Jangan Silau Pada Hasil.docx

  • Uploaded by: Anonymous Ji5CKau
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jangan Silau Pada Hasil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,443
  • Pages: 20
Jangan silau pada hasil, tapi banggalah pada proses

Kok bisa? Sering kali pertanyaan ini muncul tiap mendengar kabar kesuksesan seseorang. Kita merasa heran campur kagum atas pencapaian yang mereka peroleh dan mungkin juga berandai-andai bisa seperti mereka. Memang seperti itulah naluri alamiah manusia. Namun sadarkah kita bahwa dibalik prestasi yang baru diraih, sebelumnya

mereka

telah

mengalami

sakitnya

kegagalan.

Dibanding peserta lain, tulisan saya barangkali berbeda. Maklum, saya tak punya prestasi hebat yang perlu dibanggakan apalagi dibagikan kepada khalayak. Lagi pula, menceritakan kegagalan tampaknya lebih asyik karena diakui atau tidak, sukses merupakan akumulasi dari kegagalan. Apalagi menulis memang merupakan suatu keterampilan. Tentu butuh proses panjang untuk benar-benar dianggap bisa dan ahli. Dalam kegagalan saya kali ini mengikuti lomba guru idola setidaknya saya bisa memberikan beberapa benang merah sebagai alasan dari kegagalan tersebut. Pertama, perhatikan tulisan kita, sudah sesuaikah dengan tema lomba. Dalam lomba cerpen, usahakan tema dari panitia dijadikan dominasi dalam penceritaan. Soalnya saya pernah mengikuti lomba menulis cerpen bertema "kepesantrenan", karya saya bahkan tidak masuk nominasi. Padahal setelah tulisan itu saya kirim ke media yang terkenal selektif ternyata dimuat. Setelah dipikir-pikir sayapun sadar kalau ternyata setting pesantren hanya menjadi pelengkap dalam tulisan tersebut.

Kedua, penuhi semua persyaratan. Saya pernah ikut lomba menulis dari suatu penerbit. Seperti biasa, salah satu syaratnya adalah membagikan informasi lomba tersebut dimedsos. Namun karena sudah terburu-buru akhirnya saya lupa melakukannya. Dan sudah bisa ditebak, tak ada nama saya di daftar peserta lomba, dalam artian, saya gugur sebelum bertanding. Maka dari itu, sebelum mengirimkan naskah usahakan cek dulu semua persyaratan, baik itu syarat administratif, seperti melampirkan pindaian kartu identitas, pas foto, maupun yang berkenaan langsung dengan

tulisan

seperti

jenis

font,

batas

karakter

dan

semacamnya.

Lantas, apakah saya tak pernah memenangi lomba? Tentu saja pernah. Tahun ini saja ada dua even yang berhasil mengantarkan saya pada posisi nominator dan juara. Januari lalu essay saya sukses duduk di peringkat 18 dalam suatu lomba dari CSS MoRA. Lalu pada lomba menulis dari PMII Mei lalu, artikel tentang agraria berhasil menjadi juara kedua dari puluhan peserta yang ikut. Namun entah mengapa, saya merasa "tak ada yang menarik dari sebuah kesuksesan kecuali kesuksesan itu sendiri, namun kegagalan akan memiliki keseruannya tersendiri tergantung

separah

Maka

menyilaukan

berhentilah

apa

hasil,

lalu

kegagalan

banggalah

itu".

pada

prosesnya.

Demikianlah tulisan mengenai Kisah Inspirasi; (Bukan) Cerita Juara Ijtihad Merangkum Kegagalanpenulis dalam artikel ini adalah Ach. Khalilurrahman. Lahir di Sumenep 21 tahun lalu. Kini sedang menyelesaikan studinya di Institut Ilmu Keislaman

Annuqayah

(Instika)

Guluk-Guluk

Sumenep

Jawa

Timur.

kategori kegagalan yang berasal dari kita sendiri dan yang disebabkan oleh pihak luar berupa, ketatnya persaingan, sebab suatu perlombaan diikuti oleh banyak orang dengan kualitas yang beragam.

Sepenggal cerita semalam Dimulai dari sebuah tempat yang menyimpan banyak cerita untuk perjalanan hidupku ke depan, sebuah tempat yang kebanyakan orang tidak menyukai tempat itu, tempat yang memaksaku untuk menjadi berbeda dari orang-orang diluar sana. Tepatnya sebuah tempat yang mengajarkanku arti dari sebuah kehidupan. “Pondok Pesantren”

Purwakarta, awalnya aku tidak menyukai tempat ini, awalnya banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang mengusik fikiranku pada saat itu, kenapa aku harus belajar disana?, kenapa aku harus dipisahkan dengan keluargaku sendiri?. Pertanyaan-pertanyaan negative yang terus-terusan muncul saat itu, sudah terjawab seiring berjalannya waktu.

Purwakarta, awalnya aku tidak menyukai tempat ini, awalnya banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang mengusik fikiranku pada saat itu, kenapa aku harus belajar disana?, kenapa aku harus dipisahkan dengan keluargaku sendiri?. Pertanyaan-pertanyaan negative yang terus-terusan muncul saat itu, sudah terjawab seiring

berjalannya

waktu.

Tiga tahun lamanya aku mengabdi, belajar dan melewati masa-masa yang aku ingat sampai sekarang, masa dimana aku harus mengantri hanya untuk mandi, mengantri menyetor hafalan, mengantri mengakses internet untuk mengerjakan tugas dan halhal

lain

yang

memaksa

kita

mengantri

untuk

mendapatkan

sesuatu.

