Jasa Hutan Air Untuk Produksi Listrik Mikro2

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jasa Hutan Air Untuk Produksi Listrik Mikro2 as PDF for free.

More details

  • Words: 770
  • Pages: 3
MICROHYDRO ELECTRIC JASA HUTAN AIR UNTUK PRODUKSI LISTRIK MIKRO : SUMBER ENERGI YANG DAPAT DIPERBAHARUI BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MAKASSAR Hunggul Yudono Setio Hadinugroho [email protected] Microhydro electric adalah pembangkit listrik skala kecil / mini( <1 mW) yang dibuat di daerah hulu DAS dengan menggunakan sumber tenaga dari aliran sungai. Listrik murah ini dioptimalkan untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan. Dalam sudut pandang kepentingan kehutanan, tujuan pembangunan microhydro

electric adalah membangun perekat hubungan positif antara hutan dan masyarakat dan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat di dalam dan sekitar hutan untuk secara swadaya menjaga dan melestarikan fungsi hutan. Kelestarian fungsi hutan ini akan menjamin kontinuitas hasil air yang akan bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri (on site) maupun masyarakat di bagian hilirnya (off site). Pembangunan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Air Skala Kecil merupakan bentuk pengelolaan hutan berbasis masyarakat (Community Based Forest Management) dengan tujuan mempererat hubungan antara hutan dan masyarakat di sekitar hutan. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat terwujud secara nyata manfaat dari hubungan timbal balik positif antara hutan dan masyarakat yang langsung dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.

Dengan adanya manfaat yang langsung

(instant benefit) pada masyarakat, maka upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan kehutanan dapat diwujudkan lebih optimal. Dari sisi peluang dan sumbangan terhadap pembangunan nasional, data yang ada menunjukkan dari 70.611 desa di Indonesia, ± 30.000 desa diantaranya belum dialiri listrik. Kondisi ini disebabkan antara lain karena : tidak memiliki SDA atau SDA yg ada tidak dimanfaatkan secara optimal, kualitas SDM relatif rendah, dan sarana prasarana yang terbatas (Harian Fajar (koran lokal Makassar) tanggal 9 Agustus 2006).

Di

Indonesia tercatat 199 kabupaten diidentifikasikan sebagai daerah tertingal, 30 % diantaranya dalam 5 – 10 tahun mendatang masih tidak mungkin mampu di aliri listrik oleh PLN (Harian Seputar Indonesia, 9 Nopember 2007). Dari sisi teknis, mikrohidro merubah tenaga yang dihasilkan oleh aliran sungai kecil mejadi energi listrik secara

bersih dan ramah lingkungan. Mikrohidro sangat ideal sebagai solusi pemenuhan energi listrik untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh PLN, seperti daerah-daerah terpencil, daerah pegunungan sekitar kawasan hutan. Secara teknis peluang membangun Microhydro di sekitar kawasan hutan sangat besar. Asal ada air yang mengalir dan beda ketinggian, listrik dapat dihasilkan. Secara umum potensi air di sekitar hutan di hulu-hulu DAS ketersediaan air sepanjang tahun melimpah, dan topografi yang bergunung-gunung memungkinkan adanya beda ketinggian. Penggunaan Mikrohidro memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam penghematan energi dan memberikan kontribusi terhadap perbaikan mutu lingkungan karena secara langsung mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang umum digunakan dalam industri listrik konvensional yang memberikan kntribusi terhadap polusi udara, hujan asam, dan efek rumah kaca. Salah satu keunggulan tenaga air mini adalah jaringan distribusi yang efisien dan hampir tidak beresiko. Pembangkit listrik tenaga air berskala besar sering menimbulkan masalah lingkungan dan sosial, terutama di daerah yang secara ekologis peka dan yang berpenduduk padat. Masalah lain yang seringkali timbul adalah pembangunan jaringan distribusi yang dari sisi ekonomi tidak selalu efisien. Dari

sisi

biaya,

Dengan

biaya

yang

relatif

murah,

kehutanan

dapat

mengoptimalkan hasil air dari hutan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar hutan dan menjadi perekat masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan demi kelangsungan suplai air sebagai sumber pembangkit listrik mereka. Kisaran biaya pembangunan microhydro adalah Rp. 50 juta – Rp. 100.000,- untuk kapasitas daya optimal 10.000 – 20.000 watt (± Rp. 5 jt /Kilo Watt (KVA) dan dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk 80 – 160 rumah masyarakat di pinggir hutan. Pada kondisi tertentu biaya bisa meningkat atau berkurang tergantung pada disain unit turbin, kondisi fisik lokasi (debit air, beda tinggi, panjang saluran, dll) dan panjang jaringan kabel (jarak dari unit turbin ke pemukiman.

Kegiatan ini bisa disinergikan

dengan kegiatan GNRHL, RLKT, atau pemberdayaan Masyarakat sekitar hutan. Microhidro rancangan Balai Litbang Kehutanan Makassar dibuat dalam konteks yang utuh termasuk didalamnya pemberdayaan kelompok masyarakat pengguna turbin. Konsep ini telah diekspose dalam berbagai seminar maupun gelar teknologi di berbagai

tempat (Jakarta, Bogor, Jogjakarta, Surabaya, Ternate, Manokwari, Gorontalo, Makassar, Gowa, Tana Toraja) baik yang di selenggarakan oleh BP2TPDAS IBT, BPK Makassar, maupun Sekretariat Badan Litbang. Pada kesempatan tersebut, tanggapan positif dalam bentuk permintaan pembangunan muncul dari berbagai pihak. Beberapa unit microhidro telah dibangun oleh BPK Makassar (dan BP2TPDAS IBT), antara lain dua unit dari biaya penelitian (LITBANG) di bangun di Malino (Kabupaten Gowa) dan Mangkendek (Kabupaten Tana Toraja), satu unit dengan biaya dari Balai Diklat Makassar di bangun di KHDTK Tabo-Tabo (Kabupaten Pangkep) dan satu unit dibiayai Balai KSDA Palu di bangun di TWA Weera, Palu. Tahun 2008, beberapa instansi berencana menganggarkan pembangunan microhidro sebagai bagian dari kegiatan pembangunan kehutanan.

Gambar 1. Model Crossflow yang dibangun di Pangkep dan Palu

Gambar 2. Model Kincir sederhana yang dibangun di Gowa dan Tana Toraja dengan biaya yang lebih murah

Related Documents