Jhjghj.docx

  • Uploaded by: jeje crown
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jhjghj.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,125
  • Pages: 6
Nama: Resty pramudhita No :34 Kelas: X MIPA 5

Biografi Singkat Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono, siapa yang tak mengenal orang ini? Dia adalah salah satu sastrawan terkenal di negeri ini. Puisi-puisinya yang sederhana telah banyak memenangkan hati orang Indonesia. Kata-katanya mudah dipahami, menyentuh keseharian masyarakat, namun masuk menelusup ke dalam nurani para pembaca. Dia adalah salah satu anugerah Tuhan untuk bangsa Indonesia. Dan karena alasan-alasan itu, biografinya menjadi penting. Tulisan kali ini akan mengulas mengenai biografi Sapardi lahir di Surakarta, pada 20 Maret 1940. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di Solo. Hingga kemudian, dia melanjutkan kuliahnya di Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada. Di masa-masa pembelajaran hidup ini, dia sudah rajin mengirimkan karya dan tulisannya ke berbagai media. Sapardi menjadi redaktur di beberapa majalah Sastra terkemuka seperti, “Horison”, “Kalam”, dan “Basis”.

Dalam perkembangan karirnya, Sapardi akhirnya menjadi dosen di Universitas Indonesia, dan akhirnya menjadi guru besar di sana. Sapardi memiliki banyak sekali karya-karya yang bisa dinikmati. Beberapa puisinya yang cukup menggoda adalah: Aku ingin (seperti yang anda lihat pada gambar di atas, indah bukan?), Dalam Bis, Nokturno, Mata Pisau, Perahu Kertas. Selain membuat puisi dan sajak yang meneduhkan jiwa, Sapardi juga sering menulis opini, kolom dalam berbagai topik. Bahkan, tidak jarang dia juga menulis tentang sepakbola. Karya-karya Sapardi juga sering diapresiasi dengan musikalisasi. Mahasiswanya, sering membuatkan musikalisasi untuk menghormati karya-karyanya yang memang sepanjang zaman. Mungkin anda penasaran dengan karya-karya Sapardi? Jangan khawatir, di sastranesia, kami sudah sediakan satu buah e-book yang dapat anda download dan baca di komputer anda. E-book ini merupakan digitalisasi dari buku puisi Sapardi yang berjudul: Hujan Bulan Juni. Silahkan mengklik untuk langsung mendownload Hujan Bulan Juni karangan SDD. Itulah tadi biografi singkat dari Sapardi Djoko Damono. Semoga dapat bermanfaat dan membuat kita semakin mengenal Sapardi Djoko Damono.

Nama: Bibismillah khansa elquizsy

No:10 Kelas: X MIPA 5

Biografi Singkat WS. Rendra

May 19, 2014 Rendra, nama yang sudah tidak asing lagi dikalangan penyair Indonesia masa kini. Namanya memang seakan abadi dalam balutan karya-karyanya yang anti-mainstream kala itu. Sekarang, mari kita sedikit lebih mengenal Rendra dan karya-karyanya melalui biografi singkat yang kami sadur dari buku Mempertimbangkan Tradisi yang merupakan kumpulan opini dari Rendra di media massa. Rendra, lahir 7 November 1935 di Solo, Jawa Tengah. Pernah kuliah di Jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (tidak tamat), kemudian memperdalam pengetahuan di American Academy Of Dramatical Arts, AS (1964-67). Sepulang dari Amerika Serikat membentuk Bengkel Teater di Yogyakarta dan sekaligus menjadi pimpinannya. Tahun 1954 ia mengikuti Seminar Sastra di Universitas Harvard, AS, dan tahun 1971 dan 1979 mengikuti Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda. Dramanya, Orang-orang di Tikungan Jalan, memperoleh Hadiah Pertama Sayembara Drama Bagian Kesenian Kementerian P dan K Yogyakarta tahun 1954. Tahun 1956 cerpennya mendapat hadiah dari majalah Kisah. Tahun 1957 memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN untuk kumpulan sajaknya, Ballada Orang-orang Tercinta (1957). Tahun 1968 sajak-sajaknya

memperoleh hadiah dari majalah Horison, Dan tahun 1976 mendapat Hadiah Pertama dari Yayasan Buku Utama Departemen P dan K untuk bukunya, Tentang Bermain Drama (1976). Tahun 1970 Rendra menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI dan tahun 1975 memperoleh Hadiah Akademi Jakarta. Karya-karyanya yang lain: Empat Kumpulan Sajak (1961, 1978), Ia Sudah Bertualang (1963), Blue Untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972), dan Potret Pembangungan dalam Puisi (1980). Sajak-sajaknya banyak diterjemahkan ke bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Jepang, Rusia, dan lain-lain. Di samping itu, Rendra juga banyak menerjemahkan drama ke bahasa Indonesia, antara lain karya Sofokles: Oidipus Sang Raja (1976), Oidipus di Kolonus (1976), dan Antigone (1976).

Nama: Dhika Sekar M No: 14 Kelas: X MIPA 5

Ki Hajar Dewantara - Bapak Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh nasional pendidikan. Ia terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum bangsawan. Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998. Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak bisa dia selesaikan. Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal penulis handal. Tulisantulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo yang nantinya akan dikenal sebagai Tiga Serangkai, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalism dan kesatuan rakyat untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Ki Hadjar Dewantara dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa dari Universitas Gajah Mada. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28 April 1959 Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kini, nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

More Documents from "jeje crown"

Jhjghj.docx
April 2020 4
Model Quantum Learning.docx
November 2019 9
Chistes Escritos Y Graficos
December 2019 13
Analisis Sanguineo
May 2020 8
E
May 2020 10