Tepat disini aku akan menceritakan sedikit kisah yang menuntunku menemukan kemampuan yang aku miliki, bukan di purwakarta, melainkan karena pelajaran yang aku

dapat

dipurwakarta.

Menjelang kelulusan SMA pada tahun 2015 lalu, sama seperti siswa lainnya, akupun disibukan mengikuti seleksi-seleksi masuk perguruan tinggi, dimulai dari seleksi SNMPTN, SBMPTN, PTKAIN dan seleksi mandiri, tetapi dari sekian banyak seleksi yang aku ikuti, tidak ada satupun yang membuahkan hasil. Ingin menangis, tentu saja, tapi untuk apa? selama ini aku diajarkan untuk bersabar dan mempercayai bahwa

ada

tempat

terbaik

yang

telah

Tuhan

pilih

untukku

belajar.

Dimulai dari kegagalan itu,, aku mulai mencari perguruan tinggi yang masih membuka pendaftaran, tepatnya pada tanggal 23 Mei 2015 akupun mengikuti ujian tulis di salah satu perguruan tinggi, satu bulan dari tanggal tes akhirnya pengumumanpun keluar dan aku dinyatakan diterima, tetapi sayangnya aku diterima bukan dijurusan yang aku pilih. Berat sekali rasanya aku harus belajar bukan dijurusan yang aku ingin, tetapi kembali lagi aku ingat pelajaran yang aku dapat di Purwakarta, bahwa aku harus bersabar dan tetap menjadi orang yang terbaik dimanapun aku belajar. Semangatpun aku tanam semenjak aku menginjakan kaki di hari pertama kuliahku, satu semester, dua semester 3 semester terlewati dan saat ini aku menjadi Mahasiswi semester empat di salah satu perguruan tinggi di Bandung.

Selama aku kuliah aku aktif berorganisasi dan mencoba berlatih menjadi seorang debaters, awalnya ragu takut tidak bisa, takut salah dan ketakutan-ketakutan lain yang meragukan gerak langkahku. Tetapi berbekal keinginan untuk memiliki sedikit kemampuan akupun mencoba untuk belatih, dan mengikuti kompetisi-kompetisi debat internal terlebih dahulu. Pertama kali ikut lomba, aku gugup tetapi itu hal yang wajar, dan hasil dari perlombaan pertama, team ku dinyatakan sebagai juara ke-2, tidak cukup sampai disitu akupun berlanjut mengikuti kompetisi debat tingkat Nasional, tetapi belum berhasil, kegagalan yang aku terima tidak membuat aku menyerah malah sebaliknya aku masih mengikuti perlombaan-perlombaan lain.

Setelah mencoba beberapa kali mengikuti lomba, ada hasil yang didapat dan kegagalan yang didapat. Tetapi dari situ aku berhasil menemukan sedikit kemampuan yaitu menjadi seorang Debaters. Kemampuan yang aku temukan dimulai dari pelajaran yang aku terima dari sebuah tempat bernama “Pondok Pesantren”, yang mengajarkanku pentingnya bersabar dalam menjalani kehidupan, karena kamu akan menemukan dan mendapatkan hal yang indah apabila kamu bersabar.

Motivasi dari cerita ini adalah jadilah orang yang sabar dalam menghadapi segala sesuatu dan teruslah berusaha dalam menggapai sesuatu yang kamu ingin. Sebuah usaha yang keras, hasil yang didapatkan pun tidak akan jauh dari target yang kita ingin.

Baca Juga:

Dalam hidup ini banyak hal yang ingin kita raih untuk mercapai kesuksesan. Sama seperti lomba panjat pinang tadi. Namun tak sedikit orang mengalami kegagalan akan hal tersebut. Sehingga banyak cara pun dilakukan orang berdasarkan pertimbangan pikirannya untuk terus mencapai kesuksesan tersebut. Salah satunya melalui kerjasama yang dibangun secara team. Hal ini tentu akan memudahkan langkah mereka untuk berada pada tingkat kesuksesan meskipun banyak rintangan yang dihadapi. Tapi hal yang penting dari itu semangat dan introspeksi diri

harus terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebab melalui semangat dan melakukan perubahan diri untuk bangkit akan membawa hasil sesuai apa yang kita harapkan

Pertanyaan ini tentu ada dalam pikiran anda. Dengan alasan Saya tidak ingin orang lain membantu saya dalam meraih apa yang saya inginkan. Jawabannya Tentu saja boleh Anda melakukan hal itu tanpa bantuan orang lain, dalam arti Anda ingin berusaha dengan cara anda sendiri. Karena realita banyak orang diluar sana bisa meraih apa yang diharapkannya. Misalnya pangkat, jabatan, kedudukan dan lain-lain.

Tapi perlu di ingat setiap usaha yang kita lakukan untuk mencapai apa yang kita harapkan tentu akan sangat mengurus energi, pikiran serta waktu. Oleh karena itu semua harus melalui proses. Terlebih dari itu mendapat ridho dari yang Maha Pencipta alam ini. Bukan hanya itu saja, terkadang pula banyak orang diluar sana untuk mendapatkan apa yang dinginkannya malakukan tindakan dan cara-cara yang bertentangan dengan norma hukum yang ada bahkan sampai melanggar hukum Sang Pencipta Alam Semesta ini.

