Rizka Asyriati
JIHAD HARTA Ada tiga rentetan ayat dalam surat As shaff yang rasanya patut kita renungi kembali. Ketiga ayat ini bernuansa cukup provokatif, sebab isinya menantang orang untuk melakukan transaksi bisnis dengan Sang pemilik dunia. Ketiga ayat itu adalah ayat sepuluh, sebelas dan dua belas. Dengan komposisi mirip susunan surat lazimnya, melalui tiga ayat tersebut, Allah memberitakan secara singkat, padat dan tepat. Terdiri dari pembuka pada ayat sepuluh, isi pada ayat sebelas, dan penutup pada ayat dua belas. Allah swt berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. 61:10-12) Penamaan Jihad sebagai perniagaan ini diberikan karena Allah membeli harta dan diri seluruh muslim yang berjihad dengan bayaran surga. Gaya bahasa seperti ini dipakai agar lebih memudahkan orang untuk memahami esensi jihad sebenarnya. Tentu, perdagangan yang biasa digunakan orang untuk memperoleh keuntungan, akan lebih mudah dipahami jika jihad juga diterjemahkan dalam bahasa ekonomi. Ini bertujuan untuk menepis pemahaman jihad yang identik dengan kematian. Dan mati sama dengan rugi.
Ibnu Qayyim berkata,”Wajib berjihad harta dengan harta sama seperti kewajiban berjihad dengan nyawa. Ini merupakan salah satu dari dua pendapat Ahmad. Dan pendapat inilah yang benar tanpa diselubungi keraguan sedkitpun. Perintah berjihad dengan harta merupakan saudara kandung dan pasangan perintah berjihad dengan nyawa dalam Al-Quran, bahkan selalu disebutkan lebih dulu daripada jihad dengan nyawa dalam setiap ayat yang mencantumkannya, kecuali pada satu ayat saja. Hal ini menunjukkan bahwa jihad dengan harta lebih penting dan mendesak ketimbang jihad dengan nyawa.” [1] Dr Nawwaf Takruri mendefinisikan bahwa jihad harta memiliki dua pengertian 1. Pengertian umum jihad harta adalah menyumbangkan harta dalam segala bidang kebaikan yang mengantarkan keridhaan kepada Allah seperti membantu fakir miskin, membangun masjid dan lain-lain. Intinya adalah setiap sumbangan harta yang manfaatnya dapat dirasakan sebagian kaum muslimin atau perseorangan. 2. Pengertian khusus jihad harta adalah menyumbangkan harta untuk mendukung bidangbidang yang terkait dengan jihad militer.
Ash-Shan’ani mendefinisikan jihad harta,”Sumbangan yang diberikan oleh seseorang guna membiayai jihad, senjata dan semisalnya.”
ALASAN PENTINGYA JIHAD HARTA Pertama, menjalankan perintah Allah Hukum jihad harta adalah wajib, sama seperti kewajiban berjihad dengan nyawa. Karena jihad kedua tidak akan dapat terlaksana tanpa jihad pertama. Suatu perkara yang apabila sebuah kewajiban tidak akan sempurna tanpa keberadaannya, maka perkara tersebut juga menjadi wajib. Setiap muslim dituntut untuk melaksanakan kewajiaban ini, sebagaimana dia dituntut untuk berjihad dengan nyawa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
.َجا ِهد ُْوا ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ بِأ َ ْم َوا ِل ُك ْم َوأ َ ْنفُ ِس ُك ْم َوأ َ ْل ِسنَتِ ُك ْم
