Jawaban Tuk Ustadz Abu Haidar

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jawaban Tuk Ustadz Abu Haidar as PDF for free.

More details

  • Words: 900
  • Pages: 8
Jawaban Tuk Ustadz Abu Haidar Bismillaah saya menulis, Assalaamu ‘alan nabiyyi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wa aali wa sallaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh. - Hadits tentang “akan sia-sia semua perbuatan yang tidak dimulai dengan ‘Bismillaahir rahmaanir rahiim,” Ustadz Abu Haidar menyatakan bahwa Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menHasan lighairihikannya. Yakni disebabkan banyaknya jalur periwayatannya.

Jawaban:

Imam Al Munawi dalam Faidh Al Qadir dari para ‘Ulama, mereka berkata: “Jika sudah parah, kelemahan itu tidak dapat diperbaiki dengan mendatangkannya dari sisi lain meskipun banyak jalur.”

Lihatlah dalam masalah ini Qawa’id at-Tahdits (hlm.90) dan Syarh An Nukbah (hlm. 25).

Asy Syaikhuna menyatakan tentang kaum ‘Ulama Mutaakhirin “Mereka melakukan pengukuhan hadits sekadar menempuh jalan orang lain tanpa mengadakan penelitian atau mengetahui kelemahan Hadits.”

Yakni dengan memperhatikan “Kejujuran atau keberagamaan mereka yang dipertanyakan,” Hadits semacam ini walau banyak jalurnya namun tidak diHasan lighairihikan atau yang diatasnya, karena minimal Dha’if jiddan.

Dan Hadits yang serupa dengan itu jenis kasusnya “Barangsiapa yang menjaga atas umatku 40 Hadits…,” adalah lemah (Dha’if), lihat Silsilah Hadits Adh Dha’ifah (4589) dan “Tidak diperhitungkan Matannya.”

Sekarang kembalilah kepada Hadits tentang “Bismillaahir rahmaanir rahiim,” diatas. Sebagaimana pendapat antum tentang Hadits,“Barangsiapa… 40 Hadits…,” penilaian yang sama juga dipakai disini.

Ketahuilah, Al Hadits senantiasa berkata tentang, “Bacalah Bismillaah,” disana tiada tambahan, “rahmaanir rahiim.” Bismillaahir rahmaanir rahiim ialah bacaan “Basmalah,” yang dibaca setiap sebelum membaca ayat-ayat Al Qur’an, sesudah membaca Ta’awudz.

Juga, Al Hadits tsb telah ditakhrij oleh 2 Syaikh yang saya tahu, seorang perawi dalam Hadits tsb memang perawi yang oleh kaum ‘Ulama Salafush Shalih minimal dinilai sebagai Dha’if jiddan.

Sewajarnya kaum Salafush Shalih, Muhammad shalallaahu ‘alaihi wa aali wa sallaam menggunakan kalimat: “Bismillaahir rahmaanir rahiim,” sebagai Mukaddimah di dalam surat-suratnya kepada raja-raja dan punggawa-punggawa Kaafirun, dengan tujuan berdakwah kepada mereka dan serta berJihad fii sabiilillaah, dan agar mereka meyakini bahwa kaum Rasuulullaahi shalallaahu ‘alaihi wa aali wa sallaam.

- Tidak di Sunnahkan untuk memakai penutup kepala jika memakai celana panjang untuk Shalat, karena itu semacam tradisi Arab.

Jawaban:

Mari bersama-sama melihat Al Hadits tsb, dari Buraidah bin Hashiib (Radhiyallaahu ‘anhu), ia berkata: “Nahyii (melarang) Rasuulullaah shalallaahu ‘alaihi wa aali wa sallam an yushallir (untuk Shalat) rajuulu (lelaki) fii saraawiila (dengan celana) wa laisa (tanpa) ‘alaihi ridaa’un (selendang di kepala). (HR.Abu Daud, Baihaqi, hadits Hasan Shahih Abu Daud [646]).

Hadits ini penafsirannya dapat diterangkan oleh Hadits Bukhari-Muslim (Ash Shahihaini) Abu Daud dan lainnya.

Dalam Al Hadits tsb terlihat jelas adanya peringatan terhadap kaum yang senang meremehkan terhadap pakaian yang lebih sopan dari celana panjang (Sirwal),

yaitu “Sarung, Qamishah (Gamis),” bahkan kaum Muslimin dapat memakai Sirwal di dalam Qamishah.

Dalam Hadits tsb, yang dilarang adalah pemakaian Sirwal oleh seseorang tanpa berpenutup kepala di dalam melaksanakan Shalat.