Melalui usaha yang dilandasi semangat untuk bangkit serta Doa,. Niscaya apa yang ingin kita gapai akan sempurna di suatu saat" “Cobaan

berupa

kesedihan

dan

keterpurukan,

menjadi

penghalang

untuk

mewujudkan impian. Jika menyerah saat ujian itu datang, maka kita akan menuai kegagalan. Tapi jika bertahan, lalu bangkit, Insya Allah akan meraih kemenangan. Maka, jangan pernah menyerah! Bertahanlah! Lalu bangkit. Insya Allah kita akan jadi pemenang kehidupan.” Ini salah satu pesan yang terkandung dalam buku antologi kita nanti

Nama lelaki itu Derek Redmond, seorang atlet pelari olimpiade asal Inggris. Impian terbesarnya ialah mendapatkan sebuah medali olimpiade, -

apapun medalinya-. Derek sebenarnya sudah ikut di ajang olimpiade sebelumnya, tahun 1988 di Korea. Namun sayang beberapa saat sebelum bertanding, ia cedera sehingga tak bisa ikut berlomba. Mau tak mau, olimpiade ini, adalah kesempatan terbaiknya untuk mewujudkan mimpinya. Ini adalah hari pembuktiannya, untuk mendapatkan medali di nomor lari 400 meter.

Karena

ia

dan

ayahnya

sudah

berlatih

sangat

keras

untuk

ini.

Suara pistol menanda dimulainya perlombaan. Latihan keras yang dijalani Derek Redmond, membuatnya segera unggul melampaui lawan-lawannya. Dengan cepat ia sudah memimpin hingga meter ke 225. Berarti kurang 175 meter lagi. Ya, kurang sebentar lagi ia kan mendapatkan

medali

yang

diimpikannya

selama

ini.

Namun tak ada yang menyangka ketika justru di performa puncaknya, ketika ia sedang memimpin perlombaan tersembut, tiba-tiba ia didera cedera. Secara tiba-tiba di meter ke 225 tersebut, timbul rasa sakit luar biasa di kaki kanannya. Saking sakitnya, seolah kaki tersebut telah ditembak sebuah peluru. Dan seperti orang yang ditembak kakinya, Derek Redmond pun menjadi pincang. Yang ia lakukan hanya melompat-lompat kecil bertumpu pada kaki kirinya, melambat, lalu rebah di tanah. Sakit di kakinya telah menjatuhkannya.

Derek

sadar,

impiannya

memperoleh

medali

di

Olimpiade

ini

pupus

sudah.

Melihat anaknya dalam masalah, Ayahnya yang berada di atas tribun, tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke bawah tribun. Tak peduli ia menabrak dan menginjak sekian banyak orang.

Baginya

yang

terpenting

adalah

ia

harus

segera

menolong

anaknya.

Di tanah, Derek Redmond menyadari bahwa impiannya memenangkan olimpiade pupus sudah. Ini sudah kedua kalinya ia berlomba lari di Olimpiade, dan semuanya gagal karena cidera kakinya. Namun jiwanya bukan jiwa yang mudah menyerah. Ketika tim medis mendatanginya dengan membawa tandu, ia berkata, “Aku tak akan naik tandu itu, bagaimanapun

juga

aku

harus

menyelesaikan

perlombaan

ini”,

katanya.

Maka Derek pun dengan perlahan mengangkat kakinya sendiri. Dengan sangat perlahan pula, sambil menahan rasa sakit dikakinya, ia berjalan tertatih dengan sangat lambat. Tim medis mengira bahwa Derek ingin berjalan sendiri ke tepi lapangan, namun mereka salah. Derek ingin

menuju

ke

garis

finish.

Di saat yang sama pula Jim, Ayah Derek sudah sampai di tribun bawah. Ia segera melompati pagar lalu berlari melewati para penjaga menuju Anaknya yang berjalan menyelesaikan perlombaan dengan tertatih kesakitan. Kepada para penjaga ia hanya berkata, “Itu anakku, dan

aku

akan

menolongnya!”

Akhirnya, kurang 120 meter dari garis finish, sang Ayah pun sampai juga di Derek yang menolak menyerah. Derek masih berjalan pincang tertatih dengan sangat yakin. Sang Ayah pun merangkul dan memapah Derek. Ia kalungkan lengan anaknya tersebut ke bahunya. “Aku disini Nak”, katanya lembut sambil memeluk Anaknya, “dan kita akan menyelesaikan perlombaan

ini

bersama-sama.

Ayah dan anak tersebut, dengan saling berangkulan, akhirnya sampai di garis finish. Beberapa langkah dari garis finish, Sang Ayah, Jim, melepaskan rangkulannya dari anaknya agar Derek dapat melewati garis finish tersebut seorang diri. Lalu kemudian, barulah ia merangkul

anaknya

lagi.

Enam puluh lima ribu pasang mata menyaksikan mereka, menyemangati mereka, bersorak bertepuktangan, dan sebagian menangis. Scene Ayah dan anak itu kini seolah lebih penting daripada

siapa

pemenang

lomba

lari.

Derek Redmond tak mendapat medali, bahkan ia didiskualifikasi dari perlombaan. Namun lihatlah

komentar

Ayahnya.

“Aku adalah ayah yang paling bangga sedunia!, Aku lebih bangga kepadanya sekarang daripada

jika

ia

mendapatkan

medali

emas.”

Dua tahun paska perlombaan lari tersebut, dokter bedah mengatakan kepada Derek bahwa Derek

Namun

tak

akan

lagi

tahukah

dapat

mewakili

kalian

negaranya

apa

dalam

perlombaan

yang

olahraga.

terjadi?

Lagi-lagi, dengan dorongan dari Ayahnya, Derek pun akhirnya mengalihkan perhatiannya. Dia pun menekuni dunia basket, dan akhirnya menjadi bagian dari timnas basket Inggris

Raya. Dikiriminya foto dirinya bersama tim basket ke dokter yang dulu memvonisnya takkan mewakili

negara

dalam

perlombaan

olahraga.