“Berjihadlah melawan orang-orang musyrikin dengan harta, jiwa, dan lisan kalian.”(HR. Abu Dawud) Ash-Shan’ani menjelaskan,”Hadits ini menunjukkan kewajiban berjihad dengan nyawa, yakni dengan cara keluar dan menyerbu orang-orang kafir, dan kewajibannya berjihad dengan harta, yakni dengan cara menyumbangkan harta untuk membiayai jihad, senjata dan semisalnya.” [3]
Hati kita terketuk untuk membantu saudara seiman yang teraniaya bukanlah hanya bentuk solidaritas semata. Hal ini juga bentuk loyalitas kepada sesama muslim dan merupakan perintah Allah untuk berjihad dengan harta. “Tidak diragukan lagi, jihad dengan harta adalah salah satu dari dua jihad yang ada. Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi
سبِي ِل هللا فقد غَزَ ا َ َازيا ً في ِ َم ْن َج ّهزَ غ “Sesiapa yang memberangkatkan orang yang berperang di jalan Allah, berarti dia juga ikut berperang.” (HR Bukhari)”[4]
Jadi, tidak ada halangan lagi untuk membantu saudara seiman dimanapun mereka berada. Jarak dan waktu bukanlah hambatan yang berarti. Uluran tangan dan harta kita akan sangat membantu mereka sebagai bukti bahwa umat Islam adalah satu tubuh dan satu bangunan. Kedua, berharap meraih keutamaan jihad harta dan mendapat pahala besar yang dijanjikan Allah Di dalam Al-Quran, Allah mendahulukan jihad harta atas jihad nyawa setiap kali menyebut keduanya secara bersamaan, kecuali dalam satu ayat saja
آن َّ سبِي ِل َّ ِإ َّن َ َّللاِ فَيَ ْقتُلُونَ َويُ ْقتَلُونَ َو ْعدًا َ س ُه ْم َوأ َ ْم َوالَ ُه ْم بِأ َ َّن لَ ُه ُم ْال َجنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي َ َُّللاَ ا ْشت ََرى مِنَ ْال ُمؤْ مِ نِينَ أ َ ْنف ِ علَ ْي ِه َحقًّا فِي الت َّ ْو َراةِ َواإل ْن ِجي ِل َو ْالقُ ْر ِ َّ ََو َم ْن أ َ ْوفَى بِ َع ْه ِد ِه مِ ن َّللا فَا ْست َ ْبش ُِروا بِبَ ْي ِع ُك ُم الَّذِي بَايَ ْعت ُ ْم بِ ِه َو َذلِكَ ه َُو ْالف َْو ُز ْال َعظِ ي ُم “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah:111) Selain ayat tersebut, jihad harta selalu disebut lebih dulu daripada jihad nyawa. Bukan karena kedudukan jihad harta lebih utama,melainkan karena urgensi jihad harta sebagai fasilitator jihad nyawa. Jihad harta berkedudukan sebagai persiapan awal sebelum melakukan jihad nyawa, selain karena fungsinya sebagai penunjang yang ideal untuk terlaksananya jihad nyawa. َ َ َوأ َ ِعدُّوا لَ ُه ْم َما ا ْست ْ مِن قُ َّوةٍ َو ْ ط ْعت ُ ْم َ َّللاُ يَ ْعلَ ُم ُه ْم َو َما ت ُ ْن ِفقُوا مِ ْن ٍش ْيء َّ ع ُد َّو ُك ْم َوآخ َِرينَ مِ ْن دُونِ ِه ْم ال ت َ ْعلَ ُمونَ ُه ُم َّ عد َُّو َ َّللاِ َو َ مِن ِربَاطِ ْال َخ ْي ِل ت ُ ْر ِهبُونَ بِ ِه ْ ُ ف إِلَ ْي ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ال ت َظلَ ُمون َّ سبِي ِل َّ َّللاِ ي َُو َ فِي “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfal 60) Ayat ini memerintahkan agar melakukan persiapan berupa jihad harta dan dilanjukan dengan jihad nyawa. Karena itulah Allah mengaitkan pahala dua jihad tersebut secara bersamaan dan menyematkan keduanya sebagai sifat orang-orang yang beriman. Ketiga, menghindari dampak buruk keengganan berjihad dengan harta. Allah menjanjikan pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi bagi orang yang berjihad dengan harta dan nyawa. Sebaliknya, Allah mengancam orang-orang yang enggan melakukannya dengan siksaan pedih dan api neraka yang menyala-nyala.
