasan untuk menyeimbangkan energi dalam tubuh. Tangan yang terdiri dari jari dan telapak tangan adalah alat bantu sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan tubuh (Ramadina, Utami dan Jumaini, 2014). 3.2 Saran Diharapkan makalah dengan judul pengaplikasian terapi akupresure pada anak dengan enuresis dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa keperawatan khususnya dalam bidang komplementer.

13

DAFTAR PUSTAKA Akupresur Terhadap Frekuensi Enuresis pada Anak Usia Prasekolah di Kota Pontianak. Jurnal Proners 3 (1).http://jurnal.untan.ac.id/index.ph p/jmkeperawatanFK/article/view/10 531 Diakses tanggal 05 Maret 2018. Atkins, S. (2017). Langkah Pertama Melalui Insomnia. Jakarta: Penerbit Libri. Dewi, P. A., & Ardani, I. G. (2013). Angka Kejadian serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Wana Seraya Denpasar Bali. Jurnal, Universitas Udayana. Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika Donsu, J. D. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru. Hanlon, J., Blackman , M., & Glick, R. (2009). Complementary and Alternative Medicine, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard's: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. The McGraw-Hill Companies.

Fatmawati, L & Mariyam. 2013. Hubungan Stres dengan Enuresis pada Anak Usia Prasekolah di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang. Jurnal Keperawatan Anak 1(1). https://jurnal.unimus.ac.id/index.php /JKA/article/view/902. Diakses tanggal 15 maret 2018. Fengge, A. 2012. Terapi Akupresur Manfaat Dan Pengobatan. Yogyakarta: Crop Circle Corp.

Fitriolita, T. 2014. Hubungan Toilet Training dengan Kejadian Enuresis pada Anak di TK Pertiwi V dan PAUD Cempaka Putih Padang Tahun 2014. Skripsi Fakultas Keperawatan Unand. http://scholar.unand.ac.id/14185/. Diakses 28 Januari 2018. Hartono dkk. 2012. Akupresur Untuk Berbagai Penyakit. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Hidayat, A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika.

Ikhan N. M. 2017. Dasar Akupresur dan Moksibasi. Cimahi: Bhimaristan Publishing. Iwan, 2009. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). http://www.sleepnet.com 15 februari 2019; 10.00 WIB

14

Lestari, P. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Toilet Training dengan Perilaku Ibu Dalam Penggunaan Diapers pada Anak Usia Toddlers (1-3 tahun) di Kelurahan Putat Purwodadi. Jurnal STIKES Telogorejo Semarang. http://ejr.stikestelogorejosemarang.a c.id/index.php/jikk/article/view/237 Diakses tanggal 3 maret 2018. Muscari, M. 2005. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Alih bahasa Alfrina. Jakarta: EGC.

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta : Graha Ilmu. Setiadi, 2007. Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soetjiningsih, G. R. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Solanski, A & Desai, S. G. 2014. Prevalence and Risk Factors of Nocturnal Enuresis Among School Age Children in Rural Areas. International Journal of Research in Medical Sciences. 2 (1). http://msjonline.org/index.php/ijrms /article/view/2103 Diakses tanggal 6 Marat 2018.

Suwardi, S. S. 2000. Enuresis pada anak sekolah. Jakarta : EGC.

15

Related Documents


More Documents from "Fernanda Brandt Koppe"