Jika kasih ibu, adalah melindungi kita dari kelamnya dunia, maka kasih sayang seorang Ayah adalah mendorong kita untuk menguasai dunia itu. Seorang Ayah akan senantiasa mendukung, memotivasi, men-support, dan membersamai kita dalam kondisi apapun. Ayah pulalah yang akan meneriakkan kita untuk bangkit, lalu memapah kita hingga ke garis finish. Karena mereka tak ingin kita menyerah pada keadaan, sebagaimana yang ia contohkan

Orang-orang tidak gagal, mereka hanya berhenti untuk mencoba."

Pada tahun 1900 ketika Albert Einstein telah lulus dari Polytechnic dan mendapatkan diploma guru Matematika dan Fisika, dia menghabiskan masa frustasi dua tahun setelahnya untuk mencari pekerjaan yang tak kunjung di dapatnya. Namun lihatlah, pada tahun 1908 dia bahkan dianggap sebagai seorang pemimpin di bidang sains. Dan tahun-tahun berikutnya dia menjadi professor di beberapa universitas. Dan hingga masa sekarang ini, siapa sih yang nggak mengenal Albert Einstein?

Merujuk dari kegagalan Einstein hingga kesuksesannya yang luar biasa, kenapa kita tidak bisa menjadi seperti dia? Menjadikan kegagalan sebagai kunci penyemangat menggapai kesuksesan kita. Memandang kegagalan itu sebagai sebuah celah, hingga yang dapat memisahkannya dengan keberhasilan hanyalah dari cara kita memandang dan tindakan yang akan kita ambil mengenainya. Hal itulah yang akan membuat perbedaan.

Kegagalan itu sebenarnya bukan ketika kita jatuh, akan tetapi ketika kita tidak pernah lagi berdiri setelah terjatuh.

ENDARIPOS.CO.ID — Guruku Idolaku 2018 masih berlanjut. Uji presentasi makalah dan wawancara tuntas. Hari ini (1/12), tinggal acara santai. Ada pemutaran video pembelajaran yang dibuat seluruh peserta, serta tour wisata ke Masjid Al Alam dan Kebun Raya Kota Kendari. Disela acara pemutaran video, juga akan dirangkaikan dengan launching Forum Komunitas Guru Idola Kendari Pos. Setelah itu, malam harinya dilanjutkan dengan grand final Guruku Idolaku. “Hanya enam peserta yang tampil di malam grand final. Mereka akan diuji dewan juri dihadapan penonton yang hadir. Tempatnya di Plaza Inn Hotel Kendari,” ungkap Nursyamsi Abidin, Jumat (30/11). Menanti pengumuman pemenang yang masuk enam besar, semua peserta optimis bisa keluar sebagai jawara. Sebab, merasa sudah tampil maksimal. “Saya optimis bisa menjadi Guru Idola tahun ini,” ujar Slamet, S.Pd., M.Pd., guru SMPN 8 Konsel usai presentase makalah dan tes wawancara, Jumat (30/11).

Dalam permendiknas No.58 tahun 2009 dijelaskan bahwa untuk dapat menyelenggarakan PAUD diperlukan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional atau yang memenuhi standar yang ditetapkan. Mengenai siapa pendidik dan tenaga kependidikan, semuanya secara jelas telah diuraikan dalam Permendiknas No.58 tahun 2009. Menurut peraturan ini, pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan, proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak didik. Sedangkan tenaga kependidikan adalah seseorang yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada lembaga PAUD. Untuk menjadi seorang pendidik tentu menginginkan menjadi yang terbaik dan menjadi panutan untuk anak didiknya. Pendidik bukan hanya seorang yang memberi ilmu namun, pendidik juga sebagai ladang perubahan. Apapun itu baik tingkah laku, penampilan, ucapan, perbuatan seorang pendidik (guru) akan ditiru oleh anak didik. Untuk itu jadilah guru yang

bisa menanamkan hal baik untuk anak didik kita agar anak didik tumbuh menjadi pribadi yang baik pula. Guru manakah yang masih melekat diingatan kita sampai saat ini? guru yang diidolakan, guru biasa dan guru yang kejam. Bapak Ibu inginkan anda menjadi seorang pendidik yang diidolakan anak didik? Guru yang selalu dinantikan kedatangannya dikelas, guru yang selalu dicari-cari anak didik, guru yang dihormati dan disayang anak didik, dsb. Menjadi idola adalah dambaan semua orang. Menjadi idola harus dimulai dari menjadi diri sendiri sebagai panutan disekolah. Guru yang diidolakan tentunya mereka mempunyai trik agar diidolakan. Misalnya berpenampilan menarik, harum, mempunya variasi metode pembelajaran, dsb. Atau bapak ibu ingin menjadi guru yang biasa saja. Guru yang tidak diistimewakan anak didik. Guru yang metode mengajarannya itu-itu saja. Atau malah bapak ibu ingin menjadi guru yang kejam. Guru kejam diibaratkan sebagi guru yang selalu menganggap anak didik tidak bisa menguasai materi, guru yang selalu melihat kekurangan anak didik, guru yang suka menghukum, mencaci, dsb. Guru yang kejam sangat dibenci anak didik. Jika guru tersebut tidak bisa hadir dikelas, semua anak didik akan merasa senang. Benar tidak? Menurut Imam Al-Ghazali, Sosok guru professional yang ideal yaitu sebagai berikut: Guru professional yang ideal yaitu guru yang mempunyai akal cerdas, mempunyai akhlak yang sempurna, dan mempunyai fisik yang kuat. Guru harus mempunyai sifat ini karena dengan akal yang cerdas maka guru akan mempunyai ilmu pengetahuan yang mendalam. Dengan akhlak yang sempurna maka guru akan menjadi teladan yang baik terhadap peserta didiknya. Dan dengan mempunyai fisik yang kuat maka seorang guru akan dapat membimbing peserta didiknya dengan baik. Guru yang mempunyai tanggung jawab besar dalam mengajar, membimbing, dan mengarahkan peserta didiknya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan membantu peserta didiknya menghadapi kehidupan di dunia dan akhirat.