ِ َّ سبِي ِل ضةَ َوال َّ َب َو ْال ِف ُ َاس بِ ْالبَاطِ ِل َوي ُّ ار َو ِ َّان لَيَأ ْ ُكلُونَ أ َ ْم َوا َل الن ً يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِ َّن َكث َ َّللا َوالَّذِينَ يَ ْكن ُِزونَ الذَّه َ َصدُّون َ ع ْن ِ َِيرا مِ نَ األحْ ب ِ َالر ْهب ُ َار َج َهنَّ َم فَت ُ ْك َوى بِ َها ِجبَا ُه ُه ْم َو ُجنُوبُ ُه ْم َو ّ ِ ََّللاِ فَب ور ُه ْم َهذَا َما َكن َْزت ُ ْم أل ْنفُ ِس ُك ْم فَذُوقُوا َّ سبِي ِل ٍ ش ْر ُه ْم بِعَذَا ُ ظ ُه َ يَ ْو َم يُحْ َمى,ب أَل ٍِيم َ يُ ْن ِفقُونَ َها فِي ِ علَ ْي َها فِي ن ََما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْكن ُِزون
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.(QS. At-Taubah 34-35 ) Keempat, merealisasikan niat tulus dan hasrat untuk menjalani jihad nyawa. Seorang muslim yang memiliki tekad kuat untuk berjihad dengan nyawa tentu selalu berusaha merealisasikannya. Namun, hal itu tidak mudah di zaman ini. Sering ada batu sandungan dan penghalang bagi seorang muslim untuk ikut serta membela saudaranya yang teraniya. Maka, jihad harta menjadi bukti ketulusan hasratnya untuk berjihad dengan nyawa ketika kesempatan terbuka. Karena dengan demikian dia telah berbuat sesuai dengan peluang jihad yang tersedia. Akan tetapi jika dia enggan menunaikan kewajiban jihad yang mampu dikerjakan saat ini, lalu mengaku mendambakan dan merindukan jihad yang lainnya, maka itu hanyalah pepesan kosong belaka. Lima, menegakkan kejayaan agama Allah. Tidak bisa dipungkiri bahwa perjuangan selain membutuhkan pengorbanan nyawa juga membutuhkan dana yang besar. Memelihara harta merupakan tujuan terakhir dari lima tujuan besar dalam syariat Islam. Harta harus digunakan untuk memelihara pencapaian tujuan-tujuan sebelumnya. Bahkan, ketika musuh menyerang, memelihara harta sendiri tidak dapat dilakukan kecuali dengan mengorbankannya dalam bentuk jihad dan nyawa. Keenam, mengikuti jejak langkah generasi salaf. Siapapun yang menyimak riwayat hidup generasi salaf sejak zaman Rasulullah maka akan mendapati bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat bermurah hati untuk mengorbankan segala yang dimilikinya untuk menegakkan kejayaan agama ini. Dengan sikap inilah mereka berhasil memimpin bangsa-bangsa dunia. Saat itu, tidak satu pun bangsa yang sanggup mengalahkan mereka. Ini berkat kekuatan iman dan keyakinan mereka kepada Allah, komitmen menjalankan syariat Islam yang berkaitan dengan jihad dan lainnya. Mereka adalah orang-orang istimewa yang harus diteladani.
Ketujuh, musuh Islam mendanai besar-besaran proyek kebatilan mereka secara terus menerus, karena itu kita lebih berkewajiban melakukannya agar dapat mengembalikan hak-hak yang terampas dan merebut tanah-tanah suci yang terjajah.
CONTOH TELADAN PARA JIHAD HARTA Semua pasti kenal sosok Abu Bakar ash-Shidiq. Khalifah pertama dalam Islam ini adalah pribadi yang sangat gemar berjihad dengan harta, di samping jihad dengan nyawa tentunya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau menyedekahkan semua yang dimiliki untuk kepentingan Jihad di jalan Allah. Ketika nabi bertanya, “Apakah yang kau tinggalkan untuk keluargamu?” dengan senyum manis sang mertua nabi itu menjawab santai, “Allah dan RasulNya.” Jika Abu bakar selalu menyedekahkan seluruh hartanya untuk Allah, maka Umar bin Khathab adalah pribadi yang ‘pusing’ karena tak pernah bisa menyamai apalagi mengungguli amal sahabatnya itu. Umar hanya menyedekahkan setengah hartanya. Meskipun setengahnya tetap digunakan untuk berdagang yang kemudian untungnya dikembalikan demi mendanai jihad di jalan Allah. Setali tiga uang dengan kedua pendahulunya, Utsman bin Affan merupakan sosok yang tak pernah berhenti dalam menyedekahkan harta di jalan Allah. Dalam perang tabuk, Utsman memberikan 300 ekor unta dengan seluruh perlengkapannya ditambah dengan 1000 dinar. (hal 72) Lain lagi dengan Abdurrahman bin Auf. Salah satu saudagar kaya yang terdepan dalam jihad ini diriwayatkan menyerahkan setengah hartanya, yaitu sebanyak 4000 dirham. Dalam lain kesempatan, Ia menyumbang 40.000 dinar. Pernah juga mendanai pasukan dengan 500 ekor kuda dan 500 ekor unta. (Hal 72) Sedangkan Ibnu Umar pernah menjual tanahnya seharga 200 ekor unta. Lalu, separuhnya dia gunakan untuk membekali pasukan mujahid. Sementara ‘Ashim bin Adi menyedekahkan 90 wasaq kurma dalam perang tabuk. (1 wasaq = 1980 kg) (Hal 74) Lantas, mari bertanya pada diri kita masing-masing, “Sudah berapa rupiah uang kita yang mengalir untuk keperluan jihad di Jalan Allah? Atau, berapa persenkah dari pendapatan kita yang sudah dialirkan untuk menanam Saham Jihad di jalanNya? CARA MELAKUKAN JIHAD HARTA Beberapa hal yang diserukan oleh beberapa penulis terkait Jihad Harta yang mesti kita agendakan dengan seksama adalah: 1. Alokasikan 2.5 % zakat maal kita untuk mendanai jihad. 