“Laa yushalliyanna ahadukum (janganlah Shalat diantara kalian) fii tstsaubil waahidi (dengan satu pakaian) laisa ‘alaa ‘aanniqihi (sementara di pundaknya) [dalam riwayat lain: ‘alaa ‘aatiqaihi] au ‘alaa manqibaihi (diatas pundaknya) minhu syaiun. Hadits ini ditakhrij dalam Al Irwa’ (275) dan Shahih Abu Daud (637).

- Tiada dalil yang Shahih tentang pelarangan kaum wanita yang sedang Haid (Menstruasi) untuk datang ke Masjid.

Jawaban:

Rasuulullaahi Shalallaahu ‘alaihi wa aali wa Sallam maa qaal “Ukhrijul (keluarkanlah) ‘awaatiqa (wanitawanita merdeka) wa dzawaatil khuduur (dan mereka yang memiliki perlindungan), falyasyhadnal (maka hendaklah mereka mendatangi) ‘iida (Ied) wa da’watal muslimiini (Dakwah kaum Muslim), wal ya’tazilil (dan menjauhlah) huyyadhu (wanita-

wanita yang sedang Haid) mushallal muslimiin (dari Mushalla kaum Muslimin). (Musnad Al Humaidi no.362, sesuai syarat Asy Syaikhani, Silsilah Hadits Ash Shahiihah 600).

Dari sini ada kata “Mushalla,” maka “Hendaklah bagi wanita yang sedang Haid agar berhati-hati dalam melewati orang yang sedang Shalat di Mushalla, karena Shalat terputus karenanya (Al Hadits Shahih). Jika memang harus mendengar Khutbah misalnya, maka hendaknya janganlah masuk ke dalam Mushalla kecuali ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan.

- Minum sambil berdiri adalah Haraam berdasarkan Al Hadits…

Jawaban:

Di Shahih Muslim ada.

- Tidak ada do’a sebelum makan yang Shahih kecuali dengan mengucapkan “Bismillaah,” tidak ada selain ucapan itu.

Jawaban:

Ibn Abbaasun Radhiyallaahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasuulullaahi shalallaahu ‘alaihi wa aali wa sallam maa qaal

“Idzaa (ketika) akala (makan) ahadukum (salah seorang dari kalian) tha’aaman (makanan), falyaqulillahumma (maka katakan ya Allaah dengan semua nama-nama-Mu ) baariklanaa fiihi (berikanlah untuk kami keberkahan di dalamnya), wa ath’imnaa (dan berilah kami makan) khairan minhu (dengan kebaikan darinya), wa idzaa (dan ketika) saqaa labanan (Ia minum susu), falyaquli (maka ucapkan): “Allaahumma (katakan ya Allaah dengan semua nama-nama-Mu) baariklanaa fiihi (berikanlah untuk kami keberkahan di dalamnya) wa zidnaa minhu (dan tambahkanlah bagi kami darinya), fainnahu (karena sesungguhnya) laisa syai’un (tidak sesuatupun) yujri’u (yang ditambahkan) minath tha’aami (dari makanan) wa sysyaraabi illallabanu (dan dari minuman kecuali susu). (HR.Tirmidzi, Shahih At Tirmidzi (2749)

- Larangan memakan bawang bagi yang ingin ke Masjid.

Jawaban:

Malahan ada Al Hadits yang mengatakan tentang, ”Malaaikat menjadi terganggu oleh sesuatu yang mengganggu manusia.” Mereka tidak suka bau tidak enak. Itu dapat dilihat di Shahih Al Jami’ Ash Shaghiir, bahwa Rasuulullaahu shalallaahu ‘alaihi wa aali wa salaam maa qaal bahwa Malaaikat akan menaruh mulutnya ke mulut pembaca Al Qur’an yang telah berwudhu dan menyikat giginya (agar bersih dan harum).

- Panjangkan janggut dan boleh mencukur kumis.

Jawaban:

Ada 2 Hadits tentang itu di Lihyan Nazhruddin … dari Syaikh Nashiir Al Albaani

1.

Al Hadits yang memerintahkan untuk memendekkan kumis.

2.

Al Hadits tentang kaum yang memanjangkan kumis. Ini tidak boleh terjadi.

Dimanakah ada Al Hadits yang mengajarkan agar kumis tsb dicukur keseluruhannya?

Assalaamu ‘alan nabiyyi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wa aali wa sallaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh.

Related Documents

Tuk
May 2020 24
Informacije Tuk
May 2020 30
Haidar Bagir
November 2019 8
Aminatou Haidar
July 2020 10
Abu
December 2019 81