Guru yang dapat memahami perbedaan kejiwaan anak dan kemampuan intelektual anak. Guru harus memiliki kemampan ini karena peserta didik mempunyai perbedaan kemampuan intelektual setiap umurnya. Selain itu guru juga harus dapat memberikan materi kepada muridnya dengan cara sistematis. Jadi, murid harus memahami dahulu pelajaran sekarang baru melanjutkan pelajaran yang selanjutnya. Guru harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap muridnya ketika proses belajar mengajar tidak boleh menggunakan cacian, makian, dan kekerasan lainnya, belas kasihan dan kasih sayang sangat dibutuhkan dalam mendidik guru pun harus menganggap seperti anaknya sendiri. Kewajiban menyampaikan ilmu pengetahuan merupakan kewajiban agama Islam, jadi guru pun harus mempunyai sifat ikhlas dalam menyampaikan ilmu pengetahuannya dan tidak boleh mengharapkan upah dari orang lain. Seorang guru professional ideal hendaknya guru yang bisa memahami perbedaan potensi pada setiap peserta didiknya, dan menerima kekurangan potensi peserta didik. Dengan memperlakukan sesuai dengan potensi peserta didiknya. Seorang guru yang baik menurut al-Ghazali yaitu guru yang tidak hanya memahami tingkat kecerdasan anak akan tetapi juga guru yang dapat memahami tabiat, bakat, dan juga kejiwaan muridnya. Guru harus bisa memperlakukan muridnya menurut kemampuannya. Al-Ghazali benar-benar memperhatikan professional guru dalam mendidik anak. Guru harus professional terhadap semua sisi pendidikan anak. Nah, setelah bapak ibu membaca tulisan diatas. Sudah tentukan pilihan kalian ingin menjadi guru yang seperti apa untuk anak didik kalian?

Banyak teman seprofesi yang bertanya kepada saya bagaimanakah menjadi guru idola? Pertanyaan itu terus terang begitu menggoda dan membuat saya melakukan refleksi dan instropeksi diri. Bertanya pada diri sendiri apakah selama ini telah menjadi guru idola. Idola

para siswa yang merasa nyaman bila berada dalam suasana pembelajarannya. Idola para siswa karena mampu menjadi teladan bagi anak didiknya. Bicaranya sangat menyejukkan hati, ilmunya bak 'mata air' yang tak pernah habis diambil, dan kehadirannya membuat para siswa merasa belajar menjadi menyenangkan. Mereka pun merasakan betapa nikmatnya berada di sekolah sebagai rumah "keduaku". Teman-teman yang omjay sayangi dan banggakan. Untuk bisa menjadi guru idola para guru harus mampu menata diri. Memperbaiki hal-hal yang kurang tepat dilakukan oleh guru dan senantiasa melakukan apa yang disebut belajar sepanjang hayat. Tak ada guru yang langsung menjadi idola para siswa, meskipun guru tersebut berwajah ganteng dan cantik. Sebab ganteng dan dan cantik tidak menjadi jaminan guru itu menjadi guru idola. Guru idola bukan hanya guru yang digugu dan ditiru saja, tetapi tercermin dari tingkah lakunya yang selalu satu kata antara perkataan dan perbuatan. Mampu memberikan keteladanan kepada teman sejawat dan anak didiknya. Kreatif, tidak sombong, dan rendah hati kepada sesama. Gaya bahasanya biasa saja, tidak dibuat-dibuat seperti layaknya penyair kondang. Tetapi, bila ia bicara dan mengembangkan senyumnya membuat mereka yang mendengarnya terdiam dan mengatakan,"inilah guru idolaku". Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya. Dalam hidupnya, guru idola adalah guru yang senantiasa mengajarkan kepada peserta didiknya untuk hidup dengan memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyakbanyaknya. Dengan prinsip tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah, membuat dirinya merasakan harus senantiasa memberi. Hanya memberi tak harap kembali. Memberi tidak harus dengan sesuatu yang sifatnya materi, tetapi memberi dapat dilakukan dengan sesuatu yang sangat mudah. Sesuatu yang sangat mudah itu adalah 'senyum seorang guru'. Bila guru tersenyum, maka anak didiknya akan menghampirinya dengan kedamaian hati. Namun, bila guru tak tersenyum, maka muridpun akan berlari, dan mengatakan dalam hatinya, "guruku tak lagi tersenyum". Terkadang, beban hidup yang ditanggung oleh para guru, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya harus membuat para guru bersabar dan terus berdoa kepada Tuhan yang Maha

Pemberi. Ketika guru sadar bahwa dirinya harus senantiasa menjadi motivator dalam hidupnya, maka guru idola akan mengatakan pada dirinya untuk selalu memberi dan memberi. Memberi sebanyak-banyaknya dan tak harap kembali. Bagai sang surya yang menyinari dunia. Hidupnya seperti matahari yang senantiasa menyinari dunia mulai dari pagi sampai petang menjelang. Ketika malam menghampiri, guru idola tak pernah lepas berdoa untuk selalu diberikan kekuatan oleh Tuhan agar mampu menggali ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dan tiada henti. Ilmunya bak mata air dari pegunungan yang tiada habis diambil airnya. Akhirnya, guru idola tentu akan menjadi harapan semua peserta didik. Harapan kita semua agar pendidikan ini tampil sesuai dengan apa yang kita cita-citakan. Guru idola harus menjadi cita-cita semua guru di sekolah agar dunia pendidikan kita kembali tersenyum. Oleh karena itu, untuk menjadi guru idola, mulailah dari diri sendiri, mulailah dengan keteladanan diri, mulailah dari hal yang kecil, mulailah banyak memberi, dan mulailah menata diri sendiri untuk menjadi guru idola. Hal itu dilakukan melalui Tata pikir, tata rasa, dan tata tindakan