2. Mengutamakan membeli produk dalam negeri yang tak berbau Yahudi. 3. Boikot adalah keniscayaan! Karena Yahudi pun memboikot produk-produk selain dari produksi mereka. 4. Menghemat pengeluaran kosmetik bagi sebagian muslimah. Sisa penghematan tersebut akan lebih bermanfaat untuk mendanai mujahid atau keluarga yang ditinggalkannya. 5. Mengurangi jatah makan dan minum yang berlebihan serta pengeluaran untuk anak-anak usia sekolah. Dalam hal makan dan minum, kita bisa menyiasatinya dengan makan seadanya asal memenuhi kriteria kesehatan. Apalagi jika bisa rutin melaksanakan puasa sunnah. Maka, dengan begitu, dana yang bisa disisihkan untuk mujahidin lebih banyak. Terkait kebutuhan anak-anak usia sekolah, sebuah fakta disajikan oleh penulis : Jumlah anakanak muslim di seluruh dunia sekitar 200 juta dari taman kanak-kanak sampai mahasiswa. Jika perbulan masing-masing mereka bisa mengumpulkan 1 Euro, maka dalam setahun akan terkumpul dana sebanyak 24 Miliar Euro! Dan sejumlah itu merupakan jumlah yang lebih dari
cukup untuk mendanai jihad di Palestina, Irak dan Negara-negara konflik lainnya- termasuk Indonesia. (hal 119) 1. Saling memberi Hadiah dengan kwitansi infaq dan jihad harta. 2. Mengganti dana perjalanan haji dan umrah sunnah dengan menyalurkannya untuk biaya jihad. 3. Berhemat dalam pengeluaran pesta pernikahan. Lebih lanjut, penulis menganjurkan agar pasangan-pasangan muslim mengalokasikan dana hasil pernikahannya itu untuk saudarasaudara mujahidin di berbagai penjuru dunia. 4. Mengurangi kebiasaan merokok, atau menghindarinya dan meninggalkannya sama sekali. Di Syiria, dana yang habis untuk membeli rokok adalah 600 juta dolar per tahun. Belum termasuk Negara muslim lainnya. Jika diakumulasikan dan disalurkan untuk dana jihad, sungguh sangat luar biasa! Allahu Akbar! Sudah sehat karena tidak merokok, dapat pahala pula… Subhanallah 5. Penyembuhan dengan sedekah. Jika ada saudara atau diri kita yang sakit, maka keluarkanlah sejumlah dana untuk sedekah di jalan Allah. Dan tunggulah keajaiban dariNya, “Bentengilah (jagalah) hartamu dengan zakat, obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah, dan cegahlah musibah dengan doa.” (HR Thabrani) 6. Mengasumsikan adanya satu pegawai tambahan pada setiap sepuluh orang pegawai di perusahaan yang kita miliki atau mengandaikan tambahan satu orang penghuni lagi dalam keluarga kita. Lalu, alokasi dana untuk satu orang tersebut bisa disalurkan untuk mendanai jihad. 7. Mengalihkan sebagian amal ibadah ke bidang jihad. Misal: dana untuk renovasi masjid secara berlebihan dan agenda-agenda konsumtif lain yang tidak terlalu penting. 8. Menghemat biaya pengeluaran pulsa yang tidak perlu untuk kepentingan jihad.
(Takruri) (El_Ashim, 2016) (AKbar, 2014) (Ramadansyah, 2009) (Pengertian Jihad yang Sebenarnya, n.d.) Sumber: AKbar, C. (2014, Desember 11). Empat Alasan Mengapa Jihad Harta Menjadi Keharusan. Retrieved from HIdayatullah.com: https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidupmuslim/read/2014/12/11/34806/empat-alasan-mengapa-jihad-harta-menjadi-keharusan.html El_Ashim, D. (2016, Mei 5). JIhad Harta. Retrieved from Kiblat.Net: https://www.kiblat.net/2016/05/05/jihad-harta/ Pengertian Jihad yang Sebenarnya. (n.d.). Retrieved from Risalah Islam: https://www.risalahislam.com/2014/08/pengertian-jihad-yang-sebenarnya.html Ramadansyah, F. (2009, Februari 11). Jihad Harta; Konsep dan Aplikasinya dalam Perang. Retrieved from Eramuslim.com: https://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/jihad-hartakonsep-dan-aplikasinya-dalam-perang.htm Takruri, N. (n.d.). Keajaiban JIhad Harta. Yogyakarta: Darul Uswah.