Bangsaku bulan Desember adalah bulan kasih sayang, terutama kasih ibu, karena sebentar lagi, tanggal 22 Desember kita akan memperingati hari Ibu. Marilah kita isi bulan ini dengan perjuangan yang optimal dalam melayani bangsa, dengan senyum penuh

kasih

sayang.

Sesungguhnyalah

mereka

sangat

memerlukan

kita.

Alhamdulillah, dalam hidup ini kita mendapat tugas yang amat mulia, yaitu mendidik bangsa. Pagi ini saya juga melakukan hal sama, melayani bangsa. Namun khusus hari ini saya melakukan tugas hanya melalui dunia maya di rumah. Alhamdulillah sejak Subuh saya merasa segar, sehingga aktivitasku di dunia maya kumulai pagi ini. Tiba-tiba airmataku menetes, teringat almarhumah ibu Mardyah. Beliau adalah guru idolaku, guru kimia yang membuat aku menjadi guru kimia pula. Bahkan pada suatu saat, ketika aku harus membina guru kimia pada pemantapan kerja guru (PKG),

beliau menjadi peserta. Beliau merasa bahagia karena sepak terjangku seperti beliau. Setelah kegiatan berakhir, aku meminta kesediaan beliau untuk membantu membina guru. Beliau mendekapku dan menyanggupi usulku. Beliau mengatakan ‘Kebo nyusu gudel.’ Kuteringat dengan jelas, beliau menangis dan bergumam ingin mengabdikan diri untuk melayani bangsa diakhir hidup beliau. Kubuka artikel ‘Kuikuti jejakmu, Guru’ dan kubaca lagi tulisanku. Aku bangga padamu, guru idolaku. Menjelang Hari Ibu ini, aku ingin mengenangmu lagi. Kemudian kubaca lagi komentar para siswa yang tercantum di bawah artikel. Mataku tertuju pada sebuah komentar. Aku tidak mengenal siswa ini, dia bukan anak didikku di sekolah tempatku mengajar. Namun dia adalah siswaku juga, kelasnya menggunakan dunia maya. Alhamdulillah, dengan menulis pengalaman mengajarku di blog ini dan menulis apa saja yang bisa kuberikan kepada bangsa, ternyata amat bermanfaat bagi mereka. Berikut komentar dan balasan yang kuberikan. No Komen : 10 Diah Ayu Lestari :: 13-01-2012 19:29:04 Setiap kata yang Ibu tulis memberikan semangat bagi semua yang membacanya…. Terus nyalakan cahaya itu Bu.. Meski lewat bacaan ini, saya telah merasakan kehangatan akan pentingnya GURU… Siswa SMAN Situraja – Sumedang. :: Reply :: Terima kasih sayang, bahagia tak terukur mendengar bahwa kau memerlukan kami tuk melayanimu meraih cita-cita. Paling tidak melalui blog ini ibu akan terus tanpa henti memotivasimu dengan memberikan pengalaman ibu tuk dapat kau gunakan sebagai modal perjuangan bersama yang lain. Jangan segan bertanya atau meminta penjelasan apapun dariku sayang, blog ini kutulis untukmu agar bangsa Indonesia menjadi makin baik. Marilah rekan-rekan guru, kita tulis pengalaman mengajar, materi pembelajaran, dan apapun yang kita miliki untuk kita berikan kepada bangsa. Mereka memerlukan kita, walaupun kita tak dapat bertemu, mereka dapat memanfaatkan blog pribadi kita. Diah Ayu Lestari adalah salah satu contoh siswa yang merasa memerlukan kita. Dia telah memberikan motivasi yang amat berharga kepada guru, tuk terus menyalakan cahaya, memberikan kehangatan kepadanya. Salam perjuangan dan sukses selalu, amin YRA.

Citizen6, Jakarta: Menurut pepatah jawa, Guru berasal dari kata digugu lan ditiru yang berarti merupakan sosok yang menjadi panutan bagi anak didiknya. Selain itu, guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

Sebagai pekerja di dunia pendidikan dan pernah menjadi seorang guru, tanggung jawab seorang guru itu besar. Tidak hanya mengajar, memberi materi pelajaran tapi lebih pada bagaimana kita mendidik anak didik untuk menjadi pribadi yang baik, yang berguna untuk kehidupan anak didik itu sendiri apalagi guru merupakan orang tua

bagi

anak

didiknya

di

sekolah.

Selama sekolah, banyak sekali guru yang saya sukai, bukan hanya karena guru itu asyik, cantik atau ganteng tapi karena guru itu menyenangkan kalau memberi materi pelajaran. Dan memang benar kalau memberi materi kepada anak lebih baik dibawa dalam suasana yang tidak terlalu tegang dan membuat anak stress. Namun diantara semua guru adalah satu yang benar-benar saya kagumi. Beliau adalah guru bahasa Inggris

sewaktu

saya

kelas

3

SMA.

Beliau guru idola saya karena beliau orang yang baik, penuh senyum dan menyenangkan. Ketika diajar oleh beliau, tak pernah rasanya bosan atau jenuh dengan pelajarannya. Saya yang awalnya tidak suka bahasa Inggris berubah menjadi

menyukai

pelajaran

ini.

Beliau guru idola saya karena beliau bekerja penuh dedikasi. Beliau orang yang professional dalam pekerjaannya. Selama ini saya dan teman-teman hanya tahu beliau sehat dan selalu rajin masuk kelas tapi ternyata beliau mengidap penyakit lumayan parah (waktu itu). Saya tahu karena waktu itu beliau cerita ke saya dan beberapa

teman

saya,

kebetulan

kami

dekat

dengan

beliau.

Beliau guru idola saya karena beliaulah orang yang selalu memberi motivasi, support kepada saya. Sewaktu saya bercerita kalau saya dihadapkan pada pilihan orang tua untuk mengambil kuliah jurusan sastra inggris, beliaulah yang memotivasi saya kalau saya pasti bisa dan punya kemampuan untuk kuliah di jurusan sastra

inggris. Disaat saya menyerah dan berada pada titik bahwa saya gak sanggup lagi kuliah di jurusan sastra inggris, beliau lah yang berada di garda terdepan untuk mendukung apapun keputusan saya kalau memang itu yang terbaik untuk saya. Beliau tidak hanya guru, tapi juga sudah seperti sahabat bahkan ibu kedua untuk saya.

Beliau guru idola saya karena saya melihat beliau hebat sebagai pendidik di sekolah dan juga sebagai ibu bagi anak-anaknya dan istri bagi suaminya di rumah. Beliau masih melakukan aktivitasnya melayani suami dan anak-anaknya meski sedang sakit.

Sampai sekarang dan sudah beberapa tahun lalu tidak menjadi muridnya, beliau tetap baik. Setiap bertemu beliau masih suka mengajak ngobrol, berbagi cerita dan justru

itulah

yang

sering

saya

kangenin

dari

beliau.

Beliau guru idola saya karena memang beliau guru terbaik yang pernah saya temui di

Mira

sekolah.

Habibah

(Mira

adalah

Habibah/kw)

pewarta

warga

Mulai 18 November-29 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Guruku Idolaku". Dapatkan merchandise menarik dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini. Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke [email protected].



Guruku I

1.

Berjejaring

Peserta audisi berasal dari puluhan kota yang tersebar di seluruh Indonesia. Wah! Ini peluang besar, ‘kan untuk saling mengenal, berjejaring bersama orang-orang yang sama-sama mempunyai passion di dunia pendidikan? Ada peserta yang sudah bertahun-tahun memiliki pengalaman menjadi guru, ada pula yang tetap duduk di bangku kuliah. Namun, sepenuhnya dapat saling jalankan share dan belajar. 2. Meningkatkan Kepercayaan Diri

Mengikuti sebuah kompetisi memang merupakan ajang untuk menantang kekuatan diri sendiri, dibanding menaklukkan kekuatan orang lain. Tetapi, sebelum akan itu, kami harus yakin dulu bersama skill yang dimiliki dan Audisi Guru Idola berikan peluang selanjutnya bagi siapapun yang dapat memberanikan diri berkompetisi. Setuju ‘kan? Demi memberikan hasil terbaik dan menjadi guru yang lebih berkompeten. 3.

Mendapat

Apresiasi

(Hadiah)

Dalam berkompetisi, menang dan kalah merupakan perihal yang biasa. Namun, ini saatnya

untuk

menyatakan

bahwa

Anda

bisa!

Ada

total

hadiah

senilai

Rp500.000.000 yang dapat diperebutkan bagi para guru terbaik yang terpilih. Selain itu, guru termasuk berkesempatan mendapatkan penawaran kontrak eksklusif menjadi pengajar di Ruangguru. Seru banget ‘kan? Tidak cuma hingga di situ, peserta yang dapat masuk ke babak seterusnya termasuk dapat mendapat bimbingan berupa master class sebagai bentuk kelas pengembangan diri. 4.

Mengasah

Kreativitas

Ajang audisi ini menuntut bentuk kreativitas dari para guru untuk mengajar bersama cara-cara yang unik, tapi dapat dipastikan enteng dipahami oleh para siswa. Guru tak cuma sekadar gunakan papan tulis atau Power Point sebagai tempat untuk menyebutkan pelajaran. Namun, bersama lebih banyak melibatkan alat peraga lainnya. Semakin banyak referensi yang dimiliki, makin besar peluang untuk menang dan termasuk dapat bermanfaat untuk diri kami sendiri sebagai seorang guru saat menyampaikan materi di sekolah atau area les.

5.

Melatih

Bicara

di

Depan

Publik

dan

Kamera

Bapak/Ibu Guru sudah sadar terkecuali salah satu persyaratan terhadap audisi menghendaki peserta mengirimkan sedikitnya 1 video misal mengajar? Di sinilah tantangannya, bagaimana agar dapat bicara di depan kamera bersama baik. Tentunya ini dapat menjadi skill tambahan baru, selain dapat berkomunikasi di kelas. Kemampuan bicara di depan kamera termasuk dapat terhubung peluang baru, lho. Misalnya vlogger atau content creator. Itulah 5 keuntungan menjadi peserta audisi Indonesia Teacher Prize 2018. Jika terpilih, tentu saja dapat ada lebih banyak lagi keuntungan bagi guru! Salah satunya, saat ini Ruangguru sudah mempunyai 10 juta pengg 2 BELAJAR MENJADI GURU IDOLA Di dunia ini semua orang pasti memiliki idola. Mulai dari orang tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak telah memiliki idolanya masing-masing meski setiap waktu bisa berubah. Bahkan, di berbagai media, baik media massa maupun media elektronik selalu membicarakan dan memuat berita sosok idola ini, mulai dari kalangan artis, tokoh-tokoh nasional maupun internasional, bahkan sampai kepada pemain bola. Secara umum idola diartikan sebagai sesuatu (bisa manusia, patung, dan lain-lain) yang menjadi pujaan. Untuk menjadi idola tentunya kita harus melakukan sesuatu yang disukai banyak orang. Sebagai contoh, untuk menjadi seniman idola harus pandai menyanyi atau berakting. Untuk menjadi pemain bola idola harus pandai menggocek atau mendrible bola dengan baik. Lalu, bagaimanakah menjadi guru idola? Seorang guru tidak mudah untuk menjadi idola para siswa, meskipun guru tersebut berwajah ganteng dan cantik. Sebab ganteng dan dan cantik bukanlah suatu ukuran menjadi idola. Untuk belajar menjadi guru idola, kita harus banyak belajar dan mencontoh keteladanan junjungan nabi besar umat islam, Muhammad SAW. Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-qur’an yang menjelaskan keteladanan Nabi Muhammad SAW, diantaranya Surah Al-Ahzab ayat 21, “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Di dalam As-sunnah lebih banyak lagi dijelaskan bagaimana sosok, sifat dan perilaku Nabi akhir zaman ini yang memang pantas untuk diteladani dan dijadikan idola. Bahkan para anbiya dan seluruh alam pun mengidolakan nabi Muhammad SAW seperti yang dijelaskan dalam surah Ali

imron Ayat 81. Para nabi mengidolakan Nabi Muhammad SAW dengan tujuan mendapatkan syafa’atnya. Lalu, apa yang diharapkan dengan mengidolakan guru? Sama halnya dengan menjadi sosok idola, mencari sosok idola yang benar-benar idola pun dirasakan sangat sulit. Hal ini berdasarkan pengalaman penulis yang baru menemukan sosok idola ketika menjadi mahasiswa pada program akta mengajar. Sosok idola menurut penulis adalah sosok yang mampu memotivasi ke arah yang lebih baik, memberikan ide-ide yang cemerlang, apa yang dibicarakannya ‘berisi’ dan tentunya selalu merasa nyaman ketika berada dalam suasana pembelajaran. Sebagai bahan refleksi dan instropeksi diri mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah selama ini kita sudah menjadi guru idola para siswa? Apakah selama ini kita sudah membuat para siswa merasa nyaman bila berada dalam suasana pembelajaran? Apakah selama ini kita senantiasa mengajarkan kepada peserta didik untuk hidup dengan memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyakbanyaknya? Apakah kehadiran kita membuat para siswa merasa belajar menjadi menyenangkan? Apakah ketidakhadiran kita selalu dicari oleh anak didik dan teman sejawat kita? Apakah tingkah laku kita selalu satu kata antara perkataan dan perbuatan? Apakah kita selalu kreatif, inovatif, rendah hati terhadap sesame? Apakah kita sudah mampu memberikan keteladanan kepada teman sejawat dan anak didik kita? Apakah ketika kita bicara dan mengembangkan senyum selalu menyejukkan hati anak didik? Apakah kita sudah memperbaiki hal-hal yang kurang tepat dilakukan oleh guru? Apakah kita sudah senantiasa melakukan apa yang disebut belajar sepanjang hayat? Apakah siswa sudah merasa bahwa sekolah merupakan “rumah kedua” bagi mereka? Apakah kita senantiasa mengingatkan kepada anak didik kita bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah? Memang, tidak mudah untuk menjadi guru idola. Banyak sekali ‘ pekerjaan rumah ’yang mesti diperbaiki. Banyak sekali tantangan, cobaan maupun kesulitan yang harus dihadapi. Banyak sekali beban-beban yang mesti ditanggung dan masih banyak lagi yang harus dipelajari. Namun semua itu hendaknya dihadapi dengan rasa sabar dan ikhlas. Yakinlah dalam hati bahwa semua itu pasti ada hikmahnya dan rencana Tuhan pasti lebih baik dari rencana kita. Akhirnya, penulis berharap semoga guru idola tidak hanya menjadi cita-cita semua guru di sekolah tetapi menjadi cita-cita semua peserta didik. Oleh karena itu, untuk menjadi guru idola, tentunya kita harus berani belajar memulai: (1) mulailah memberi dengan sesuatu yang mudah, (2) mulailah dari diri sendiri, (3) mulailah dari hal yang kecil, dan (4)

mulailah saat ini seperti yang dipopulerkan oleh sosok idola Manajemen Qolbu.

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Menjadi guru idola seyogyanya menjadi cita-cita semua guru di sekolah atau madrasah agar dunia pendidikan kita kembali tersenyum dan terus berprestasi. Mulailah banyak belajar, mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal yang kecil, mulailah dari sekarang dan mulailah menata diri sendiri untuk menjadi guru idola. Para guru, dengan segala kerendahan hati, mari ikrarkan: ”Ya, aku adalah seorang guru, aku bangga menjadi seorang guru, guru idola adalah aku”

Disela acara pemutaran video, juga akan dirangkaikan dengan launching Forum Komunitas Guru Idola Kendari Pos

Related Documents

Jangan Silau Pada Hasil.docx
December 2019 19
Jangan
October 2019 44
Jangan Menyhherah.docx
December 2019 36
Jangan Memain
October 2019 48
Jangan Mengharap.docx
June 2020 5

More Documents from "arhal"

Soal 2.docx
December 2019 21
Jangan Silau Pada Hasil.docx
December 2019 19
Kurikulum Vitae.docx
December 2019 28
Soal 1.docx
December 2019 20